Heroine Saves A Gentleman - Chapter 4
- Home
- Heroine Saves A Gentleman
- Chapter 4 - Kalau Aku Beruntung Tidak Mati, Aku Akan Memintanya Menikah
Kecepatan Zhou Xiaoxiao meluncur turun gunung sangat tinggi.
Dalam waktu sekitar satu jam, Zhou Xiaoxiao tiba di sebuah desa kecil bernama Lijiatun di kaki gunung. Desa ini terletak di sisi selatan gunung dan berjarak sekitar dua puluh mil dari Kota Qiong yang berada di timur laut gunung. Zhou Xiaoxiao berencana untuk tinggal semalam di desa itu dan membeli seekor hewan untuk ditunggangi keesokan harinya sebelum pergi.
Hari ini kebetulan merupakan hari pasar dan tempat itu ramai dengan keriuhan. Bahkan para penduduk desa dari desa-desa sekeliling datang kemari untuk hari pasar.
Di sepanjang kedua sisi jalannya yang tidak rata dan penuh dengan lubang ramai dengan aktivitas. Jalanannya ramai oleh lapak-lapak yang menjual segala jenis barang seperti makanan, sepatu, kaus kaki, dan berbagai barang lainnya.
Para pejalan kaki menyisipkan jerami pada berbagai barang berbeda untuk mengindikasikan bahwa barang itu dijual. Beberapa membawa dua ekor angsa, atau sekeranjang telur, sementara yang lainnya memanggul setumpuk kayu bakar.
Karena mereka berada di dekat gunung, terdapat banyak pemburu yang memperjualbelikan segala macam produk.
Saat ini, Zhou Xiaoxiao mengenakan topi kulit anjing bertelinga dua dan memakai mantel berlapis katun, dengan jaket tanpa lengan dari kulit harimau di bagian luar. Dia mengenakan sepatu bulu dan terdapat dua bercak merah yang kentara di wajah kotornya. Dia berpakaian layaknya tipikal pemburu di pegunungan dan tak menarik perhatian dalam kerumunan.
Zhou Xiaoxiao memeriksa dengan seksama namun tak melihat penjaga yang mencolok yang berpatroli di area itu. Dia menjadi tenang dan berpikir kalau karena tempat ini dan halaman Kediaman Lin berada pada dua arah yang berbeda dari gunung, belum ada seorang pun yang semestinya terpikir untuk datang kemari.
Akan tetapi, pasar tradisional yang ramai dan unik tak membuatnya bersemangat.
Dia hanya merasa kalau hatinya terasa membengkak dan sakit. Setelah berjalan dengan kesal di dalam kerumunan selama sesaat, dia melihat sebuah klinik dengan papan nama yang menyebutkan ‘Menjual Segala Macam Tanaman Obat’.
Zhou Xiaoxiao mengetuk konter kayu kunonya dan pekerja di dalam toko yang adalah seorang pria muda berusia belasan tersenyum kepaanya dan menampakkan barisan gigi putih yang rapi dengan sempurna.
“Pelanggan ini mencari obat atau perawatan?”
Zhou Xiaoxiao meletakkan bungkusannya di konter dan berkata, “Aku punya tulang harimau dan tanduk rusa muda yang bagus. Apakah toko ini menerimanya?”
Si pria muda berbalik dan berseru ke ruang dalam, “Ayah, ada orang yang menjual bahan obat di sini.”
“Kami terima, kami terima. Silakan tunjukkan dulu barang-barang apa yang kau bawa pada kami.” Seorang tabib tua berjenggot putih yang ahli dalam pengobatan berjalan keluar dari dalam ruangan.
Si tabib tua memberinya harga yang sesuai dan karena Zhou Xiaoxiao telah mencuri sejumlah uang dari Kediaman Lin saat dia keluar, dia pun tak repot-repot berdebat dengan mereka mengenai harganya. Dia langsung memberikan barang-barangnya kepada mereka.
“Kalau saudara ini punya lebih banyak kulit hewan yang berkualitas, harap berikan beberapa kepada pak tua ini. Dalam cuaca sedingin ini, pak tua ini ingin membuat mantel untuk anak.” Si tabib tua menunjuk pada jaket kulit harimau tanpa lengan yang dikenakan Zhou Xiaoxiao.
