I Can Talk to Cats - Chapter 41
Di malam tahun baru, toko Keluarga Lin tutup.
Toko rokok dan alkohol serta cafe kucingnya tidka buka untuk bersiap-siap merayakan Tahun Baru.
Karena menutup cafenya selama beberapa hari, Lin Lan pun memindahkan semua mainan kucing, pohon-pohon kucing, dan bantalan-bantalan pemanas yang bisa dia angkut ke apartemennya di lantai tiga. Sepuluh lebih ekor kucing itu akan tinggal di lantai tiga, dan mereka membutuhkan ruang yang luas untuk berlarian dan bersenang-senang.
Tentu saja, Lin Lan tak bisa memindahkan semuanya sendirian, jadi dia meminta bantuan Xiao Song karena pemuda itu tidak pulang untuk Tahun Baru.
“Xiao Song, kalau kau tak berniat pulang, bagaimana kalau kau datang dan ikut merayakan Tahun Baru bersama kami?” Setelah mereka memindahkan semuanya ke apartemen Lin Lan, Lin Lan berkata kepada Xiao Song, “Tidak terlalu seru kalau kau merayakannya sendiri. Bagaimana kalau mampir dan bergabung dengan kami untuk makan malam Tahun Baru? Selain itu, ini bisa dianggap sebagai tunjangan karyawan.”
Melihat pemilik gedung sekaligus bosnya telah begitu ramah, Song Xinmin pun jadi agak malu ketika dia menjawab: “Dengan tambahan aku, apa akan nyaman bagi keluargamu?”
“Sama sekali takkan jadi masalah,” Lin Lan meyakinkannya. “Aku sudah tanya orangtuaku dan aku juga berencana mengundang Nona Wang karena dia juga sendirian di Tahun Baru.”
“Bos….” Song Xinmin merasa tersentuh ketika dia berkata, “Kau benar-benar orang baik!” Tak peduli apakah gadis ini berperan sebagai pemilik gedung ataupun bos cafe kucing, Lin Lan amat sangat pengertian!
Lin Lan merendah: “Jangan pandang aku terlalu tinggi, aku tak pernah menganggap diriku sendiri sebagai orang yang benar-benar baik, aku cuma orang biasa. Aku mengundangmu datang karena kau adalah karyawanku, dan aku mengundang Nona Wang datang karena dia adalah VIP nomor satu di cafe kucing. Ditambah lagi, kalian berdua sama-sama tinggal di gedung apartemen keluargaku dan tidak pulang kampung.”
Ketika dia menerima kemampuan ajaib bisa berkomunikasi dengan kucing di Yunani, Lin Lan tak pernah berencana untuk menyelamatkan setiap ekor kucing di dunia, tapi hanya membantu kucing-kucing yang ada tepat di hadapannya. Dia tidak pantas disebut sebagai orang dengan hati suci murni yang ingin berbuat kebajikan.
“Yah, kau tetap orang naik.” Sebagai seseorang yang telah melakukan perjalanan ke banyak tempat dan mengalami banyak hal, Song Xinmin tersenyum dan berkata, “Bahkan hanya dengan menjadi seorang bos yang membayar upah tepat waktu dan memberi tunjangan kepada para pegawai mereka, kau sudah seharusnya dipuji.”
Dari kata-katanya, tampak jelas bahwa pemuda itu telah melalui banyak pengalaman yang tak terucapkan, dan Lin Lan mendesah, “Kalau begitu ingatlah untuk datang besok malam untuk makan.”
“Terima kasih, Bos.” Xiao Song tersenyum dan mengiyakan. Dia baru saja akan pergi ketika dilihatnya Lin Lan menumpuk berkaleng-kaleng makanan kucing ke dalam tas. Merasa penasaran, dia bertanya, “Bos, kucing-kucing kita tidak makan makanan kucing kalengan semacam ini, jadi kenapa kau membeli begitu banyak?”
