I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 22
Selalu ada orang yang mengawasi di Ning Wangfu, dan tidak leluasa bagi Lu Huan untuk menunjukkan wajah aslinya, jadi dia masih mengenakan mantel hitam dan menutupi wajahnya.
Dengan tambahan obat yang dikirim oleh orang itu, sekarang totalnya dia punya 63 bungkus obat flu.
Dia menghabiskan waktu untuk membagi kelima puluh bungkus obat itu menjadi lima bagian setara. Setelah masing-masing bagiannya direbus, dia lalu menuangkannya ke dalam kantong air.
Dengan demikian, ada lima kantong air yang terisi penuh dengan obat rebusannya.
Dia tak merebus ketiga belas bungkus obat sisanya, melainkan hanya menggilingnya menjadi bubuk kasar, lalu membungkusnya ulang dengan pembungkus obat.
Alasan untuk hal ini adalah bahwa dia tentu saja memiliki pertimbangannya sendiri.
Setelah melakukan ini, dia tidak langsung pergi ke Kuil Yong’an, tapi pertama-tama mencari Chang Gongwu, orang yang kemarin. Saat ini, beritanya pasti telah meledak di Kuil Yong’an. Begitu dia muncul, dirinya pasti akan dikerumuni. Pada saat itu, takutnya akan sulit untuk melepaskan diri.
Di sebuah gang terpencil di Kuil Yong’an.
Tak ada orang di sini karena cuaca dinginnya, dan tak ada tempat berlindung dari angin dan hujan.
Dengan takjub Chang Gongwu menatap tabib muda yang muncul kembali.
Setelah flunya benar-benar sembuh, dia pergi ke pasar pagi-pagi sekali untuk mencari pekerjaan, namun dirinya begitu kurus sehingga dia pun harus kembali dengan tangan kosong. Di perjalanan kembali ke Kuil Yong’an, bahunya ditepuk orang, kemudian dibawa kemari.
Dia tak pernah menyangka bisa bertemu kembali dengan tuan penolong yang telah menyelamatkan nyawanya!
Ketika dia meninggalkan kampung halaman dan tiba di Ibu Kota, seseorang telah menipu uangnya dan dia sakit parah. Dia mengira kalau dirinya akan mati di tempat asing di hari musim dingin yang membekukan ini, tapi tanpa disangka-sangka, dia meminum semangkuk obat dari pemuda ini, dan tiba-tiba kembali sehat! Hal ini juga memberinya harapan baru untuk hidup!
Memikirkan hal ini, Chang Gongwu, dengan bibir gemetar dan air mata mengalir, berlutut kepada pemuda di hadapannya dan berkata, “Saya tak punya apa-apa untuk membalas kebajikan besar Anda, mohon izinkan saya mengikuti Anda.”
Meski dia tak punya banyak pengetahuan, dia bisa melihat kalau pemuda itu teramat elegan, entah adalah tuan muda dari sebuah keluarga besar atau murid dari suatu guru pertapa.
Karena pemuda itu telah menyelamatkan nyawanya, daripada terus berkeliaran di Ibu Kota, lebih baik dia mengikuti pemuda itu dan mendapatkan tempat untuk tinggal.
Sesaat Lu Huan menatap pria itu. Orang ini kurus dan lemah, dengan pembawaan mengibakan, namun jemarinya penuh dengan kapalan tebal. Semestinya orang ini adalah seorang pria jujur yang rajin, membumi, dan tak mudah mengeluh.
Dia bertanya: “Apa keahlianmu?”
Takut kalau dirinya tidak disukai, Chang Gongwu buru-buru menjawab: “Tuan, di kampung halaman saya bekerja sebagai tukang kayu, dan saya mengetahui satu atau dua hal tentangnya. Tetapi selain dari itu, saya mengetahui semua tentang bertani, memotong kayu, menjahit, dan memasak!”
Lu Huan berkata: “Pertama-tama, lakukan satu hal untukku.”
