I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 39 (Part 2)
Dua hari sebelum bersekolah, karena cuaca yang cerah, pelajaran panahan pun diberikan. Di tepi danau di Akademi Taiyuan, para pangeran berdiri berbaris dan diminta oleh Guru Junior agar memanah ikan-ikan yang berenang-renang di dalam kolam, serta juga burung-burung di langit.
Sebelumnya Lu Huan sudah membuat kehebohan di Gunung Qiuyan. Setelah memasuki Akademi Taiyuan sebagai pendamping Pangeran Kelima, dia terus menundukkan kepala dan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga agar jumlah hasil panahannya lebih rendah daripada hasil para pangeran.
Akan tetapi, walaupun keseluruhan hasilnya lebih rendah daripada para pangeran, tembakannya jauh lebih kuat.
Pangeran Kelima berjuang untuk memperoleh jasa dan merasa sangat puas dengan dirinya, serta semakin lama semakin merasa kalau Lu Huan jauh lebih baik daripada pendampingnya yang sebelumnya, yang sepanjang hari selalu bersikap lemah, jadi dengan senang hati dia menghadiahkan beberapa barang kepada Lu Huan.
Lu Huan pun menerima hadiah itu.
Ketika para pangeran berkumpul sepulang sekolah, Lu Huan memunguti anak-anak panah yang bertebaran di tanah, maju dua langkah, lalu melemparkannya ke dalam keranjang anak panah di dalam paviliun batu di Danau Batu Tinta.
Putra Mahkota sudah melewati usia bersekolah di akademi kekaisaran dan diajari oleh guru-guru khusus, jadi hanya ada beberapa orang pangeran lain serta beberapa orang keturunan keluarga bangsawan yang datang ke Akademi Tai.
Putra-putra bangsawan dan para pendamping mereka menjilat para pangeran, satu persatu, namun ada suatu ketegangan tak terlihat di bawah perilaku mereka.
Pembagian kekuasaan di Ibu Kota begitu rumit, dan walaupun siswa-siswa ini masih muda, mereka sedikit banyak memiliki kesadaran akan hal itu.
Sebelumnya, walaupun Lu Yu’an dan Lu Wenxiu dari Ning Wangfu juga berhak untuk memasuki Akademi Tai, kedua bersaudara itu hanya bisa duduk di bagian belakang kelas dan tak bisa bersaing dengan putra-putra bangsawan lainnya, jadi mereka sama sekali tak punya kesempatan untuk berteman dengan para pangeran.
Sekarang, di antara keduanya, yang satu pincang dan yang lainnya sedang dalam masa pemulihan dari flu. Mereka belum bisa bersekolah, dan sedang berbaring di ranjang mereka di Ning Wangfu, menggertakkan gigi penuh kebencian kepada Lu Huan.
Mulanya, Lu Wenxiu tak suka pergi ke Akademi Tai, dan dia bisa beralasan tidak masuk karena sakitnya selama yang dia inginkan, tapi kini karena Lu Huan bisa masuk, dia jadi begitu marah sampai memukuli ranjangnya berulang kali.
Tentu saja, kedua bersaudara itu bukan lagi sesuatu yang perlu Lu Huan pedulikan.
Saat dia mengemasi tas kainnya dan berjalan menuju para guru, tiba-tiba dia mendengar suara dentang dari menara waktu di sudut.
Dengan waspada dia menatap ke arah itu.
Di luar layar, Su Xi, sedang mengerjakan PR-nya di belakang meja dengan layar ponsel menyala. Ketika dia mendengar suara itu, dia menghentikan kegiatannya dan mendongak.
Dilihatnya beberapa orang pemimpin dengan beberapa orang pengawal sedang memukuli seorang anak laki-laki berumur 15 hingga 16 tahun.
Di layar, anak remaja itu tampak putih dan montok, seperti hampir meluap dari dalam pakaiannya, namun kelihatan sangat pengecut, dengan rambut berantakan, hidung dan wajah lebam, sedang menangis memohon belas kasihan. Dia dikelilingi oleh beberapa karakter yang tubuhnya jauh lebih kurus daripada dirinya, yang sedang memukulinya dengan kepalan tangan dan menginjak-injaknya dengan kaki.
Apa yang sedang terjadi? Perundungan di Akademi Tai?
Segera, sebuah pengenalan karakter muncul di layar Su Xi.
Ternyata orang yang sedang dipukuli adalah putra bungsu pejabat Yun Taiwei, namanya Yun Xiupang.
[Yun Xiupang, putra bungsu dari pejabat Yun Taiwei – untuk saat ini tidak tersedia. Sumber daya: belum tersedia. Kekuatan: belum tersedia. Keuntungan dari latar belakang: belum tersedia untuk saat ini.]
Di Negara Yan, Pejabat Taiwei bertugas dalam posisi sipil Dewan Dalam, dan dia merupakan seorang pejabat tinggi tingkat satu. Namun tiga bulan yang lalu, Yun Taiwei telah membuat sebuah kesalahan besar dan dikirim oleh Kaisar ke Liuzhou sebagai gubernur di sana. Posisinya saat ini sedang kosong. Sementara keluarga Yun Taiwei tetap tinggal di Ibu Kota, kedua putranya menjadi sosok yang diremehkan dan kini menjadi bulan-bulanan.]
[Yun Xiupang bisa berkembang menjadi teman tokoh utama. Kalau tokoh utama maju untuk menyelamatkannya, dia akan memulai tugas sampingan. Apa kau ingin mengambil tugas sampingan pilihan ini?]
Tunggu sebentar, si Yun gendut ini tak punya apa-apa, nilai kekuatan dan sumber dayanya semua nol. Dengan menyelamatkan dia, selain dari memprovokasi para putra bangsawan itu, apa bagusnya?!