“Kau benar, ini bukan untuk kucing-kucing kita dari cafe kucing, ini untuk para kucing liar di luar.” Seraya memasukkan kaleng-kaleng itu ke dalam tas, dengan sabar Lin Lan menjawab pertanyaan itu. Gerombolan kucing liar yang dipimpin oleh Bos Kucing memiliki jumlah kucing yang besar yang bergantung pada Lin Lan untuk mendapat makanan.
Song Xinmin mengulang, “Kau memberi makan kucing-kucing liar?” Tiba-tiba dia menyadari kalau tiap beberapa hari sekali, sang Bos akan pergi selama beberapa jam. Jadi ternyata, dia memberi makan kucing-kucing liar pada saat itu, dan kucing-kucing liar itu merupakan sumber beberapa kucing yang bekerja di cafe kucing.
Sepertinya ada pemahaman satu sama lain antara sang Bos dengan para kucing liar. Sang Bos akan membawakan mereka makanan, dan dari waktu ke waktu, mereka akan mengizinkan dia membawa pulang kucing-kucing peliharaan.
“Benar! Besok adalah Malam Tahun Baru jadi aku mau ke sana untuk memberi mereka makan hari ini.”
Song Xinmin mendengar tekad di dalam suara Lin Lan dan melihat gadis itu mengangkat tas berat tersebut ke bahu. Dia lalu berkata, “Bos, bagaimana kalau aku pergi ke sana bersamamu? Dengan dua orang membawa makanannya, tentunya takkan terlalu berat.”
Lagipula, Song Xinmin tak punya terlalu banyak kerjaan selama liburan jadi dia pun memutuskan untuk mengikuti Bos Lin menemui kucing-kucing liar dan menghirup udara segar.
Lin Lan tak menolak tawaran dari pegawainya, dan karena tasnya memang cukup berat, dia pun setuju untuk mengajak pemuda itu. Masing-masing dari mereka membawa separuh jumlah makanan kucingnya dan pergi menuju wilayah kekuasaan Bos Kucing.
Akhir-akhir ini, salju terus turun di Xicheng. Tak ada kucing yang terlihat di atap-atap rumah, tapi di dalam salah satu rumah itu, bayang-bayang mereka bisa terlihat.
Song Xinmin mengikuti Lin Lan dan mereka berhenti di suatu rumah yang kelihatannya sudah ditinggalkan. Lin Lan berjalan masuk dan menghadap sebuah ruangan yang memiliki jendela kedap udara yang melindungi penghuninya dari angin yang dingin. Dia membuka pintu, menampakkan banyak kotak yang masing-masingnya berlubang. Dari masing-masing lubang menyembul kepala beberapa ekor kucing. Di dalam kotak-kotak itu terdapat baju-baju lama yang membantu menjaga agar semua kucing liar dengan berbagai warna berbeda tetap hangat.
Membandingkan ruangan yang sedikit dingin ini dengan temperatur membekukan di luar, ruangan ini jelas lebih cocok dan nyaman bagi para kucing.
Sepertinya kucing-kucing ini familier dengan sang Bos karena begitu Lin Lan membuka pintu, beberapa ekor kucing menyapanya.
“Meong….” “Meongeong –” “Meongao….”
Para kucing mengeong pada Lin Lan, suara mereka bermacam-macam dari lembut hingga kasar. Setelah pengalamannya bekerja di cafe kucing, dari ekor-ekor mereka yang terangkat tinggi Song Xinmin menerka bahwa mereka sedang memohon makanan dari Lin Lan.
Tentu saja, Lin Lan bisa mengerti persis apa yang mereka katakan.
[Lanlan, lu balik nemuin kami lagi?]
[Lanlan, bawa makanan enak gak?]
[Lanlan, ranjang yang lu bawain buat kami maknyus banget! Begitu masuk ke dalam, kami nggak kedinginan lagi!]
Para kucing liar mengelilingi kaki Lin Lan dan mengeong kepadanya. Beberapa bahkan menggosokkan kepala mereka pada kaki Lin Lan dan bermanja-manja.
“Sabar ya semuanya! Makanannya cukup untuk semua yang ada di sini!” Dengan hati-hati Lin Lan menjauh dari para kucing karena dia takut akan menginjak kaki-kaki mereka. “Di mana Bos Kucing?”
