I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 42 (Part 2)
Telah terjadi dua masalah.
Kuda -kuda yang dibeli oleh seorang petugas penanggungjawab tidak dijaga dengan baik oleh para petugas yang mengawasi barak, dan beberapa puluh ekor kuda itu telah lepas!
Masalah lainnya adalah bahwa akhir-akhir ini, Wisma Jenderal Zhenyuan merekrut prajurit, menyebabkan naiknya permintaan senjata, jadi divisi kedua tak punya pilihan selain meningkatkan jumlah senjata, termasuk tombak dan pedang, yang harus diseleksi dan dibeli.
Namun masalahnya adalah, di perjalanan untuk memindahkan senjata dari departemen penempaan menuju gudang senjata, mereka telah menerima protes dari rakyat, berkata bahwa ketika memindahkan senjata, suara yang dihasilkan oleh keretanya mengganggu penduduk.
Selain itu, para petugas yang memindahkan senjata tidak menangani masalah ini dengan benar, jadi ada banyak senjata yang hilang di perjalanan — Yan adalah negara yang melarang rakyatnya membeli sendiri senjata mereka, takut kalau akan ada para perampok di Ibu Kota yang mengumpulkan senjata-senjata dari kamp militer untuk melakukan kejahatan.
Kedua masalah ini tidak sepele, dan para petugas di luar sana terus ditekan, berdiskusi dengan panas, terus terjadi cekcok di dalam kelompok.
Lu Huan berpura-pura tak mendengarnya.
Sesaat kemudian, tabib divisi kedua datang.
Tabib ini sudah lama ingin menempatkan putranya sendiri ke posisi wakil kepala, namun tak disangka-sangka, sebelum dia bisa melakukannya, posisi ini sudah direkomendasikan oleh Yun Taiwei kepada Lu Huan terlebih dahulu.
Dia merasa sangat tidak puas, dan mengajukan ketidaksetujuannya. Akan tetapi, dia memang jauh lebih lihai daripada para petugas itu, terlebih lagi, dia adalah bawahan Yun Taiwei, jadi bagaimanapun juga dia tetap harus memberi sedikit muka kepada Yun Taiwei, dan karenanya tidak berani menampakkan raut tak menyenangkan di depan Lu Huan.
Akan tetapi, kini ketika terjadi masalah, akan lebih baik memanggil orang baru ini untuk keluar dan menyelesaikannya.
Kemudian, kalau tak bisa diatasi, jelas bukan mereka yang mempersulit bocah ini.
Dia menyuruh seseorang memanggil Lu Huan keluar, bertanya, “Apakah penasihat baru ini punya saran atas kedua masalah mendesak tersebut?”
Lu Huan menaikkan kelopak matanya, bertanya, “Kalau aku memberikan penyelesaian untuk mengatasinya, apakah para petugas pasti akan menjalankannya?”
Dalam hati para petugas itu meremehkannya. Pemuda ini jelas-jelas masih seorang remaja. Walaupun dia mengenakan seragam seorang pejabat, tak peduli seberapa bagus pun sosoknya, tak peduli seberapa tampan pun parasnya, dia tetap saja cuma seorang remaja tak berpengalaman.
Salah seorang petugas berkata perlahan dengan nada merendahkan: “Dia itu cuma seorang putra tidak sah yang masuk lewat pintu belakang. Dia bahkan belum terlalu lama masuk Akademi Tai, memangnya rencana cemerlang apa yang bisa dia miliki?”
Si tabib divisi kedua masih harus berpura-pura baik di permukaan, dan karenanya langsung menegur: “Jangan bicara sembarangan!”
Dia lalu berkata dengan nada hangat kepada Lu Huan: “Silakan bicara.”
“Kedua masalah ini sangat mudah untuk ditangani.” Lu Huan kemudian berkata: “Masalah pertama, alasan mengapa kuda-kuda itu bisa kabur, sepenuhnya adalah karena kelalaian para petugas yang menjaga. Mulanya, hanya menimpakan kesalahan pada orang yang menjaga juga sudah cukup. Tetapi karena orang-orang yang menjaganya berasal dari divisi militer ketiga, dan kekuatan divisi kedua kita lemah, maka tidak baik kalau memulai konflik atas hal ini. Alhasil, sekarang ini telah menjadi masalah yang merepotkan.”
