I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 49 (Part 1)
Orang yang si anak ingin Su Xi temui adalah pendeta Tao pengelana yang terkenal di Negara Yan, yang ratusan tahun lalu datang dari Kuil Changchun. Kabarnya, pendeta ini berumur lebih dari seratus tahun, telah bertemu dengan beberapa orang Kaisar dari negara-negara lain, dan bahkan telah meninggalkan banyak jasa dan legenda tentang memanggil kembali jiwa yang sudah hampir bereinkarnasi di setiap tempat yang didatanginya.
Pendeta Tao ini: Yunyou, telah melakukan perjalanan ke banyak negara pada sepuluh tahun terakhir ini. Namun jejak-jejaknya tak bisa ditemukan, dan karenanya, si anak telah menghabiskan waktu beberapa bulan untuk mencari orang ini lewat Jenderal Zhenyuan.
Sebelumnya, si anak sama sekali tidak memercayai tentang hantu dan arwah, tetapi setelah salah mengira Su Xi sebagai hantu, dia pun mulai memercayainya.
Walaupun si anak tidak tahu apakah jasa-jasa yang beredar tentang sang pendeta Tao pengelana itu memang benar atau tidak, ada banyak catatan mengenai hantu dan arwah di Negara Yan yang ternyata telah disusun olehnya dan murid-muridnya.
Karena itu, bagaimanapun juga, menemukan si pendeta ini sama saja dengan menemukan secercah harapan.
Kalau si anak masih tak bisa mendapatkan harapan dari pendeta Tao ini, maka di kolong langit ini tak ada cara lain lagi bagi Su Xi untuk muncul.
Pada saat ini, bawahan Jenderal Zhenyuan sedang memandu pendeta Tao tersebut menuju Kuil Changchun. Si anak dan Su Xi hanya perlu pergi ke Kuil Changchun dan menunggu di sana, kemudian mereka akan bisa bertemu dengan si pendeta Tao, yang namanya terkenal sangat luas.
****
Di luar layar, Su Xi melihat si anak kegirangan sambil memerintah orang menyiapkan kuda, berencana untuk langsung pergi ke Kuil Changchun, tampak sarat dengan harapan. Mau tak mau perasaan Su Xi jadi campur aduk. Untuk sesaat dia tak tahu harus bagaimana….
Mencari-cari alasan, bilang kalau ada hal yang harus dia lakukan malam ini, dan tak bisa pergi bersama si anak ke Kuil Changchun? Dan kemudian tidak online selama beberapa hari, kebetulan melewatkan si pendeta Tao ini?
Begitu ide ini muncul dalam benak Su Xi, dia langsung memadamkannya. Tidak tidak tidak, melakukan hal ini akan sangat tidak adil kepada si anak, dan juga sangat tak bertanggungjawab.
Selain itu, bahkan meski sekarang dia tak bertemu dengan pendeta Tao ini, si anak pasti masih akan memikirkan cara untuk membawanya pada si pendeta Tao ini lain kali.
… Masalah ini mungkin tidak akan ketahuan saat bulan baru, tapi ketika bulan purnama tiba, pasti akan ketahuan.
Cepat atau lambat, akan tiba hari ketika si anak tahu bahwa mereka adalah orang dari dua dunia yang berbeda, dan bahwa Su Xi bisa menemani si anak hingga si anak tua, tapi takkan pernah bisa muncul di hadapannya. Karena begitulah keadaannya, maka akan lebih baik bagi si anak untuk mengetahuinya malam ini juga. Walaupun si anak akan bersedih, Su Xi berpikir, anak itu masih punya ambisinya sendiri. Sekarang anak itu juga memiliki teman-teman, guru, dan sekutunya sendiri, jadi tak ada hal buruk yang akan terjadi padanya.
****
Su Xi merasa gelisah. Dia ragu-ragu dalam waktu lama, dan pada akhirnya menarik-narik lengan baju kiri si anak, bermakna, baiklah, aku akan pergi bersama denganmu.