Yang paling ditakuti oleh Chang Gongwu adalah kalau dirinya tak berguna, jadi ketika dia mendengar bahwa si tuan penolong muda hendak memberikan pekerjaan untuknya, dia pun berkata penuh semangat, “Tuan cukup memerintahkan saya, dan saya pasti akan bekerja seperti lembu dan kuda!”
Lu Huan menyerahkan lima kantong air dan tiga belas bungkus obat lainnya lalu berkata, “Kelima kantong air ini, tuangkan satu kantong setiap harinya ke dalam bubur yang dibagikan oleh Zhong Ganping untuk memastikan semua pengungsi di Kuil Yong’an bisa meminumnya. Lima hari kemudian, orang-orang ini akan sembuh.”
“Selain itu, ketiga belas bungkus obat ini harus dijual kepada orang-orang berpengaruh di Ibu Kota, kecuali Ning Wangfu, dengan harga sepuluh tael perak untuk masing-masingnya. Jual dua belas bungkus dan sisakan satu yang terakhir. Jangan lakukan apa-apa dulu, tunggu hingga Zhong Ganping mendatangimu.”
Si pekerja keras itu cekatan dan bersedia untuk bekerja, namun otaknya tak bisa mengikutinya. Dia pun bertanya was-was: “… Tapi kenapa?”
Lu Huan berkata, “Sifat manusia itu tamak. Kalau kau bilang kau punya obat di tanganmu, kau pasti akan dijarah. Bagi beberapa orang, meminum satu mangkuk saja tidak cukup, mereka akan ingin mengambil semua obatnya untuk diri mereka sendiri. Jadi yang harus kau lakukan adalah menuangkan obat ini ke dalam bubur, dan setelah semua orang di kuil meminumnya, penyakitnya akan sembuh. Lalu untuk Zhong Ganping, tak usah tanya, lakukan saja.”
Chang Gongwu tak berani bertanya lagi dan buru-buru mengucapkan terima kasih dengan penuh syukur.
Secara kebetulan, nyawanya diselamatkan oleh tuan ini. Dia tak pernah membaca buku dan otaknya bodoh, tetapi pemuda ini bersedia memercayakan tugas sepenting itu kepadanya dan mau repot-repot menjelaskan kepadanya! Meski dia tak mengerti, dia merasa lebih berterima kasih lagi dan bersumpah akan menyelesaikan tugas itu dengan baik!
Setelah Lu Huan menyerahkan urusannya kepada Chang Gongwu, dia pun kembali ke Ning Wangfu untuk sementara ini.
Karena Lu Wenxiu tak kunjung sembuh dari penyakit jangka panjangnya, Ning Wangfu menjadi kacau balau.
Beberapa hari terakhir ini Ning Wangfei tak peduli untuk mengurus urusan rumah tangga, dan dia telah menyerahkan semuanya kepada Lu Yu’an dan pengurus rumah. Akan tetapi, kedua orang ini yang satu biasa-biasa saja dan yang lainnya tak punya kemampuan, jadi pengaturan orang keluar masuk Ning Wangfu telah jauh lebih longgar.
Dan bukan hanya itu, sebagian besar penjaga di rumah telah dikirim keluar untuk menanyakan tentang keberadaan tabib muda yang muncul di Kuil Yong’an. Kediaman itu pun tiba-tiba menjadi sangat kosong.
Lu Huan menyadari semua ini namun tak melakukan apa-apa. Dia, seperti biasa, memberi makan ayam dan menulis surat untuk orang misterius itu.
Setelah Su Xi mengambil ukiran kelinci itu tanpa ragu, Lu Huan menyadari bahwa orang itu sepertinya menyukai hadiah-hadiah yang dia berikan kepadanya, jadi hampir setiap hari, begitu Su Xi membuka game-nya, segala macam ukiran kayu yang aneh dan tampak hidup muncul di atas meja di dalam rumah Lu Huan.