Ketika para kucing mendengar Lin Lan menanyakan tentang pemimpin mereka, secara berbarengan mereka pun minggir untuk membuka jalan.
“Waawuuaoo….” Lin Lan mendengar suara familier itu dan melihat ke arah puncak paling atas kotak-kotak kucing untuk mendapati sang Bos Kucing. [Biarpun lu bawain makanan kucing sekarang, kami masih belum nemuin jenis-jenis kucing yang lu cari.]
Lin Lan tersenyum: “Aku cuma membawakan makanan kemari untuk merayakan Tahun Baru. Kuharap semoga kalian semua gemuk sepanjang tahun.”
Song Xinmin berdiri di belakang Lin Lan dengan membawa makanan kucing. Ketika dia mendengar kalau sang Bos Kucing ada di belakang sekumpulan kucing liar, dia pun menoleh dan seketika dibuat tertegun.
Yang menarik perhatiannya bukanlah penampilan luar kucing ini, melainkan auranya.
Song Xinmin telah melakukan perjalanan ke banyak kota dan desa namun tak pernah bertemu dengan kucing semacam ini yang memiliki aura seorang pemimpin yang langsung membuatnya berbeda dari kucing-kucing biasa dari keturunan yang sama.
Secara instingtif Song Xinmin menepuk-nepuk kantongnya sebelum menyadari kalau dia sudah lupa membawa serta kameranya. Dia langsung menyesalinya. Kalau saja sekarang dia bisa mengambil foto kucing ini, pasti akan menjadi gambar yang bagus.
Dengan cepat dia melupakan soal penyesalannya karena Bos Lin mulai membuka makanan kucing kalengan untuk memberi makan para kucing.
Begitu kaleng-kalengnya diletakkan dalam barisan rapi, masing-masing kucing liar itu menundukkan kepala mereka untuk melahap makanannya. Jumlah kucing liarnya cukup mengejutkan, dan mereka semua mengeong-ngeong seakan hendak menjaga makanannya, yang merupakan pemandangan yang sudah terbiasa dilihat oleh Song Xinmin karena kucing-kucing di cafe kucing akan melakukan hal yang sama.
Atau mungkin ini karena Bos Lin yang lihai sedang memberi makan mereka? Bahkan ketika para kucing liar itu sedang makan, mereka tenang dan teratur.
Ketika segerombolan kucing liar itu sedang makan, mau tak mau Song Xinmin memerhatikan bahwa sang Bos Kucing dengan aura menakutkan itu tidak makan bersama mereka. Alih-alih, Bos Lin dan sang Bos Kucing sedang mengobrol. Bos Lin memperlihatkan kembali kemampuan ajaibnya dalam bahasa kucing.
“Waawuu.” [Belakangan ini, ada beberapa kucing yang ingin gabung sama kami, tapi gua harus ngusir mereka.]
“Kenapa kau mengusir mereka?” Lin Lan terkejut.
“Waa.” [Makanan terbatas dan gua nggak bisa nerima setiap kucing liar. Normal kalau kucing yang lebih lemah mati di musim dingin.]
Lin Lan terdiam. Dibandingkan dengan manusia, sebagian besar hewan harus menghadapi kemungkinan tidak bisa selamat akibat kondisi-kondisi sesederhana cuaca. Mereka harus bersaing untuk makanan, wilayah…dan kesempatan untuk sekedar bertahan hidup.
“Kau adalah bosnya dan ini adalah kelompokmu, jadi kau yang tentukan.” Sesaat kemudian, akhirnya Lin Lan menjawabnya.
Mata emas Bos Kucing berkilat ketika Lin Lan bicara lalu dia mengeong, ‘Waawuuuwuuu — waawuuu.” [Seumur-umur gua udah ketemu banyak kaki dua. Beberapa kayak lu dan ambil inisiatif buat ngasih kami makanan, tapi mendadak mereka bakal berhenti datang. Daripada cuma bergantung pada lu buat makanan, gua lebih pilih ngandalin diri sendiri.]
