I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 40 (Part 1)
Sebelumnya sang Nyonya Besar tak pernah peduli dengan Lu Huan, namun sejak Lu Huan masuk ke Akademi Tai, menjadi pendamping belajar Pangeran Kelima, serta menjadi pejabat tingkat sembilan bawah, dengan penuh semangat sang Nyonya Besar meminta Lu Huan agar datang dan membersi salam setiap petang.
Tentu saja, semua yang Beliau tanyakan adalah tentang kondisi hubungan antara Lu Huan dan para pangeran.
Ning Wangfu sudah mengalami kemuduran sejak lama, tanpa ada seorang pun yang menjabat di mahkamah kekaisaran selama beberapa tahun belakangan ini, dan mereka sudah lama menjadi kediaman yang setiap pejabat Ibu Kota tak ingin berhubungan dengannya. Selama bertahun-tahun, kau bisa menangkap burung pipit di ambang pintu*, dan tak ada seorang pun yang mau repot-repot menanyakan.
(T/N: maksudnya tamu yang berkunjung sangat sedikit dan jarang)
Bagi sang Nyonya Besar yang dulunya berasal dari sebuah klan penuh kejayaan, urusan ini tentu saja adalah sesuatu yang tak bisa Beliau terima!
Sekarang karena setidaknya Beliau bisa melihat adanya harapan dari Lu Huan, Beliau pun mulai berpura-pura menjadi seorang tetua baik hati yang peduli atas pelajaran cucu tidak sahnya.
Sedemikian berlebihannya sampai-sampai Beliau secara khusus mengaturkan sebuah griya di dalam Ning Wangfu, bernama Kebun Jing, dan menghadiahkannya kepada Lu Huan sebagai tempat belajarnya.
Lu Wenxiu dan Lu Yu’an, kedua bersaudara itu, melihat jalan pikiran sang Nyonya Besar dengan mata mereka sendiri dan dalam hati merasa kesal, dengan kecemburuan menggerogoti hati mereka, namun sama sekali tak berdaya melakukan apa-apa kepada Lu Huan.
Akan tetapi, meski di dalam Ning Wangfu sang Nyonya Besar menganggapnya penting, di luar Ning Wangfu, hal itu sama sekali tidak berlaku.
Hari itu, dari bawah tepian atap Ning Wangfei melihat kalau hujan sudah mulai turun. Saat ini adalah awal musim semi, di mana hujan turun terus-menerus. Dia bertanya kepada mama di sisinya: “Beberapa saat yang lalu, Ayah menerima perintah untuk pergi ke Provinsi Yun demi mengawasi kediaman kekaisaran. Apa akhir-akhir ini Beliau sudah kembali?”
“Melapor kepada Nyonya, Tuan Cendekia Tinggi baru saja kembali, tapi karena kepulangannya sudah terlalu malam, Beliau tidak mengirim siapa pun untuk memberitahu Anda. Pagi ini, Beliau pergi ke mahkamah kekaisaran untuk bertemu dengan Kaisar. Sekarang kemungkinan Beliau sudah pergi ke Akademi Tai untuk mengajar.”
Entah apa yang dipikirkan oleh Ning Wangfei, tetapi tanpa disengaja wajahnya menampakkan suatu ekspresi yang agak puas. Dengan kuku menusuk ke dalam telapak tangannya, dia berkata dingin, “Persiapkan kereta untukku, malam ini aku akan pergi ke tempat Ayah.”
Su Xi menemani si anak masuk kelas dan belajar di Akademi Tai. Selain dari menggiling tinta dan memasang target panahan untuk Pangeran Kelima, bagi si anak, sebagai rekan belajar dengan jabatan tingkat sembilan, hal ini masih bisa dianggap cukup santai.
Masa-masa damai ini berlangsung selama sekitar sepuluh hari.
Si anak sangat rajin: selain berlatih dan membaca hingga larut malam setiap harinya, dia masih berusaha menggunakan sisa waktunya untuk belajar. Pagi-pagi sebelum fajar, ketika langit masih gelap, dia akan bangun, and lanjut membaca buku yang belum dia selesaikan di malam sebelumnya.
Dia akan membaca hingga matahari terbit, dan kemudian akan membasuh diri lalu berpakaian dengan terburu-buru, mengambil beberapa potong roti kukus dari pelayan di luar griya, makan sambil berjalan, lalu bergegas pergi ke Akademi Tai untuk lanjut masuk sekolah.
Sepuluh hari yang lalu, Su Xi tak tahu bahwa setiap hari ketika fajar, saat ayam jantan belum berkokok, Lu Huan akan bangun.