Masing-masingnya membuat hati kecil seorang ibu tua milik Su Xi meleleh.
Dan tanpa terkecuali, kesemuanya itu adalah ‘barang murah temuan’ Lu Huan.
Dalam hati Su Xi mengeluhkan bahwa anak itu benar-benar tahu bagaimana cara menemukan barang, seraya mengambilnya dengan penuh kegembiraan.
Su Xi juga secara khusus membeli sebuah kotak kayu besar dari toko untuk tempat menyimpan semua hadiah itu dan kemudian dia menguburkan kotak kayu tersebut seakan kotak itu adalah peti harta karun.
****
Lima hari kemudian, sebuah kejadian besar terjadi di Kuil Yong’an.
Pasien-pasien yang telah lama sakit itu, dengan wajah-wajah pucat, satu persatu telah pulih!
Cerita itu telah menyebar hingga ke separuh Ibu Kota.
Pada hari ketiga, orang-orang yang sakit parah mendapati bahwa ada rasa pahit obat di dalam bubur dan nyaris mengira kalau buburnya sudah basi. Pada saat itu, Chang Gongwu harus keluar dan menjelaskan bahwa si tabib muda telah memberinya lima kantong air sehingga dia bisa menuangkan satu kantong obat ke dalam bubur setiap harinya selama lima hari supaya mereka semua bisa sembuh.
Hal ini sungguh misterius, persis seperti legenda dalam buku cerita! Kalau bukan karena adanya fakta bahwa Chang Gongwu sudah sepenuhnya sembuh dari penyakit dalam kurun satu malam, mereka mungkin takkan memercayainya.
Tetapi kini Chang Gongwu adalah contoh nyata, jadi bagaimana bisa sekelompok orang yang ingin sembuh dari penyakit itu tidak memercayainya?!
Begitu kata-kata Chang Gongwu terucap, seluruh Kuil Yong’an pun meledak dan buburnya diperebutkan!
Hampir saja orang-orang terinjak! Bahkan beberapa pembesar di luar, ketika mereka mendengar kabar itu, bergegas masuk dan menyuruh pelayan keluarga agar mengambil bubur!
Chang Gongwu takut kalau dirinya mungkin telah mengecewakan tuan penolong muda, namun untung saja, pada tiga hari pertama, semua orang di Kuil Yong’an sudah memakan buburnya. Dalam dua hari berikutnya, meski beberapa orang tidak mendapatkan buburnya, tanda-tanda kesembuhan sudah bisa terlihat dengan mata telanjang.
Di sisi lain, orang-orang lebih kuat yang main rampas dan dengan rakusnya meminum lebih dari selusin bubur sekaligus menjadi pusing di malam hari dan menderita karena meriang, berkeringat dingin, dan kepala terasa berat padahal awalnya mereka tidak sakit.
Insiden langka yang terjadi di Kuil Yong’an ini tiba-tiba dianggap sebagai keajaiban.
Bagaimanapun, setelah lima hari meminum buburnya, kondisi semua orang itu telah membaik. Sebaliknya, orang-orang yang terjangkit flu di keluarga-keluarga terhormat terlambat selangkah, dan mereka masih tak bisa mendapatkan obat ajaibnya untuk menyembuhkan penyakit mereka!
Alhasil, orang-orang terhormat, termasuk Ning Wangfu, ingin langsung menarik Chang Gongwu ke kediaman dan menanyainya; siapa sebenarnya remaja yang bisa menyembuhkan penyakit itu?
Chang Gongwu seperti ayam yang ketakutan, diundang oleh berbagai pejabat tingkat tinggi dan bangsawan. Dia gemetaran, tak mampu membedakan timur, barat, selatan, dan utara!
… Akan tetapi, bagaimana dia bisa tahu identitas tuan penolong muda itu?
Terlebih lagi, pemuda itu adalah tuannya, dan karena tuannya itu menyembunyikan wajah, berarti Beliau tak mau siapa pun sampai mengetahui identitasnya, jadi bagaimana dia bisa memberi mereka petunjuk?
