I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 30 (Part 1)
Su Xi berencana mengikuti si anak dan menontonnya berburu, tetapi ketika dia melirik pada peta kecil di sudut kanan atas, didapatinya sekelompok titik-titik kecil telah mulai mengepung titik kecil milik Pangeran Kedua – apa upaya pembunuhannya sudah dimulai? Apa mereka mau beraksi secepat itu?!
Su Xi tak tahu kapan para pembunuh itu akan melakukannya. Dia takut kalau misi sampingannya akan gagal, yang kemudian akan membuat jalinan plotnya berantakan. Jadi dia tak mencari si anak terlebih dahulu, dan langsung mengganti layar ke posisi Pangeran Kedua.
Pada saat ini, Pangeran Kedua, dengan lebih dari sepuluh pengikut di sekitarnya, sedang menarik busur dengan penuh perhatian dan memandangi seekor kelinci. Kelincinya sangat waspada. Begitu mendengar pergerakan orang-orang, dengan cepat hewan itu melompat pergi. Alhasil, Pangeran Kedua bergegas mengejarnya bersama pengawal. Dia mengejar kelinci itu dari kaki gunung hingga ke dalam hutan di sisi bukit.
Su Xi kembali mengamati para pembunuh yang berencana menyergap Pangeran Kedua, ketika perlahan-lahan mereka mendekati ke arah yang bersangkutan dari kedua sisi lembah. Di Gunung Qiuyan tidak hanya ada Pangeran Kedua dan orang-orangnya melainkan juga banyak rombongan para pangeran lainnya. Meski Gunung Qiyuan sangat besar, dan ujungnya tak terlihat, masih ada kemungkinan berpapasan dengan yang lainnya, jadi para pembunuh itu sangat berhati-hati dan bergerak dengan sangat lambat.
Pada mulanya Su Xi merasa gugup, dan melesakkan diri pada kursi bus.
Mau pembunuh atau bukan, cepatlah! Dia masih menunggu untuk menyelamatkan Pangeran Kedua, supaya dia bisa kembali untuk melihat si anak memanah dan berburu!
Ketika busnya tiba di stasiun, Su Xi menggendong tas berisi buku dan membawa ponselnya dengan satu tangan, mengenakan headphone, dan berjalan terpincang-pincang ke rumah dengan memakai kruknya. Sesekali dia mengangkat ponselnya dan memandangi benda itu, menunggu para pembunuh menampakkan diri.
Para pembunuh itu menunggu selama lebih dari dua jam sebelum Pangeran Kedua sepenuhnya memasuki pandangan mereka dan menemukan tempat yang lebih baik untuk melakukan pembunuhan.
Di tengah-tengah hutan gunung, suasananya sangat sunyi, hanya terdengar gemerisik dedaunan yang tertiup angin.
Pangeran Kedua dan rombongannya telah mengejar buruan hingga ke tempat ini.
Su Xi sudah duduk di belakang mejanya, mengerjakan buku PR-nya dan menaruh ponselnya di sisi kiri, menunggu para pembunuhnya muncul. Tiba-tiba, dia mendengar suara anak panah muncul entah dari mana, menghasilkan suara ‘syuut syuut’, dan seseorang berseru, “Ada pembunuh!”
Buru-buru dia melemparkan pulpennya, mengambil ponselnya, dan mengamati Pangeran Kedua yang ada di layar.
Di situ sudah terjadi kekacuan.
Para pembunuh berbaju hitam dan bertopeng sudah melompat keluar. Belasan pengawal yang berada di sekeliling Pangeran Kedua sudah mati terpanah oleh hujan anak panah barusan tadi, dan sisanya mengelilingi Pangeran Kedua untuk melindunginya.
Sekelompok pembunuh itu jelas adalah orang-orang sewaan yang lihai, bersenjata dan kuat. Mereka pun bertarung melawan para pengawal.
Banyak dari para pengawal itu yang terluka akibat anak-anak panah yang beterbangan. Mereka jelas-jelas kalah, dan mundur sambil berusaha melawan.
Persis pada saat itu, sekumpulan orang berbaju hitam muncul tidak jauh dari situ, berdiri di posisi yang lebih tinggi, menarik busur, dan kembali menembakkan hujan panah ke arah mereka.
