Grave Robber Chronicles - Chapter 61
Sosok raksasa itu hampir setinggi tugunya. Samar-samar Chen Wenjin bisa melihat bentuk kepala dan leher yang kelihatannya tak berbeda dari manusia mana pun, namun postur sosok itu ketika berdiri di sana tampak sangat aneh. Caranya membungkuk di bagian pinggang sudah cukup membuat rambut orang-orang berdiri tegak.
Chen Wenjin langsung berkeringat dingin. Kelompok siswa itu berdiri di mana anak-anak tangga batu bertemu dengan dasar kolam, hanya lima langkah jauhnya dari si raksasa. Jaraknya tidak jauh ataupun dekat, yang membuat mereka berada dalam situasi canggung. Kabut terus berpusar di sekitar dasar kolam namun semua yang mereka miliki hanyalah beberapa senter bertenaga rendah jadi mustahil untuk melihat apakah makhluk ini adalah manusia atau hantu. Ditambah lagi, ada begitu banyak orang dalam kelompok mereka dan barusan tadi mereka semua telah mencari-cari di sekitar area itu. Dasar kolam lebarnya cuma sepuluh meter, dan tak ada hal lain yang ditemukan selain Monyet-monyet Penenang Lautan serta tugu kosong itu di bagian tengahnya. Sejak kapan ‘manusia’ raksasa ini muncul di sini? Tak ada yang tahu.
Dan si Zhang Qiling sialan ini sepertinya benar-benar tak menyadarinya karena dia cuma terus memandangi tugunya dengan penuh kekaguman. Chen Wenjin menggertakkan giginya dengan marah dan kesal. Dia tak tahu apa yang sedang diamati oleh Zhang Qiling, tetapi sebagai salah satu dari penanggungjawab, dia tahu kalau dia tak bisa begitu saja meninggalkan Zhang Qiling di sini. Tanpa tahu apa yang harus dilakukan di situasi saat ini, dia pun berbalik ke arah orang-orang yang ada di belakangnya dan memberitahu mereka agar jangan bergerak.
Setelah lewat lima menit, ‘manusia’ raksasa ini masih bersembunyi di dalam kabut, seakan tak berniat melakukan apa-apa.
Pada saat inilah, Huo Ling sudah tak tahan lagi dan berbisik, “Kak Zhang, apa yang kau lakukan? Berhentilah berdiri diam di sana seperti idiot dan cepatlah kemari.”
Chen Wenjin begitu ketakutan hingga dia langsung bergerak untuk menutup mulut Huo Ling. Zhang Qiling terlalu dekat dengan makhluk itu. Kalau situasinya tiba-tiba berubah, akan sulit untuk lolos dengan mempertimbangkan bagaimana makhluk itu hanya berjarak dua langkah dari Zhang Qiling. Tindakan terbaik adalah mempertahankan kondisi diam untuk sementara.
Dengan cepat Chen Wenjin mengamati sosok itu. Walaupun ada banyak hal berbahaya di dalam makam kuno, asalkan kau tahu apa yang sedang kau hadapi, secara alami kau akan mendapat jalan untuk mengatasinya. Saat kau berada dalam bahaya namun masih belum mengetahui apa yang sedang kau hadapilah maka kau akan berakhir mati dengan sebab tak diketahui.
Setelah memikirkannya, Chen Wenjin merasa kalau takkan ada mayat hidup di tempat ini karena lokasi makam kuno ini tak terlalu bagus. Kepulauan Xisha jarang diganggu manusia selama ratusan tahun. Beberapa pulau berbentuk cincin serta karang-karang yang tampak menyebar di permukaan laut tapi sebenarnya terhubung di bawah permukaan laut, membentuk jajaran pegunungan bawah laut yang sambung-menyambung. ‘Gunung dan sungai’ yang tersembunyi di dasar laut ini mengumpulkan angin dan menutrisi qi, persis seperti jajaran pegunungan di daratan. Dengan kepala naga di sebelah timur dan ekor naga di sebelah barat, di sini merupakan nadi naga bawah laut yang sangat langka. Kabarnya para naga pertama-tama hidup di dalam air sebelum kemudian terbang ke langit, jadi naga air dianggap sedikit lebih penting daripada naga pegunungan ketika berhubungan dengan feng shui.
