I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 27
Ukuran dari keseluruhan lahan pertanian milik anak itu sekitar lima ekar, yang mana tidak terlalu besar.
Terletak di sebuah desa di pinggiran Ibu Kota, letaknya agak jauh dan pergi ke sana dengan menunggang kuda membutuhkan cukup banyak waktu.
Karena letaknya dekat dengan Ibukota, hampir tidak ada lahan yang belum terurus di sekitar situ. Kesemuanya adalah lahan atau pertanian yang sudah ditanami, sebagian besarnya adalah milik para pebisnis kaya. Setelah dikontrak, tanah-tanah itu kemudian disewakan kepada beberapa orang untuk ditanami.
Sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menyewa lahan pertanian.
Itulah sebabnya mengapa Zhong Ganping begitu terkejut ketika dia mendengar permintaan si anak.
Hanya saja, si anak ingin menanam dan meningkatkan hasil pertanian sebanyak mungkin – sekarang urusannya sama sekali bukan soal menghasilkan uang.
Di kampung halaman Chang Gongwu, dirinya adalah salah seorang tukang kayu, dan dia bisa dianggap sebagai tukang kayu yang memiliki sedikit keahlian. Setelah diselamatkan oleh sang tabib jenius, dia selalu merasa cemas, khawatir kalau dirinya terlalu bodoh dan takkan berguna serta pada akhirnya akan dibuang; jadi akhir-akhir ini dia nyaris tak pernah tidur.
Mengikuti desain kandang pelindung dingin yang sebelumnya diberikan Lu Huan kepadanya, dia pun memotong kayu dan mengikat tali-temali untuk membuat kandang baru. Ketekunannya sungguh mengagumkan.
Su Xi memandangi antarmuka. Ada dua lingkaran hitam di sekeliling mata Chang Gongwu, membuatnya tampak seperti panda. Orang ini mulanya sudah kurus dan lemah, tapi kini bahkan lebih kurus lagi.
Pria kecil ini sama sekali tidak takut pada kesulitan. Ke mana pun si anak pergi, dia buru-buru mengikuti, berharap bisa terus berada di belakang si anak seperti ekor. Apa pun yang dikatakan si anak, dia mendengarkan dengan ketaatan yang nyaris seperti beragama, kelihatan seperti akan membakar dupa….
Meski memang agak berlebihan, tidak kelewatan kalau mengatakan orang ini seperti seorang penggemar berat.
Tiba-tiba perasaan kasih Su Xi kepada Chang Gongwu bertumbuh, dan di dalam hati dia menganggap orang ini sebagai adik nomor satu.
Sebaliknya, meski Penjaga Nomor Tiga dan Koki Ding juga sangat berterima kasih kepada si anak, mereka tak memandang si anak bagaikan dewa penyelamat seperti halnya Chang Gongwu.
Su Xi mengikuti si anak untuk memeriksa dan menyetujui kandang pelindung dingin buatan Chang Gongwu.
Bisa dilihat kalau kandang ini hanyalah percobaan. Demi menghemat kayu sebisa mungkin, kandang itu tidak dibuat dalam ukuran besar, hanya satu atau dua meter persegi. Walaupun kandang ini bukan tiruan yang sama persis dari kandang pelindung dingin milik buatan Su Xi, tetap saja yang ini merupakan tiruan yang berguna.
Su Xi memiliki kesan baik terhadap orang kecil ini, Chang Gongwu, dan dia merasa sangat puas.
Namun tampak jelas kalau si anak memiliki persyaratan yang lebih ketat. Setelah memutarinya, dia menunjukkan beberapa hal dan menyuruh Chang Gongwu agar kembali dan lanjut memodifikasinya.
Su Xi sudah hampir merasa kalau anak itu terlalu keras, ketika dilihatnya wajah Chang Gongwu menampakkan air mata haru dan buru-buru mengiyakan.
Su Xi: ….
Cobalah untuk tidak terlibat dalam sekte sifat di dalam game!
