Heroine Saves A Gentleman - Chapter 3
- Home
- Heroine Saves A Gentleman
- Chapter 3 - Mustahil Membayar Jasa Nona Karena Telah Menyelamatkan Nyawa
Zhou Xiaoxiao merasa seakan dirinya sedang bermimpi.
Dalam mimpinya, dia berkeliaran pada lalu lintas yang padat di kota yang ramai.
Pasangan muda di seberang jalan sedang berdebat tentang sesuatu.
Dia berjalan lebih dekat untuk melihatnya. Bukankah pria ini adalah mantan pacar bajingannya yang sudah lama tak dilihatnya?
Selain dari penampilan tampannya, pria itu payah. Pria itu telah menyelingkuhinya dan dia telah memutuskan pria itu delapan ratus tahun yang lalu.
Apa yang orang itu lakukan di sini?
Saat melihat lagi, bukankah wanita itu adalah dirinya? Pada saat itu, si wanita memiliki wajah acuh tak acuh dan sedang mengatakan sesuatu, namun Zhou Xiaoxiao tak bisa menerka apa yang dia katakan dari jarak jauh.
Zhou Xiaoxiao terpikirkan sesuatu dan dia merasakan takut menerjang dirinya. Dia ingin mengulurkan tangan untuk menghentikan dirinya sendiri berbicara! Jangan picu dia! Dia akan – membunuhmu! Zhou Xiaoxiao menyaksikan pisau yang tajam itu menusuk tubuhnya dalam sepersekian detik dengan terpana. Dia bisa merasakan semuanya dengan jelas ketika darah yang hangat mengalir keluar dari tubuhnya dan membasahi punggungnya dengan darah.
Ternyata itu adalah ingatan dari kematiannya pada kehidupannya yang lampau.
“Xiaoxiao, Xiaoxiao, aku… aku tak sengaja melakukannya.”
“Ya Tuhan! Pembunuhan! Cepat panggil polisi!”
“Panggil ambulans! Panggil ambulans sekarang juga!”
“Hei, hei. Nona, bagaimana keadaanmu?”
….
“Apa ada orang yang datang untuk menolongku? Apakah ambulansnya datang? Kenapa belum datang juga? Aku tak mau mati; aku tak mau mati!”
Namun dia tak bisa berteriak atau bahkan menangis. Dia hanya bisa melihat orang-orang berjalan melewati dirinya serta langit kelabu. Sebuah kepingan salju terjatuh dari angkasa dan mendarat di sudut matanya – dingin dan membekukan….
Kepingan salju sedingin es membangunkan dirinya dengan mengejutkan. Di mana aku? Zhou Xiaoxiao membuka matanya dan merasakan dirinya sendiri terbaring di tanah yang berselimutkan salju. Kepingan-kepingan salju melayang turun dari langit kelabu di atasnya dan mendarat di wajahnya.
Dia tiba-tiba merasakan dirinya sendiri ditarik oleh kekuatan besar dan kemudian diseret maju hingga beberapa jauh. Dia memutar kepalanya dan melihat seseorang sedang merangkak dengan keempat tungkainya. Orang itu merangkak beberapa langkah ke depan, dan kemudian menarik sabuk anyaman kuat-kuat. Dia merangkak beberapa langkah lagi lalu berbalik untuk menarik kembali sabuk itu. Sabuknya terikat pada bawah lengan Zhou Xiaoxiao dan terjulur hingga bahu si pria muda, yang telah membantu menarik Zhou Xiaoxiao ke depan.
Kesadaran Zhou Xiaoxiao pulih; dia akhirnya menyadari kalau dirinya telah kembali lagi ke masa kuno. Sebelumnya dia telah terjatuh di padang salju, dan sekarang? Yu Xingzhi-lah, si pria dengan kaki patah, yang kini merangkak seraya menarik tubuhnya.
Salju di bawah tubuhnya meninggalkan jejak panjang bukti bahwa dirinya telah ditarik; dia tak bisa melihat ujung jalan di belakangnya! Dia tak tahu sudah berapa lama pria ini telah menarik dirinya seperti ini! Zhou Xiaoxiao segera melompat bangkit dan berjalan ke depan untuk membantu Yu Xingzhi. Wajah pria itu pucat, dan tangan serta kakinya sedingin es. Es perlahan membentuk pada pakaiannya. Pria itu menatap ke arah Zhou Xiaoxiao, namun dia tak bisa mengatakan apa-apa. Yu Xingzhi pingsan setelah dia berupaya menggerakkan bibirnya beberapa kali.
