I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 47 (Part 1)
Su Xi merasa kalau sejak kepulangannya dari perjalanan ke barak, emosi-emosi si anak telah jadi sangat bergejolak.
Ketika dia online dalam beberapa hari terakhir ini, si anak masih bersinar seperti biasa. Namun ketika dia menidurkan si anak ke balik selimut seperti seorang ibu tua, dan ketika dia mengambil jubah dan melemparkannya kepada si anak ketika yang bersangkutan sedang membaca sebagai sinyal agar si anak jangan sampai masuk angin, dan ketika, sesekali, dia mencuri dua butir telur dari dapur Kementerian Perang dan menaruhnya di atas meja untuk membantu si anak menutrisi tubunya – si anak tak kelihatan terlalu gembira. Alisnya selalu menyernyit….
Walaupun si anak masih menatap lembut ke arahnya dan mengucapkan terima kasih.
… Namun ketika si anak menundukkan kepalanya, bibirnya berkerut, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, namun begitu tertutup sehingga membuat anak itu tak bisa membuka mulutnya.
Ketika Su Xi melihat si anak kembali dari tempat Jenderal Zhenyuan, kerah baju seragam pejabatnya tampak berlubang, tapi yang bersangkutan tak memerhatikannya. Takkan menjadi masalah kalau yang berlubang adalah pakaian yang lain, lagipula, si anak bukan dirinya yang dahulu. Dia sudah punya uang, dia bisa tinggal menggantinya. Tapi yang ini adalah seragam pejabat.
Jadi Su Xi memanfaatkan waktu ketika si anak sedang tidur di malam hari, menukar uang untuk membeli keahlian menjahit dari toko, lalu dengan gembira menjahitkan baju itu untuknya.
Ketika keesokan harinya si anak bangun, dia menemukannya.
Su Xi agak bangga ketika dia online, menunggu untuk melihat raut gembira di wajah roti kukus si anak. Lagipula, dia sudah pernah mengirim sesuatu secara diam-diam seperti ini sebelumnya, dan ketika si anak menemukannya, wajahnya seakan dialiri oleh kehangatan, melembutkan. Namun kali ini, dia melihat si anak mengenakan baju putih dan memegangi seragam pejabat yang sudah diperbaiki di tangannya. Ekspresi di wajah si anak tampak sangat rumit, dan matanya gelap —
Su Xi: … Eh?
Dia tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh si anak. Singkatnya, si anak tak kelihatan terlalu senang, dan sebaliknya, malah tampak agak kebingungan. Si anak menyentuh area yang dijahit pada seragam pejabat itu dengan jarinya, lalu tertawa pada dirinya sendiri, ekspresi di wajahnya agak getir.
Kemudian, di pagi hari, si anak terdiam dalam waktu lama sebelum mengenakan seragam pejabatnya lalu pergi ke kantor pemerintahan.
Sebelum Su Xi sempat menyapa si anak dan memberitahunya kalau dia ada di sini, dia menyaksikan perubahan samar pada ekspresi di wajah si anak.
Su Xi tak mengerti apa yang telah terjadi pada anak dalam game-nya. Dulu kalau dia melakukan hal ini, si anak akan jadi sangat gembira dan menatap cerah ke arahnya, tapi sekarang — apakah anak itu sudah lelah dengan keberadaan ibu tuanya ini?!
Apa-apaan itu? Bahkan sebelum Su Xi bosan memainkan game ini, si anak dalam game-nya malah sudah lelah dengannya, ya?!
Su Xi merasa seakan dirinya tersambar petir dari langit!
Setelah dia mematikan layarnya, benak Su Xi menjadi hampa ketika dia menimbang-nimbang kesalahan apa yang telah dia lakukan. Akhir-akhir ini, selain dari sedikit ikut campur dan menyuruh si anak pergi menemui putri sang Menteri Perang, apa dia telah melakukan sesuatu yang buruk?
Lantas kenapa ada suatu perasaan canggung yang tak bisa dijelaskan di antara si anak dan dirinya sejak mereka kembali dari barak?
Beberapa hari ini, ketika dia dengan penuh semangat mengingatkan si anak agar mengenakan lebih banyak pakaian, si anak selalu tampak kaku. Dia mengira kalau ini cuma ilusinya, tapi setelah menyaksikan kalau si anak tampak tak terlalu senang setelah menerima pakaian yang telah diperbaiki itu, Su Xi akhirnya menyadari kalau rasa canggung selama beberapa hari ini bukanlah sekedar ilusi.
Su Xi kebingungan, dan jadi agak depresi.