Lin Lan terdiam.
Huh…. Dia benar-benar tak tahu bagaimana harus menanggapinya.
Sebagai kucing, tentu saja mereka tak memahami kerumitan dalam perilaku manusia, jadi kucing ini hanya mengandalkan pengalaman-pengalamannya di masa lalu untuk membuat penilaian.
“Maafkan aku.” Lin Lan hanya bisa bilang begitu. “Aku cuma bisa berjanji akan mengurus kucing-kucing yang telah kubawa pulang dengan baik. Lalu untuk kelompok kucing liarmu, aku tak bisa membuat janji yang sama.”
Kalau dia bersikap realistis, tak mungkin bagi Lin Lan untuk bisa tahu persis apakah dia mampu menopang dan memberi makan sekelompok kucing liar ini seumur hidupnya. Sungguh ada terlalu banyak variabel yang bisa menghasilkan penyimpangan.
Mata Bos Kucing melembut dan dia mengeong dengan nada suara lebih rendah, “Waawuu.” [Gapapa. Lagian, cuma kalian, makhluk kaki dua yang akan membantu ngasih makan dan tempat tinggal buat makhluk lainnya.]
Setelah mereka selesai memberikan makanan kucing, Lin Lan membantu para kucing membetulkan tempat tidur mereka dan memastikan kalau jendelanya masih kedap udara sebelum dia pergi dengan suasana hati lesu.
Dalam kepalanya ada banyak pemikiran campur aduk termasuk banyak idealisme yang tidak realistis, tapi satu demi satu, semua pemikiran itu disingkirkan oleh dirinya yang menerima kenyataan.
Pada akhirnya…. Dia cuma seorang manusia biasa yang egois.
“Bos, apa kau dekat dengan Bos Kucing dari kucing-kucing liar itu?” Pertanyaan Song Xinmin ketika mereka berjalan pulang menarik Lin Lan kembali ke kenyataan. Dia mendongak untuk melihat wajah penuh semangat pemuda itu ketika yang bersangkutan berkata, “Aku ingin mengambil fotonya, apa menurutmu itu mungkin?”
Dia sedang meminta bantuan Lin Lan dengan sepenuh hati.
“Jangan tanya padaku, pertama-tama kau perlu mendapat persetujuan dari si kucing sendiri.” Lin Lan berpikir kalau ada kemungkinan 50-50 si kucing akan setuju. “Masih terlalu dini untuk mengatakannya. Lebih baik kita bicarakan soal itu setelah libur Tahun Baru berakhir.”
Begitu kembali ke gedung apartemen, Xiao Song kembali ke kamarnya untuk istirahat sementara Lin Lan kembali ke apartemennya di lantai tiga, di mana para kucing dari cafe kucing sedang berleha-leha.
Seperti sebelum-sebelumnya, begitu dia membuka pintu, dia dihadapkan pada suara meongan tanpa henti dari para kucing. Kucing-kucing yang sensitif itu tahu kalau yang datang adalah dirinya begitu mereka mendengar suara langkah kakinya.
[Lanlan, kau dah selesai ngasih makan mereka?]
[Baumu kayak kucing-kucing lain itu!]
{Singkirkan bau mereka! Emak punyaku!]
Tepat setelah dia menutup pintu, dirinya dikelilingi oleh para kucing yang menggosokkan diri mereka sendiri padanya untuk menyingkirkan aroma kucing-kucing lain. Suasana hati muram Lin Lan dari sebelumnya perlahan-lahan pulih kembali menjadi ceria.
“Berhenti menggosok, baunya takkan hilang semudah itu.” Lin Lan mengangkat si kucing ragdoll yang paling bernafsu menggosokkan tubuh padanya lalu menyentil hidung mungil merah muda kucing itu. “Kalian semua jangan lupa ya! Kita sudah sepakat kalau semuanya akan mandi hari ini.”
Setelah mandi, takkan ada lagi bau yang tersisa.
Dalam sekejap, kucing-kucing yang barusan mengelilinginya langsung kabur sejauh-jauhnya.