Hanya saja setiap kali Su Xi online, dia selalu melihat bahwa halaman-halaman di buku Lu Huan akan dibuka lebih lanjut lagi, serta catatan-catatan yang berjejalan rapat juga akan muncul. Semua ini rasanya sangat aneh.
Jelas-jelas semalam si anak cuma membaca sampai sepertiga bagian buku, bagaimana bisa tiba-tiba dia sudah menyelesaikannya?
Apa dia membaca sambil tidur berjalan?
Sementara itu, si anak, tampaknya takut kalau si hantu akan merasa cemas, karenanya tak pernah memberitahu, dan barulah hingga akhir pekan tiba di posisi Su Xi, ketika di dalam game adalah pagi hari, dan Su Xi mendapat serangan kejutan tiba-tiba. Dia baru menyadari kalau si anak ternyata sedemikian rajinnya!
Sungguh membuat ibu tua ini malu karena tidak menyadarinya!
Su Xi tak tahu kenapa si anak berusaha sekeras ini. Dia hanya bisa merasa bahwa, selama sekitar sepuluh harian ini, gambar roti kukus putih si anak jelas-jelas jadi lebih kurus. Anak itu sudah menjadi roti kukus kurus.
Malam ini, Su Xi tak bisa menahan diri untuk membuat si anak bersantai sedikit, berhenti belajar untuk saat ini, dan pergi menunggang kuda di kota bagian luar.
Lu Huan merasakan hembusan angin berdiam di alisnya. Sepertinya si hantu ingin menekan titik akupuntur mata untuknya, jadi dengan sukarela dia pun meletakkan bukunya, telinganya memerah.
Sebelumnya, dengan sepenuh hati Lu Huan ingin mempelajari lebih banyak lagi pengetahuan, hanya karena dia ingin menyingkirkan dilema karena berada di dalam Ning Wangfu.
Namun sekarang dia jadi lupa makan dan tidur, meski semua ini sebagian besarnya adalah supaya dia bisa menjadi lebih kuat dengan cepat. Dengan kemampuan yang tepat serta metode untuk menemukan tubuh yang cocok untuk si hantu, suatu hari nanti si hantu takkan perlu melayang ke sini demi bersamanya seperti ini.
Selain itu, air di Ibu Kota sangat dalam, terbuka, dan serangan-serangan terselubung ada di mana-mana. Dia ingin memiliki cukup kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri, karena baru dengan demikian dia bisa melindungi si hantu.
Alasan dia bangun pagi-pagi sekali untuk membaca buku-buku itu adalah untuk menutupi semua itu dari si hantu, karena semua isi buku itu adalah tentang metode-metode agar hantu dan arwah bisa tetap tinggal.
Sebelum metodenya ditemukan, Lu Huan berpikir untuk tidak memberitahu si hantu, supaya nantinya dia bisa memberi si hantu kejutan yang menyenangkan.
Su Xi, tentu saja, tidak tahu kalau orang kecil di dalam game itu sudah berpikir sejauh itu, dan di sela-sela mengerjakan PR-nya, dia masih memikirkan tentang bagaimana cara menyelesaikan tugas ketujuh, memperoleh apresiasi dan dukungan dari Jenderal Zhenyuan.
Dia memanfaatkan waktu ketika si anak sedang berlatih, dan pergi mengelilingi kota di luar istana, untuk melihat apakah dia bisa menemukan petunjuk
Namun pada saat ini, tiba-tiba dia melihat papan pengumuman di jalan utama terdekat sedang dikelilingi oleh sekelompok orang kartun kecil, yang saat ini saling berdiskusi satu sama lain tentang pengumuman yang dipasang.
Su Xi memanfaatkan keuntungan dalam memainkan game ini, langsung membesarkan pengumuman itu, dan jelaslah sudah pengumuman apa yang dipasang.
Ternyata belakangan ini orang-orang Utara sudah memulai kerusuhan karena bencana beku dan kekeringan, sementara sebuah negara tetangga juga sedang mengawasi mereka dengan sorot mengancam, namun pasukan Yan tidak cukup. Karena itu, Kediaman Jenderal Zhenyuan telah menerima perintah untuk merekrut prajurit. Merekrut prajurit untuk memberi peringatan kepada negara tetangga, juga untuk membuat persiapan meredam wilayah Utara.
Para prajurit rekrutan ini jelas-jelas cuma pasukan infanteri kecil, sejak awal mereka takkan bisa bertemu dengan Jenderal Zhenyuan.
