I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 41 (Part 2)
Si anak duduk diam di atas ambang pintu, menaruh tangannya dalam pangkuan, mendongakkan kepalanya, dan berkata kepada si hantu, “Besok aku akan pergi ke departemen militer. Akan ada akomodasi di sana. Apa kau akan tetap mengikuti aku?”
Sembarangan.
Su Xi menyenggol tangan kiri si anak.
Lu Huan menunduk menatap tangan kirinya dan sudut bibir bawahnya pun sedikit melengkung.
Dia tahu kalau si hantu akan mengikutinya ke departemen militer. Baik departemen militer dan Ning Wangfu sama-sama terletak di Ibu Kota, jaraknya hanya beberapa fang.
Akan tetapi, mungkin karena dirinya terlalu peduli, Lu Huan jadi takut pada perubahan apa pun, jadi dia masih merasa tidak yakin. Dia ingin bertanya, dan ingin juga mendapatkan jawaban yang pasti. Hanya dengan cara ini hatinya bisa merasa tenang.
Sesaat kemudian, si anak, sepertinya telah mengumpulkan keberaniannya, menundukkan kepala dan bertanya, “Kelak, ke mana pun aku pergi… apa kau akan selalu ada untukku?”
Su Xi dibuat geli dengan penampilan si anak dan berpikir: belum tentu. Kalau kau pergi ke departemen militer, akan sulit bagi ibumu ini untuk pergi bersamamu.
Ketika Lu Huan tidak mendapatkan jawabannya, tubuhnya langsung mengejang dan dia menatap nanar ke udara.
Apakah tak ada cara bagi si hantu untuk berjanji kepadanya?
Hatinya mencelos dan mulutnya membuka. Dia sudah akan mengatakan sesuatu ketika tangan kirinya kembali ditepuk.
Lu Huan: “….”
Barulah kemudian hatinya berhenti terjun bebas, tidak terluka.
Jadi, kalau si hantu mengikutinya setiap saat, takkan ada bedanya di mana pun si hantu berada, namun setelah tiga bulan berada di dalam Griya Kayu Bakar, mungkin saja si hantu akan tinggal di tempat lain selama setengah tahun, dan pada suatu hari mereka akan menemukan tempat untuk ditinggali dan menetap di sana. Rumah itu pasti akan dipenuhi oleh perhiasan dan perona kesukaan si hantu.
Di luar layar, Su Xi tak tahu apa yang dipikirkan oleh si anak, namun mata anak itu menampakkan pendambaan yang begitu cemerlang, dan wajah kartun roti kukusnya sedikit merona.
Su Xi “….”
Anak ini bodoh ya, bukankah departemen militer itu tempat yang membosankan? Memangnya dia menginginkannya sampai sebegitunya?!
Su Xi tidak lupa kalau kotak kayu yang dia taruh di hutan bambu masih terkubur di sana, dan kotak kayu itu penuh dengan barang-barang yang diberikan oleh si anak kepadanya. Sekarang karena mereka akan pindah, dia harus memindahkan barang-barang itu juga. Jadi dia menarik-narik lengan baju si anak.
Lu Huan menatap kebingungan pada lengan bajunya dan melihatnya ditarik-tarik ke arah hutan bambu. Berpikir kalau pasti ada sesuatu di hutan itu, dia pun mengikuti si hantu ke sana.
Su Xi mengambil sekop dari dapur dan menjejalkannya ke tangan si anak.
Sebelumnya, dia sudah membeli pekerjaan menggali lubang dari toko, tapi kini karena si anak ada di sini, si anak bisa mengerjakan tugas berat itu.
Lu Huan langsung mengerti. Mungkinkah si hantu telah menguburkan sesuatu di sini? Dia langsung menggulung lengan bajunya, menampakkan lengannya yang panjang, dan mengangkat sekop untuk mulai menggali.
Segera, kotak yang telah dikubur oleh Su Xi pun terlihat.
Lu Huan membukanya. Ketika dia melihat apa yang ada di dalamnya, mendadak dia terdiam. Tersusun rapi di dalamnya adalah sekumpulan ukiran kayu dan barang-barang lain yang dulu pernah dia berikan kepada si hantu. Belakangan, dia sudah membelikan si hantu kotak-kotak penuh dengan perona, namun dia tak pernah tahu di mana si hantu menaruhnya. Ternyata semua barang itu dikuburkan di sini.