“Maka kita hanya akan perlu mengatasinya dengan berdiskusi dengan divisi ketiga: kurangi jumlah prajurit yang menjaga kuda-kuda itu, dan tambah jumlah petugas perawat kuda dan maka semuanya akan beres. Prajurit tidak ahli dalam mengurus kuda, dan juga sering meninggalkan posisi mereka tanpa izin. Tetapi petugas perawat kuda dipekerjakan dengan bayaran perak, terlebih lagi, mereka semua adalah rakyat jelata, jadi mereka takkan berani meninggalkan tugas-tugas mereka di bawah pengawasan militer. Dengan demikian, bisa dipastikan kalau hal semacam ini takkan terjadi lagi.”
Petugas A, yang berasal dari Rongzhou, tertawa mengolok, membantah: “Bagaimana kau tahu kalau divisi ketiga akan setuju pada usulan kita?”
Ekspresi Lu Huan tampak tenang ketika dia berkata: “Mungkin kau tidak memerhatikan dokumen-dokumen milik para prajurit baru yang direkrut oleh Wisma Jenderal Zhenyuan. Kali ini, di antara para prajurit rekrutan, beberapa di antaranya akan dikirim ke divisi ketiga. Hal ini membuktikan bahwa divisi ketiga pada saat ini jelas kekurangan orang. Sebuah kesempatan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja mereka, bagaimana mungkin mereka tidak setuju? Terlebih lagi, perak untuk membayar perawat kuda berasal dari divisi kita.”
Namun Petugas B yang punya posisi ketiga itu masih menampakkan keengganan, dan secara taktis berkata: “Tapi perak ini juga merupakan biaya, bukankah berarti akan menambah pengeluaran divisi kita….”
Lu Huan menyapukan pandangan padanya, dan membalasnya: “Mempekerjakan seorang perawat kuda selama satu bulan biayanya setengah tael perak. Lima perawat kuda – cuma dua atau tiga tael perak.”
“Sementara itu, di sisi lain, aku sudah membaca-baca insiden-insiden yang sering terjadi di divisi kedua selama bertahun-tahun ini, dan telah menyadari bahwa insiden kuda yang kabur semacam ini, tak peduli jumlahnya besar atau kecil, telah terjadi setidaknya dua kali dalam satu bulan. Dengan menggunakan prajurit untuk menangkap mereka setiap kalinya, terlebih lagi mengganti rugi lahan pertanian yang telah dirusak oleh kuda-kuda itu, biayanya sudah sekitar puluhan tael perak. Yang mana yang lebih menambah pengeluaran divisi kedua, apa kau tak bisa menghitungnya?”
Rona wajah Petugas B yang adalah lulusan nomor tiga memerah seketika itu juga.
Walaupun para petugas itu tak mau mengakuinya, mereka tak punya pilihan selain mengatakan bahwa, langkah pencegahan anak muda ini kedengarannya memang masuk akal.
“Bagaimana dengan masalah kedua, mungkinkah kau, si pemuda berbakat ini, juga memiliki cara untuk mengatasinya?” Petugas A mengedarkan pandangan ke sekitarnya, dan ketika mendapati kalau wajah-wajah para petugas ini ternyata menampakkan raut setuju, hatinya semakin membara oleh amarah, dan karenanya dengan hati tidak rela dia menantang Lu Huan.
Lu Huan tak peduli dengan kelancangan dalam kata-katanya. Alih-alih dia berbalik dan mengamati si tabib divisi kedua:
“Masalah kedua, gangguan terhadap rakyat dan hilangnya senjata, pada mulanya adalah karena kelalaian para prajurit yang memindahkan. Tetapi kenapa ini bisa terjadi? Pengangkutannya sendiri bukanlah tugas berat, jadi bagaimana bisa mereka tetap kehilangan banyak senjata? Ini cukup aneh. Kalau ditelusuri hingga dasarnya,ini tak lebih dari penyelundupan senjata lapis demi lapis yang dilakukan oleh para petugas baik yang besar maupun kecil di bawah samaran memindahkan senjata. Ketika sudah mencapai lapisan petugas yang paling bawah, mereka tak bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak lagi, dan karenanya mengambil sejumlah senjata untuk dijual, dan hanya menyebutnya sebagai ‘hilang’.”