Akan tetapi pada saat inilah, mungkin karena perjalanan yang akan datang ke Kuil Changchun telah memicu sebuah tugas baru, sebuah pesan pun muncul di layar:
[Silakan menerima tugas utama sepuluh (Tingkat Menengah): Pilih satu pejabat di mahkamah kekaisaran yang memiliki peringkat, dengan peringkat terendah adalah tingkat dua, untuk tokoh utama. Kemudian buat pejabat itu menetapkan pikiran untuk berdiri di belakang tokoh utama, mendukung tokoh utama naik tahta.]
Su Xi merasa kalau tugas ini tak memiliki titik awal sama sekali, karena saat ini ada beberapa orang pejabat besar di dalam mahkamah kekaisaran yang sudah mengakui si anak. Akan tetapi, identitas si anak sebagai pangeran belum ditemukan, jadi bahkan meski mereka mengakui dirinya, akan mustahil bagi mereka untuk mendukung seorang anak haram dari Ning Wangfu untuk naik tahta. Hal itu akan berubah menjadi rencana menggulingkan tahta!
Logisnya, tugas ini seharusnya merupakan tugas yang terpicu setelah si anak memulihkan identitasnya.
Namun tepat ketika Su Xi berpikir demikian, sebuah pengingat muncul di layar.
[Pengingat: Tugas ini seiring dengan tugas utama sembilan – ini adalah tugas pembantu tugas sembilan, hadiah poin adalah delapan.]
Jadi begitu ya. Akhirnya Su Xi mengerti. Jadi dengan kata lain, ketika mencari si biarawati di Kuil Changchun dan membuat si anak mengetahui masa lalunya, pada saat bersamaan, dia juga harus membuat seorang pejabat bertingkat dua atau di atasnya untuk mendengarkan hal tersebut, membuat identitas si anak sebagai pangeran kesembilan diketahui oleh orang itu–!
Jadi, karena tugas ini muncul sekarang, berarti pergi ke Kuil Changchun malam ini akan secara berkesinambungan memicu tugas kesembilan dan kesepuluh?!
Pada mulanya, Su Xi masih tenggelam dalam kegalauan karena si anak takkan bisa melihat dirinya, tetapi begitu dia menerima tugas ini, dia langsung jadi gugup.
Saat ini si anak sedang mendesak kudanya untuk mempercepat langkah, mengarah ke Kuil Changchun, dari waktu ke waktu melirikkan mata ke sampingnya: mata anak itu begitu cerah berkilauan, lagi dan lagi mendesah si hantu agar segera menyusul, sementara Su Xi menenangkannya dengan menarik lengan bajunya, mengindikasikan bahwa dia masih mengikuti, tapi pada kenyataannya, Su Xi sudah sejak lama bersiap memindahkan antarmukanya ke tempat lain.
Di mahkamah kekaisaran, ada banyak pejabat tingkat dua dan di atasnya, namun menilik situasi saat ini, mereka yang mampu memenuhi persyaratan tugas kesepuluh, dan akan mulai berpikir untuk mendukung si anak naik tahta setelah mengetahui masa lalu si anak, bagaimanapun juga, hanya ada tiga orang.
Yun Taiwei, Jenderal Zhenyuan, dan Menteri Perang.
Peringkat ketiga orang ini bisa dibedakan sebagai tingkat dua, tingkat satu, dan tingkat dua: mereka semua sesuai dengan syarat ini.
Pertama-tama Su Xi membuka bagian Kediaman Jenderal, dan menyadari bahwa meski tokoh utama sudah meninggalkan tempat itu, Kediaman Jenderal masih tampak terang. Ada banyak pejabat yang mabuk berat, dan sungguh langka bagi Jenderal Zhenyuan untuk merasa gembira, jadi Beliau minum-minum sedikit lebih banyak juga – saat ini dengan agak mabuk Beliau sedang melakukan tinju mabuk. Dalam kondisi semacam ini, tak mungkin bisa mengarahkan Beliau ke Kuil Changchun, dan karenanya Su Xi hanya bisa meninggalkan sang Jenderal.
Ketika layar beralih ke tempat Jenderal Zhenyuan, tiba-tiba sesuatu muncul di layar:
“Selamat telah menyelesaikan tugas delapan (1/2): Menjadi orang yang akan dijadikan penerus dalam hati Jenderal Zhenyuan, dan mengambil langkah awal untuk mendapatkan jasa militer seraya meredakan kekacauan di wilayah Utara. Paruh pertama tugas sudah selesai. Memperoleh separuh dari jumlah poin hadiah: +6.”