Para pembunuh ini memiliki persiapan yang bagus, sementara Pangeran Kedua kalah jumlah, hanya bisa melihat saat banyak dari pengawalnya yang dipanah hingga menjadi seperti saringan oleh anak-anak panah yang beterbangan, sementara sisanya berlumuran darah dan dengan susah payah berusaha melindungi Pangeran Kedua sambil berusaha mundur.
Sebatang anak panah ditembakkan dengan sangat akurat dan meluncur tepat ke arah Pangeran Kedua, yang buru-buru berjalan mundur.
Su Xi bergegas mengulurkan jarinya, menangkap seekor burung dari cabang terdekat, menghalangi anak panah itu. Burung itu pun terjatuh ke tanah dengan pekikan menyedihkan.
Pangeran Kedua berhasil lolos dari bahaya.
Su Xi menghembuskan napas lega.
Beberapa orang pengawal mendorong Pangeran Kedua dan berkata kepadanya, “Yang Mulia, kembalilah ke perkemahan, sementara kami akan menghalangi orang-orang ini!”
Para pengawal menghalangi para pembunuh, sementara Pangeran Kedua berlari menuruni bukit, menunggangi kuda yang terikat di pinggir jalan, dan mencongklang pergi.
Melihat kalau mereka tak bisa mengejar Pangeran Kedua, para pembunuh begitu marah dan mulai bertarung dengan para pengawal Pangeran Kedua.
Su Xi merasakan keraguan. Bagaimana bisa Pangeran Kedua kabur dengan selamat tanpa terluka sedikit pun? Tak ada pemberitahuan yang mengatakan kepadanya bahwa tugas sampingannya sudah selesai…. Takkan ada gelombang pembunuh lainnya, kan?
Buru-buru Su Xi mengikuti, hanya untuk melihat Pangeran Kedua telah berpacu pergi, keluar dari jangkauan yang bisa diraih para pembunuh. Tetapi Pangeran Kedua tidak kembali ke perkemahan, dan malah berhenti di tepi sungai, yang jaraknya masih cukup jauh dari perkemahan.
Buat apa kau berhenti?
Pangeran Kedua adalah karakter berpakaian hitam. Karena dirinya relatif tak mencolok, dia hanya mengenakan hiasan kumala. Su Xi tak terlalu memerhatikan dirinya sebelum dia mulai berangkat di kaki gunung barusan tadi.
Su Xi hanya tahu kalau pangeran yang memiliki karakter terlemah di antara para pangeran adalah sang Putra Mahkota, Pangeran Ketiga adalah yang paling flamboyan dan menarik kupu-kupu, serta Pangeran Kelima merupakan pangeran yang paling berpengaruh dan licik.
Lalu untuk Pangeran Kedua, dibandingkan dengan yang lainnya, dirinya memang tidak populer sama sekali, dan sepertinya telah membuka kemampuan untuk tidak mencolok, yang membuat dirinya sangat tidak menonjol pada kejadian-kejadian besar apa pun.
Barusan tadi, Pangeran Kedua, yang turun dari kuda,masih menggenggam panah yang telah diambilnya dari para pembunuh. Dia menunduk memandangi anak panah itu seakan hendak memastikan bahwa benda itu tidak beracun, dan setelah memastikannya, tiba-tiba dia —
Tanpa ragu menusuk dirinya sendiri tepat di dada.
Dalam sekejap, darah memercik hingga tiga kaki jauhnya!
Lukanya sangat dalam!
Pangeran Kedua terjatuh ke tanah.
Su Xi, yang ada di luar layar, tercengang!
Sistem mengeluarkan pemberitahuan: “Peringatan, tugas sampingan hampir gagal, harap selesaikan tugas sampingan dengan baik!”
“Kalau Pangeran Kedua terluka parah, maka akan berlangsung selama enam bulan, dan paling singkat dia akan sakit selama tiga bukan, dan kemudian pendamping belajar pun takkan dibutuhkan lagi. Alur tentang tokoh utama memasuki Akademi Taiyuan akan harus dibuang, atau kau akan harus mencari jalan lain.”
“Tapi sangat sulit untuk mencari jalan memutar lainnya, dan akan memicu banyak tugas sampingan.”
Su Xi: “….”