(T/N: Di Tiongkok kuno, jajaran pegunungan dan sungai disebandingkan dengan naga. Diyakini kalau pegunungan adalah konduktor dari kekuatan (qi) naga. Tebing pegunungan bisa memiliki ‘kepala naga’ (puncak yang tinggi dan indah), darah naga (aliran air pegunungan), dan nadi naga (jajaran pegunungan yang panjang). Selain itu, juga ada ‘sarang naga’, yang disebut-sebut sebagai tempat ideal dalam jajaran pegunungan di mana kau bisa membangun rumah, kuil, atau makam)
Kalau ada peti di tempat seideal ini, maka si pemilik pastinya merupakan sosok yang benar-benar kaya dan berkuasa. Dan kalau makam kuno ini benar-benar dibangun oleh Wang Zanghai, maka dia pasti berkekurangan unsur air di dalam wuxing*-nya, sehingga dia mencari penawar yaitu dengan dikuburkan di dalam makam bawah laut. Dengan demikian, akan timbul keselarasan ideal antara alam, manusia, dan langit.
(T/N: Lima unsur dalam fengshui Tiongkok, yaitu air, api, tanah, kayu, dan logam. Diyakini kalau kelima elemen ini menentukan parameter semesta. Semua yang ada di dunia ini bisa diwakilkan dalam bentuk elemen-elemen ini.)
Jadi kecuali semua buku tentang feng shui ternyata penuh dengan omong kosong, takkan pernah ada mayat hidup di sini. Begitu Chen Wenjin memikirkan tentang hal ini, dia langsung merasa lega. Kalau bukan mayat hidup, maka pastilah manusia atau binatang. Dan asalkan makhluk itu adalah makhluk hidup, mereka memiliki cukup banyak orang untuk menangkapnya, tak peduli tingginya dua meter atau tiga meter.
Pada saat ini, salah satu dari pemuda di situ berkata, “Chen Wenjin, menurutku ada sesuatu yang aneh. Aku ingat kalau salah satu dari monyet-monyet batu seharusnya ada di tempat itu. Mungkin sesuatu sedang berdiri di atasnya?”
Chen Wenjin memikirkannya dan tiba-tiba menyadari kalau Paman Ketiga mungkin sudah bangun, menemukan kalau mereka sudah pergi, dan datang kemari untuk mencari mereka. Orang ini cukup tak tahu malu, jadi mungkin dia bersembunyi di tengah kabut dan memanjat ke atas monyet batu untuk menakuti mereka karena telah melanggar perintah.
Kalau memang begitu, maka perilakunya ini benar-benar memuakkan.
Setelah memikirkannya lebih banyak lagi, Chen Wenjin yakin kalau ini adalah penjelasan yang lebih memungkinkan dan berseru ke arah bayangan itu, “Wu Sanxing! Berhenti main-main! Cepat turun sekarang juga!”
Kalau pihak lainnya benar-benar adalah Paman Ketiga, begitu mendengar teriakan tersebut dia akan tahu kalau permainannya sudah berakhir dan tak perlu terus bermain-main. Paman Ketiga adalah orang yang berpikiran terbuka jadi dia hanya akan menertawakan semuanya dan akan langsung menyudahinya.
Tapi siapa yang akan menyangka bahwa sebelum Chen Wenjin selesai berteriak, tiba-tiba bayangan itu menjulurkan tangan dan melambai pada mereka seakan memerintahkan mereka agar tetap diam!