“Ayolah! Kau harus bertahan! Kita sudah hampir sampai, kita sudah hampir sampai!” Zhou Xiaoxiao memanggul pria itu di bahunya; tubuh Yu Xingzhi sedingin es dan keempat anggota tubuhnya menjuntai lemas. Dia tak tahu apakah pria itu masih hidup atau tidak. Zhou Xiaoxiao merasa gelisah; dia membebaskan kakinya dan mulai berlari. Untung saja bukit yang dikenalnya segera muncul di hadapan mereka, tiga pohon cedar besar itu membuatnya gembira lebih dari sebelum-sebelumnya.
Zhou Xiaoxiao buru-buru berjalan menuju pohon-pohon cedar itu, kemudian menyibakkan sejumlah daun yang telah dia letakkan di sana untuk menyembunyikan guanya.
Sebuah gua yang tak mengesankan pun muncul.
Pintu masuk gua itu tidak besar, namun saat mereka masuk ke dalam, ada sesuatu yang menakjubkan tentang betapa besar dan luasnya tempat itu.
Lekuk pada dinding batu yang terletak tidak jauh dari pintu masuk sebenarnya adalah bukaan pada sebuah kamar batu yang terbentuk alami. Bagian dalam dari kamar itu dipenuhi oleh sumber daya yang telah Zhou Xiaoxiao kumpulkan, seperti potongan-potongan kayu, beras, kulit, bulu, dan sebagainya.
Zhou Xiaoxiao segera menyalakan api unggun kecil, namun dia tak berani langsung menghangatkan diri mereka di dekat api, jadi dia pun menumpuk jadi satu semua kulit dan bulu yang dia miliki di sudut gua, jauh dari api. Dia melepaskan pakaian basah mereka berdua dan merayap ke dalam tumpukan, mengambil potongan kulit harimau terbesar dan menariknya ke atas tubuh mereka.
Manusia perlu memulihkan hawa panas tubuh mereka dengan cepat setelah mengalami hawa dingin yang ekstrim. Akan tetapi, mereka tak bisa langsung menghangatkan tubuh mereka saat itu juga dengan memakai api, kalau tidak, mereka akan mengalami vasospasme (T/N: kejang mendadak pada pembuluh darah, akan menurunkan diameter dan kecepatan aliran darah) atau lebih buruk lagi – dermonekrosis (T/N: nekrosis / kerusakan pada jaringan kulit). Cara yang benar untuk menghangatkan diri adalah dengan cepat melepaskan pakaian basah dan menghangatkan tubuh pada suhu 37-40 derajat. Akan tetapi, mereka berada di alam liar dan tak punya termometer serta lingkungan yang tepat untuk menghangatkan diri, jadi cara terbaik untuk memulihkan suhu tubuh mereka adalah dengan memakai kontak kulit dengan kulit.
Pemandangan ini mungkin tampak romantis, namun sebenarnya adalah sebuah proses yang sangat menyiksa.
Pikirkanlah tentang akan bagaimana rasanya tidur sambil memeluk sebongkah es dalam musim dingin separah itu; kau bukan hanya takkan mampu mengalihkan pikiranmu dari hawa dingin, kulitmu mungkin juga akan mengalami kerusakan akibat hawa dingin yang ekstrim.
Pada saat ini, Zhou Xiaoxiao sedang memeluk sebongkah besar es. Hawa dinginnya begitu tak tertahankan sehingga giginya bergemeletuk. Dia juga tak bisa tertidur karena dia harus memastikan untuk mengubah posisinya begitu kulitnya terasa sakit karena terekspos pada tubuh dingin pria itu. Dia harus memastikan untuk melakukannya, agar dia tidak terkena radang dingin.
Saat Yu Xingzhi perlahan-lahan mendapatkan kembali hawa panas tubuhnya, Zhou Xiaoxiao harus memaksa dirinya untuk bangun dan pergi ke luar gua untuk membersihkan jejak mereka. Untung saja, salju yang lebat dengan cepat menutupi jejak yang telah mereka tinggalkan.
