I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 47 (Part 2)
Kali ini, begitu Su Xi online, sebelum sempat melihat catatan apa yang telah ditinggalkan si anak untuknya, sebuah misi utama baru muncul di layar.
[Silakan menerima tugas utama 9 (menengah): Cari biarawati yang sedang menyapu di halaman belakang dan cari tahu tentang latar belakang sang tokoh utama darinya.]
[Tingkat kesulitan misi: 8 bintang, hadiah 300 koin emas, hadiah 12 poin.]
Ketika Su Xi melihat kata-kata ‘latar belakang’ di layar, tiba-tiba dia dapat inspirasi. Apakah sudah datang? Apakah akhirnya datang juga?! Asal-usul si anak?!
Dia membuka sistem dari tombol yang ada di sudut kanan atas dan melihat bahwa foto profil serta informasi tentang pangeran kesembulan di sistem masih kosong. Tapi, jelas, karena jumlah poinnya sudah mencapai 54, dia sudah mencapai lebih dari setengah jalan, dan tugas-tugas utama perlahan-lahan mulai melibatkan latar belakang si anak. Karena itu, setelah menyelesaikan tugas utama kesembilan, informasi di sini seharusnya akan bisa terisi.
Su Xi jadi agak bersemangat. Sejak awal memainkan game ini hingga sekarang, dia selalu sangat penasaran tentang bagaimana si anak bisa sampai tiba di Ning Wangfu. Pasti ada suatu cerita yang sangat rumit di baliknya.
Tugas ini sepertinya adalah mencari seseorang, yang seharusnya takkan terlalu sulit.
Su Xi tak sabar ingin menarik si anak dan pergi mengunjungi Kebun Musim Semi terlebih dahulu.
Akan tetapi, tiba-tiba dia terpikirkan sebuah pertanyaan lainnya: bagaimana kalau ada suatu plot yang tak menyenangkan di balik latar belakang si anak, yang ternyata tak bisa diterima oleh yang bersangkutan–
Akankah si anak masih ingin tahu?
Kalau Su Xi hanya bermain game, tentu saja, dia akan ingin mengetahui kebenarannya secepat mungkin, tapi kini karena dia bukan lagi sekedar mengiringi si anak seakan cuma memainkan game, tiba-tiba dia merasa agak cemas bahwa setelah mengetahui kebenarannya, hal itu bisa membuat si anak tidak senang.
Su Xi merasa agak gelisah, tapi dia menahan perasaan itu untuk saat ini dan memutuskan untuk tidak memikirkannya.
Setelah membaca catatan yang ditinggalkan oleh si anak di atas meja, dia menukar layar ke kantor pemerintah untuk mencari si anak, namun begitu tiba, dia hanya melihat beberapa orang sedang mendiskusikan sesuatu di aula. Berpikir bahwa si anak mungkin sudah meninggalkan kantor pemerintah, dia pun mengalihkan layar ke pasar.
Pada saat ini, pasarnya sangat ramai: ada beberapa penari singa sedang berputar-putar di pasar, dengan banyak orang mengeliling mereka untuk menonton, sementara yang lainnya melemparkan koin ke arah para penari itu.
Melihat para penari singa itu meniti di pucuk pisau dengan berbahaya, mau tak mau Su Xi menahan napasnya, menontonnya dengan penuh semangat untuk waktu yang lama.
Sesaat kemudian, dia melihat kalau ujung jalan lainnya juga kelihatan agak ramai, entah apa yang sedang berlangsung. Dia ingat kalau dirinya sedang mencari si anak, jadi dia pun mengalihkan layarnya ke pasar dan menemukan si anak, mengenali kepalanya dalam lautan orang itu.
Sepintas dia melihat si anak sedang berjalan melewati area yang luar biasa ramai, mengernyitkan alisnya seakan sedang terburu-buru ingin pulang.
Alasan mengapa kerumunan ini sangat ramai adalah karena ada sebuah acara melempar karangan bunga bersulam dari atas sebuah bangunan tinggi.
Orang yang sedang melemparkan karangan bunga bersulam adalah putri dari seorang pebisnis kaya di Ibu Kota, yang memanfaatkan keramaian Festival Yulan untuk mencari menantu.
Su Xi belum pernah melihat acara melempar karangan bunga bersulam, jadi pertama-tama dia mendekat, menarik-narik lengan baju si anak, dan kemudian menatap penuh semangat pada wanita bercadar yang sudah siap melemparkan karangan bunganya dari atas bangunan tinggi itu.