Petugas B si lulusan nomor tiga berkata canggung: “Bukannya kami tidak sadar dengan kelakuan macam ini, hanya saja jumlah petugas di bawah divisi kedua jumlahnya banyak, dan mereka semua saling berhubungan. Kalau kita benar-benar ingin menentukan di mana letak tanggungjawabnya, takutnya ini akan menjadi masalah yang sangat besar, bisa butuh waktu beberapa bulan untuk menyelidikinya.
“Sekarang karena divisi kedua dianggap tidak efektif, tidak banyak energi yang tersisa untuk menghukum para petugas ini. Terlebih lagi, kalau kita membuat terlalu banyak masalah, dan hal ini sampai dibawa ke hadapan Baginda Kaisar, kita juga bisa diselidiki karena melalaikan tugas.”
Sang tabib menautkan alisnya. Jelas, dia juga sudah memikirkan tentang pengaruh luas dari masalah ini. Dia lalu bertanya kepada Lu Huan: “Apa kau punya jalan keluar?”
Lu Huan berkata tepat dan singkat: “Akan lebih baik kalau menyerahkan urusan ini kepada para pedagang komoditas Ibu Kota. Pertama-tama, memangkas jumlah prajurit divisi kedua, dan membuang satu bagian yang terdiri dari prajurit lain-lain, sehingga bisa mengurangi biaya.
“Kedua, karena para pedagang memindahkan barang dan bahan sepanjang tahun, mereka lebih paham tentang bagaimana memindahkan barang dengan aman, mengurangi kerusakan yang terjadi di jalan, dan menghindari keluhan dari rakyat jelata ketimbang para prajurit setengah jadi.
“Ketiga hal itu juga bisa mengurangi bagian-bagian yang diselundupkan oleh para petugas, menghindari hari ketika sang Kaisar menanyakan dan menganggap kita bertanggungjawab atas masalah ini. Keempat, para pedagang komoditas selalu dievaluasi. Jumlah pedagang komoditas Ibu Kota jumlahnya kurang dari belasan. Membuat masing-masing dari mereka menunjukkan kejujuran mereka dengan memilih pedagang komoditas paling sesuai untuk mengambil alihnya akan mendorong persaingan yang sehat. Menugaskan pedagang komoditas juga membuat para pedagang komoditas merasa lebih bertanggungjawab, dan karenanya menjadikan mereka lebih ketat dan berhati-hati.”
Ini namanya kerjasama antara Pemerintah dan rakyat.
Bukan hal mustahil untuk melakukan hal ini di Negara Yan. Sebenarnya, divisi militer kedua memiliiki kewenangan untuk melakukannya.
Hanya saja metode ini, tak pernah terpikirkan oleh para petugas itu sebelumnya!
Ketika sebelumnya mereka mempertimbangkan urusan ini, mereka selalu diresahkan dengan bagaimana menghukum orang yang telah melakukan penyelundupan, namun mereka sama sekali tak menyangka bahwa dengan mengubah pola pikir dalam mempertimbangkan masalah ini, pandangan mereka langsung meluas!
Begitu tindak pencegahan dari Lu Huan disampaikan, ekspresi di wajah beberapa orang itu langsung jadi berbeda.
Sisanya dibuat sangat terperangah, merasa bahwa semua pemecahan yang dikemukakan oleh pemuda ini bukan sekedar hal-hal yang tertulis di kertas, namun langsung menyesuaikan obat pada penyakitnya, memecahkan dilema divisi kedua pada saat ini.
Namun, pemuda ini baru berusia lima belas tahun, bagaimana bisa dia memikirkan solusi-solusi ini?!
Walaupun tabib divisi kedua awalnya berniat membuat anaknya sendiri naik ke posisi ini, saat ini, dia tak punya pilihan selain mengakui, putranya jelas tidak sehebat pemuda di hadapannya tersebut.
Kalau masalah ini bisa dibereskan sesuai dengan kata-kata Lu Huan, maka masalah yang telah lama menyusahkan divisi kedua mungkin bisa langsung dipecahkan!
Wajah sang tabib langsung menampakkan perasaan kaget dan gembira.
Sebenarnya, banyak orang di situ yang sudah dibuat yakin, tak heran Akademi Tai menjadi akademi terbaik di Negara Yan, tempat untuk mendidik para pangeran. Guru sang Putra Mahkota juga berasal dari Akademi Tai, dan seperti yang diharapkan, siswa-siswa yang diajar di sana bukan orang biasa.