Memangnya kau mau cari masalah?!
Namun secara mengejutkan si gendut itu memiliki nama alih-alih sekedar ‘Teman A’, yang membuat Su Xi jadi bertanya-tanya apakah dia bisa menjadi sosok kunci.
Bagaimana kalau menyelamatkan dia secara diam-diam?
Berpikir demikian, dia pun mendorong tangan si anak.
Lu Huan tahu kalau si hantu ada di sisinya dan pastinya sudah melihat kejadian ini, jadi dia melirihkan suaranya dan bertanya, “Apa kau ingin aku menyelamatkan dia?”
Su Xi menyentuh tangan kiri Lu Huan.
Lu Huan tak menolak. Dia berjalan cepat menuju gerbang Akademi Tai, memungut beberapa kerikil di tanah, lalu melemparkannya.
Su Xi hanya mendengar dua pengawal pertama yang ada di menara jam berseru, mengaduh-aduh memanggil ibu mereka, dan sesaat kemudian berlari keluar, sambil menutupi kepala mereka.
Namun Lu Huan berlari pergi dengan langkah-langkah lebar dan dalam sekejap menghilang.
Setelah menyelamatkan pemuda itu, Lu Huan berjalan menuju pasar.
Tentu saja, Lu Huan sudah merasa tidak enak terhadap pemuda itu, dan dia sudah berpikir akan membantunya bahkan sebelum si hantu memberinya isyarat. Namun si hantu memberi isyarat duluan, yang membuatnya merasa agak galau dan tertekan.
Dia juga menyadari bahwa dirinya luar biasa egois – si hantu telah membantu dia, jadi si hantu juga bisa membantu siapa saja. Si hantu sangat baik. Memang sudah seharusnya melakukan semua ini.
Namun rasa posesif yang tumbuh di dalam hatinya telah membuat Lu Huan kesal. Dia tak ingin si hantu melihat orang lain, ataupun memberi perhatian serta menunjukkan emosi kepada orang lain, bahkan meski sekedar rasa simpati.
Lu Huan juga merasa kalau pemikirannya ini buruk, dan dia takut membuat si hantu membenci dirinya, jadi dia sama sekali tak berani mengungkapkannya.
Namun si hantu keluar bersamanya, masih berada dekat di sekitarnya, yang meredakan rasa posesif di dalam hatinya.
Dia lanjut berjalan menuju Ning Wangfu.
Hari ini, karena Lu Huan pulang terlambat, hari sudah gelap dan restoran di pasar sudah buka.
Dua orang putra bangsawan yang pulang dari Akademi Tai, berjalan berdampingan menuju sebuah bangunan hijau, mengenali dirinya dan langsung tersenyum, menyapa, “Lu Huan, pendamping Pangeran Kelima, apa kau mau bergabung dengan kami?”
Lu Huan juga telah bertemu beberapa orang di Akademi Tai. Walaupun mereka bukan teman, dia jadi mengenal semua putra orang-orang berpengaruh dari Ibu Kota.
Dia sudah akan menolak, tapi kemudian merasakan hantu di sekitarnya mencengkeram lengan bajunya dengan penuh semangat.
Lu Huan: ….
Su Xi, di luar layar, telah meletakkan pulpennya. Dengan mata cerah dia memandang lekat-lekat pada penanda ‘Kembang Api Bulan Tiga’ pada bangunan hijau itu. Dia hanya bisa membayangkan ada berapa banyak wanita cantik di dalam sana! Kalau Lu Huan bisa masuk, Su Xi akan bisa melihat lukisan aslinya selama beberapa menit. Ini akan jadi cuci mata!
Tapi, bagaimana bisa si anak tetap berdiri di tempat dan tidak masuk ke sana?
Su Xi menarik-narik lengan baju si anak dan bahkan mendorong-dorong bahunya, namun si anak tetap tak bergerak.
Pada usia lima belas tahun, seharusnya Lu Huan sudah bisa memasuki rumah bordil di masa kuno. Bahkan walau dia tak melakukan apa-apa, masa mereka tak bisa banyak belajar?
Su Xi tak tahan ingin menariknya.
Si anak sedikit menundukkan kepalanya dan memandangi lengan bajunya wajahnya tampak tenang, dan dia bertanya dengan suara lirih, “Kau ingin masuk dan melihat-lihat?”
Su Xi menarik-narik lengan baju Lu Huan gila-gilaan. Ayolah, bawa nenek masuk untuk belajar lebih banyak.
Namun si anak tersenyum, dengan sangat perhatian, dan berbisik dengan amat lembut: “Aku tak bisa masuk, tapi kalau kau ingin masuk, terbang saja ke dalam. Aku akan menunggumu di luar, kuberi waktu sampai satu batang dupa habis.”
Kotak dialognya muncul, dan Su Xi hampir menggulung lengan bajunya lalu mengeklik gambarnya untuk melihat wanita-wanita cantik macam apa yang ada di dalamnya.
Namun tepat pada saat ini, sejumlah besar gelembung dialog putih bermunculan di layar, muncul dengan luar biasa cepat, dan langsung membanjiri seluruh permukaan layar.
— “Jangan berani-berani.”
— “Jangan berani-berani.”
— “Jangan berani-berani!”
Su Xi: “….”
Layarnya penuh dengan tulisan besar-besar, dan tangan Su Xi pun gemetaran. Hatinya, yang ingin sekali memasuki rumah plesiran itu, tiba-tiba jadi ketakutan.
————-
Pengarang ingin bilang sesuatu:
Su Xi (berguling-guling di lantai): Aku ingin memilih selir!
Si Anak: Di sini ada tiga orang anak, Anak Emas, Anak Perak, dan Anak Perunggu. Yang mana yang ingin kau pilih?
Su Xi: …..