I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 49 (Part 2)
[Biarawati ini, yang berdiri di hadapan sang tokoh utama, sebenarnya adalah dayang istana itu. Dia tahu kalau dirinya tak mampu merawat anak tersebut. Kemungkinan besar, kalau dia meninggalkan istana dan tiba-tiba punya anak, akan mustahil jika tidak menimbulkan kecurigaan pada mreak yang telah mencelakai Selir Qing sampai mati. Dia harus memikirkan cara untuk membawa anak ini ke tempat yang aman.]
Pada saat itu, seorang dari Ning Wangfu juga sudah hampir melahirkan, namun tak disangka-sangka, ternyata bayinya mati dalam kandungan. Sang selir takut karena dia telah melahirkan anak yang sudah mati, dirinya akan dianggap membawa sial oleh Ning Wangfu dan akan diusir dari tempat ini. Karenanya dia memohon kepada sang ibu susu di sisinya agar menemukan seorang bayi dan membantunya melakukan penipuan.]
[Demikianlah, lewat tangan ibu susu dan dayang ini, sang tokoh utama pun memasuki Ning Wangfu dan menjadi anak tidak sah sang selir. Sang selir meninggal karena musim dingin yang berat tak lama setelah melahirkan. Sementara itu si ibu susu merawat sang tokoh utama hingga dia sedikit lebih besar, kemudian juga meninggal. Di dunia ini, orang terakhir yang mengetahui kebenarannya adalah mantan pensiunan dayang istana yang ada di hadapan sang tokoh utama.]
****
Selama narasi ini, Su Xi sering memerhatikan pintu kuil, menunggu sang Menteri Perang bergegas masuk. Kemudian dia menggunakan suara-suara untuk menarik sang Menteri ke halaman belakang.
****
Ketika sang biarawati selesai menceritakan kejadian-kejadian ini, air matanya sudah merebak. Baginya, Selir Qing adalah penyelamatnya, jadi Pangeran Kesembilan yang dilahirkan oleh Selir Qing tentu saja juga adalah penyelamatnya.
Mulanya dia berencana membawa masalah ini ke alam baka, tapi akhir-akhir ini dia mendengar bahwa Komandan Kavaleri yang baru ditunjuk sebenarnya adalah anak yang telah dia bawa keluar dari istana pada waktu itu.
Walaupun dia tak tahu siapa yang waktu itu telah membunuh Selir Qing, dia takut kalau di masa mendatang Lu Huan akan membantu sang Kaisar yang mungkin ada hubungannya dengan kematian Selir Qing. Dan karenanya, baru sekarang dia memutuskan untuk memakai segala cara yang bisa dia lakukan dan mencari sang Komandan Kavaleri untuk mengakui kebenaran pada waktu itu.
****
Sudah sejak lama Su Xi menerka kalau masa lalu si anak mungkin serupa dengan kejadian-kejadian ini. Lagipula, praktis mustahil bagi seorang selir yang tinggal jauh di dalam istana untuk bisa hidup dengan baik hingga usia tua. Walaupun sejak awal dirinya sudah siap mental, ketika dia melihat wajah biarawati Taois ini penuh dengan air mata, hatinya masih merasa agak berduka.
Meski demikian, wajah si anak menampakkan keraguan. Dia menyela si biarawati yang menangis itu dengan cara acuh tak acuh dan buruk dengan bertanya: “Apa kau tahu kalau kata-kata yang telah kau karang malam ini sudah cukup untuk membuatmu dihukum mati? Apa kau punya cara untuk membuktikan kebenaran dari kata-katamu?”
Su Xi: “….”
Sang biarawati kemudian memberitahunya detil tentang bagaimana penampilan ibu susu yang merawat si anak di Ning Wangfu, bahkan berkata bahwa dia memiliki plakat yang ditinggalkan oleh si ibu susu.