Juga ada beberapa kertas catatan kecil yang terlipat di dalamnya.
Ukiran-ukiran kayu itu tampak seperti hidup ketika cahaya rembulan menyinarinya.
….
Lu Huan mendongakkan kepalanya dan menatap udara kosong, seakan sedang mencari sosok si hantu dengan matanya, dan hatinya sedikit tergerak.
Dia selalu berpikir kalau…
Kemunculan dan keberadaan si hantu, baginya, bukan sekedar sebuah cahaya terang di dalam kabut yang luas, namun juga merupakan keberuntungan dan hadiah terbesar yang pernah dia peroleh. Namun bagi si hantu, dia bisa saja sekedar satu orang yang telah diselamatkan.
Sepanjang waktu Lu Huan menantikan kedatangan si hantu, namun si hantu selalu datang dan pergi kapan saja dengan gembira.
Lu Huan tahu tentang hal ini, namun tak pernah berani menunjukkan keinginan apa pun, karena takut pada suatu hari kelak si hantu takkan pernah datang lagi.
Tapi kini, ketika dia melihat barang-barang ini yang telah dengan seksama dikumpulkan oleh si hantu, tiba-tiba Lu Huan merasa jantungnya seperti diremas….
Dia belum pernah memikirkan tentang hal ini, namun dirinya ternyata juga dihargai oleh si hantu. Dirinya juga dipedulikan dan dirindukan.
Kesemuanya ini mungkin cuma dianggap sepersepuluh dari dunia si hantu.
Namun bagi Lu Huan, semua ini adalah apa yang setengah mati dia inginkan.
Dia merasa kalau dirinya sungguh-sungguh dipedulikan, dan hatinya seakan dipenuhi oleh sesuatu. Ditatapnya udara namun tidak yakin di arah mana si hantu berada, jadi dia pun mengangkat tangannya.
Setelah Su Xi melihat si anak berpikir dalam waktu lama, mata anak itu tampak berkaca-kaca. Walaupun dia tak tahu apa yang ingin dilakukan oleh si anak, mata berkilauan di wajah roti kukusnya seperti berkata “Aku sangat gembira sampai-sampai rasanya ingin berpelukan”. Memang, dipromosikan menjadi pemimpin kelompok TK dan kemudian disuruh menggali lubang di tengah malam itu tidak mudah. Sudah saatnya untuk menyemangati anak itu, jadi Su Xi memegang lengan baju kirinya.
Kemudian dengan agak ragu Su Xi membelaikan jari lainnya ke lengan si anak.
Akhirnya, dengan sikap menenangkan dia menepuk-nepuk bagian belakang leher si anak.
Sebuah pelukan yang sangat terburu-buru dari si ibu tua pun selesai.
Di layar, di atas kepala si anak muncul gelembung: …?
Lu Huan membuka matanya lebar-lebar —
Bagaimana bisa dia merasa kalau angin itu baru saja merayap ke tangannya?
… Apakah ini adalah delusinya? Barusan ini dia dipeluk, kan?
Tetapi karena si hantu hanyalah angin yang tak terlihat, dia tidak yakin apakah dia cuma membayangkannya saja, atau apakah hal itu memang benar telah terjadi.
Dia berusaha berpura-pura kalau tak terjadi apa-apa, dan menundukkan tubuh untuk mengangkat kotak itu, namun telinganya masih merah tak terkendali.
Ketika dia meletakkan kotak itu, Lu Huan masih tak bisa menahan diri untuk memikirkannya, jadi tanda tanya di atas kepalanya berubah menjadi dua: ??
Su Xi menarik-narik lengan bajunya dan Lu Huan pun berjalan pulang. Langkah kakinya tak beraturan dan telinganya masih agak merah. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Dan kemudian tanda tanya di atas kepala Lu Huan pun berubah menjadi empat: ????
Dan pada saat Lu Huan sampai ke pintu dan memasuki rumah, tanda tanya di atas kepalanya telah memenuhi seluruh layar: ??????????????
Su Xi: ….
Kamu itu masih memikirkan apa sih?