Zhou Xiaoxiao teringat pada tumpukan bulu di dalam gua dan Yu Xingzhi yang terbaring di bawah tumpukan itu. Bagaimana kondisinya sekarang? Bisakah dia melaluinya?
Zhou Xiaoxiao merasa seakan dirinya telah melakukan sesuatu yang luar biasa salah dan hatinya terasa sakit. Saat dia meninggalkan toko obat, Zhou Xiaoxiao keluar dengan membawa berbagai macam obat-obatan. Contohnya, dia memiliki obat-obatan untuk luka seperti luka bakar, meredakan peradangan, radang dingin, luka tusukan, dan sepasang penjepit untuk membetulkan tulang.
Sebenarnya buat apa aku membeli ini? Zhou Xiaoxiao berpikir sambil lalu.
Dia menemukan sebuah penginapan di desa itu dan memesan satu kamar.
Dia mengisi perutnya dengan makanan, meski tidak tahu apa yang dimakannya. Setelah itu, dia berbaring di atas ranjang kang bertungku, namun tak bisa tidur.
Setelah berjuang untuk tidur selama sesaat, dia akhirnya tertidur dengan linglung.
Selama sesaat, dia memimpikan Yu Xingzhi dimutilasi menjadi potongan-potongan berdarah oleh Lin Bingren, atau mati di dalam gua, atau mayatnya dimakan oleh hewan liar.
Dia terbangun dengan keringat dingin dan mendapati kalau matahari sudah terbit.
Zhou Xiaoxiao melompat bangkit dari ranjang kang dan menyewa kereta luncur dan juga delapan ekor anjing penarik kereta dari pemilik penginapan. Kemudian, dia membeli selimut dan melompat ke atas kereta luncur itu, lalu menggulung selimut dan memegangi obat-obatan.
Kedelapan ekor anjing penarik kereta luncur mengerahkan seluruh tenaga mereka untuk berlari dan mengikuti jalan dari mana Zhou Xiaoxiao datang, dengan cepat mengarah ke gua.
Saat dia tiba di depan gua, dilihatnya tiga pohon cedar putih yang telah dilihatnya sebelum pergi. Hal ini membuat Zhou Xiaoxiao merasa lega.
Dia menepiskan salju dari pintu masuk gua dan mengarahkan para anjing ke dalam. Mereka berlari masuk, membawa kereta luncur itu bersama mereka dan Zhou Xiaoxiao sudah akan memanggil, namun pemandangan di dalam gua mengejutkan dirinya.
Apinya telah dipadamkan dan terdapat cahaya redup di dalam gua batu yang berasal dari cahaya matahari yang menyorot ke dalam gua. Samar-samar Zhou Xiaoxiao bisa melihat seseorang terbaring di ujung tumpukan bulu.
Pria itu telanjang dan wajahnya putih pucat. Satu lengannya terjulur untuk meraih sesuatu.
Jantung Zhou Xiaoxiao berdebar kencang saat dia berlari menghampiri. Dengan hati-hati dia membalikkannya untuk melihat wajah pucat pasi Yu Xingzhi saat pria itu menggertakkan giginya. Begitu Zhou Xiaoxiao menyentuh dahinya, ternyata panas membara.
Hati Zhou Xiaoxiao merasakan rasa bersalah yang luar biasa.
Dia menyalahkan dirinya sendiri. Sejak kapan kau jadi begitu kejam? Orang itu bahkan tak meninggalkanmu di tanah berlapis salju beku ini, tetapi kau meninggalkan orang yang terluka di sini untuk binasa seorang diri.
Sementara dia menyalahkan dirinya karena tak berperasaan, dia juga dengan cepat bertindak.
Dia kembali menyalakan api unggun dan memasang selimut yang dibelinya pada pria itu. Kemudian, dia menambahkan tanaman-tanaman obat untuk pemakaian dalam ke dalam tempayan untuk memasaknya. Begitu dia selesai mengolah obat-obatan untuk penggunaan luar, dia merawat si pasien dengan obat itu dan membalut kembali perbannya. Selain itu, dia harus menutupi pintu masuk gua dan mencari tempat untuk anjing-anjing penarik kereta. Kebetulan, saat dia menyibukkan diri dengan tugas-tugas itu, tiba-tiba dia mendengar erangan rendah.