Dengan cara ini, secara mendasar kandang penahan dinginnya sudah terpecahkan, dan yang berikutnya adalah setelah Chang Gongwu meningkatkan kandang penahan dinginnya, Lu Huan mulai menyewa lebih banyak orang untuk berinvestasi dalam pembuatan lebih banyak kandang penahan dingin.
….
Totalnya, sekarang pertanian ini memiliki tiga ratus ekor ayam, sejumlah hasil pertanian, juga biji-bijian.
Dengan cepat layar Su Xi memunculkan instruksi si anak kepada ketiga adik itu.
Si anak berencana melakukan standarisasi dari spesifikasi mereka, dan pertama-tama membangun lima kandang ayam, yang masing-masingnya berukuran enam meter persegi. Sesuai dengan kapasitas sepuluh ekor ayam per meter persegi, masing-masing kandang bisa menampung enam puluh ekor ayam, untuk total tiga ratus ekor ayam.
Dengan cara ini, ruang tinggal dari ayam-ayam ini akan melimpah, dan takkan terjadi situasi mengerikan di mana bulu-bulu ayam beterbangan di langit seperti barusan tadi.
Ditambah lagi, juga ada masalah tentang hasil panen tanaman pangannya.
Kini bencana bekunya sangat serius. Telur tak bisa dipakai untuk menyembuhkan bencana kelaparan. Tanaman-tanaman pangan lain yang memberikan hasil besar harus tersedia.
Lu Huan melihat kalau orang itu telah membeli kentang. Meski kentang bisa mengisi perut, setelah ditanam, menilik dari cuaca dingin saat ini, akan butuh setidaknya lima bulan untuk memanennya. Sekarang sedang terjadi kelaparan, dan menunggu selama lima bulan itu terlalu lama. Ditambah lagi, hasil panen tanamannya sangat rendah karena cuaca yang dingin.
Kalau begitu, jika ada fasilitas yang mirip dengan kandang pelindung dinginnya, mereka bisa menumbuhkan sayur-sayuran di dalam fasilitas tersebut.
Si anak terpikirkan hal ini, dan Su Xi juga langsung memikirkannya. Inspirasi melintas dalam benaknya. Bukankah ini mudah? Rumah kaca! Teknologi modern siap dipakai!
Hanya saja prinsip rumah kaca berbeda dengan kandang pelindung dingin untuk ayam. Su Xi tak tahu apakah dia bisa meminjam bahan dan gambar dari toko lalu membuatnya sendiri. Tetapi dia berniat untuk mencobanya lagi!
Kalau rumah kaca ini bisa dipakai untuk membuat lahan pertanian bagi si anak, maka apa bisa pertanian milik si anak menjadi jauh lebih maju daripada semua pertanian lain di masa kuno itu?
Semakin memikirkannya, Su Xi jadi semakin bersemangat. Di layar, dia melihat si anak mengambil sepuluh tael perak dan memberikannya kepada Koki Ding, lalu memintanya agar mulai mencari orang sewaan, tapi tak perlu mencari orang yang terlalu berbakat. Koki Ding harus berusaha mencari beberapa orang pekerja keras yang kukuh dan tak punya niatan lain.
Bagaimanapun juga, Koki Ding sudah sangat tua dan memiliki banyak pengalaman hidup. Dia bisa membaca orang, jadi tak masalah kalau menyerahkan tugas ini kepadanya. Pada keesokan harinya, Koki Ding pergi ke pasar untuk mencari orang, dan dalam waktu kurang dari satu hari, dia sudah menemukannya. Sepuluh orang pria bertubuh kuat datang satu persatu ke pertanian.
Karena situasi istimewanya, si anak tidak muncul di hadapan para pelayan itu dan tidak sering pergi ke pertanian. Kalau ada masalah terjadi di pertanian, dia menyuruh Penjaga Nomor Tiga mengantarkan pesan.