Malam itu, Su Xi menemani si anak mengemasi barang-barangnya kemudian lanjut belajar sekuat tenaga. Ketika malamnya si anak tertidur, Su Xi melemparkan sekuntum bunga pir ke arah si anak untuk mengatakan kalau dia sudah pergi.
Tapi sebenarnya, dia belum pergi. Saat ini baru pukul tujuh lebih sedikit di sore hari. Sambil melanjutkan PR-nya, Su Xi menyalakan layar ponsel dan menonton si anak tidur.
*****
Keesokan harinya, banyak orang di Akademi Tai juga sudah mendengarnya.
Namun murid-murid ini hanya mendengar desas-desus dan tak tahu apa alasannya, jadi alasan yang terpikirkan oleh mereka menjadi bahwa si anak tidak sah dari Ning Wangfu telah menjilat putra bungsu Yun Taiwei, yang kemudian membuat Yun Taiwei pergi ke istana untuk membantu Lu Huan mendapatkan posisi resminya.
Walaupun jabatan tingkat lima bukanlah posisi yang tinggi, Lu Huan tak punya latar belakang dan juga seorang rakyat jelata. Dia bisa lompat langsung dari tingkat sembilan menjadi tingkat lima, yang tentu saja menarik perhatian dari murid-murid ini.
Walaupun Su Xi tahu jelas kalau komentar-komentar macam ini pasti akan muncul, dia masih agak marah ketika melihat para karakter kartun yang berkerumun di Akademi Tai, saling bisik-bisik, menggosipkan tentang apa yang dilakukan oleh anaknya setiap hari.
Lu Huan sudah terbiasa pada hal itu dan berbisik kepadanya, “Biarkan saja mereka bicara, rumor-rumor semacam ini berguna untukku.”
Bagaimanapun juga, Lu Huan benar-benar tak punya penyokong ataupun latar belakang. Kalau dia maju terlalu cepat, dirinya akan dihancurkan oleh angin hutan. Sebaliknya, akan lebih menguntungkan baginya kalau berlagak seperti orang tak berguna yang bergantung pada teman-temannya untuk bisa masuk lewat pintu belakang. Dan pada saat dia benar-benar telah melakukan pekerjaan praktis dan memperoleh pijakan, rumor-rumor itu akan padam dengan sendirinya.
Amarah Su Xi sedikit memudar ketika dia melihat kata-kata yang dikeluarkan oleh si anak.
Karena Yun Taiwei telah menyuruh Yun Xiupang berteman dengan si anak, si Yun Xiupang ini benar-benar patuh kepada ayahnya. Begitu kelas selesai, dia langsung menempeli si anak.
Hari ini, sepulang sekolah, dia mengikuti si anak dari Balai Guangye menuju gerbang Akademi Tai.
Si anak tampak agak tidak sabaran dan dingin, namun si pemuda gemuk kecil itu mengikuti dengan penuh semangat.
Su Xi bisa mengerti kenapa Yun Xiupang mengikuti si anak seperti ini, yaitu karena Yun Xiupang diganggu di Akademi Tai. Bahkan kini ketika posisi Yun Taiwei sudah dipulihkan, orang-orang itu sudah lebih mengendalikan diri, namun belum juga berhenti menertawai Yun Xiupang. Walaupun si anak lebih muda darinya, aura si anak jauh lebih menarik, dan secara instingtif Yun Xiupang ingin mengikuti si anak, berpikir bahwa dirinya bisa mendapat perlindungan.
Su Xi ingin menyelesaikan tugas sampingan terakhir yang belum terselesaikan dan menjadikan Yun Xiupang sebagai teman si anak.
Ditambah lagi, dia sudah melihat sosok depan dan belakang dari kedua roti kukus di layar itu. Wajah sosok yang ada di depan acuh tak acuh dan auranya dingin, sementara yang belakang seperti bola daging, terhuyung-huyung mengikuti. Rasanya persis seperti melihat dua orang anak di TK, yang satu ingin berteman baik dengan yang lainnya, dan sungguh sulit menghindar dari kebaikan seorang ibu tua di dalam hatinya.
Si anak harus berteman.
Dengan demikian, kalau Su Xi sedang tidak ada di situ, si anak takkan terlalu kesepian.