Dia tahu bahwa hal ini terjadi mungkin karena setiap kali dia online, tak peduli apa pun yang dia lakukan, si anak selalu menunggunya dengan sepasang mata gelap itu, yang membuat Su Xi merasa dibutuhkan dan dipedulikan. Namun akhir-akhir ini, entah apa yang sedang dipikirkan oleh si anak, si anak berada dalam suasana hati yang aneh, dan begitu kaku serta kikuk terhadapnya. Su Xi merasa sama sekali tidak nyaman.
Kenapa sebenarnya ini bisa terjadi? Su Xi tak mengerti. Apakah ini benar-benar karena periode memberontak? Pada usia ini, dia tak mau berkomunikasi dengan orangtuanya. Alih-alih, dia lebih suka bersama-sama dengan Gu Qin dan Hou Jingchuan. Jadi, apakah si anak juga sama? Apa sekarang kau lebih suka bersama dengan teman-temanmu?
Di luar kamar Su Xi, ibunya memanggilnya untuk makan. Namun sebelum Su Xi mematikan game-nya, dia mengalihkan antarmuka ke Akademi Tai, dan melihat Yun Xiupang sedang mengikuti si anak ke mana-mana.
Belakangan ini si anak selalu tertutup dan bersikap ragu kepadanya, tapi sangat tenang di sekitar Yun Xiupang.
Kedua roti kukus kecil itu duduk di anak tangga di luar Balai Guangye dan mengobrol. Sebuah kotak dialog terus bermunculan di atas kepala Yun Xiupang, sementara si anak cuma mengernyitkan alisnya. Walaupun dia diam saja, si anak tidak memotong kata-kata Yun Xiupang, dan keduanya sepertinya sudah banyak berkomunikasi.
Su Xi: ….
Menyaksikan adegan ini, Su Xi merasakan sakit di hatinya dan tiba-tiba dia merasakan ketidakkekalan dalam hidup.
Dalam hati dia telah berharap agar si anak bisa berteman dengan lebih banyak orang, sehingga tidak akan hilang akal ketika Su Xi tidak muncul selama tiga hari.
Tapi kini, Su Xi benar-benar merasa bahwa meski si anak tak mau memberitahu kepada Su Xi apa yang ada dalam benaknya, yang bersangkutan malah dengan sukarela pergi memberitahukannya kepada orang lain, yang membuat hati Su Xi terasa pedih.
Su Xi langsung terpikirkan tentang bagaimana dia biasanya akan berlari ke dalam kamarnya untuk mengerjakan PR dan bermain game sepulang sekolah, dan hanya bermain dengan teman-teman baiknya di sekolah. Ketika dia menerima telepon dari ibunya, dia akan menutupnya tanpa mengatakan apa-apa, yang mungkin menyakiti hati ibunya.
Jadi dia mematikan ponselnya dan pergi ke dapur. Dengan berlinangan air mata, dia berkata kepada ibunya, “Bu, siang ini jangan main kartu. Apa aku bisa pergi belanja bersama Ibu?”
Ibu Su Xi, tampak kebingungan, membawa makanan ke ruang makan lalu melambai tidak sabar kepadanya: “Pergilah main dengan teman-temanmu. Kau itu sudah umur berapa, masih saja mengganggu ibu. Ibu punya janji untuk main kartu siang ini.”
Su Xi: ….
Baik di dalam maupun di luar game, Su Xi tidak disukai.
Kebetulan hari ini adalah akhir pekan, jadi dia pun mengajak Gu Qin pergi ke perpustakaan bersama-sama untuk belajar mandiri.
Di sisi lain, di Akademi Tai, Yun Xiupang begitu bersemangat ingin bicara lebih banyak lagi demi menarik perhatian Lu Huan, tapi Lu Huan terus mengernyitkan alisnya, dan ada setitik kemuraman di bawah lengkung alisnya, seakan dia sedang melamun dan sama sekali tidak mendengarkan apa yang Yun Xiupang katakan.
****
Dahulu, Lu Huan merasa kalau akan bagus sekali jika si hantu bisa terus menemaninya seperti ini untuk waktu yang lama.
Setiap kali si hantu muncul di siisnya, dia sangat gembira dengan apa yang si hantu bawakan untuknya dan apa yang si hantu katakan kepadanya.
Dia tamak akan kehangatan yang datang bersama dengan keberadaan si hantu, dan atas kebaikan dan kepeduliannya.
Namun perlahan-lahan, ketika Lu Huan mulai menyadari rasa posesif, kecemburuan, dan hasrat melindungi yang tak diharapkan serta bahkan beberapa pemikiran tak tertahankan yang muncul dalam hatinya – walaupun dia tak tahu sejak kapan pemikiran-pemikiran ini pertama kali merasuki kepalanya – si hantu masih….