Karena itu, pria-pria muda ini merasa sangat penasaran tentang majikan misterius yang tak pernah menampakkan diri tersebut, tetapi baik Koki Ding maupun Chang Gongwu tak mengungkapkan satu hal pun….
Dengan cara ini, tempat dan segala sesuatunya pun beres.
Di bagian informasi pada sudut kanan atas layar Su Xi, di kolom [Staf] terdapat sebaris tulisan ‘Pekerja x13’.
Di bawah kepemimpinan Chang Gongwu dan Tuan Ding, mereka yang memelihara ayam memelihara ayam, dan mereka yang membuka lahan pertanian pun mulai membuka lahan pertanian, sibuk sepanjang waktu.
Dari sudut pandang antarmuka Su Xi, hal ini sangat lucu, dengan lebih dari selusin orang kecil seukuran kelingking bergerak-gerak di sekitaran layar, terus-terusan bercocok tanam, seakan dia telah memelihara sekelompok pegawai. Su Xi kegirangan saat melihatnya, dan dirinya sangat puas.
Alhasil, untuk sementara ini bentuk lahan pertanian pun sudah jadi, dan langkah selanjutnya adalah menunggu rumah kaca dan telur-telurnya bisa dipanen. Ini adalah urusan jangka panjang, dan tak bisa diburu-buru.
****
Di dunia ini tak ada dinding yang benar-benar kedap udara, dan perihal Ning Wangfei yang berkowtow demi ditukar dengan obat, tak peduli seberapa ketat pun mulut orang-orang dikendalikan, tetap mustahil untuk menjaga agar rahasia ini tidak terungkap.
Setelah kondisi Lu Wenxiu membaik, jarang-jarang Ning Wangfei punya niat untuk keluar menghadiri pesta menikmati bunga prem. Sebagai hasilnya, semua nyonya di situ saling berbisik-bisik penuh rahasia. Cara mereka menatap dirinya tampak agak sarkastis dan sedikit mengasihani, tapi sebagian besarnya ingin menertawai.
Tepat pada saat itulah Ning Wangfei menyadarinya, dan wajahnya pun berubah biru dan putih. Sebelum acara menikmati bunga prem berakhir, dia sudah buru-buru pulang ke rumah.
Dia begitu marah sampai-sampai nyaris hanya bisa berbaring di ranjang. Diperintahnya para penjaga kediaman untuk mencari tahu siapa si tabib jenius yang telah menghina dan mempermainkan dirinya secepat mungkin!
Di pihak Lu Yu’an, ada sedikit petunjuk. Dai telah mendengar bahwa Pangeran Kelima dan Menteri Urusan Rumah Tangga, Shang Shu, telah secara khusus mengundang sang tabib muda jenius untuk bertemu!
Hal ini menunjukkan bahwa Pangeran Kelima dan Menteri Urusan Rumah Tangga sangat menghargai tabib muda jenius ini.
Hal ini memang bisa saja terjadi. Sang tabib muda jenius bukan hanya telah menyelamatkan putri kecil sang menteri, tetapi juga telah menyelamatkan nyawa ribuan orang di Kuil Yong’an ketika terjadi wabah flu di Ibu Kota. Meski masalah ini tak sampai menarik perhatian sang Kaisar, kabarnya telah sejak lama menyebar di Ibu Kota!
Si tabib jenius ini telah memasuki pandangan dari para pejabat tingkat tinggi dan pangeran, dan tentu saja, cepat atau lambat, dia akan menjadi orang yang berebutan ingin diundang oleh para pejabat tingkat tinggi dan pangeran.
Hari ini Pangeran Kedua juga menyebut-nyebut orang ini di Akademi Tai, dan kata-katanya juga mengandung penghargaan.
Lu Yu’an langsung berpikir, bagaimana kalau dia menemukan orang ini dan merekomendasikannya kepada Pangeran Kedua? Bukankah ini akan menjadi pencapaian yang sangat besar?!
