I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 19
Reaksi pertama Su Xi tentu saja lebih memilih tusuk rambut perak yang halus buatannya itu. Tak ada gadis yang akan mampu menolak perhiasan indah! Terlebih lagi, tusuk rambut perak memiliki gaya antik. Pola ukirannya luar biasa indah, dan pola bunga saljunya hanya bisa dilihat di masa kuno. Di masa modern, benda ini tampak seperti barang antik!
Seketika Su Xi lupa kalau ini adalah game. Dengan penuh semangat dia duduk tegak di sofa, mengulurkan jarinya untuk mengambilnya – berusaha memungut tusuk rambut perak itu.
Tapi sudah barang tentu, tindakan tanpa sadar itu terlalu bodoh. Bagaimana mungkin mengeluarkan benda dari dalam game?!
Su Xi, memegangi ponselnya, merasa kesal.
Dia tak tahu apakah seniman asli game-nya yang telah melukis tusuk rambut perak itu dengan sedemikian indahnya, tapi rasanya tetap aneh karena hadiah dari anak itu terlalu menyejukkan bagi hati gadis muda si ibu tua ini.
Dia menginginkannya, tapi tak bisa mendapatkannya.
Sebelumnya Su Xi sudah memeriksa bahwa tak ada sistem tas ransel pada antarmuka game ini, hanya ada baris hasil panen. Tapi jelas-jelas, hadiah ini bukan bagian dari panenannya.
Dia ingin menaruh hadiah ini ke dalam tas ranselnya seperti permainan-permainan lainnya, tapi dia tak bisa melakukannya.
— Jadi bagaimana benda ini bisa diambil?!
Su Xi menjentik tusuk rambut perak yang tergeletak di atas meja dengan jarinya. Mendengar suara jernih nan manis itu, hatinya terasa sakit, namun untuk saat ini tak ada yang bisa dia lakukan dengan tusuk rambut perak ini.
… tapi, bahkan meski dia tak bisa mengambilnya, dia tak bisa meninggalkan hadiah ini di sini dan mengabaikannya.
Kalau tidak, ketika anak itu pulang dan melihat kalau hadiahnya tetap tak tersentuh, dia pasti akan sangat kecewa, dan akan duduk seorang diri dalam cahaya matahari terbenam persis seperti pada kali terakhir, menampakkan ekspresi sedih….
Su Xi menepuk pahanya. Kan masih ada itu!
Meski dia merasa agak enggan, tapi hanya bisa begini.
Dia menekan layar dengan jarinya dan menggeser tusuk rambut peraknya. Tusuk rambut perak itu terangkat dari atas meja, dan langsung disinari oleh cahaya yang masuk dari luar jendela, membuat peraknya tampak lebih indah dalam cahaya rembulan.
Mulanya, Su Xi hanya berniat mengambil tusuk rambut peraknya, tetapi kemudian tatapannya tertuju pada sabuk laki-laki indah yang ada di atas meja —
Ketamakan mungkin memang adalah insting manusia.
Dia tak bisa menahan dirinya dan megambil sabuk itu juga. Kemudian dengan penuh semangat karena mengambil harta karun, dia mengubah antaramukanya ke hutan bambu di kejauhan di luar rumah kayu —
Dia berencana untuk mencari tempat menguburkan kedua hadiah ini terlebih dahulu.
Dengan begini, anak itu akan tahu dia telah menerima hadiahnya.
Setelah Su Xi membeli aksi menggali dan mengisi dari toko dan membayarnya, dengan hati-hati Su Xi meletakkan kedua kotak itu ke dalam lubang, dan kemudian menutupinya dengan tanah.
Meski sungguh disayangkan, untuk sementara hanya bisa seperti ini.
Sesaat, Su Xi menatap hadiah yang telah dikuburkannya sendiri, mengingat-ingat sejumlah karakterisasi dari bambu-bambu di sekitarnya, dan berencana untuk menunggu hingga anak itu meninggalkan Ning Wangfu. Ketika Lu Huan sudah berganti ke peta lainnya, Su Xi akan menggalinya dan membawanya bersama Lu Huan. Pergi bersama.