Sepertinya ini adalah bukti bahwa selama beberapa bulan terakhir ini, si anak telah sepenuhnya memperoleh apresiasi dan kepercayaan Jenderal Zhenyuan.
Dalam hati Jenderal Zhenyuan, Beliau sudah memutuskan akan membawa si anak pergi ke wilayah Utara untuk lanjut belajar lewat pengalaman.
Tiba-tiba, Su Xi jadi tak tahu apakah dia harus merasa senang atau cemas. Dia senang karena tugasnya sudah terselesaikan separuh, poinnya bertambah, dan si anak diangkat menjadi pejabat tingkat empat bawah seperti keinginannya. Bagian yang mencemaskan adalah, ketika mereka mencapai wilayah Utara untuk memadamkan pemberontakan, tugas ini mungkin akan jadi lebih sulit, dan akan berat bagi si anak untuk tidak terluka.
Akan tetapi, tak ada gunanya berpikir terlalu banyak – Su Xi harus memecahkan tugas yang ada saat ini terlebih dahulu.
Orang berikutnya adalah Yun Taiwei. Su Xi mengganti antarmuka ke Kediaman Taiwei — Yang bersangkutan ternyata tidak di tempat.
Sepertinya malam ini Yun Taiwei sedang sibuk – saat ini dia pasti ada di istana untuk rapat dengan sang Kaisar.
Su Xi merasa agak cemas. Dia takut kalau ketiga orang itu akan sibuk, dan takkan ada cara untuk menyelesaikan tugas ini. Untung saja, Menteri Perang sedang duduk-duduk santai di kursinya, sambil menasihati seorang petugas di sampingnya agar mengurangi minum-minum. Beliau tampak sadar sepenuhnya.
Kalau begitu Su Xi akan melanjutkan dengannya.
Su Xi harus memikirkan cara untuk membuat sang Menteri Perang pergi ke Kuil Changchun.
Melihat si anak menunggang kuda seperti orang gila di sepanjang perjalanan, dan tak lama lagi akan mencapai gerbang Ibu Kota, sesaat Su Xi merasa kepalanya akan jadi botak. Anak ini, bukankah dia terlalu tak sabaran?! Pada saat adegan di Kuil Changchun sudah berakhir, Su Xi mungkin bahkan belum sempat membuat Menteri Perang pergi ke sana!
Tunggu, dia mengerti!
Tiba-tiba Su Xi terpikirkan tentang orang pertama yang ada dalam kolom ‘istana belakang’ si anak, putri dari Menteri Perang, Nona Muda Hanyue. Kini ketika memikirkannya, tak heran Hanyue jadi punya nama. Ternyata dia adalah karakter kunci yang bisa digunakan.
Buru-buru Su Xi mengubah antarmukanya ke kediaman Menteri Perang.
Pada saat ini, hari sudah larut malam. Hanyue ada di dalam kamarnya, sudah tidur.
Su Xi tak bisa memikirkan cara lain selain menukar poin dengan sejumlah bubuk penidur dari toko game, menaburkannya ke dalam kamar gadis itu, dan kemudian memakai selimut untuk membungkusnya, menggulungnya hingga jadi dadar gulung, lalu menjepitnya di antara kedua tangan.
Segera setelahnya, Su Xi mendorong pintu hingga terbuka, dengan sengaja membuat suara ‘gubrak’ yang sangat keras —
Pada saat gadis-gadis pelayan yang mengantuk bereaksi, mereka hanya melihat satu ruangan yang kosong melompong, dengan jendela terbuka lebar.
Seorang gadis pelayan segera berseru: “Ada pembunuh, Nona Muda sudah diculik!”
Seorang gadis pelayan lainnya memelesat keluar griya untuk mencari penjaga, berkata kepadanya: “Di mana Tuan, ceapt pergi ke kediaman utama dan beritahu Tuan, Nona Muda sudah diculik oleh penjahat!”
Sementara di atas meja, dihembus angin, terdapat sebuah peta yang ditinggalkan oleh Su Xi, dengan Kuil Changchun tergambar di permukaannya, dan sebatang kuas yang diambil dari wadah kuas tergeletak di atasnya.