Beberapa tahun belakangan ini Ning Wangfu telah mengalami kemerosotan. Meski mereka ada di pihak Pangeran Kedua, Pangeran Kedua memandang rendah mereka. Sang Nyonya Besar selalu berharap dirinya bisa menjadi pendamping Pangeran Kedua, tetapi setelah memasuki Akademi Tai, dia bahkan tak pernah punya kesempatan untuk bicara pada Pangeran Kedua! Gara-gara hal ini, sang Nyonya Besar pun memandang rendah dirinya.
… Kalau dia bisa mengambil kesempatan untuk menarik sang tabib jenius yang sudah diakui oleh rakyat ke pihak Pangeran Kedua, maka kenapa dia perlu mencemaskan soal Pangeran Kedua takkan memperlakukannya secara berbeda?
Setelah Lu Yu’an mendapatkan pemikiran ini, dia juga ikut menanyakan tentang keberadaan sang tabib muda jenius.
Pada saat yang saama, kejadian besar lain terjadi di Ning Wangfu.
Sang Nyonya Besar telah menderita rematik sejak beberapa tahun yang lalu. Setiap kali hujan atau salju turun, lututnya akan terasa sakit. Sakitnya mengganggu, namun Beliau tak perlu mencemaskan soal nyawanya. Saat kau semakin tua, maka tidak menjadi masalah kalau terbiasa dengan keluhan ini.
Tetapi siapa yang tahu, setelah pada kali terakhir ditarik hingga tercebur ke dalam sungai es oleh si idiot Lu Wenxiu itu, rematiknya jadi semakin parah! Beberapa hari terakhir ini sudah hampir mustahil bagi Beliau untuk turun dari ranjang!
Itulah sebabnya, ketika Lu Wenxiu sedang sakit parah, Beliau bahkan tidak menjenguknya.
Setelah tabib istana datang memeriksanya, sang tabib hanya meresepkan pengobatan moxibusi* untuk membuat sang Nyonya Besar bisa beristirahat. Lagipula, penyakit menahun ini memang tak bisa disembuhkan dalam waktu singkat.
(T/N: ini adalah praktek pengobatan tradisional Tiongkok dengan cara membakar mugwort kering dan mengasapkannya pada titik-titik tertentu di tubuh pasien)
Tetapi masalahnya adalah bahwa setelah sang Nyonya Besar mendengar tentang tabib jenius yang akhir-akhir ini muncul di Ibu Kota, Beliau pun tergerak untuk meminta sang tabib jenius memeriksa penyakitnya. Bagaimanapun juga, Beliau adalah kerabat dari Jenderal Zhenyuan, jadi mengapa Beliau tak bisa mengundang tabib jenius itu?
Sang Nyonya Besar berpiikir demikian dalam hatinya, tetapi masalahnya adalah bahwa orang-orang yang telah Beliau utus keluar sama sekali tak bisa menemukan yang bersangkutan!
Alhasil, di dalam Ning Wangfu saja sudah ada tiga kelompok orang yang mencari si tabib jenius ke mana-mana.
Seraya mengamati kelompok orang-orang itu mencari seperti lalat tanpa kepala, Su Xi melihat si anak kembali ke Griya Kayu Bakar seperti biasanya, melepaskan pakaian dan menggantinya, berpikir: “Aku punya bayi orang terkenal yang bersembunyi di dalam rumah, tapi tak ada seorang pun yang tahu.” Ini sungguh suatu perasaan yang menyegarkan.
Akan tetapi, dengan cepat dia teringat bahwa tugas utama satu, yaitu disukai oleh sang Nyonya Besar, sebelumnya baru terselesaikan separuhnya.
Kini karena plot yang berhubungan dengan sang Nyonya Besar kembali muncul, apakah ini berarti bahwa ada kesempatan untuk menyelesaikan separuh sisanya?
Jadi malam itu, Su Xi pun meninggalkan beberapa bungkus obat untuk si anak. Seperti biasa, obat untuk rematik dibeli dari toko. Penyakit rematik nyaris mustahil untuk disembuhkan dan hanya bisa diringankan, tetapi obat yang punya tingkat efektivitas 100% dari toko jelas lebih baik daripada tabib istana di masa kuno.