Karena dia mendapatkan hadiah tak disangka ini dengan mata uang di dalam game, Su Xi begitu kegirangan sampai-sampai tak bisa meletakkan ponselnya. Dia mengganti antarmukanya ke rumah dan lanjut memikirkan cara untuk membuat busur dan anak panah yang dibutuhkan anak itu.
Tentu saja, semuanya ada di toko. Dari yang mahal hingga yang murah, ada ‘Panah Tulang Serigala Sabit’, ‘Panah Pegunungan Besi Oolong’, ‘Panah Bulu Phoenix’, ‘Panah Bulu Birch Ling’, ‘Panah Bambu Bulu Kayu’, dan ‘Mu Pu’. ‘Panah air’, ‘Panah Orion’, ‘Busur dan Panah Biasa’, “Busur dan Panah Usang’, dan sebagainya.
Berbagai gambar masuk dalam daftar, dan yang paling mahal pada pandangan pertama tampak amat kuat dan hebat!
Kalau Su Xi tak memenangkan lotere sebelumnya dan hanya memiliki sedikit uang saku, dia hanya akan membeli busur dan anak panah paling biasa.
Tetapi kini dia ingin memakai uang di dalam game untuk hanya membeli yang terbaik bagi anak itu. Jadi tanpa ragu dia menggerakkan jarinya ke ‘Panah Tulang Serigala Sabit’ yang paling mahal, seharga dua ribu koin emas.
Tetapi begitu panah itu disentuh, sebuah pesan muncul di bagian bawahnya – hanya untuk keluarga istana.
Lambang keluarga istana terukir di permukaannya.
Yang terbaik yang bisa dipakai oleh para pangeran adalah Panah Bulu Phoenix.
Demi menghindar dari menyebabkan masalah yang tak dibutuhkan bagi anak itu, sementara ini Su Xi harus menyerah, dna pertama-tama membeli Panah Bulu Phoenix terbaik yang ada dalam jangkauan pilihannya!
Segera, Panah Bulu Phoenix yang bentuknya indah, sebulat rembulan musim gugur, tergeletak di pinggir meja.
Su Xi teringat pada misi sampingannya, dan dengan antusias memilih sehelai sutra merah dari toko lalu mengikatkannya pada kepala busur dengan penuh perasaan.
Tugas sampingannya adalah topik tambahan, bisa dipakai untuk menyesuaikan ritme game itu. Tugasnya sangat sederhana, tetapi membutuhkan banyak upaya untuk mengikat busurnya dari seberang layar, dan Su Xi menghabiskan waktu yang lama.
Setelah akhirnya berhasil mengikatkannya dengan miring, sistem pun mengeluarkan hadiah untuk penyelesaikan tugasnya:
“Satu tugas sampingan sudah selesai, bonus koin emas +50, poin +2.”
Sistem bertanya: “Saat ini poinnya ada 17. Kau bisa memilih satu bagian untuk dibuka. Bagian mana yang perlu kubuka?”
Setiap kali satu bagian baru terbuka, Su Xi merasa agak bersemangat, karena detil pemandangan di keseluruhan game itu sangat indah. Jalan batu biru dan tepian-tepian atap di sepanjang koridor panjangnya sangat indah.
Setiap bagian tambahan pada peta menyala, seakan dia sedang menjelajahi seluruh Ibu Kota kuno, atau bahkan seluruh Negara Yan, selangkah demi selangkah.
Ada suatu perasaan yang sangat unik.
Su Xi berkata: “Lihat dulu ke mana perginya anak itu?”
Peta pun muncul. Ibu Kota di luar Ning Wangfu sangat besar, dibagi menjadi empat bagian: istana, kota dalam, kota luar, dan parit. Untuk sementara ini, Su Xi tidak sedang mencari bagian tertentu. Kota ini mirip dengan konsep lingkar dalam dan dua pertama dari lingkar ketiga.
(T/N: Ini mengacu pada jalan-jalan di Shanghai)
Di dekat wilayah parit, terdapat sebuah bangunan yang tampak seperti kuil, dan cahaya yang mengindikasikan keberadaan si anak bersinar terang.
“Itu di mana?” Su Xi terpana. Ini adalah pertama kalinya dia melihat anak itu pergi sampai sejauh ini.