Saat dia kembali ke gua, Zhou Xiaoxiao mendorong api unggunnya lebih dekat dan memasang tempayan lalu mulai merebus seember air dari salju.
Meski Yu Xingzhi masih belum bangun, suhu tubuhnya mulai pulih, dan badannya tidak lagi kaku. Pria itu tampak lebih hidup.
Zhou Xiaoxiao menuangkan semangkuk air panas dan menyuapinya. Dia tertidur setelahnya karena tak lagi mampu menopang dirinya sendiri.
Yu Xingzhi menemukan dirinya terbaring dalam lingkungan yang hangat dan kering.
Dia telah kesakitan akibat luka-luka yang dialaminya sehingga dia belum pernah tidur dengan nyenyak sejak saat itu. Rasanya sungguh nyaman hingga dia hampir tak mau terbangun.
Namun dia masih membuka matanya.
Dia mendapati dirinya sendiri berada di dalam sebuah gua.
Ada api di dalam liang api dan di atas api tersebut terdapat tempayan. Aroma yang menyenangkan dan menggoda menguar dari dalam tempayan itu.
Dirinya terbaring di atas tumpukan kulit dan bulu yang hangat.
Mengikuti dirinya yang terbangun, sesuatu di sebelahnya bergerak.
Sebuah kepala yang berambut lebat menyembul keluar dari bawah semua kulit dan bulu, wajah Zhou Xiaoxiao masih kotor saat dia membuka matanya yang mengantuk. Saat dia melihat kalau Yu Xingzhi sudah terbangun, sepasang mata bulatnya yang seperti badam menampakkan seulas senyum cerah.
“Akhirnya kau bangun. Baguslah.”
Si gadis keluar dari tumpukan itu dan mengangkat tutup tempayannya untuk menciduk semangkuk bubur panas dengan daging.
“Ayo, bangunlah untuk makan sesuatu,” dia berkata penuh senyum.
Gadis itu hanya mengenakan satu setel pakaian tipis. Saat dia mencondongkan tubuh lebih dekat pada Yu Xingzhi, pria itu bisa melihat garis luar dari tubuhnya yang menarik. Wajah Yu Xingzhi tiba-tiba memerah dan pria itu buru-buru memalingkan wajahnya ke sisi lain, tak berani melihat lebih jauh lagi.
Zhou Xiaoxiao sudah akan membantunya bangun untuk minum sup saat pria itu merona dan memalingkan wajahnya ke sisi lain.
Ada apa? Zhou Xiaoxiao mengamati dirinya sendiri. Dia mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang. Tidak ada masalah sedikit pun, dia telah menutupi dirinya sendiri dengan begitu menyeluruh hingga bahkan tak menampakkan bahunya.
Orang-orang kuno begitu sulit untuk diladeni. Jangan bilang kalau aku harus mengenakan tiga lapis baju lengkap luar dalam agar bisa menyuapimu semangkuk nasi dalam situasi ini. Zhou Xiaoxiao memutuskan untuk mengabaikan reaksi pria itu.
Yu Xingzhi merasakan tangan yang hangat menyentuh kulit di bahunya saat dirinya diangkat.
Tiba-tiba dia menyadari kalau dirinya tak mengenakan apa-apa, bahkan lebih parah daripada gadis yang hanya mengenakan selapis pakaian tipis.
Saat dia sedang menekuri apa yang harus dilakukan, sesendok bubur sudah disuapkan ke dalam mulutnya. Bubur panas yang bercampur dengan daging suwir dan jamur itu menyamankan tubuh dan benaknya yang terluka.
Dia merasakan perutnya yang lapar dan tubuhnya menginginkan suapan bubur berikutnya. Tubuhnya terlalu rapuh sehingga dia tak bisa melawan ataupun menunggu lebih lama lagi untuk kelezatan yang sudah begitu lama tak dirasakannya.
Saat dia menelan, dia membatin, meski ini tidak pantas, tapi… mari prioritaskan makan untuk saat ini.
Setelah pria itu selesai makan, Zhou Xiaoxiao mengamati saat Yu Xingzhi kembali tertidur nyenyak dan mengesah.
Memandangi ke dalam guanya, di satu sudut terdapat tumpukan kayu, beras, daging kering, makanan kering, serta beberapa pakaian yang telah disimpannya sebelum ini.