Sang Menteri Perang sangat cerdas, Beliau pasti akan mengerti – ini mengisyaratkan agar Beliau datang seorang diri, kalau tidak tawanannya akan dibunuh/
Setelah melakukan ini, sekali lagi Su Xi perlahan mengalihkan antarmuka sedikit demi sedikit, hingga tiba di Kuil Changchun, menemukan sebuah kamar biarawati yang kosong, lalu meletakkan Hanyue, putri sang Menteri Perang yang masih tertidur ke atas ranjang dalam kondisi sangat baik, seraya juga menyelimutinya.
Su Xi melakukannya perlahan dan tanpa suara, dan karena Kuil Changchun berukuran sangat besar, tak ada seorang pun yang menyadarinya.
Su Xi menghembuskan napas lega. Berikutnya adalah menunggu si anak dan Menteri Perang bergegas datang kemari satu demi satu.
****
Kuil Changchun berdiri di atas sebuah gunung yang jaraknya beberapa li dari Ibu Kota. Udaranya kering di tengah malam pada musim gugur, dan keharuman lembut bunga-bunga osmanthus memenuhi seluruh gunung. Beberapa cahaya redup di puncaknya bisa terlihat dari kejauhan, berasal dari Kuil Changchun, remang-remang menerangi anak tangga batu gamping di jalan gunung, membuat sekelilingnya tampak dingin dan suram.
Hingga di sini, si anak hanya bersama dengan pengawal yang telah dipanggilnya. Begitu kedua kuda mereka mencapai kaki gunung, mereka tak bisa naik lagi. Karenanya si anak memutar tubuh dan turun dari kudanya, membiarkan si pengawal mengikat kedua kuda pada sebatang pohon di kaki gunung.
Dia melangkah menaiki anak tangga batu gamping, jubahnya membuat dedaunan kering yang layu di anak tangga terbang berpusar.
Matanya begitu cerah hingga tampak menakjubkan.
Sepanjang malam, mungkin hanya Su Xi yang ada di luar layar yang mengetahuinya. Bahkan meski pada beberapa bulan terakhir ini si anak telah banyak mengerahkan upaya, pada akhirnya dia tetap takkan bisa memperoleh hasil apa pun.
Hati dan pikiran Su Xi jadi agak tertekan, tapi dia masih meneguhkan diri untuk memandangi si anak berjalan dengan langkah-langkah lebar, memanjat naik gunung tanpa kenal lelah, hingga mencapai Kuil Changchun.
Pendeta Yunyou belum tiba.
Akan tetapi, ada dua orang pendeta Tao senior di Kuil Changchun yang sudah tahu tentang masalah ini. Jenderal Zhenyuan telah menyuruh seseorang mencari bawahan orang itu untuk memberitahu mereka terlebih dahulu, dan karenanya mereka pun tidak tidur bahkan di tengah malam, menunggu di pintu masuk kuil Tao itu untuk menyambut mereka.
Melihat kalau si anak dan si pengawal sudah muncul di pintu kuil dengan jubah yang membawa sedikit hawa dingin ke udara, mereka pun bergegas menghampiri untuk memberi salam kepada mereka.
Di luar layar, Su Xi terlonjak ketakutan, baru bisa merespon setelah lewat beberapa saat. Sekarang si anak sudah menjadi seorang pejabat pemerintah tingkat empat bawah, jadi para pendeta Tao ini tentu saja harus memberi salam kepadanya.
… Anak yang telah dia besarkan tiba-tiba sudah memiliki kekuasaan, benar-benar membuat orang tak tahu harus bereaksi bagaimana.
“Silakan Komandan Kavaleri beristirahat sebentar di balai samping terlebih dahulu. Ketika Guru Pendiri tiba, kami akan mengirim orang untuk mengabari Anda,” salah seorang pendeta Tao berkata.
Lu Huan merasa tidak sabar, dan dia juga tak bisa peduli untuk berbasa-basi, dan karenanya dia hanya menganggukkan kepala dan berjalan ke balai samping dengan langkah cepat. Setelah berjalan beberapa langkah, dia memutar kepalanya dan berkata kepada kedua pendeta itu beserta dengan pengawal yang ada di sisinya: “Kalian semua tak perlu mengikutiku.”