Sistem menjelaskan: “Ibu Suri dahulu pernah datang untuk bersembahyang, jadi dupa di sini sangat laku. Akan tetapi, telah terjadi bencana beku pada musim dingin ini, dengan salju turun deras selama beberapa bulan berturut-turut, membuat rakyat yang berada ribuan li di luar Ibu Kota kelaparan, banyak di antaranya yang telah kehilangan rumah mereka. Juga ada banyak orang di Ibu Kota yang terjangkit flu dan tak punya obat, jadi mereka pun berkumpul di sekitar Kuil Yong’an, berharap bisa bertemu para pembesar dan meminta penjelasan.”
Su Xi merasa kalau ada cerita baru yang akan terungkap, maka dia langsung berkata, “Bantu aku membuka Kuil Yong’an.”
****
Ketika Lu Huan pergi ke pasar hari ini, dia telah berencana untuk membeli kayu birch dan bulu ekor dengan tael perak yang tersisa dari pembelian tusuk rambut perak serta sabuk mutiara, tetapi bahan-bahan ini tak bisa ditemukan di pasar biasa, jadi dia meninggalkan kota dalam dan pergi ke bagian kota luar yang merupakan wilayah pegunungan.
Tetapi dia tak pernah menyangka bahwa di perjalanan, semua yang dilihatnya adalah rakyat yang sekarat karena hawa dingin dan tak ada tabib yang bisa ditemukan!
Di mana para tabib?
Ternyata beberapa hari yang lalu ketika dirinya terjangkit demam typhoid, suatu serangan flu mulai menyebar di Ibu Kota, yang dengan cepat menyebar seperti wabah. Belasan pelayan di Ning Wangfu juga telah dipecat dan diusir.
Tentu saja, semua tabib di Ibu Kota segera diundang oleh para pejabat tingkat tinggi dan bangsawan untuk merawat mereka.
Dan rakyat jelata ini, kalau mereka punya sedikit simpanan, mereka masih bisa memanggil tabib. Tetapi kalau mereka miskin, mereka hanya bisa menunggu kematian.
Orang-orang ini tak mau menunggu ajal menjemput, jadi mereka berkumpul di Kuil Yong’an untuk mendapat penjelasan.
Berjalan hingga tiba di kota luar, ada orang-orang yang batuk-batuk karena flu. Di luar ada beberapa toko herbal yang baik hati, dan sejumlah besar orang yang mengantri untuk pereda sakit jumlahnya mengejutkan.
Makin jauh dia berjalan, semakin dia mengernyit.
****
Su Xi membuka bagian peta baru yaitu Kuil Yong’an dan pertama-tama mencari anak itu di antara kerumunan.
Ini adalah kali pertama dia melihat baju anak itu ketika sedang keluar, dan mendapatinya mengenakan baju kulit hewan dan topi hitam serta mantel di atas kepalanya untuk mencegah dirinya dikenali oleh orang-orang dari Ning Wangfu.
Kue susu kecil ini berkeliaran di antara kerumunan, berjalan maju dengan tangan dirapatkan, wajahnya dingin, lebih imut daripada biasanya. Tampak agak sedikit gagah….
Su Xi sudah hampir merasa geli, ketika tiba-tiba dia dikejutkan oleh banyaknya jumlah orang yang berbaring di atas lantai di Kuil Yong’an.
Di mana-mana ada orang!
Tanpa ada obat untuk angin dan hawa dingin, mereka bergeletakan dalam kondisi sakit di pojokan, sepertinya akan mati pada detik berikutnya!
Ada orang-orang sepuh dengan wajah keriput, anak-anak yang masih bayi dan dipeluk oleh ibu mereka, serta pria-pria muda gagah yang terkena penyakit ini. Semuanya sama. Mereka semua lemah, demam tinggi, dan merasa dingin serta beku.
Meski orang-orang di layar game ini semuanya adalah orang-orangan kartun, Su Xi masih merasa syok dan tak sanggup melihatnya!
Ternyata wabah flu di masa kuno bisa jadi sangat mengerikan?!