Takkan ada masalah bagi mereka berdua bila ingin tinggal di sini selama sepuluh hari atau setengah bulan.
Namun bagi Kediaman Lin, bukan hanya mereka kehilangan seorang pelayan yatim piatu, mereka juga kehilangan seorang tawanan penting.
Setelah insiden yang disebabkan oleh bandit gunung, takkan terelakkan bagi mereka untuk menutup jalan masuk dan keluar gunung.
Bagaimana dia akan bisa kabur dengan orang yang terluka?
Masalah paling penting yang Zhou Xiaoxiao tak bersedia mengemukakannya adalah bahwa dirinya takut tinggal di sini dan hanya melihat seseorang mati seperti ini.
Mereka kekurangan obat-obatan di sini. Ditatapnya Yu Xingzhi yang berwajah pucat; pria itu terluka parah, dan kakinya juga patah. Bagi pria itu untuk tinggal dalam lingkungan seperti ini dalam kurun waktu tertentu, takutnya…. Zhou Xiaoxiao menggelengkan kepalanya dan memaksa dirinya sendiri untuk berhenti memikirkannya.
Dia seharusnya pergi sendirian dan tidak terlibat lagi. Dia telah berupaya keras untuk menyelamatkan nyawanya sendiri dan dia tak mau mengalami kematian lagi.
Meninggalkan pria itu di sini dengan semua sumber daya yang ada dalam gua akan berarti bahwa dia telah melakukan bagiannya dan sisanya hanya bisa diserahkan ke tangan Tuhan.
Zhou Xiaoxiao mulanya adalah orang yang berhati dingin.
Dia mematahkan ranting di tangannya dan menetapkan tekadnya.
Dia berdiri dan berganti dengan pakaian laki-laki, kemudian mengatur potongan-potongan kayu dengan rapi di dekat ranjang Yu Xingzhi serta meletakkan makanan dan air di tempat yang berada dalam jangkauan pria itu. Dia mendorong api unggunnya lebih dekat pada pria itu dan membetulkan posisi tempayannya.
Mengedarkan pandangan, tak ada lagi yang bisa dia lakukan.
Dia ingin pergi diam-diam, namun kakinya tak mau bergerak, seakan telah mengakar ke tanah.
Ditatapnya wajah Yu Xingzhi. Pria itu sedikit mengernyit dan tak ada tanda-tanda kehidupan dari wajah pucatnya. Yu Xingzhi perlahan membuka matanya, tatapannya terus terarah pada pakaian tebal dan tas bawaan Zhou Xiaoxiao yang besar. Pertama-tama matanya menampakkan kebingungan, kemudian dia dengan cepat memahami situasinya dan menampakkan ekspresi paham.
Bagaimana kalau dia memohon agar aku tetap tinggal? Tidak, aku tak boleh lemah hati. Aku tak berhutang apa pun kepadanya. Meski dia telah menarikku hingga cukup jauh, aku juga telah menyelamatkan dirinya. Aku telah melakukan apa yang bisa kulakukan dengan memberinya semua sumber daya, Zhou Xiaoxiao memberitahu dirinya sendiri.
“Aku….”
Dia sudah akan menjelaskan situasinya saat Yu Xingzhi perlahan menopang tubuhnya dan mengulurkan tangan untuk membungkuk kepadanya dalam gerak lamban. Pria itu mengucapkan salam perpisahannya dengan sopan, “Jasa besarmu tidak cukup untuk diucapi terima kasih dengan kata-kata. Kalau kelak aku kebetulan bisa selamat, aku pasti membayar jasamu dengan hadiah besar. Harap jaga dirimu.”
Zhou Xiaoxiao tak tahu apa yang harus dikatakannya. Dia memaksa dirinya sendiri untuk tidak membalas tatapan pria itu, berbalik dan meninggalkan gua.
Setelah turun salju seharian, dunia di luar gua menjadi putih sepenuhnya, tak menampakkan tanda-tanda kehidupan sama sekali.
Zhou Xiaoxiao menutupi pintu masuk gua dengan ranting. Guanya tersembunyi dengan baik berkat salju.
Dia berjalan mundur di sepanjang jalan, membersihkan jejak kaki yang dia tinggalkan. Saat dirinya telah mencapai jarak yang cukup jauh, dia naik ke atas papan luncur dan meluncur turun bukit ke sisi lain gunung.