Si anak sudah bukan lagi sekedar putra tidak sah dari Ning Wangfu. Bagaimanapun, kini dia juga adalah pejabat tingkat sembilan yang merupakan pendamping belajar dari Pangeran Kelima. Dia jelas tidak perlu masuk ke dalam pasukan lewat jalur ini.
Namun Su Xi masih memanfaatkan hal ini, dan selagi orang-orang kartun kecil di sekeliling tidak memerhatikan, dia menyobek sehelai kertas pengumuman, menukar antarmuka ke bagian dalam kamar si anak, dan bergegas meletakkan pengumuman itu dengan suara ‘plak’ ke atas meja si anak untuk dilihat oleh yang bersangkutan.
Si anak menghentikan kuasnya yang sedang menulis catatan, menyapukan pandangannya, dan berkata: “Saat kemarin aku meninggalkan sekolah, aku juga sudah mendengar kabar bahwa Jenderal Zhenyuan sedang merekrut prajurit. Akhir-akhir ini bencana telah sering sekali terjadi di Utara. Kalau aku ingin mendapat karir yang menonjol, aku memang harus pergi, karena inilah jalan paling cepat untuk memiliki pijakan di mahkamah kekaisaran. Hanya saja, cara-cara memasuki pasukan lewat perekrutan tidak disarankan, memutarnya terlalu jauh.”
Su Xi juga memikirkan hal yang sama.
Su Xi merasa sedikit pusing. Tugas utama ketujuh ini sungguh tak punya tempat untuk memulai.
Kemudian didengarnya si anak berkata lagi, “Tapi, beberapa hari yang lalu aku dengar kalau Kementerian Perang punya tempat kosong untuk penasihat. Ini posisi dengan tingkat lima bawah, yang sebenarnya cocok sekali. Tapi Jenderal Zhenyuan dan Menteri Perang tak punya kesan baik terhadap Ning Wangfu, jadi kalau tak ada seorang pun yang merekomendasikan untukku, maka masuk ke dalam Kementerian Perang akan jadi sangat sulit.”
Su Xi tak menyangka bahwa dalam sepuluh hari si anak memasuki Akademi Tai, ternyata dia sama sekali tidak bersantai-santai. Lewat para putra bangsawan di dalam Akademi Tai, dia sudah menemukan hubungan antara para pejabat di mahkamah kekaisaran.
Mau tak mau Su Xi jadi mengaguminya: Sungguh tak perlu bersusah-payah, bantuan apa yang masih dibutuhkan?
“Kau tak usah cemas, aku punya car.” Lu Huan menatap udara kosong, seulas senyum tipis tampak di matanya, “Kau hanya perlu mendampingi –”
Sepertinya sadar bahwa ‘mendampingi’ adalah kata yang terlalu lembut dan penuh perasaan, tiba-tiba telinga si pemuda menjadi merah muda suaranya mendadak terhenti.
Dia mengganti kata-katanya, dan berujar: “Tetap tinggal di sisiku saja sudah cukup.”
Walaupun Su Xi masih tak tahu rencana apa yang dimiliki si anak, seperti urusan ketika di Kuil Yong’an, dia hanya perlu membantu di samping dan Lu Huan tetap bisa menyelesaikannya sendiri.
Karena itu, Su Xi memiliki keyakinan penuh terhadap si anak.
Ditatapnya wajah si anak. Sepertinya anak itu sudah memiliki rencana yang matang, dan kebanggaan langsung membuncah di dalam hati ibu tuanya. Genderang perang juga tiba-tiba menggemuruh dalam hatinya.
Nak, cepat amankan karirmu!
****
Selama berhari-hari ini hujan deras terus turun di Ibu Kota, dan rumah kaca di pertanian sudah memulai fungsinya, jadi semua tanaman yang ditanam di situ sudah mulai tumbuh dengan cepat.
Su Xi sering menukar antarmuka ke tempat itu, membantu membalikkan tanah, juga menambahkan pupuk seratus persen manjur serta barang-barang lainnya yang dibeli di toko game.
Setiap hari Chang Gongwu dibuat terbengong-bengong dengan kenapa tanaman di dalam rumah kaca bisa tumbuh dengan cara yang jauh lebih mengejutkan ketimbang pertanian-pertanian lainnya, karena itu dia pun terpaksa mencari Lu Huan untuk meminta sejumlah perak demi menyewa lebih banyak orang, dari tiga belas pekerja menjadi dua puluh enam.
Di sisi pertanian, performanya luar biasa, sementara di sisi Lu Huan, karena saat ini hujan turun dengan deras, tidaklah mungkin keluar untuk menunggang kuda dan memanah. Semua pelajaran yang diajarkan di Akademi Tai juga diganti: pelajaran hari ini adalah etika di istana.