Selama delapan hari ini, bagi Lu Huan rasanya seperti delapan tahun telah berlalu. Namun pada saat ini, dia merasakan perasaan yang dikenalnya telah kembali. Dia menghembuskan napas, kehangatan merayap naik di dalam hatinya, dan beban yang memberati bahunya pun terangkat. Dia sudah akan bicara pada orang di sampingnya, untuk bertanya apakah urusan-urusan yang ingin dikerjakan si hantu sudah selesai, tapi dia merasa kalau perhatian orang itu sepertinya terarah pada wanita bercadar yang akan melemparkan karangan bunga tersebut —
Tanpa sadar Su Xi menarik Lu Huan dengan penuh semangat.
Kemudian, angin nakal berhembus entah dari mana, seakan sudah ditakdirkan, dan dengan penuh semangat menghembus cadar putih si nona muda yang ada di atas bangunan.
Mata dari beberapa orang pria, yang bisa melihat separuh wajah si nona, langsung berbinar.
Dan angin di sisi Lu Huan jadi lebih bersemangat lagi, seakan ingin bersiul.
Lu Huan: ….
Di tengah kerumunan, Su Xi tak menyadari kalau si anak yang di bagian luar memasang wajah penuh ketenangan, dalam hati sebenarnya begitu depresi sampai-sampai rasanya bisa diperas sampai keluar air.
Barusan tadi, Su Xi tak bisa menahan diri dan membeli lukisan asli untuk melihat penampilan sesungguhnya dari wanita bercadar yang ada di atas. Dia hanya merasa kalau wanita yang melemparkan karangan bunga itu luar biasa cantik, bahkan lebih cantik daripada putri Menteri Perang yang sebelumnya itu. Dia sungguh bisa dideskripsikan sebagai wanita cantik bagaikan bunga! Entah anjing mana yang akan mendapatkan keberuntungan itu!
Pada saat ini, wanita di atas bangunan tinggi itu pun melemparkan karangan bunganya.
Tak peduli mau pemuda remaja ataupun pria dewasa, mereka seperti kesetanan ingin meraihnya. Lagipula, tak peduli seperti apa pun tampang wanita itu, dia toh adalah putri dari seorang pengusaha kaya! Kalau kau menikahi dia, kau akan langsung menjadi salah satu orang terkaya di Negara Yan.
Karangan bunganya melayang membentuk lengkungan seperti parabola, mengarah ke Lu Huan yang ada di tengah kerumunan —
Su Xi terperanjat. Dia tak tahu apakah karangan bunga itu dilemparkan ke situ secara sengaja atau tidak. Bagaimanapun juga, si anak memang tampak paling menonjol di antara kerumunan ini, dan tak peduli siapa pun yang berdiri di atas sana, tanpa sadar mereka akan ingin melemparkan karangan bunga itu ke arahnya.
Apakah akan ada plot sampingan di sini?
Ketika Su Xi sedang memikirkannya, dia melihat si anak memasang wajah cemberut. Si anak buru-buru mengalihkan pandangan dan menyembunyikan tangannya, dan karangan bunga itu pun terbang lurus melewati sisinya dan mendarat pada seorang pria pincang di belakangnya.
Su Xi yang masih melihat: ….
Di layar, sebuah tugas sampingan muncul: “Harap menerima Tugas Sampingan Ketujuh: “Ambil karangan bunganya dan pakai kesempatan ini untuk mengenal sang nona kaya.” Pemberitahuan itu bertahan selama beberapa saat, perlahan menghilang, dan langsung menjadi —
“Tugas Sampingan Ketujuh gagal!”
Su Xi: …?!
Di sudut kanan atas layar, Su Xi membuka status terkini dan membacanya lagi. Benar saja, dalam kolom istana belakang, putri orang terkaya yang belum sempat muncul, sudah terkubur.
Su Xi: ….
Si anak yang sedang depresi tak tahu apa yang telah dia lewatkan. Dia menatap ke arah Su Xi, yang sedang menarik-narik lengan bajunya, dan kemudian mendesak keluar di antara kerumunan orang dengan paras dingin.
Su Xi tak mengerti kenapa dia baru saja online tapi tak melakukan apa-apa. Lagi-lagi si anak dalam suasana hati yang buruk. Dia mengikuti dan mengarahkan layar pada si anak.
Terdengar ribut-ribut di kedua sisi jalan. Si anak kelihatan marah, dan kedua kaki pendeknya berjalan dengan sangat cepat.
Su Xi memutuskan untuk tidak berdebat dengannya. Dia menarik-narik lengan baju si anak, kemudian, si anak menghentikan langkahnya. Dada anak itu naik turun dengan cepat, tubuhnya berdiri tegak. Ekspresi di wajahnya tak terlalu bagus, tapi akhirnya si anak berhasil menguasai dirinya dan bertanya pada si hantu: “Tadi, ketika karangan bunganya sudah hampir jatuh ke tanganku, apa kau cuma berdiam diri dan menonton keramaian saja?”