Zhou Xiaoxiao bergegas menghampiri ke sisi Yu Xingzhi, bertanya, “Kau sudah bangun?”
Dia menyentuh dahi pria itu untuk merasakan demamnya.
“Ba… bajingan.” Yu Xingzhi terus menggumam dalam mimpinya. “Ber… berhenti… lepaskan aku.”
Pria itu demam dengan begitu parah sehingga dia mulai meracau, membuat Zhou Xiaoxiao gelisah.
“Ini aku, aku kembali.” Dia hanya bisa menenangkan pria itu dengan suara lembut.
Dia selesai memasak obat-obatan untuk meredakan peradangan dan dia lalu membantu si pasien yang lemah agar bangun, dengan hati-hati menyuapinya obat. Setelah itu, Zhou Xiaoxiao sudah akan berbalik ketika dia mendengar sebuah suara samar.
“Jangan… jangan pergi. Jangan tinggalkan aku.”
Hati Zhou Xiaoxiao terasa getir.
Dia duduk di sisi Yu Xingzhi dan menggenggam tangannya, berkata lembut, “Aku takkan pergi. Jangan takut.”
Pria itu dalam kondisi tidak sadar, jadi tak bisa mendengar suara apa pun. Namun dari waktu ke waktu, Yu Xingzhi akan mengeluarkan beberapa erangan rendah.
Zhou Xiaoxiao berpikir, kalau saja kau memohon kepadaku sebelum aku pergi, mungkin aku takkan meninggalkanmu. Tetapi, kau malah harus mengucapkan salam perpisahan padaku seperti seorang lelaki terhormat yang sopan dan memberitahuku betapa berterimakasihnya dirimu. Sekarang saat kau demam begini, apa gunanya lagi mengatakan hal itu?
Dia merasa malu dan bersalah, jadi dia pun menggandakan upaya dalam merawat Yu Xingzhi. Disekanya leher, ketiak, kaki, dan tangan pria itu dengan air dingin terus-menerus. Dia mengganti handuk di dahi Yu Xingzhi terus-menerus hingga suhu tubuhnya yang tinggi akhirnya turun dan pria itu perlahan terbangun.
Yu Xingzhi membuka matanya untuk melihat Zhou Xiaoxiao dan matanya yang berbinar bagai bintang. Seakan ada ribuan kata yang ingin dia katakan, namun dia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Pada akhirnya, dia mengulas senyum lemah, namun hal ini menghasilkan retakan pada hati Zhou Xiaoxiao yang dingin.
Yu Xingzhi berjuang mati-matian dengan demamnya saat suhu tubuhnya mulai naik lagi. Kemudian suhu tubuhnya turun, lagi dan lagi.
Dirinya berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar dari waktu ke waktu, namun dia bisa merasakan tubuh yang hangat menggenggam tangannya saat dia tak sadarkan diri, dengan lembut menyemangati dirinya.
Saat Yu Xingzhi akhirnya terbangun, dia selalu bisa melihat satu sosok sibuk yang berkeliaran, menyuapinya makan dan menggantikan perbannya. Meski ada tabu mengenai pria dan wanita, sosok itu tak menjauhkan diri darinya. Sepasang mata yang cerah dan berkilau selalu menampakkan seulas senyum jernih saat menatap dirinya.
Dia merawatku tanpa memedulikan standar masyarakat.
Kalau… aku beruntung bisa pulih, aku pasti akan menikahi wanita ini. Dengan demikian, aku takkan merusak reputasinya. Dia memikirkan tentang hal ini sementara masih berada dalam kondisi pikiran yang kabur.
Saat dia perlahan terbangun dari demamnya yang turun kali ini, Yu Xingzhi melihat Zhou Xiaoxiao mengemasi barang-barang di dalam gua dan dengan anggun mengangkut semua bulu ke atas kereta luncur, kemudian dengan cepat mengikat tali kekang anjing-anjing penarik kereta.
Dia akan pergi lagi. Saat dia menyadari hal ini, Yu Xingzhi merasa hatinya tenggelam dalam kegelapan dan dia benar-benar ingin meminta gadis itu tetap tinggal dan tidak meninggalkan dirinya dalam gua yang gelap dan dingin ini, menderita dari penyakit ini hingga rasanya dia akan mati.