Kelas ini luar biasa membosankan. Selain Pangeran Kedua yang tak menonjol dan patuh pada aturan, serta para pewaris bangsawan yang tak punya pilihan selain menghadiri kelas, Pangeran Ketiga yang suka bersenang-senang serta Pangeran Kelima yang sok penting selalu membolos pelajaran ini.
Walaupun Pangeran Kelima tidak menghadirinya, Lu Huan, yang adalah pendamping Pangeran Kelima, harus hadir, mencatat pekerjaan rumah ke dalam buku lalu menyerahkannya kepada Pangeran Kelima ketika waktunya tiba.
Para pewaris bangsawan dan putra-putra pejabat yang datang ke kelas semuanya sedang tidur nyenyak, karena Lu Huan dari Ning Wangfu di sana itu toh akan mencatat.
Selama beberapa hari terakhir ini, beberapa orang cendekia di Akademi Tai jadi benar-benar menyukai pendamping belajar Pangeran Kelima ini, karena dia rajin dan cerdas, selalu menjawab pertanyaan tanpa ragu tanpa terkecuali.
Namun untuk hari ini sepertinya agak berbeda.
Beberapa orang pewaris yang sedang tidur nyenyak tiba-tiba mendengar suara panggung dipukul keras-keras. Cendekia Shangguan, yang mengajarkan etika, memasang wajah kelabu, dan berkata, “Lu Huan, kau berdiri di luar!”
Su Xi yang sedang mengerjakan PR-nya di luar layar juga terlonjak ketakutan. Apa yang terjadi?
Dia menarik-narik lengan baju si anak.
Lu Huan menundukkan pandangannya, melirik pada lengan baju kirinya, mengisyaratkan kalau tak ada masalah.
Dia lalu menaikkan pandangannya, dan menatap ke arah Cendekia Shangguan yang ada di atas panggung, mata hitamnya menampakkan setitik hawa dingin. Tanpa ada ekspresi lain di wajahnya, dia tak membantah dan langsung berjalan keluar menuju sisi luar Balai Guangye.
Tapi di luar masih hujan deras ah!
Beberapa orang pewaris tidak tahu apa yang tiba-tiba telah terjadi, tetapi ada satu orang yang tidak tidur dan berbisik kepada orang di sebelahnya: “Beberapa saat lalu Cendekia Shangguan bilang kalau Lu Huan telah menyerahkan selembar kertas kosong. Alhasil Beliau mengamuk, dan menghukum dia keluar agar basah oleh hujan.”
“Bagaimana bisa, kau dan aku bisa saja menyerahkan kertas kosong, tapi Lu Huan tak mungkin menyerahkan kertas kosong. Tiap kali dia menjawab, kertas tesnya pasti sempurna tak bercela.”
Yang lainnya berbisik dengan ekspresi aneh: “Sebelumnya, dari dua tuan muda Ning Wangfu yang datang ke Akademi Tai dan mengikuti kelas bersama kita, yang satu biasa saja, satunya lagi bodoh. Walaupun adik ketiga mereka adalah anak tidak sah, dia adalah orang yang sangat cerdas, seluruh kepintaran yang ada di Ning Wangfu pastilah dimasukkan ke dalam tubuh anak tidak sah ini.”
Ada satu orang lagi yang memikirkan hal ini. Otaknya berputar lebih cepat. Dia menjulurkan lehernya dan berkata dengan suara lirih kepada kedua orang di depannya: “Ada sesuatu yang mungkin tidak kalian ketahui, Cendekia Shangguan adalah ayah dari Ning Wangfei –”
“Oh.” Barulah kemudian dua orang sebelumnya bereaksi.
Ternyata, ini adalah masalah keluarga.
Tak heran ketika Cendekia Shangguan hari ini masuk, matanya selalu tertuju pada Lu Huan yang duduk di belakang, dan ekspresi di matanya tampak seakan dia ingin menguliti Lu Huan hidup-hidup.
Walaupun belakangan ini para tuan muda itu telah menyalin pekerjaan Lu Huan dengan senang hati, atas hal-hal semacam ini, sulit juga untuk berkomentar. Siapa suruh Lu Huan tidak terlahir di tempat yang bagus, dan malah jadi anak tidak sah?
Aih. Kembali melongok ke luar, dan melihat Lu Huan diusir sendirian, kedua orang yang sebelumnya mengajaknya ke rumah bordil jadi merasa tak sampai hati.
Di luar Balai Guangye, tepian atapnya sangatlah sempit, dan di mana pun mereka berdiri pasti separuh tubuhnya akan basah.