Chen Wenjin menatap sosok itu dengan lebih seksama dan melihat kalau panjang tangannya tidak proporsional dengan tingginya. Benar saja, ada seseorang yang sedang berdiri di atas monyet batu itu. Tanpa memikirkannya lagi, Chen Wenjin jadi lebih yakin kalau sosok itu adalah Paman Ketiga. Dia mengentakkan kakinya dengan marah, berlari ke arah monyet batu tersebut, melompat ke atasnya, dan kemudian maju untuk menarik telinga Paman Ketiga.
Ini adalah jurus andalannya ketika berurusan dengan Paman Ketiga. Mereka sudah sepakat untuk tak pernah bertengkar, jadi begitu Chen Wenjin marah luar biasa, dia akan menarik telinga Paman Ketiga dan membiarkan Paman Ketiga tahu seberapa marah dirinya. Biasanya ketika hal ini terjadi, Paman Ketiga takkan berani bertingkah sembarangan lebih jauh lagi, bahkan kalau dia memiliki nyali macan tutul.
Tetapi sebelum Chen Wenjin bahkan sempat menggerakkan tangannya ke arah telinga Paman Ketiga, orang di atas monyet batu itu tiba-tiba meraihnya, menutupi mulutnya dengan satu tangan, lalu berkata pelan, “Ini Xiao Zhang! Jangan bicara! Lihat ke bawah sana dan amatilah sendiri!”
Chen Wenjin tadinya benar-benar marah, tapi ketika dia mendengar suara ini, mau tak mau tubuhnya membeku karena syok. Ini benar-benar suara Zhang Qiling! Tapi kenapa dia berdiri di atas monyet batu?
Setelah memikirkannya, tiba-tiba keringat dinginnya mengucur. Tunggu, ini tidak benar! Kalau begitu, siapa yang sedang berjongkok di depan tugu itu?
Chen Wenjin langsung teringat kembali pada pemandangan barusan tadi. Pada saat itu, dia hanya melihat seseorang berjongkok di depan tugu dengan senter di tangannya, dan Zhang Qiling adalah satu-satunya orang dari kelompok mereka yang menghilang. Berdasarkan dari hal itu, dia langsung membuat kesimpulan, namun apakah ini adalah kesalahan yang berdasarkan pada prasangka yang terbentuk di awal?
Memikirkan hal ini, Chen Wenjin langsung melongokkan kepalanya untuk melihat dan tertegun. Orang yang sedang berjongkok di depan tugu itu mengenakan baju selam yang sama dengan mereka, dan setelah mengamati sosoknya, dia menyadari kalau orang itu tak lain adalah Paman Ketiga!
Namun ada sesuatu yang agak ganjil tentang dirinya. Pada mulanya Chen Wenjin tak tahu apa yang sedang dia lakukan, tapi setelah mengamati lebih dekat, dia mendapati kalau Paman Ketiga sedang menyisir rambutnya di depan tugu yang semulus cermin. Namun hal yang paling menakutkan adalah bahwa gerakannya jelas-jelas merupakan gerakan yang hanya akan dibuat oleh wanita.
Paman Ketiga menyisir rambutnya selama beberapa saat dan kemudian memalingkan wajah lalu mengamati dirinya sendiri di cermin dengan seksama, persis seperti seorang gadis perawan yang sedang memeriksa hasl akhir setelah mengenakan riasan dan berdandan.
Wajah Paman Ketiga yang ada di cermin batu itu setengah tersenyum, yang persis membuat atmosfernya terasa seram dan ganjil tak tergambarkan. Kalau ini adalah situasi normal, gambaran semacam ini akan jadi sangat lucu, tapi kini, Chen Wenjin hanya merasakan sensasi dingin menyebar ke tangan dan kakinya, membuatnya bahkan tak berani bernapas.
Ketika orang-orang di bawah melihat kalau Chen Wenjin dan Zhang Qiling sedang saling berpelukan di atas monyet batu dan tak bergerak, mereka langsung merasa lega, mengira kalau sosok itu benar-benar adalah Paman Ketiga yang sedang berpura-pura menjadi hantu untuk menakuti mereka. Pada saat ini, Huo Ling, yang mencemaskan Zhang Qiling, tiba-tiba berlari ke belakang pria yang ada di depan tugu, menepuk bahunya, dan berkata, “Kak Zhang, apa yang kau lakukan di sini?”