Karenanya, Chang Gongwu pun mengarang cerita, berkata bahwa dia masih punya dua belas bungkus obat di tangannya, bahwa seseorang telah turun dari langit dan melemparkan obat-obat itu kepadanya, memberikan perintah untuk membagi-bagikannya, lalu kemudian pergi. Bagaimana mungkin dia bisa mengenal sang tabib dewa sementara dirinya hanyalah seorang rakyat jelata rendahan?!
— Kalau dipikir-pikir, Chang Gongwu ini memang tampak bodoh, dan para pembesar tak mampu mengorek informasi apa pun.
Satu-satunya cara adalah membeli obat yang tersisa itu dengan harga tinggi.
Akan tetapi, Chang Gongwu teringat pada kata-kata Lu Huan dan tidak secara tamak menjual obat-obat itu dengan harga tinggi, jadi pada hari keempat, dia hanya menukarkan kedua belas bungkus obat ini dengan seratus dua puluh tael perak…. Hal ini membuat para pembesar di Ibu Kota jadi lebih terkejut lagi. Apakah mungkin si tabib tak menginginkan uang?
Legenda tentang tabib jenius muda di Ibu Kota pun terus berkembang.
****
Pada saat bersamaan, di pihak Ning Wangfu, Ning Wangfei melihat kalau penyakit Lu Wenxiu menjadi semakin dan semakin parah, membuatnya semakin dan semakin cemas.
Setelah mendengar kabar tentang Kuil Yong’an, Ning Wangfei buru-buru mengirim orang untuk membawa Chang Gongwu.
Tetapi pada saat Chang Gongwu dibawa masuk, di tangannya sudah tak ada obat yang tersisa.
Ning Wangfei begitu frustrasi sampai-sampai tak peduli lagi soal menjaga imejnya, dan memaki para penjaga yang ada di bawah perintahnya: “Kenapa begini, bukankah aku telah menyuruh kalian memerhatikan perkembangan di Kuil Yong’an setiap saat? Kenapa terlambat begini dan sampai membiarkan orang lain membeli semua obatnya?!”
Para penjaga juga merasa sangat disalahi.
Di Ibu Kota, Ning Wangfu bukan satu-satunya tempat yang ada orang sakitnya. Bahkan putri bungsu Perdana Menteri juga sudah menderita demam selama berhari-hari.
Lama sebelum mereka membawa Chang Gongwu kemari, asisten rumah tangga dan beberapa orang pelayan keluarga lain telah mendahuluinya.
Mereka tak mungkin mengejar dan menantang berkelahi, kan?
Di samping itu, bahkan meski mereka berkelahi, mereka tetap tak bisa mengalahkan orang-orang itu.
Ning Wangfei jelas mengetahui tentang hal ini – meski Ning Wangfu memiliki status sebagai kediaman bangsawan, gelar ini diberikan hanya karena sang Nyonya Besar. Di Ibu Kota ini, Ning Wangfu sudah lama dikalahkan, bahkan kepala pelayan dari rumah tangga menteri juga berani berbuat sesukanya kepada Ning Wangfu mereka!
Semakin dia mengetahui hal ini, semakin marah dia jadinya.
Kini, Chang Gongwu telah kehabisan obat, dan sama sekali tak terlihat adanya jejak dari tabib muda yang hanya muncul sekali itu.
Mungkinkah Wenxiu akan terus menderita penyakit seperti ini dan takkan pernah bisa sembuh?
Ning Wangfei terus menggenggam tangan Lu Wenxiu dan menatap wajah Lu Wenxiu yang semakin gelap. Dirinya begitu tersiksa hingga serasa akan muntah darah. Beberapa helai rambut kelabu pun tumbuh di pelipisnya….