Namun pada saat ini, tak ada setetes air pun yang mengenai Lu Huan.
Lu Huan mendongakkan kepalanya dan melihat, kemudian mendapati bahwa di atas kepalanya terdapat sehelai daun raksasa, mirip seperti payung, menggantung di atas tepian atap, dan secara kebetulan menghadang semua hujan di atas kepalanya.
Titik-titik hujan mengaliri daun raksasa itu, tampak bagai untaian mutiara.
Kehangatan yang menenangkan tumbuh di dalam hati Lu Huan.
Dia mengambil daun raksasa itu, melirihkan suaranya dan menjelaskan ke udara kosong: “Dua hari yang lalu, Ning Wangfei mengunjungi rumah asalnya, sementara Cendekia Shangguan ini sebenarnya adalah ayahnya. Jangan pegangi daun ini, tanganmu akan pegal. Juga jangan sampai kau kehujanan, kemarilah.”
Ning Wangfei, mengenai urusan tentang Lu Huan yang menerima perhatian sang Nyonya Besar, selalu menggertakkan gigi, ingin mencari kesempatan untuk membalas, tapi untuk sementara ini dia tak bisa menemukan jalan untuk melawan Lu Huan. Karena itulah dia meminta ayahnya memikirkan sesuatu.
Su Xi menarik-narik tangan kiri si anak, mengisyaratkan: oh, aku tahu, aku juga sedang berjongkok di bawah daun ini.
Namun hati Su Xi terasa agak sedih. Si anak bersikap begitu baik, kenapa selalu ada orang yang mencari-cari cara untuk menindasnya? Kalau bukan karena dia kebetulan sedang mengerjakan PR sambil online, tak diragukan lagi si anak akan kembali kehujanan.
Dia merasa agak tertekan, namun ketika melihat ke bawah tepian atap, kepala si anak sedikit mendongak, memandangi hujan yang tertumpah, namun tak sedikit pun tampak adanya raut depresi di wajah bundar itu. Alih-alih, rautnya tampak santai dan damai.
Selama lima belas tahun terakhir ini sudah tak terhitung banyaknya Lu Huan kehujanan, dan bicara tentang hal itu, rasanya memang agak absurd dan konyol, namun hujan yang hari ini membasahi dirinya malah membuatnya merasa gembira.
Dia merasakan kalau si hantu masih ada di sisinya, namun sepertinya karena dia ditindas, si hantu jadi merasa tertekan dan frustrasi, bahkan tidak lagi menarik-narik tangannya. Maka dia berbisik: “Tenang saja, aku punya caraku sendiri, akan kukatakan saat kita pulang.”
Hal ini sungguh tidak masuk akal, tapi ketika di luar layar Su Xi mengganti antarmukanya ke dalam Balai Guangye, melihat Cendekia Shangguan, si pikun tua itu, masih bicara tentang prinsip-prinsip etika dengan penuh kesungguhan di atas panggung, dia merasakan perutnya penuh dengan api. Tak peduli taktik apa pun yang dimiliki si anak, pertama-tama dia ingin memberi pelajaran kepada pak tua ini.
Cendekia Shangguan baru saja akan mengajarkan sebagian dari materinya, ketika tiba-tiba alisnya bergerak, merasakan kalau ada sesuatu di atas kepalanya yang mengeluarkan suara ‘krak’.
Tanpa sadar dia mendongakkan kepala, dan pupil matanya langsung mengerut. Dilihatnya genting-genting pecah di atas kepalanya, dan entah apakah genting-genting itu terlalu dibebani oleh hujan deras yang terus turun sehingga berada dalam kondisi hampir runtuh. Singkatnya, kebetulan atau tidak, balok atap di atas kepalanya tiba-tiba tak mampu lagi menopang berat pecahan genting itu.
“Brak–” Pecahan-pecahan kaca genting tiba-tiba jatuh. Cendekia Shangguan nyaris dibuat mati ketakutan, berteriak dan lari ke samping untuk menghindar, namun dia malah tersandung, membuatnya terlambat untuk mengelak, dan pecahan itu pun mengenai kepalanya.
Setelah genting-genting pecah itu jatuh, hujan deras di luar langsung menerpa, seperti aliran kanopi dari langit, dan dalam sepersekian detik membasuh bersih debu-debu genting dari tubuhnya, membuatnya basah kuyup dan mengubahnya jadi ayam basah.
Dia nyaris pingsan karena tertimpa.
Kali ini, para pewaris bangsawan yang terkantuk-kantuk di dalam Balai Guangye tak lagi bisa tidur, ternganga menatap pemandangan di depan mata mereka.