****
Keesokan harinya Lu Huan melihat obat itu, membuka kantongnya, dan setelah mengamati obat di dalamnya, dia tahu kalau ini adalah obat untuk rematik.
Tentu saja, Lu Huan juga sudah tahu bahwa beberapa hari terakhir ini sang Nyonya Besar hanya bisa terbaring di ranjang akibat rematiknya, jadi dia pun langsung bisa menebak semuanya – apakah orang itu menyuruhnya pergi menyembuhkan sang Nyonya Besar?
Kenapa?
Lu Huan sudah tinggal di dalam Ning Wangfu selama bertahun-tahun, selalu kesusahan dan berjuang sendirian di tengah kubangan lumpur.
Saat dia masih kecil, istri dari Ning Wang pernah berusaha meracuni dirinya, membuatnya terus-terusan demam di tengah malam, dan saat dirinya sekarat, di dalam Ning Wangfu selalu sunyi, tak ada seorang pun yang menanyakan kondisinya. Bahkan sang Nyonya Besar juga tidak.
Paling-paling, setelahnya hanya ada beberapa kata sapaan dari Bibi Keempat.
Sang Nyonya Besar bukannya tidak mengetahui kalau telah terjadi hal-hal semacam ini, Beliau hanya tidak mau peduli dengan hal tersebut.
Karenanya, tidak mengherankan kalau Lu Huan jadi tak berperasaan. Bahkan meski dia familier dengan buku-buku pengobatan dan pengetahuannya mungkin tidak kalah dari tabib-tabib biasa. Dia juga tahu bahwa moxibusi bisa meredakan sakit yang dialami sang Nyonya Besar, tapi dia bahkan tak pernah sekali pun mengunjungi Kebun Mei’an, dan tak pernah memedulikan soal penyakit sang Nyonya Besar.
Dirinya luar biasa dingin dan tak peduli soal hidup dan mati sang Nyonya Besar.
Tetapi kini orang itu telah memintanya menyelamatkan Nyonya Besar…. Karena orang itu menginginkannya, maka dia akan melakukannya.
Pada periode waktu ini, orang itu telah melakukan banyak hal untuknya. Selain kepedulian dan kelembutan hati, perlahan Lu Huan mulai menyadari tujuan dari orang itu –
Orang itu membantunya memberikan obat-obatan untuk menyelamatkan orang lain dan mendapatkan reputasi di Ibu Kota;
Membantunya berteman dengan pebisnis kaya dan pejabat untuk memuluskan jalannya;
Dan membantunya mengembangkan lahan pertanian, yang semestinya bertujuan memecahkan krisis bencana dingin, untuk lebih jauh lagi membantunya memperoleh ketenaran di Ibu Kota.
Dan kini, membuatnya menyelamatkan sang Nyonya Besar, pasti ada tujuannya. Seharusnya tujuan itu adalah untuk membuat sang Nyonya Besar dan keluarga Jenderal Zhenyuan yang ada di belakang Beliau tertarik ke arahnya….
Yang telah dilakukan orang itu, mungkinkah —
Dengan sengaja membuatnya terlibat dalam perebutan kekuasaan di Ibu Kota?!
Selain dari alasan ini, tak ada jawaban lain.
Alis Lu Huan berkedut, sejenak ekspresinya tampak agak rumit dan gelap.
Tentu saja dia tak bersedia menjadi bidak orang lain.
Kalau dia masih waspada kepada orang ini seperti sebelumnya, dia pasti akan mengabaikan permintaan mereka, dan mencari cara untuk menemukan tangan yang telah mendorong diriya, serta mencari tahu apa tujuan orang ini.
Tetapi entah sejak kapan, tujuan orang itu tidak lagi menjadi hal terpenting baginya.
Baginya, hal terpenting telah menjadi apakah orang itu bisa tetap berada di sisinya seperti ini untuk selamanya.