Akan tetapi, didikannya yang baik membuatnya tak mampu membuka mulutnya. Lagipula, dia tak mau dan tak bisa melibatkan seorang gadis yang tak pernah dia temui sebelumnya hingga saat ini ke dalam situasi yang berbahaya. Karenanya, dengan cepat namun enggan dia menyesuaikan emosi-emosinya, bersiap untuk perpisahan tenang yang lain.
Setelah Zhou Xiaoxiao selesai mengikat kekang anjing-anjing kereta luncur, dia melongok untuk mendapati Yu Xingzhi menampakkan ekspresi kecewa dan sedih di wajah tampannya. Namun ekspresi ini dengan cepat menghilang dan pria itu lalu memasang raut tenang dan kalem; bahkan dengan enggan tersenyum. Zhou Xiaoxiao berjalan menghampiri dan membungkus tubuh Yu Xingzhi bersama dengan selimutnya, menggendong pria itu di lengannya lalu meletakkannya di atas kereta luncur.
Yu Xingzhi terperanjat. “Kau… kau membawaku bersamamu?”
“Aku membawamu untuk menemui tabib.” Zhou Xiaoxiao memasangkan topi kulit anjingnya pada kepala pria itu. “Kau tak boleh mati.”
Saat Zhou Xiaoxiao menatap pria itu dalam jarak dekat dengan matanya yang bulat dan besar, tersenyum dan menarikkan selimut bulunya lebih tinggi, Yu Xingzhi merasakan kehangatan yang tak ingin dilepaskannya. Karena perasaan ini dan keinginan untuk bertahan hidup, pada akhirnya dia tak menolaknya.
Ketika kereta luncurnya mulai bergerak dan berjalan menuruni gunung, separuh dari hati Yu Xingzhi terbenam dalam kebahagiaan karena terselamatkan, sementara separuh lainnya sangat menyalahkan dirinya sendiri atas keegoisannya. Dia merasa pahit dan tahu kalau dirinya bersalah. Dia tak mampu mengungkapkan perasaannya ke dalam kata-kata.
Keduanya tiba di Lijiatun pada sore hari. Zhou Xiaoxiao berjalan lurus menuju klinik. Saat dia masuk, pria muda dari kali terakhir itu langsung melihat dirinya. Pemuda itu buru-buru meletakkan pekerjaan di tangannya dan membantu membawa si pasien ke dalam griya dalam. Saat si tabib tua memeriksa luka-luka Yu Xingzhi, dia membelai jenggotnya dan menampakkan ekspresi serius. Zhou Xiaoxiao diam-diam menempatkan tangannya pada belati di belakang punggungnya. Kalau situasinya jadi tidak benar, dia akan melakukan apa pun untuk memaksa si tabib merawat Yu Xingzhi.
“Nak, sana pasang balok pintu dan padamkan lilin-lilin di halaman depan; tutup pintunya saat kau keluar.” Si tabib berkata kepada si pemuda, “Cepatlah, cepatlah, lalu rebus air hangat sebagai persiapan.”
Dia kemudian berkata pada Zhou Xiaoxiao, “Kami akan butuh saudara ini untuk membantuku.”
Zhou Xiaoxiao perlahan melepaskan tangannya yang menggenggam belati dan berkata, “Terima kasih banyak, Pak.” Seraya mempertahankan kewaspadaannya, dia membantu sang tabib.
Yu Xingzhi memiliki sifat yang teguh dan meski proses pengobatannya luar biasa menyakitkan, dia tak mengucapkan sepatah kata pun. Alih-alih, dia menggertakkan giginya dan menatap ke sisi lain.
Kalau bukan karena kepalan tangannya yang gemetar, orang mungkin akan berpikir kalau sang tabib tidak sedang merawat cidera parah pada dirinya. Hingga sang tabib akhirnya memasang tulangnya yang patah kembali ke posisi, dia pun tak bisa menahan diri untuk mengerang; wajahnya sarat dengan keringat saat dia pingsan.
Bahkan tabib yang telah melihat banyak pasien tak tahan untuk mendesah, “Kediaman Lin yang keterlaluan ini benar-benar menyiksa orang sampai mati.”
Zhou Xiaoxiao yang sedang menyeka keringat dari wajah Yu Xinghi dibuat terperanjat oleh kata-katanya dan langsung berbalik untuk menatap sang tabib dengan waspada.