****
Zhong Ganping bisa dibilang merupakan orang yang paling cemas dalam urusan ini. Dia tak bisa menemukan jalan keluarnya. Bodhisattva Guanyin telah muncul di hadapannya, namun kenapa dalam sekejap mata obatnya malah dituangkan ke dalam bubur, dan diberikan kepada orang lain?
Ketika dia mendengar tentang hal itu pada hari keempat dan bergegas mengambilnya, dia hanya bisa mendapatkan sedikit bubur untuk disuapkan kepada putranya yang sakit parah, namun obat sesedikit itu tidak cukup untuk membawa putra kecilnya kembali dari gerbang alam baka.
Melihat putra kecilnya masih lemah dan menderita karena penyakit, dia menjadi tidak sabar.
Namun persis pada saat itulah, Chang Gongwu datang ke depan pintunya.
****
Saat Su Xi kembali online, dia menemukan anak itu berada di sebuah paviliun terpencil yang jaraknya belasan li dari Kuil Yong’an. Paviliun itu sudah terbuka pada kali terakhir, jadi Su Xi pun mengganti antarmukanya.
Di paviliun itu, Zhong Ganping mengucapkan terima kasih dengan berlinangan air mata kepada si anak, sementara si anak masih mengenakan mantel dan sedang membantunya bangkit.
Su Xi menggerakkan rupang Bodhisattva Guanyin, yang ternyata berhasil. Kini Zhong Ganping menatap pemuda di hadapannya seakan sedang menatap pemuda yang telah diberkati oleh Bodhisattva, dikirim ke bumi untuk menyelamatkan makhluk hidup.
Dan dia, bagaimana bisa dia–?!
Kemarin, Chang Gongwu datang menemui Zhong Ganping, dan memberitahunya bahwa si tabib muda telah menyisihkan bungkus obat terakhir untuk berterima kasih atas kebaikannya telah menyediakan bubur dan sumbangan bencana di Kuil Yong’an.
Setelah dibuat terperanjat, Zhong Ganping nyaris menangis penuh sukacita dan tanpa ragu bergegas merebus obat yang diberikan kepadanya oleh Chang Gongwu lalu memberikannya untuk diminum oleh putra kecilnya.
Kemudian dia dan istrinya berjaga di sisi ranjang putra mereka semalaman.
Dia melihat putra bungsunya, yang telah berada dalam kondisi koma selama beberapa hari, akhirnya bangun pada keesokan paginya, membuka sepasang mata hitam besarnya, lalu berkata, “Ibu, Ayah, aku lapar sekali.”
Seketika tangis Zhong Ganping meledak. Dia memeluk putra kesayangannya dan menangis!
Kalau ini bukan berkat dari Langit, lantas apa lagi?
Setelah merasa kegirangan, dia menemui Chang Gongwu dan memohon dengan sepenuh hati, berharap bisa bertemu dengan tabib jenius muda yang dikirim oleh Bodhisattva dan menyampaikan terima kasihnya secara langsung. Mulanya, dia mengira kalau pemuda itu sangat misterius dan takkan mau menemuinya, tapi tanpa disangka, hari ini dia bisa bertemu dengan pemuda itu.
Zhong Ganping menepuk dadanya dan berkata: “Tuan Penolong, kebajikan Anda kepada anak saya takkan terlupakan. Kalau Anda membutuhkan sesuatu, minta saja kepada saya. Saya tak punya apa-apa, tetapi setelah tinggal di Ibu Kota selama bertahun-tahun untuk berbisnis, saya bisa dianggap sebagai salah satu pengusaha paling kaya di Ibu Kota. Bahkan jika Anda menginginkan separuh dari kekayaan saya, saya bisa memberikannya kepada Anda tanpa ragu.”
Salah satu alasan kenapa Lu Huan memilih Zhong Ganping adalah bahwa pria itu bisa memberikan bantuan kepada rakyat. Zhong Ganping bisa memikirkan cara ini untuk memohon berkah. Jelas, dia bukan orang jahat. Di samping itu, Zhong Ganping punya reputasi baik di Ibu Kota. Pria itu memulai dari nol dan merupakan orang yang tekun dan berjiwa kesatria. Kalau ada orang yang membantunya, dia pasti akan membalas budi kepada orang itu.