Si anak menatap benda itu. Benda itu memang adalah milik si ibu susu, akan tetapi si anak masih tak memercayainya, ‘Ini tak membuktikan apa-apa, kau bisa saja mengambil barang-barang milik si ibu susu dan setelahnya mengarang cerita semacam itu.”
Sang biarawati tak pernah menyangka kalau sang Komandan Kavaleri ternyata tidak memercayai dirinya. Akhirnya, dia hanya bisa menarik keluar sebuah bandul kumala dan menyerahkannya kepada si anak, berkata: “Ini adalah sesuatu yang pada waktu itu dibawa oleh Selir Qing, dia membawanya dari rumah asalnya. Hanya Baginda Kaisar dan beberapa orang pejabat istana yang menghadiri perjamuan ketika Niangniang pertama kali masuk istanalah yang pernah melihatnya. Kalau Yang Mulia memberikan ini kepada Baginda Kaisar, pasti bisa memulihkan identitas Anda!”
Si anak menatap bandul kumala itu, seakan sedang mempertimbangkan apakah kata-kata yang diucapkan si biarawati memang benar.
Su Xi merasa gelisah, dia berharap bisa menggantikan si anak dan menerima bandul kumala itu. Ini tak lain merupakan tanda yang bisa membuktikan identitas Pangeran Kesembilan! Nak, apa kau tak mau memulihkan status terhormatmu?
Si anak menerima bandul kumala itu, memasukkannya ke dalam lengan baju, namun ekspresinya tak tampak berubah sama sekali. Dia berkata kepada sang biarawati: “Aku akan menyelidiki sendiri masalah ini. Kalau kau memang berjasa padaku, aku pasti akan membalas jasamu. Lalu mengenai urusan malam ini, jangan sampai ada orang ketiga yang tahu.”
Si biarawati buru-buru menganggukkan kepalanya penuh semangat.
Setelah si anak menerima tanda mata ini, sebuah pesan tentang terselesaikannya Tugas Kesembilan langsung muncul di layar Su Xi —
[Selamat karena telah menyelesaikan Tugas 9: Mengetahui masa lalu tokoh utama dari biarawati tukang sapu di Kuil Changchun! Hadiah poin +12.]
Su Xi masih tenggelam dalam kejadian-kejadian masa lalu yang diceritakan oleh biarawati ini. Tak mampu melepaskan emosinya, tanpa sadar dia membuka baris kemajuan di sudut kanan atas untuk memeriksanya, hanya untuk melihat kalau poinnya sudah mencapai 90. Sementara itu, dalam kolom pengenalan karakter Pangeran Kesembilan, gambar profil si anak akhirnya muncul — Tunggu sebentar.
Dalam sekejap pikiran Su Xi melompat ke tempat lain. Gambar profil ini tanpa disangka-sangka ternyata memakai gambar aslinya. Padahal dia tak menggunakan mata uang dalam game untuk melihat gambar asli si anak hampir selama setengah tahun. Bisa melihatnya sedemikian tiba-tiba, sejenak dia jadi dibuat agak terperangah oleh daya tarik si anak.
****
Sementara itu, di sudut di belakang dinding, sang Menteri Perang yang secara kebetulan telah mendengar semua hal ini memasang ekspresi serius.
Dia adalah salah satu pejabat yang pernah melihat bandul kumala milik Selir Qing pada perjamuan dua puluh tahun yang lalu. Bandul kumala itu sungguh unik dan tiada duanya, kumala dan mutiara yang menggantung di bawahnya juga disulam sendiri oleh Selir Qing. Lu Huan mungkin tidak memercayai kata-kata biarawati ini, namun dirinya, yang tanpa disengaja telah mendengar hal ini, memercayai 80% isinya.
Pantas saja, setelah Selir Qing dikeluarkan dari kolam pada waktu itu, Tabib Istana yang menyatakan bahwa janinnya telah mati di dalam kandungan mengundurkan diri dan pulang kampung tak lama setelahnya. Ternyata, ini dilakukan untuk membantu Selir Qing menutupi kenyataan bahwa anak itu telah dilahirkan secara prematur sejak lama.