Si hantu masih memperlakukan dirinya seakan dia adalah anggota keluarga.
Justru karena si hantu memperlakukan dirinya seperti keluargalah sehingga si hantu bersikap baik kepadanya, peduli terhadapnya, menyuruhnya agar mengenakan lebih banyak pakaian saat hawanya dingin, dan menjahitkan baju untuknya secara diam-diam.
Si hantu takkan pernah seobsesif dirinya dalam menantikan hari ketika mereka bertemu, juga tidak akan pernah bisa memahami emosi cemburu yang buruk yang dirasakannya terhadap teman-teman si hantu di dunianya, yang bisa melihat si hantu setiap hari dan bukannya tiap tiga hari sekali.
Si hantu bahkan secara tulus berharap bahwa pada suatu hari dia akan berjumpa dengan wanita lain dan memiliki keluarga serta karir yang bagus.
Si hantu adalah satu-satunya dalam dunianya, namun ada banyak orang dan hal lain di dunia si hantu.
Si hantu sepertinya tak ingin menjadi satu-satunya di dunia Lu Huan, karena si hantu ingin dia fokus pada orang lain dan jangan terlalu memerhatikan si hantu.
Itu bukan cara seseorang akan bersikap kalau mereka menyukai orang yang bersangkutan.
Karenanya, si hantu tidak menyukai dirinya, melainkan hanya mengasihinya.
Hati Lu Huan terasa berat, dan rasanya seakan sekujur tubuhnya terbenam dalam air dingin. Dia tidak rela namun tak berdaya.
****
Su Xi menjalani ujian tengah semesternya untuk semester ini.
Sebelum ujian, demi menghindari situasi seperti yang terjadi pada kali terakhir, dia menyapa si anak terlebih dahulu dan berusaha membuat si anak mengerti bahwa ada hal besar yang harus dia lakukan setelah ini dan tidak akan datang selama beberapa hari.
Walaupun si anak tidak mengatakan apa-apa selain mengatakan kepadanya agar berhati-hati, anak itu masih tampak agak muram.
Setelah Su Xi memberitahu si anak bahwa dia sudah pergi, sebelum dia benar-benar mematikan layarnya, dipandanginya sosok si anak memudar dari pandangan. Anak itu sedang duduk seorang diri di undakan di kediaman pejabat, tampak cemas.
Anak ini mengantar neneknya pergi, tapi tak tahu ke arah mana perginya, sehingga tak tahu harus melihat ke mana. Mata gelapnya tampak nanar, dan membuat hati Su Xi seakan ditusuk-tusuk. Dia hampir tak bisa menahan diri untuk kembali dan mencubit wajah si anak.
Bagaimanapun, ujiannya cuma berlangsung selama tiga hari, yang berarti cuma delapan hari di dalam game. Bukan masalah besar jika harus terpisah selama delapan hari.
Terlebih lagi, si anak, bukankah dia punya teman-teman lainnya?
Memikirkan tentang Yun Xiupang, Su Xi mendesah. Anak itu akhirnya punya teman. Dia seharusnya merasa gembira, tapi akhir-akhir ini si anak sudah berhenti memberitahu Su Xi apa yang ada dalam pikirannya.
Kenapa hatinya merasa sangat tidak nyaman?
Su Xi menggelengkan kepalanya dan memutuskan bahwa ujian lebih penting. Selama tiga hari terakhir ini, dia sudah mengambil inisiatif untuk memberikan ponselnya kepada ibunya supaya bisa berkonsentrasi pada ujian.
Ujian tengah semester ini lebih sulit daripada yang sebelumnya, dan walaupun Su Xi sebenarnya merasa tidak yakin, akhir-akhir ini dia sudah belajar bersama dengan si anak, berlatih lebih banyak soal daripada sebelumnya. Selama ujian, ternyata dia melihat beberapa soal yang sudah pernah dikerjakannya saat belajar. Tercengang, dia pun buru-buru mengerjakannya. Dengan demikian, dia merasa kalau kali ini nilai-nilainya seharusnya takkan terlalu buruk.
Setelah akhirnya mengikuti ujian terakhir, Su Xi mengambil tasnya dan menghembuskan napas tegang ketika bersama yang lainnya berjalan keluar dari ruang ujian.
Setelah meninggalkan ruang ujian, sebagian besar siswa akan bergegas pulang, berkata “permisi” dan mendesak maju.
Berjalan menuruni tangga, Su Xi didorong-dorong oleh kerumunan yang sibuk, sejak kecil dia sudah pernah jatuh berkali-kali, jadi ketika perasaan tanpa beban yang familier melandanya, pupil matanya melebar dan dia mendapat firasat tidak baik. Namun kali ini, kebetulan ada seorang siswa di depannya yang menghadang semua orang, jadi ketika dia terhuyung, dia, walaupun nyaris saja, berhasil kembali berdiri dengan stabil di tangga.