Kalau mereka mengikutinya, maka dia takkan bisa bicara pada si hantu.
Lu Huan berjalan seorang diri menuju balai samping.
Pada awalnya, ketika Su Xi mengganti antarmuka ke Kuil Changchun, dia tak bisa menemukan NPC biarawati tukang sapu yang akan memberikan kebenaran tentang masa lalu itu di mana-mana, namun sekarang, sudut kanan dari layarnya berisi dialog “….” terus-menerus.
Hati Su Xi meledak dalam kesukacitaan: dia menggeser layar ke berbagai arah, dan akhirnya melihat dua orang kecil di halaman belakang. Salah satu dari mereka adalah seorang biarawati tua dengan penggaris guru di tangannya – saat ini dia sedang memarahi orang lainnya, seorang biarawati paruh baya yang sedang menggenggam sapu.
Dialog yang terus-terusan muncul adalah —
“Jangan pikir karena kau dulu pernah menjadi dayang di istana, maka kau punya tingkat yang lebih tinggi daripada biarawati-biarawati lainnya, dan bahwa kau bisa bermalas-malasan – kuberitahu ya, jangan bilang lututmu sakit sebagai alasan. Kalau kau tidak menyapu lantai dengan baik lagi, aku yang akan menyapumu keluar dari pintu! Kuil Changchun bukan tempat di mana kau bisa makan gratis!
“Cuma kau, yang setelah mendengar bahwa komandan kavaleri yang baru diangkat datang kemari, sampai ingin keluar dan menemui dia dengan penuh semangat. Apa yang kau mimpikan? Apa mungkin kau ingin menggoda tuan bangsawan terhormat itu?”
Informasi dalam percakapan ini sepertinya cukup banyak ah. Biarawati ini dulunya adalah dayang di istana, bahkan ingin bertemu dengan si anak dengan sekuat tenaga malam ini. Tampaknya biarawati yang disebut-sebut dalam tugas kesembilan adalah dia!
Su Xi bergegas pergi ke balai samping, dan menarik-narik lengan baju si anak, mengisyaratkan pada si anak agar mengikutinya. Cepat cepat cepat.
Si anak menunggu kedatangan sang pendeta Tao, hatinya tidak sabaran, jadi dia sama sekali tidak bisa duduk diam, dan saat ini sedang berjalan mondar-mandir di dalam balai samping. Melihat lengan bajunya ditarik-tarik oleh si hantu, dia pun bertanya dengan agak bingung: “Kau mau mengajakku ke mana?”
Untung saja, Pendeta Yunyou belum datang. Dalam hati Su Xi berpikir: Kalau pendeta itu sudah ada di sini, akankah si anak mau pergi untuk menemui biarawati di halaman belakang itu? Dia harus memanfaatkan kesempatan ini, dia harus buru-buru menarik si anak ke sana!
Karenanya, dia pun memakai tenaga lebih besar lagi untuk menarik si anak.
Baju Lu Huan ditarik sampai hampir sobek oleh si hantu, dan dia pun tak bisa menahan rasa gelinya, berkata, “Baiklah, aku akan pergi bersamamu, jangan tergesa-gesa.”
Si anak berjalan dari balai samping menuju halaman belakang. Begitu dia tiba di halaman belakang, si biarawati tua yang sedang menceramahi dengan nada marah itu langsung menutup mulutnya, sementara biarawati yang lain menatap Lu Huan, kegembiraan muncul di wajahnya. Membuka mulut, si biarawati tampak seperti memiliki ribuan kata-kata yang ingin dia ucapkan, namun tak ada suara yang terdengar. Perlahan-lahan, pinggiran matanya memerah.
Lu Huan juga bisa melihat hal itu. Biarawati ini ingin mengatakan sesuatu kepadanya, dan si hantu menarik dirinya kemari. Apakah itu karena si hantu ingin dia mendengarkan ucapan si biarawati?
Karena itu dia berkata kepada si biarawati tua: “Biarawati Huijing, apa Anda bisa membiarkan saya bicara beberapa kalimat dengannya berdua saja?”