Ini adalah bencana. Entah ada berapa banyak orang yang akan mati pada musim dingin ini!
Meski para tabib itu telah berusaha sebaik mungkin untuk memeriksa dan mengobati, mereka jelas memiliki kemampuan medis yang terbatas. Mereka hanya bisa memakai obat-obatan herbal untuk menyelamatkan beberapa orang sakit yang gejalanya relatif ringan. Tetapi mereka yang demam tinggi dan vitalitasnya tipis, para tabib sudah menyerah atasnya.
Su Xi tak pernah menyangka bahwa influenza yang disebabkan virus macam ini, yang amat biasa di masa modern, bisa membunuh begitu banyak orang di era kuno di dalam game.
Pada hari itu, dia hanya membeli sedikit obat, dan anak itu cuma perlu meminum sekali, lalu pulih dengan cepat.
— Benarkah bahwa obat yang dibelinya dari toko bisa menyelamatkan orang-orang yang bergeletakan di seluruh permukaan lantai?
Sementara pemikiran ini melintas dalam benak Su Xi, Lu Huan sedang berjalan di antara orang-orang yang ketakutan dan lemah yang bertebaran di lantai, mengernyit, dan memikirkan tentang pertanyaan yang sama.
Waktu itu dirinya juga sakit parah, tetapi dia sudah langsung hampir pulih setelah lewat satu malam saja. Obat flu yang diberikan orang itu kepadanya ternyata sangat mujarab?!
Orang itu sepertinya selalu memiliki banyak keunikan, termasuk kandang pelindung dingin yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
Lu Huan tak tahu apa bahan yang ada dalam obatnya. Kalau bahannya bisa diidentifikasikan, apa dia bisa memilih bahan-bahan obat untuk menyelamatkan wanita, anak-anak, orang tua dan muda ini?
Demi mempertahankan kedamaian, para pejabat di kota dalam sudah mulai mengusir orang-orang keluar dari Ibu Kota karena mereka takut hal ini sampai diketahui oleh orang-orang yang ada di dalam istana.
Rakyat jelata menderita dan menangis kepada Langit dan Bumi.
Para pejabat di dalam kota berpuisi siang dan malam, bernyanyi dan menari.
Lu Huan berbalik, matanya tertuju sejenak pada seorang anak kecil sekarat yang berusia kira-kira delapan tahun, tangannya merah karena kedinginan, dan kakinya telanjang.
Pandangan Lu Huan terasa buram, dan setelah beberapa saat, dia memaksa dirinya untuk berpaling.
Pada saat ini, sebuah tugas utama baru muncul di antarmuka Su Xi.
[Pengingat, harap terima tugas utama keempat: bantu tokoh utama membuat obat mujarab untuk wabah flu, menjadi tabib jenius tak dikenal di Ibu Kota, takhlukkan hati ribuan orang, dan dapatkan uang sebanyak dua puluh hingga lima puluh tael perak dalam waktu sepuluh hari dari penjualan obat flunya.]
[Hadiah tugasnya adalah lima ratus koin emas, enam poin, dan tingkat kesulitannya delapan bintang.]
Tunggu, lima puluh tael–?
Pada mulanya Su Xi tercengang, tetapi kemudian ketika dia melihat kata-kata ‘hadiah poin’, semangat juangnya langsung terbangkitkan!
Bagaimanapun, bahkan meski tak ada tugas semacam itu, dengan hanya memandangi Lu Huan berdiri di tempat, menatap bocah malang itu dari kejauhan, Su Xi merasa bahwa anak itu telah menetapkan batin untuk mengerjakan masalah ini.
Entah apa yang dipikirkan oleh anak itu.
Tetapi Su Xi telah melihat bahwa di dalam rak buku anak itu, ada sebuah buku yang telah dibacanya berkali-kali hingga jadi lecek. Buku itu adalah ‘Manual untuk Membangun Negara yang Damai dan Makmur’.
****
Pada saat yang sama, di dalam Ning Wangfu, Ning Wangfei sedang berjalan mondar-mandir di dalam kamar Lu Wenxiu. Dia terus memutar tasbih di tangannya, tapi hatinya tak kunjung merasa tenang.