Bagaimana dia bisa berhasil tidak jatuh?! Su Xi menatap kakinya dengan takjub.
Dia berpikir bahwa sesuai dengan pembawaannya yang payah, dia entah akan terkilir atau terjatuh di suatu tempat.
Su Xi hanya merasa kalau keberuntungannya semakin dan semakin membaik. Dia menarik napas dan buru-buru mengikuti orang-orang di koridor lalu segera kembali ke kelasnya.
Dalam delapan hari terakhir ini, Lu Huan juga sudah sangat sibuk. Setelah insiden di barak, Jenderal Zhenyuan telah mempromosikan dirinya, dan mengirim orang untuk beberapa kali mengundangnya ke kediaman Beliau, sementara Menteri Perang juga ada di sekitar situ.
Jenderal Zhenyuan dan Menteri Perang sedang berdiskusi bagaimana harus bersiap-siap melakukan ekspedisi ke utara, menyuruh Lu Huan ikut mendengarkan mereka berdiskusi, dan kadang-kadang menanyakan pendapatnya. Ditambah lagi, Departemen Kedua Kementerian Perang juga punya banyak urusan. Ketika sekolah sudah hampir berakhir untuk libur musim semi, Lu Huan juga punya banyak tugas sekolah untuk Akademi Tai.
Sang Nyonya Besar telah beberapa kali mengirim pengurus rumah untuk mengundang dia, berharap Lu Huan akan membaur dengan keluarga. Namun hati Lu Huan begitu dingin, mengetahui bahwa kebaikan terlambat dari sang Nyonya Besar pada saat ini hanyalah karena keinginan Beliau untuk mengendalikannya setiap saat dan mengendalikan gerakannya di mahkamah, jadi dia selalu mencari-cari alasan untuk menjauhi Beliau.
Ditambah lagi, perlahan-lahan Lu Huan juga sudah menambah jumlah lahan pertanian di luar kota menjadi lima, masing-masing memiliki empat puluh pekerja dan lebih dari selusin rumah kaca serta kandang penahan dingin. Koki Ding dan Chang Gongwu mengatur orang-orang ini dengan baik, dan Penjaga C, memanfaatkan orang-orang lain yang mengundurkan diri dari Ning Wangfu, sepenuhnya mengundurkan diri dari Ning Wangfu dan menjadi penjaga khusus pertanian itu. Beberapa pertanian mengalami kemajuan dengan mulus, dan seiring dengan musim semi yang hampir berakhir, hasil dari tanaman-tanaman di sana pun mengalir deras ke pasar.
Pada komunikasinya yang lalu dengan si hantu, si hantu pernah meminta Lu Huan meluaskan pertaniannya, yang sepertinya mengharapkan agar total dari hasil pertaniannya akan mencapai jumlah tertentu.
Dua ribu kilogram.
Si hantu telah menurunkan dua jarinya dan memberitahukan angka itu kepadanya.
Walaupun dia tak tahu kenapa si hantu harus membuat hasil pertaniannya mencapai angka ini, hal ini sesuai dengan ide Lu Huan bahwa jika pertaniannya bisa mencapai hasil sebanyak mungkin, entah akan dibawa ke garis depan utara ataupun ke pasar rakyat miskin, tetap merupakan hal berguna yang bisa memberi makan rakyat.
Makanya, karena si hantu sudah tidak muncul selama beberapa hari ini, Lu Huan merasa kesepian, jadi dia mengunjungi pertaniannya beberapa kali lagi.
Dia menunggu datangnya petang pada hari kedelapan dengan susah payah. Dia berencana untuk tinggal di kediaman pejabat dan berkonsentrasi menunggu kedatangan si hantu, namun hari ini adalah Festival Yilan: jalanan menjadi terang benderang dan ramai, jadi pertengkaran di antara rakyat jelata pun takkan bisa terhindarkan. Selain itu, sesuatu telah terjadi di kantor departemen kedua, jadi dia harus pergi ke sana. Lu Huan berpikir akan mengurusnya dengan cepat lalu buru-buru kembali. Pertama-tama dia meninggalkan pesan di atas meja di kediaman pejabat untuk memberitahu si hantu ke mana dia pergi, dan kemudian pergi bersama dengan Petugas Yawei.
Ketika Su Xi sudah selesai ujian dan bergegas pulang dengan penuh semangat, hal pertama yang dia lakukan, tentu saja, adalah buru-buru mengeluarkan ponselnya dan online.