Baru saja dia bertanya kenapa game-nya belum juga mengeluarkan pemberitahuan penyelesaian tugas sampingan setelaah dia membantu Pangeran Kedua menghadang anak panah, makanya dia cuma menunggu diam di sini!
Pangeeran Kedua ini kelihatan tidak mencolok, tapi dia ternyata berpura-pura menjadi babi ketika sedang memangsa harimau!
Tak mungkin dia tidak memperkirakan bahwa seseorang akan datang untuk membunuhnya, jadi sekalian saja dia membawa para pengawalnya untuk mengejar buruan ke tengah gunung, tapi siapa sangka para pembunuh tidak berhasil, jadi dia pun menusuk dirinya sendiri dengan anak panah.
Kalau cuma beberapa orang pengawal yang mati, maka pembunuhan di Gunung Qiuyan mungkin akan berakhir begitu saja demi memandang muka keluarga istana.
Tetapi kalau dirinya, seorang pangeran, sampai terluka, maka sang Kaisar akan melakukan penyelidikan secara menyeluruh. Di sisi lain, bencana beku akhir-akhir ini telah mendatangkan kebencian masyarakat, dan Kaisar sedang memilih orang-orang untuk pergi ke wilayah utara yang jauh untuk memberikan bantuan mengatasi bencana. Kalau dia sampai terluka parah dan sakit, maka Kaisar pasti takkan membiarkan dirinya pergi. Kalau dia tidak pergi, maka ada salah satu dari pangeran lainnya yang akan pergi, yang akan menghasilkan susunan kekuasaan baru di Ibu Kota.
Su Xi nyaris mencurigai bahwa gelombang pembunuh yang kedua diatur oleh Pangeran Kedua sendiri.
Tetapi hal itu tidak disebutkan di dalam plotnya, dan dia tak tahu apakah terkaannya benar atau tidak.
Plotnya sudah melampaui dugaan Su Xi, jadi agak berantakan.
Tapi prioritas utamanya adalah mencari cara untuk memperbaiki situasinya.
Pangeran Kedua telah terluka, dan tak ada fungsi pengulangan dalam game ini, jadi Su Xi hanya bisa mencari cara untuk membuat cidera Pangeran Kedua membaik dalam waktu setengah bulan yang singkat, lebih baik kalau cuma beberapa hari, sehingga tugas utamanya takkan tertunda.
Memikirkan tentang hal ini, pertama-tama Su Xi membuka toko dan membeli satu tabung obat bius.
Dia mengangkat obat bius itu dengan sehelai daun dan memercikkannya dari udara.
Pangeran Kedua sudah terlalu banyak mengeluarkan darah dan berjalan terhuyung-huyung menuju perkemahan. Benaknya masih jernih. Asalkan dia bisa bertemu dengan para pangeran yang berada di perkemahan, dirinya akan selamat.
Pada saat itulah, dia akan bisa membuat keributan dan berkata bahwa semua pengawal di sekitarnya telah terbunuh dan dirinya melarikan diri dengan terluka parah.
Tetapi siapa yang akan menyangka kalau seseorang akan memercikkan obat bius ke arahnya, dan dia pun pingsan seketika itu juga.
“.…”
Pangeran Kedua sebelum pingsan: … Eh?
Setelah Pangeran Kedua jatuh pingsan, Su Xi mengamati peta, memastikan bahwa tak ada orang di sekitarnya, dan buru-buru membuka kolom obat Jinchuang* dari toko.
(T/N: obat Jinchuang adalah obat untuk luka, semacam betadine)
Obat Jinchuang dengan efek terbaik menunjukkan bahwa luka panah biasa bisa disembuhkan dalam waktu tiga hari, dan efeknya juga 100%.
Tetapi Pangeran Kedua kejam terhadap dirinya sendiri, dan lukanya begitu dalam sehingga Su Xi takut kalau lukanya ini akan membutuhkan waktu sepuluh hari hingga setengah bulan untuk sembuh, menghambat jalan si anak, jadi dia pun membeli tiga botol obat Jinchuang dari toko, yang kesemuanya dituangkan pada luka Pangeran Kedua lalu diseka hingga merata.
Dengan cara ini, semestinya takkan gagal.