Tindakan ini mengejutkan mereka semua, termasuk Zhang Qiling yang dalam hati berseru: Gawat!
Namun sudah terlambat untuk menghentikannya.
Pria di depan tugu berdiri tegak dengan begitu mendadak hingga Huo Ling memekik ketakutan, tapi kemudian dia langsung menyadari kalau yang berdiri di depannya adalah Paman Ketiga dan rasa takutnya berubah menjadi amarah. “Jadi ternyata kamu ya, Wu Sanxing! Bukannya kamu sedang tidur? Kenapa kau jongkok di sini seperti orang gila?!” Huo Ling menghardiknya.
Ketika Paman Ketiga melihat Huo Ling, tiba-tiba dia menutupi wajahnya dengan tangan, mengeluarkan teriakan aneh, lalu mendorong Huo Ling dengan begitu keras sampai-sampai gadis itu terjatuh ke lantai. Kemudian, dia berbalik dan lari. Zhang Qiling menyadari kalau ada sesuatu yang salah dan langsung melompat turun dari monyet batu lalu berlari mengejarnya. Dia sangat cepat, namun ketika melewati Hou Ling, dia terdiam untuk melihat apakah gadis itu terluka. Tindakan inilah yang mengacaukan semuanya. Huo Ling, melihat kalau Zhang Qiling berlari menghampiri setelah dia terjatuh ke lantai, mengira kalau pria itu peduli kepadanya dan dengan antusias memeluk Zhang Qiling.
Zhang Qiling hanya bisa mengesah dalam hati – penundaan selama beberapa detik ini sudah cukup untuk membuatnya melewatkan kesempatan dalam menangkap orang lainnya itu. Dia berguling keluar dari bawah lengan Huo Ling dan kembali mencari Paman Ketiga, akhirnya menangkap sosoknya dalam kabut tebal. Berdasarkan pada bayangannya, tampaknya dia hampir mencapai dinding.
“Jaga tangganya!” Zhang Qiling berseru. “Jangan biarkan dia naik!” Kemudian dia langsung mengejar. Pada saat ini, samar-samar dia melihat Paman Ketiga tiba-tiba berbelok ke samping seakan meleleh ke dalam dinding, namun kabutnya begitu tebal sehingga dia tak bisa melihat dengan jelas apa yang telah terjadi.
Zhang Qiling berlari menyusuri dinding namun mendadak berhenti ketika dia menyadari kalau tak ada seorang pun yang bisa dikejar. Dia tak percaya kalau Paman Ketiga berjalan menembus dinding. Walaupun dia bukan penganut materialisme, pemandangan semacam itu sangatlah ganjil sehingga dia tahu kalau pasti ada sesuatu yang aneh tentang dinding ini.
Dia berdiri di depan dinding itu selama beberapa saat, merabai dinding batu dengan kedua tangannya, namun mendapati kalau dinding itu jelas-jelas asli. Zhang Qiling tak percaya kalau hal semacam berjalan menembus dinding ada di dunia ini. Dia mengulurkan dua jarinya yang panjangnya tidak lazim dan menekankannya pada dinding batu. Begitu dia melakukannya, jari-jarinya yang luar biasa sensitif langsung bisa merasakan suatu getaran samar – dinding batu ini ternyata berputar dengan sangat perlahan!
Benak Zhang Qiling mulai berdengung. Itu dia! Barusan tadi aku tak menyadarinya, tapi kolam ini sendiri merupakan sebuah mekanisme raksasa!
Tiba-tiba dia merasa sangat emosional. Tempat ini merupakan keajaiban dalam teknik permesinan kuno. Ketika dihadapkan dengan keahlian si pemilik makam, yang disebut sebagai pengalamannya jadi seperti pengalaman seorang anak yang naif.