Menteri Perang dan Jenderal Zhenyuan tidak sepenuhnya berdiri di pihak pangeran mana pun di mahkamah. Keduanya sama-sama hanya memikirkan tentang rakyat jelata dan hanya menghabiskan sedikit waktu untuk bermuslihat jika berhubungan dengan keuntungan diri mereka sendiri. Sebelum ini, Jenderal Zhenyuan berpikir bahwa di antara banyaknya pangeran, Putra Mahkota terlalu biasa saja, Pangeran Ketiga terlalu seenaknya, dan Pangeran Kelima terlalu tamak untuk membuat jasa, tak satu pun dari mereka yang merupakan penguasa cemerlang. Hanya Pangeran Kedua yang tak mencolok yang bersedia mendengarkan nasihat. Kalau mereka membantunya di masa mendatang, sebenarnya Pangeran Kedua bisa menjadi seorang Kaisar yang baik yang membawa kemakmuran bagi negara dan rakyat.
Akan tetapi masalah-masalah kekacauan di wilayah Utara yang sebelumnya sekali lagi menampakkan kekurangan Pangeran Kedua sebagai orang yang egois. Pangeran Kedua jelas-jelas tahu bahwa rakyat jelata sangat menderita, tetapi karena dia takut kalau dinamika kekuasaan di Ibu Kota akan berubah setelah dirinya pergi, Pangeran Kedua malah berpura-pura sakit demi menghindar pergi ke Wilayah Utara. Pada saat itu, Jenderal Zhenyuan sangat kecewa pada Pangeran Kedua!
Saat kini, kalau sang Menteri dan Jenderal Zhenyuan sama-sama menganggap remaja hebat ini sebagai Yang Mulia Pangeran Kesembilan yang dikabarkan mati pada waktu itu, maka….
Dalam sekejap mata, banyak pemikiran melintas di dalam benak sang Menteri Perang.
****
Si anak berbalik dan meninggalkan halaman belakang, buru-buru berjalan kembali ke balai samping. Su Xi juga melihat sang Menteri Perang pergi dengan tergesa-gesa. Dia membawa putri bungsunya, yang juga telah ditemukan lengkap dengan selimutnya, lalu membawa gadis itu turun gunung dengan kepala berdenyut-denyut. Su Xi pun langsung tahu kalau sang Menteri Perang sudah mendengar semuanya, Tugas Kesepuluh yang berhubungan dengan Tugas Kesembilan pun seharusnya juga sudah selesai.
Seperti yang sudah diduga, muncul pesan di layar: [Selamat telah menyelesaikan Tugas Kesepuluh: Membuat seorang pejabat tingkat dua atau di atasnya berdiri di pihak tokoh utama! Hadiah tugas +8!]
Seketika, poin yang ada di sudut kanan atas melompat ke angka 98!
Mungkin inilah arti dari ‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’. Si anak sudah mengurus pertanian selama satu tahun, menghabiskan waktu berjam-jam untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkan persediaan hingga 30 ribu dan (T/N: 1 dan = 100 liter), serta memperoleh penghargaan dari Menteri Perang dan Jenderal Zhenyuan. Inilah sebabnya kenapa kali ini mereka bisa dengan cepat menyelesaikan beberapa tugas utama sekaligus.
Su Xi masih teringat kalau sistem berkata bahwa pada angka 100 poin, dia akna bisa berkomunikasi dengan si anak dan juga memperoleh kantong hadiah besar. Dia tak tahu apa isi kantong hadiah besarnya, dia jadi agak bersemangat dan berpikir akan bekerja keras untuk menyelesaikan tugas berikutnya, maka dia akan bisa segera membuka peta baru dengan cepat setelah dapat 100 poin!