Su Xi menyeret Pangeran Kedua ke perkemahan, tapi dia jelas tak boleh langsung menjatuhkan orangnya dari langit di perkemahan kaki gunung, jadi dia pun meninggalkan Pangeran Kedua di atas tanah bersalju dalam jarak dua ratus meter lebih dari perkemahan.
Setelah semuanya selesai, dengan sengaja Su Xi membuat suara-suara di tempat ini, berusaha berpura-pura menjadi hewan liar yang berlarian untuk menarik perhatian para penjaga yang ditempatkan di perkemahan, yang sedang memakan daging dan minum arak.
Tapi siapa yang menyangka kalau meski dia sudah beberapa kali memukuli pohon, para penjaga yang sedang mabuk itu tak mendengarnya sama sekali.
Su Xi tak bisa menahan diri untuk menampar layarnya!
Pepohonan di dekat Pangeran Ketiga berguncang dan daun-daunnya pun rontok berjatuhan. Barulah kemudian para penjaga mendengarnya, buru-buru berdiri, mencabut pedang mereka, lalu berjalan menuju ke arah situ.
Tetapi pada saat ini, hari sudah benar-benar gelap, dan para penjaga yang menghampiri, melihat sekeliling, dan karena mendapati kalau tak ada yang tidak biasanya, mereka pun langsung kembali sambil tersenyum-senyum. Salah satu dari mereka bahkan berjalan tidak jauh dari tempat Pangeran Kedua terbaring di tanah.
Su Xi: “….”
Pangeran Kedua yang berpakaian hitam memang hampir tak terlihat, tapi orang hidup sebesar itu bisa tergeletak tanpa ketahuan, apa suasananya terlalu gelap ataukah para penjaga kecil ini yang terlalu buta?
Su Xi harus menepuk pohon lagi, dan kemudian dia menjatuhkan sebuah lentera tepat di sebelah Pangeran Kedua.
Dia masih memikirkannya dengan susah payah, takut kalau hal itu akan mendatangkan kecurigaan, persis seperti ketika sebelumnya dia mengirim barang-barang kepada si anak. Jadi dia pun mengambil lentera paling biasa dari toko, jenis lentera yang dipakai oleh para pemburu, yang terbuat dari jerami.
Sepanjang tahun ada penjaga yang ditempatkan di Gunung Qiuyan, dan hewan-hewan buruan di dalamnya juga dipelihara oleh para pemburu di gunung, jadi merupakan hal normal kalau seseorang kebetulan bertemu dengan Pangeran Kedua yang sedang terluka, menyelamatkannya, lalu mengantarkannya kemari.
Ditambah lagi, Gunung Qiuyan sangat terkemuka dan populer. Meski penjaga sudah ditempatkan, Gunung Qiuyan merupakan gunung yang sangat luas tanpa ada pembatas. Tidaklah mengejutkan kalau ada rakyat jelata yang kebetulan memasuki gunung itu.
Ketika para penjaga kecil kembali ke perkemahan, mereka mendapati bahwa ada lentera di sebelah sini, jadi mereka pun kembali untuk memeriksa. Barulah kemudian mereka menemukan Pangeran Kedua yang tergeletak di tanah. Mereka tercengang, dan buru-buru membantu memapah Pangeran Kedua: “Pangeran Kedua, sadarlah!”
“Yang Mulia Putra Mahkota, telah terjadi upaya pembunuhan, dan Pangeran Kedua telah terluka!”
Seseorang melapor kepada Putra Mahkota dengan wajah pucat pasi.
Su Xi benar-benar merasa lega, dan barulah pada saat itu sebuah pemberitahuan atas penyelesaian tugas sampingan akhirnya muncul di antarmuka, “Selamat atas penyelesaian tugas sampingan, koin emas +20, poin +2.”
Karena pemberitahuan atas penyelesaian tugas sampingannya sudah muncul, maka berarti cidera Pangeran Kedua bukanlah masalah besar berkat aksi dari obat Jinchuang-nya, setidaknya takkan memengaruhi alur berikutnya.
Setelah menyelesaikan tugas sampingan, Su Xi buru-buru mengalihkan antarmukanya ke bagian si anak
….
Semua yang ada di antarmuka berlintasan. Tetapi ketika Su Xi melihat pemandangan di bawah pohon pir, napasnya serasa tercekat di tenggorokan.