Dia sudah terlalu lama seorang diri di tengah angin dan salju.
Tentu saja, hatinya selalu merasakan keraguan, cemas kalau semua kebaikan yang dia peroleh sebenarnya adalah karena keserakahan orang itu sendiri, dan setelah kebaikan dan pendampingan ini menghilang, mereka akan memberikan pukulan yang bahkan lebih mengerikan lagi.
Namun kini, semua keraguan ini tidak sebanding dengan kerinduan dan ketamakannya sendiri.
Tak peduli apa pun tujuan utama dari orang itu, tak peduli untuk apa sebenarnya orang itu mendatanginya, dia sudah tak peduli lagi. Semua yang dia pedulikan adalah apakah pendampingan semacam ini bisa berlangsung lebih dan lebih lama lagi, dan takkan pernah menghilang.
Semua yang dia pedulikan adalah orang itu.
….
Setelah memikirkan hal ini, dengan tenang Lu Huan membentangkan kertas di atas meja dan mencelupkan kuas ke dalam tinta, namun dia tak menanyakan tentang satu pun keraguan yang terbit di dalam benaknya.
Lagipula, kalau dirinya benar-benar sebuah bidak catur, ketika si bidak catur bertanya “Mengapa” kepada si pemain, itu artinya permainannya sudah akan berakhir.
Dia takkan menoleransi kemungkinan ini.
Ada 90% kemungkinan bahwa orang itu hanya sedang memperlakukan dirinya dengan baik. Kalau memang begitu, tentu saja dia gembira.
Tetapi kalau-kalau, ternyata orang itu memperlakukan dirinya sebagai bidak, memanfaatkan dirinya, dan bersikap baik kepadanya selayaknya memperlakukan sebuah alat, jika memang demikian…. Dia akan mengubah kemungkinan pertama menjadi di atas 90%.
Bagaimanapun juga, masa depan masih panjang.
Yang Lu Huan pikirkan dalam hati, tentu saja Su Xi yang ada di luar layar tidak mengetahuinya. Semua yang bisa dia lihat di layar adalah si anak berdiri di depan meja, dengan wajah bulatnya sedikit menunduk untuk berpikir. Seperti wajah anak-anak TK di depan pertanyaan ‘1+1=?’, tampang melamunnya kelihatan sama persis.
Su Xi menantikan apa yang akan ditulis untuk nenek ini sekarang. Akhirnya dia melihat bahwa apa yang anak itu tulis di kertas hari ini bukanlah pertanyaan, melainkan sebuah permintaan:
— “Aku janji padamu akan mengobati Nyonya Besar, tapi aku ingin kau berjanji satu hal kepadaku.”
Hehe, Su Xi merasa gembira. Anak itu mulai membuat syarat. Si anak sudah semakin gemuk, jadi dia takkan merasa bersalah selama tiga hari.
Si anak mengangkat kuasnya, meragu sejenak, lalu lanjut menulis di atas kertas:
— “Saat perburuan di Gunung Qiuyan berlangsung, ada sebatang pohon pir tua di atas gunung itu. Aku akan menunggumu di bawah pohon pir itu.”
Si anak kembali mengangkat kuasnya, kali ini dia terdiam cukup lama, bibirnya sedikit berkerut. Tetapi setelah meragu sesaat, pada akhirnya dia masih menuliskan empat patah kata secara tergesa-gesa.
Sungguh langka baginya untuk kehilangan raut dingin dan ketidakpedulian yang biasa ada di wajahnya, namun setitik kegelisahan dan harapan untuk bertemu dengan orang paling penting baginya terlihat jelas. Pangkal telinganya bahkan tampak memerah.
Akan tetapi, dia kembali menenangkan diri, dan segera mengendalikan emosi yang telah tertampak.
— “Aku ingin melihat dirimu.”
Melihat keempat kata itu tiba-tiba muncul di permukaan kertas membuat Su Xi yang ada di sisi lain di luar layar terperangah.
Tunggu, melihat, bertemu?