Chang Gongwu berusia lebih dari dua puluh tahun. Walaupun tidak kasar, dia tidak terlalu cocok, dan takkan bisa mengobrol dengan si anak.
Walaupun Yun Xiupang ini agak bodoh, dia adalah seorang pemuda gemuk yang jujur, dan dipasangkan dengan fakta bahwa dirinya adalah putra seorang Taiwei, dia pasti akan menjadi pejabat di Ibu Kota ketika dia sudah tumbuh dewasa, jadi dia cocok menjadi teman si anak.
Si ibu tua telah mengatur hal ini, jadi ketika si anak berjalan menuju pasar, dia mendorong tangan si anak dan memberi isyarat dengan tanghulu di sampingnya.
Lu Huan mengira kalau orang yang ada di sebelahnya ingin makan tanghulu, sudut mata dan alisnya tampak melunak. Dia lalu mengeluarkan sejumlah uang koin dari dalam dompetnya lalu menyerahkannya kepada pedagang yang menjual tanghulu.
“Dua tusuk,” dia berujar.
Setelah membelinya, Lu Huan berencana membawanya pulang. Walaupun si hantu tak bisa memakannya, mungkin saja si hantu memang sangat menyukai tanghulu. Melihat-lihatnya saja mungkin sudah bagus.
Tapi tiba-tiba Su Xi menarik sebelah lengan Lu Huan dari seberang layar.
Si anak: ??
Kemudian Su Xi mengangkat lengan si anak ke arah Yun Xiupang, yang sedang mengikutinya.
Si pemuda gemuk kecil di layar kegirangan, mengucek matanya, dan terharu sampai menangis: “Adik Huan– bukan, Lu Huan, apa ini untukku?”
Di puncak kepala si anak: ….
Tanpa daya Lu Huan melihat Yun Xiupang mengambil tanghulu yang telah dia beli untuk si hantu, mulai mengunyahnya di situ juga, dan merasa tidak senang. Dia memelototi yang bersangkutan, mengambil sisa tanghulunya, kemudian berbalik dan pergi.
Yun Xiupang tak tahu harus bagaimana dan buru-buru mengikuti Lu Huan. Dia terus mengekori sambil makan tanghulunya. Tanghulu itu berlapis gula dan minyak yang tampak sangat manis, belepotan di sekitar mulutnya.
Melihat Lu Huan menatap ke belakang, Yun Xiupang tampaknya ingin menyenangkan temannya ini, jadi dia menggaruk kepalanya dan berusaha membuat Lu Huan tertawa. Dia melahap semua tanghulu yang tersisa ke dalam mulutnya, dan beberapa butir manisan itu membuat pipinya menyembul. Wajahnya tampak sangat lucu.
Si pemuda gemuk kecil ini sebenarnya sangat menarik. Di luar layar Su Xi berpikir kalau orang ini sangat imut sehingga tanpa sadar dia menarik lengan baju si anak untuk membuatnya melihat lebih dekat. Si anak tak boleh selalu memandang rendah orang lain.
Namun si anak melihat ke samping dan sepertinya berada dalam suasana hati yang semakin dan semakin buruk saja.
Lu Huan menatap tajam pada Yun Xiupang, kemudian berbalik dan berjalan cepat, menggenggam tanghulu di tangan, emosinya tampak begitu berat sampai-sampai Su Xi tak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Tiba-tiba, si anak menggigit tanghulunya dengan raut dingin dan membuat pipinya menyembul.
Kemudian dia menolehkan kepala dan menatap kosong ke arah Su Xi yang ada di sebelah kiri.
Su Xi: ?
Su Xi tidak yakin dengan apa yang dilakukan si anak hingga dia melihat sebuah gelembung muncul di layar, melompat-lompat keluar dari kepala anak itu. Gelembung itu terasa agak mendesak ketika bertengger di puncak kepala si karakter.
Aku juga bisa melakukannya.
Su Xi: ….
———–
Pengarang ingin bilang sesuatu:
Angin di sekitar si anak telah memutari Yun Xiupang.
Si Anak: Aku demam.
Su Xi melirik pada baris kesehatan di sudut kiri atas. Omong kosong, jelas-jelas masih 100%
Si Anak: Dahiku agak panas.
Su Xi: Oh, masa?
Si anak terdiam lalu berbalik untuk mandi air es.