Su Xi berpikir: anakku, suasana hatimu jadi semakin dan semakin tak bisa diprediksi, dan kau juga mengajukan pertanyaan yang aneh…. Kalau aku tidak berdiri menonton keramaian, memangnya aku duduk menonton keramaian?
“Aku sudah tak bertemu denganmu selama delapan hari.” Si anak menggertakkan giginya, seakan hendak menanyakan sesuatu, namun kemudian menelan kembali kata-katanya. “Apa kau baik-baik saja delapan hari terakhir ini?”
Su Xi menarik-narik lengan baju kirinya, yang berarti bahwa dia baik-baik saja.
Tapi Su Xi tak bisa menahan diri untuk melihat ke belakang demi mengetahui apa yang terjadi pada karangan bunga yang telah menjatuhi si orang pincang, jadi dia pun menarik sedikit layarnya ke sebelah sana.
Entah kenapa, si anak di dalam layar jelas-jelas tak tahu setiap gerakan Su Xi di luar layar, tapi rasanya seperti kalau anak itu bisa merasakan kalau pikiran Su Xi masih tertuju pada karangan bunganya, sehingga wajahnya pun jadi lebih suram.
Su Xi melihat ke tempat itu. Beberapa orang anggota keluarga dari putri pengusaha kaya itu buru-buru berlari menuruni tangga dan merampas karangan bunga dari si pincang. Adegannya begitu kacau sehingga membuat Su Xi ingin tertawa.
Tapi kemudian, kata-kata kaku dari si anak tiba-tiba muncul di layar: “Aku tak apa-apa, kau pergi dan tonton saja, pulanglah ke tempatku saat kau sudah puas.”
Adegan ini terlalu familier. Kali terakhir Su Xi ingin memasuki rumah bordil, dia mendengar si anak mengatakan sesuatu yang mirip, dan kelopak matanya berkedut karena kaget.
Si anak di layar mengepalkan tangannya, dan, melihat kalau si hantu tidak merespon dalam waktu lama, tiba-tiba dia tampak agak sedih dan marah, lalu berjalan lurus ke depan.
Perlahan senyum Su Xi menegang.
Ayolah, si anak biasanya tak pernah berani meninggalkan dirinya seorang diri seperti ini, dan sekarang sayapnya sudah tumbuh dengan kuat ya?!
….
Akan tetapi, begitu si anak berjalan pergi dengan cuek beberapa langkah, dari punggungnya, sebuah gelembung putih besar langsung keluar dari dalam kepalanya.
– Dia takkan benar-benar pergi, kan?
– Apa dia sedang mengikuti aku?
– Aku tak mau melihat ke belakang, tapi aku tak bisa melihat apakah dia mengikuti aku.
– Aku sudah tak bertemu dengannya selama delapan hari, tapi dia malah tak sabar ingin mengangkat cadar orang lain!
Tumpukan gelembung ini memenuhi layar, sehingga Su Xi tak bisa melihat sedikit pun adegan setelah buketnya dilempar. Dia hanya bisa melihat si anak!
Si anak kebingungan, dan kegiatan psikologis ini akhirnya berubah menjadi sebuah kalimat nelangsa:
… Aku menyebalkan ya?
Su Xi: ….
Tiba-tiba, hati Su Xi seperti ditusuk.
Ditatapnya si anak mulai memelankan langkah tanpa bersuara dan bergerak maju sedikit demi sedikit, dengan daun-daun diterpa hujan di atas kepalanya.
Su Xi seperti tidak menyadari bahwa di pihaknya hanya tiga hari, tapi di pihak si anak waktu sudah berlalu delapan hari. Begitu dia online, dia malah memusatkan semua perhatiannya pada orang lain, dan si anak tampak sangat sedih. Sudahlah, melempar karangan bunga toh bukan hal yang terlalu penting.
Tumpukan gelembung menutupi semua gambar yang ada di layar. Anak itu semena-mena dan egois karena telah mencegah Su Xi menonton, tapi dia memberitahu Su Xi kalau dia mengerti, dan bahwa meski sikapnya jadi aneh setelah kembali dari barak, Su Xi tetap akan menjadi yang pertama dalam hatinya.
Dia belum berubah.
Setelah memastikan hal ini, kebingungan kecil Su Xi sebelumnya tiba-tiba menghilang, dan sudut-sudut mulutnya terangkat tanpa tertahankan.
Dia mendekat dan meraih tangan si anak, mengisyaratkan kalau dia tidak pergi.
Bulu mata si anak bergetar dan daun nelangsa di puncak kepalanya telah berubah menjadi sebuah matahari kecil yang cerah.
Tapi si anak masih tak mau menatap ke arah Su Xi, berpura-pura tak peduli sama sekali, dan mendengus pelan: “Hmph.”