Tapi apa tujuan dari mekanisme ini? Dalam beberapa menit mereka ada di bawah sini, kelihatannya seakan bagian dasar kolam ini tidak berubah sama sekali! Kecil kemungkinan kalau si Wang Zanghai sialan ini hanya ingin menjadikan makamnya sendiri sebagai komidi putar.
Zhang Qiling tidak asing pada mekanisme-mekanisme tersembunyi. Dalam istilahnya sendiri, dia tahu lebih banyak tentang jebakan dan mekanisme dalam makam-makam Tiongkok kuno ketimbang siapa pun juga di dunia ini (ini adalah kutipan langsung). Pengetahuannya sangat tinggi ketika berhubungan dengan cara kerja berbagai mekanisme, asal usulnya, kelemahannya, dan bahkan nama-nama para penemunya.
Berdasarkan pada pengalamannya, mekanisme ini beroperasi menggunakan prinsip yang paling sederhana. Dia tahu kalau biasanya ada masalah dengan yang namanya mekanisme pegas pintar seperti busur-busur kayu dan busur silang tersembunyi. Tak peduli seberapa banyak pun bahan berkualitas tinggi yang dipergunakan, setelah lewat ratusan atau bahkan ribuan tahun, mekanisme-mekanisme pemicunya akan sudah membusuk sampai tak bisa dipergunakan. Jadi, cara paling mudah dan sederhana untuk menghentikan para perampok makam adalah seringkali memasang lapisan pasir anti-maling di luar dinding makam (setelah para perampok makam menggali ke dalam lapisan pasir itu, sejumlah besar pasir hisap akan jatuh ke dalamnya, yang kemudian akan membuat para perampok mati sesak. Namun ini juga merupakan metode yang sangat pasif. Sekarang, para perampok makam akan menentukan lokasi sebenarnya dari makam kuno berdasarkan dari pasir yang digali keluar dengan menggunakan sekop Luoyang. Mereka akan bisa secara langsung melewati dua belas lapis bata di bagian atas makam dan menggali jalan masuk dengan aman.)
Supaya mekanismenya bisa beroperasi sampai ratusan dan ribuan tahun, penting untuk menggunakan bahan-bahan yang tidak akan membusuk pada masa itu, seperti batu dan air mengalir yang takkan mengering. Bukan hanya semua hal itu ada di sini, tetapi air juga menyediakan semacam kekuatan penggerak sesuai dengan pasang surutnya aliran gelombang, yang akan membuatnya lebih mudah untuk dimanfaatkan.
Kalau pemilik makamnya benar-benar adalah Wang Zanghai, maka orang ini jelas telah mencapai batasan kemampuan manusia ketika berhubungan dengan derajad obsesinya dengan menciptakan jebakan-jebakan lihai serta kemampuannya dalam menggunakan semuanya. Mungkin tak ada seorang pun di dunia ini yang mampu melampauinya.
Sementara dia berpikir, Zhang Qiling berusaha meraba dinding batu di tempat lainnya.. dalam benaknya, dia sudah memiliki ide samar bahwa ada sebuah pintu masuk di dinding ini, tetapi karena sebelumnya dia ragu-ragu, pintu masuknya sudah berubah posisi. Dia maju beberapa langkah sambil terus meraba-raba dinding dan mendapati kalau, benar saja, memang ada sebuah pintu rahasia.
Namun mustahil dia akan bisa menemukannya dengan sedemikian mudah. Dia menggelengkan kepalanya, tak berani memasukinya, dan kemudian lanjut berjalan. Namun dengan tiap langkah, dia jadi semakin dan semakin bingung. Saat dia akhirnya mencapai ujung, dia telah menemukan delapan pintu rahasia di dalam ruang kecil ini. Sekarang ketika dia memikirkannya, rasanya seperti kalau dia sudah tahu apa yang sedang terjadi di sini. Bukankah ini adalah Qimen Dunjia sialan itu?