“Kalau begitu, aku akan meminta sesuatu,” Lu Huan berkata.
Zhong Ganping: “Anda katakan saja!”
Lu Huan berpikir sejenak, lalu berkata, “Lima puluh dua tael perak, sebuah kediaman di kota bagian luar, dan sebuah pertanian.”
Zhong Ganping tertegun dan bertanya, “Itu saja?”
Sejauh berhubungan dengan propertinya, yang diminta Lu Huan ini tak lebih dari setetes air di dalam ember. Terlebih lagi, kenapa pemuda ini menginginkan kediaman di kota sisi luar, kenapa tidak di kota sisi dalam? Kediaman di sisi dalam Ibu Kota bernilai lebih dari seribu tael emas, bukankah ini lebih….
Namun dalam hatinya, Zhong Ganping merasa kalau pemuda ini sungguh misterius, dan karena Bodhisattva dia takut kalau menyinggung sesuatu, jadi dia tak berani bertanya lebih banyak lagi dan buru-buru menyetujui: “Apa sulitnya permintaan ini?! Hari ini juga saya akan menyiapkan semuanya!”
Percakapan antara si anak dan Zhong Ganping terus bermunculan di sisi layar Su Xi, dan dia begitu gembira sampai-sampai rasanya ingin menabuh genderang.
Wah wah, lima puluh dua tael perak, dan sekarang dengan hasil penjualan obat-obatan dari Chang Gongwu, bukankah kalau dijumlahkan menjadi seratus tujuh puluh dua tael perak?
Dia dan anak itu tiba-tiba jadi sangat kaya!
Tugas ini, yang seharusnya diselesaikan dalam waktu sepuluh hari, dengan sukses telah dibereskan hanya dalam waktu lima hari. Tugasnya sudah selesai. Dengan suara koin berjatuhan ke dalam kantong, pesan muncul di antarmuka:
[Selamat telah menyelesaikan tugas utama nomor 4! mendapat hadiah koin emas +500, hadiah poin +6!]
Kemudian, Su Xi melihat sebuah bingkai dengan status saat ini di sudut kanan atas.
[Uang dan Aset]: 170 tael perak, sebuah kediaman (sisi kota luar), sebuah lahan pertanian seluas lima hektar, sejumlah tanaman, ayam, dan telur.
[Bawahan Berbakat]: Chang Gongwu.
[Tokoh teman]: Zhong Ganping (pebisnis terkaya nomor sepuluh di Ibu Kota).
[Ketenaran dan Nama Baik]: Mendapatkan gelar ‘Tabib Muda Misterius Yang Namanya tak Boleh Disebut’
Menurut informasi ini, berarti Chang Gongwu semestinya bisa dipakai sepenuhnya oleh anak itu di masa mendatang?
Apakah itu berarti dia telah menerima adik ini?
Anak yang ada di layar sepertinya baru saja selesai melakukan sesuatu yang dia rencanakan. Mendengar tentang properti yang diberikan Zhong Ganping kepadanya, tak tampak ada perubahan dalam emosinya.
Tetapi di luar layar, Su Xi begitu kegirangan sampai-sampai dia bergulingan di ranjang dan nyaris melukai kakinya yang cidera!
Su Xi mungkin memiliki kecenderungan untuk menimbun barang seperti hamster, dan dia tak bisa menahan diri untuk menghitung harta yang sekarang dimiliki anak itu, termasuk 26 ekor ayam dan 492 butir telur. Dia merasakan kepuasan karena keluarganya menjadi semakin kaya selangkah demi selangkah.
Memang untuk yang seperti inilah tujuan dari bermain game!
— Menyaksikan anak itu memanjat dari dasar dan menjadi semakin dan semakin baik! Dunia kecil yang dimilikinya semakin dan semakin kaya!