Setelah diselamatkan dari sungai, Lu Wenxiu terus mengalami demam dan batuk. Ning Wangfei mengira kalau ini hanya flu dan meminta tabib agar datang untuk memberikan obat secara rutin.
Tetapi Ning Wangfei tak pernah menyangka bahwa meski sudah lewat berhari-hari, penyakit Lu Wenxiu tak kunjung mengalami kemajuan.
Ditambah lagi, tiga hari yang lalu kondisi Lu Wenxiu telah jadi sangat memburuk dan sama sekali tak bisa turun dari ranjang. Demam Wenxiu tetap tinggi, membuatnya kehilangan akal sehat.
Para tabib istana dari istana bahkan menggelengkan kepala mereka dan berkata: “Tuan Muda Kedua memang sudah lemah, dan setelah jatuh ke dalam sungai es, dia bahkan terjangkit flu. Sekarang tak ada jalan lain selain mengandalkan mujizat dari Langit.”
“Kita hanya bisa berharap bahwa orang yang beruntung akan memiliki keberuntungan mereka sendiri.”
Jawaban ini tidak jelas, tapi artinya adalah bahwa tak ada jalan lain selain berdoa kepada Langit. Bahkan tabib istana juga tak bisa menolong, jadi ke mana lagi dia bisa memanggil tabib yang lebih hebat?!
Ning Wangfei tak pernah menyangka bahwa ketika dia sedang memperhitungkan bagaimana cara membunuh anak tidak sah itu di perburuan tertutup Gunung Qiuyuan, putranya malah sakit duluan gara-gara terjatuh sendiri ke dalam sungai beberapa hari yang lalu! Dia merasa hatinya sakit dan terduduk di bangku.
Sang Nyonya Besar berlatih beladiri, tubuhnya kuat, dan segera setelah diselamatkan, Beliau menghangatkan diri dengan tungku.
Tetapi mengapa anak tidak sah itu malah bisa keluar masuk Ning Wangfu setiap hari, begitu sehat walafiat?!
Ning Wangfei merasa gelisah sekaligus kesal. Dia merasa amat tertekan demi Lu Wenxiu, sampai nyaris mematahkan giginya sendiri.
****
Rencana Lu Huan untuk membeli kayu birch dan bulu sekali lagi harus dikesampingkan. Ini bukan prioritas utama. Dia tentunya bisa memperoleh busur dan anak panah biasa, tetapi menyelamatkan nyawa orang-orang ini tak bisa ditunda-tunda.
Setelah dia membuat rencana dalam hati, Lu Huan langsung bertindak, dan segera kembali ke kota untuk memasuki toko obat.
Dalam hati Lu Huan sudah hapal seratus jenis tanaman obat. Dia membuka bungkusan obat yang ditinggalkan oleh orang itu pada waktu itu. Isinya bukan bubuk yang sudah digiling, melainkan berbagai bahan obat yang perlu dipersiapkan secara ketat sesuai dengan dosisnya. Lu Huan melihat sekilas dan menghapal tanaman-tanaman obat itu dalam hatinya.
Pada saat itu, dia telah mengirimkan sejumlah obat flu ke tempat Bibi Keempat untuk berjaga-jaga, dan meninggalkan sisa bungkusannya di dalam lemari.
Sekarang, dia hanya perlu membeli kembali bahan-bahan obat ini satu-persatu, dan kemudian memperhitungkan resep obat mujarab yang dikirim oleh orang itu dengan membandingkan beratnya dengan bungkusan obat yang sebelumnya.
Tetapi, dia tak tahu apakah orang itu bersedia membiarkan dirinya memakai obat-obatan itu untuk menyelamatkan rakyat.
….
Setelah Lu Huan membeli bahan-bahan obatnya, dia kembali ke griya Kayu bakar dengan pemikiran mendalam.
Dia melangkah melewati hutan bambu, tetapi ketika dia membuka pintunya, dirinya agak ragu untuk bergerak.
Ketika dia meninggalkan catatan pada kali terakhir, orang itu tidak memberi tanggapan apa pun dan dia merasa agak kecewa. Tetapi kali ini, sedikit harapan samar masih muncul dalam hatinya – berharap mendapat jawaban dari pihak lain.