Walaupun pemuda ini masih belia, dia bukan orang yang cuma bagus di luar tapi dalamnya tak berguna, melainkan seseorang dengan bakat nyata. Pengetahuan dan kecerdasannya membuat orang juga mengaguminya!
Akan tetapi, walaupun benak mereka sudah cukup yakin, wajah mereka masih tak bisa benar-benar ditenangkan.
Hanya dua dari antara mereka yang merupakan pemuda berusia dua puluh hingga tiga puluhan tahun. Sisanya bahkan ada yang berumur empat puluh hingga lima puluh tahun yang bekerja sebagai petugas pemerintahan. Bagaimana bisa mereka mematuhi perintah seorang remaja?!
Petugas A menatap ke sekelilingnya. Melihat kalau tak ada seorang pun yang bersuara dengan raut wajah tak punya pilihan selain menyetujui, dia sedikit marah, dan tak tahan untuk berkata: “Apa kau mengerti situasi pada tahun-tahun sebelumnya? Mengajukan usulan semacam ini, kalau sampai tak bisa memecahkan masalah saat ini, apa yang akan kau lakukan?”
Si pemuda di belakang meja menatap curiga padanya, lalu balas bertanya: “Apa kau mengerti situasi pada tahun-tahun sebelumnya? Tahun lalu jumlah kudanya ada berapa? Petugasnya ada berapa? Senjatanya ada berapa?”
“.…” Petugas A tentu saja tak bisa menjawab semua pertanyaan itu.
Namun Lu Huan melanjutkan kata-katanya seperti sungai:
“Setahun sebelum tahun lalu, ada tiga ribu dua ratus ekor kuda. Tahun lalu tak ada peperangan, tetapi jumlah kudanya tinggal jadi sekitar lima ratus ekor. Setahun sebelum tahun lalu, jumlah petugas di divisi kedua adalah seratus dua puluh tiga orang. Banyak yang ditambahkan pada tahun lalu, dan karenanya jumlahnya menjadi seratus enam puluh tiga, beberapa di antara mereka mungkin masuk dengan cara menyogok. Setahun sebelum tahun lalu, jumlah senjata mencapai dua setengah ruang penyimpanan. Tahun lalu banyak yang berkarat, jadi sekarang jumlahnya kurang dari dua ruang penyimpanan.”
Ada lebih dari belasan buku akun, dan kesemuanya dicatat dengan kacau balau oleh Petugas B yang peringkat ketiga itu. Hanya Petugas B saja yang bisa mengerti, tapi bagaimana, ketika Lu Huan bahkan belum sampai setengah hari berada di divisi kedua, dalam waktu yang singkat itu, ternyata dia bisa mengingat semuanya?!
Daya ingat jenius macam apa ini?!
Seketika, semua petugas di situ memucat ketakutan, tak mampu berkata-kata!
Dalam hati Lu Huan berpikir, dia juga tak tahu dari mana si hantu menemukannya, tapi buku akun yang diberikan si hantu itu ternyata berguna.
Barusan tadi dia cuma membolak-baliknya sepintas, dan menyadari bahwa semua isinya adalah angka-angka berguna yang sudah disederhanakan. Oleh karena itu dalam waktu singkat, dia sudah selesai membacanya dengan sangat cepat. Semuanya sudah diingat, dan karena itu dia bisa memakainya untuk mengakali siapa saja. Jasa ini sebenarnya adalah milik si hantu.
Sementara itu di sisi lain, si tabib divisi kedua, menatap Lu Huan dalam waktu lama, ekspresinya berubah drastis.
Sesaat kemudian, dia melambaikan tangannya, dan berkata kepada para petugas: “Lakukan sesuai dengan perkataan Tuan Penasihat.”
Begitu dua kata ‘Tuan Penasihat’ terucap, maka sama saja seperti dia telah mengakui Lu Huan, pejabat tingkat lima bawah ini, sebagai penasihat mereka.
———
Pengarang ingin bilang sesuatu:
Su Xi: Apa yang terjadi? Pergi tidur dan tugas sampingannya sudah diselesaikan sendiri oleh si anak?! apa ini sejenis game otomatis?!
Kaki-kaki kecil si anak melebar selangkah, mendongakkan wajahnya, di atas kepala mengeluarkan sebuah gelembung – menunggu dipuji.