Biarawati Senior Huijing pun pergi tanpa bersuara.
Di halaman belakang, hanya tinggal si anak dan si biarawati paruh baya yang tersisa.
Si anak menatap biarawati ini, lalu berkata, “Apa Anda ingin mengatakan sesuatu kepada saya? Harap dipersingkat, masih ada orang penting yang ingin saya temui.”
Dalam hati biarawati ini tahu bahwa mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan untuk bicara tentang masalah itu kepada Lu Huan. Kalau malam ini dia tak bicara, mungkin dia takkan punya cara untuk melakukannya lagi di masa mendatang. Karena itu, dia menenangkan diri, lalu membuka mulut untuk mulai bercerita.
Di layar Su Xi, seluruh cerita tentang masa lalu si anak akhirnya muncul – atau dengan kata lain, masa lalu si anak dalam narasi biarawati ini.
[Setiap kasim, pengawal istana, dayang, dan bahkan pangeran di dalam istana tahu, ada sebuah tabu di dalam istana kekaisaran, dan tabu itu adalah jangan pernah membicarakan tentang Pangeran Kesembilan yang belum dilahirkan, yang telah mati di dalam kandungan Selir Qing, di hadapan sang Kaisar. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, sang Kaisar memiliki seorang selir yang paling Beliau cintai, seorang putri dari kepala daerah perfektur Yunzhou. Sang Kaisar jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya, lalu memboyongnya ke istana. Sejak saat itu, Kaisar memusatkan semua cinta dan kesetiaannya kepada selir tersebut, tidak lagi memandang selir-selir lainnya.]
[Akan tetapi segera setelahnya, dengan cara seperti inilah Selir Qing membuat musuh yang tak terhitung banyaknya. Terlebih lagi, keluarga asalnya bukanlah klan yang terlalu berkuasa, mereka tak mampu memberinya sokongan apa pun. Di dalam istana, dia hanya bisa bergantung pada rasa cinta sang Kaisar untuk melewati hari-harinya. Hanya saja, meski suaminya adalah sang Kaisar, Beliau tak mampu melindungi orang yang paling Beliau cintai. Selir Qing sedang hamil delapan bulan lebih, dan entah karena kecelakaan atau kebetulan, dia terpeleset dan terjatuh ke dalam kolam. Setelah dirinya diangkat keluar, yang tersisa adalah satu jenazah dan dua nyawa.]
[Sang Kaisar dipenuhi oleh kesedihan hingga Beliau berharap bisa mati saja, dengan linglung memeluk jenazah Selir Qing selama tiga hari penuh, dan barulah kemudian Beliau tak punya pilihan selain menguburkan jenazah itu di dalam mausoleum kekaisaran. Sebelum ini, Kaisar telah menanti-nantikan kelahiran Pangeran Kesembilan yang ada di dalam kandungan Selir Qing, namun setelah masalah ini terjadi, tak ada seorang pun di dalam istana yang berani menyebut-nyebut tentang mendiang Selir Qing ataupun Pangeran Kesembilan di hadapan sang Kaisar, karena jika mereka melakukannya, mereka akan langsung dihukum. Mulanya keluarga Selir Qing hanya terdiri dari seorang ayah kesepian yang merupakan kepala daerah perfektur Yunzhou, dan setelah mengetahui masalah ini, sang ayah menjadi sangat menyadari bahwa hidup ini tak berarti lagi, kemudian menggantung diri di rumahnya. Dan dengan demikian, seluruh keluarga Selir Qing pun benar-benar terputus garis keturunannya.]
[Namun yang tidak diketahui oleh orang-orang adalah, lama sebelum terjatuh ke dalam kolam, pada suatu malam ketika hujan deras turun, Selir Qing sudah melahirkan anaknya secara prematur: hanya saja Selir Qing tahu bahwa kalau berada di tengah-tengah istana belakang ini, dia tak punya kemampuan untuk melindungi anak ini. Anak ini mungkin bahkan takkan bisa tumbuh besar dengan selamat, dan karenanya dia pun menitipkan anak itu kepada dayang istana berusia dua puluh lima tahun yang pernah dia tolong sebelumnya serta akan meninggalkan istana, seraya memikirkan cara membawa anak itu keluar di tengah malam.]