… Akan tetapi, kali ini, akankah orang itu masih mengabaikan dirinya?
Lu Huan meremas bungkus obat di tangannya dan berusaha sebaik mungkin menahan harapan absurd dalam hatinya.
Dia menekan emosinya dan berjalan masuk.
Setelah menyelesaikan pemikirannya, dia melihat ke arah meja, dan kali ini —
“.…”
Lu Huan tak mau melakukan ini, namun dalam sekejap matanya berbinar.
Dia berdiri di depan jendela, disinari oleh cahaya matahari terbenam di luar, dan wajahnya yang biasanya dingin kini dipenuhi oleh semacam kegairahan.
Ini dia… untuk pertama kalinya dalam empat belas tahun, muncullah raut yang seharusnya ada di wajah seorang pria muda.
Tetapi sepertinya dia tiba-tiba menyadari emosi-emosinya…. Lu Huan berusaha sebaik mungkin memasang wajah tanpa ekspresi, berusaha mengendalikan wajahnya.
Dengan cepat dia berjalan ke meja, berusaha berpura-pura bahwa tak ada apa pun yang berbinar di matanya.
Di atas meja, hadiah-hadiahnya sudah diambil.
Kedua hadiahnya telah diambil.
Orang itu akhirnya melihatnya, dan pada akhirnya, menanggapi.
Meski dia tak tahu apakah orang itu mengambil kedua hadiah tersebut sekaligus adalah karena bisa melihat pemikiran seksamanya dan tak mau memberitahukan jenis kelaminnya.
Tetapi perasaan Lu Huan masih tergerak.
… Lagipula, sebelumnya dia sudah terus-terusan menerima barang-barang dari orang itu, tapi sekarang, setidaknya berarti dia bisa berinteraksi dengan orang itu.
Bibirnya berkerut.
Selain dari hadiahnya telah diambil, ada satu hal lagi di atas meja.
Tatapannya tertuju pada busur bulu phoenix yang diikat dengan simpul yang aneh, dan membuatnya agak terperangah — busurnya amat indah, terbuat dari kayu poplar yang berharga, anak panah pendeknya terbuat dari bulu Phoenix, kepalanya besar dan ekornya kecil. Ini adalah busur bagus yang bisa bertahan hingga turun-temurun.
….
Selain dari Panah Bulu Phoenix, panah lain yang lebih baik hanya bisa dipakai oleh keluarga istana.
Semua yang dia inginkan adalah busur kayu birch, tetapi orang itu tampaknya memberi dia sebanyak yang memungkinkan.
Menyadari hal ini, Lu Huan mengambil busurnya, hatinya bergetar.
****
Dan Su Xi, yang ada di luar layar, telah kembali dari kuil bersama dengan anak itu, hanya menanti untuk melihat ekspresi anak itu ketika melihat busur dan panah yang dia berikan kepadanya.
Dengan penuh sukacita, dia menantikan ekspresi kaget anak tiu, tapi hanya melihat —
Anak itu memasang wajah hampa, amat dingin, dan setengah hati.
Su Xi: ???
Tidak, anak itu telah mendapatkan busur dan panah yang diimpikannya. Tak adakah tanda-tanda kegembiraan? Mengetahui bahwa anak itu memang tak terlalu ceria, Su Xi takkan memohon agar anak itu melonjak-lonjak dan memeluk ibu tua ini, tapi dia kan bisa sedikit tertawa juga!
Namun hasilnya, tak ada rasa pencapaian dalam diri Su Xi. Sementara dia merasa marah, pada layar, sebuah gelembung kecil perlahan muncul di atas kepala anak itu.
Di dalam gelembung putih tersebut, muncul sebuah gambar hati kecil.
Seakan malu-malu, hati kecil gembira yang hati-hati itu segera memudar dan ditarik kembali dengan cepat.
Su Xi: ….
Hati Su Xi meleleh oleh keimutan itu. Dia menjatuhkan ponselnya, menjatuhkan diri ke atas bantal sofa, dan menutupi wajahnya.
—————
Pengarang ingin bilang sesuatu:
Su Xi: >/////<
Si Anak: ==(>/////<)