Ketika si anak kembali ke balai samping, dia mengeluarkan bandul kumalanya lagi dan memeriksanya lekat-lekat, bertanya dengan suara lirih pada Su Xi: “Apa kau percaya dengan yang telah dikatakan si biarawati malam ini?”
Ekspresi si anak menampakkan banyak ketidakyakinan.
Dia tak memercayainya. Semua yang dikatakan oleh biarawati ini benar-benar aneh.
Yang dia percayai adalah hantu di sisinya. Karena si hantu telah menariknya ke halaman belakang, maka si hantu pasti berharap dia akan mengetahui semua ini. Kalau begitu, mungkinkah…
Su Xi menarik-narik lengan baju si anak, mengekspresikan kalau dia memercayainya.
Si anak tersenyum, kembali memasukkan bandul kumala itu ke bagian dada bajunya. Menggelengkan kepala, dia berkata, “Kenang-kenangan apa pun bisa dipalsukan, saat ini aku tak memercayainya. Akan tetapi, tak peduli bagaimanapun juga, batu akan muncul begitu airnya menyurut.”
Pada mulanya, Su Xi mengira bahwa setelah si anak mengetahui bahwa identitas aslinya adalah Pangeran Kesembilan, dia akan merasa gembira. Siapa pun berubah dari seorang anak tidak sah dari Ning Wangfu menjadi Pangeran Kesembilan dari Istana Kekaisaran seharusnya merasa gembira, kan?
Ditambah lagi, selain itu, si anak akhirnya mengetahui situasi yang ada di sekeliling ayah dan ibu kandungnya.
Meski demikian, ekspresi si anak tak menampakkan pergolakan sama sekali.
Su Xi tak bisa menahan diri untuk menarik-narik tangan si anak.
Si anak, di sisi lain, menatap ruang kosong. Dia memikirkannya dan berkata pada Su Xi: “Bagiku, siapa orangtua kandungku, aku — tak diragukan lagi kalau aku ingin tahu, tapi pada saat bersamaan aku juga tak tahu apakah aku semestinya tahu.”
“Melayani sebagai seorang pejabat seumur hidup, membawa manfaat bagi rakyat jelata, melakukan hal-hal berguna, itulah keinginanku. Lalu untuk yang lainnya, aku belum pernah memikirkannya.”
Sepasang mata hitam si anak tampak sangat jernih.
Dia menatap ruang kosong, tampak masih ingin mengatakan sesuatu. Namun setelah membuka mulit, dia kembali menutupnya, hanya menatap bisu pada Su Xi versi bayangannya sendiri.
Su Xi mengerti maksudnya. Meski si anak sudah memasuki pusaran kekuasaan dan kekayaan Ibu Kota, sebenarnya dia tak pernah berpikir ingin menjadi pangeran, apalagi menjadi Kaisar. Dengan kata lain, dia memiliki ambisi dan aspirasi liar, namun ambisi dan aspirasi ini bukanlah untuk kekuasaan dan kekayaan, juga bukan demi meraih ketenaran ataupun keuntungan pribadi.
Sejenak, Su Xi tak tahu apakah cara berpikir si anak itu baik atau buruk.
Sang Kaisar kesepian di puncak dunia. Si anak mungkin tak bersedia, tetapi ada masa-masa ketika takdir seseorang sudah ditentukan sejak saat mereka dilahirkan.
Ini adalah kali pertama Su Xi mendengar si anak membicarakan hal semacam itu kepadanya, dan sejenak hatinya juga terasa agak kacau.
Namun sebelum Su Xi bisa terlalu banyak memikirkan apa-apa, suara-suara dari dua orang pendeta senior terdengar: “Komandan Kavaleri, sang Pendeta sudah tiba.”
… Di sini, di sini sekarang juga?!
Dengan kegirangan si anak buru-buru berjalan menuju pintu, mengarah ke gerbang kuil untuk menyambut sang pendeta.
Seketika hal ini membuat jantung Su Xi melompat ke tenggorokannya!