I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 51
Hari ini Lu Huan seharusnya berada di kantor pemerintah untuk menyerahkan tugas Divisi Militer Kedua kepada beberapa orang petugas, setidaknya hingga penasihat yang baru menempati jabatannya. Akan tetapi hari ini dia malah melapor cuti sakit.
Dia selalu rajin beerja dan tak pernah absen ataupun ambil cuti hingga saat ini. Dia bahkan sampai menangani urusan-urusan pemerintahan selama beberapa hari terakhir ini. Jadi, ketika tiba-tiba dia minta cuti, hal itu benar-benar membuat orang merasa agak keheranan.
Namun ada desas-desus yang mengatakan bahwa semalam Lu Huan telah meninggalkan kota entah untuk alasan apa. Dia mungkin masuk angin setelah terkena angin malam di perjalanan pulang. Karenanya Menteri Divisi Kedua, yang sekarang satu tingkat di bawahnya, dengan riang melaporkan izin cutinya.
Sementara itu, Menteri Perang mengernyitkan alisnya. Dia tidak yakin apakah dia harus melaporkan kebenaran tentang identitas Pangeran Kesembilan yang telah dia dengar itu kepada Jenderal Zhenyuan.
Sudahlah, Jenderal Zhenyuan itu memiliki sikap ceroboh seorang prajurit. Lebih baik mengirim orang untuk menyelidiki kebenarannya sebelum memberitahu Beliau tentang hal ini. Saat kebenarannya terungkap, barulah dia akan mencari sang Jenderal untuk mendiskusikannya.
Kalau bukan karena insiden semalam di mana Hanyue lagi-lagi meninggalkan rumah untuk bermain, kabur-kaburan hingga ke Kuil Changchun untuk tidur nyenyak di sana, mungkin dia takkan kebetulan menemukan hal ini.
Memikirkannya seperti ini, setelah pengurus rumah datang untuk mengatakan bahwa Hanyue sudah bangun, sang Menteri Perang pun menetapkan pikirannya untuk menceramahi putrinya itu habis-habisan.
Tapi siapa sangka, Hanyue malah tampak linglung, berkata, “Ayah, semalam aku tidur lebih awal. Aku tak ingat apa-apa setelah tertidur, jadi bagaimana aku bisa pergi sendiri ke Kuil Changchun?”
Hanyue adalah anak yang keras kepala. Rasanya tidak seperti kalau dia sedang berpura-pura diculik kemarin. Melihat kalau jendelanya terbuka lebar dan tak ada jejak perlawanan di dalam kamar semalam, sang Menteri Perang mengira kalau Hanyue lagi-lagi sudah kabur sendiri menuju Kuil Changchun, meninggalkan petunjuk sementara berpura-pura diculik. Sang Menteri merasa luar biasa tak berdaya dan pergi ke Kuil Changchun untuk membawa putrinya pulang.
Siapa tahu, gadis itu berkata tidak melakukannya –?
Ekspresi sang Menteri Perang langsung berubah.
Sepanjang hari, suasana di dalam kediaman sang Menteri Perang menjadi tegang dan waspada.
Tentu saja, ini adalah cerita lainnya.
*****
Pada saat ini, Lu Huan masih berada di dalam kamarnya di kediaman pejabat, menatap tirai separuh transparan aneh yang muncul entah dari mana —
Dia tak tahu benda apakah ini, karenanya untuk sementara ini dia menyebutnya sebagai ‘tirai’.
Dia memanggil beberapa orang bawahan yang sedang menyapu di luar agar masuk ke dalam griya, tapi sejenak kemudian, dia kembali menyuruh mereka pergi.
Dari reaksi normal beberapa orang bawahan ini, dengan cepat Lu Huan memastikan tiga hal:
Pertama, semua ini bukan mimpi.
Kedua, tak ada orang lain yang bisa melihat tirai yang muncul secara misterius ini, hanya dia yang bisa melihatnya.
Ketiga, tirai ini bisa ditarik ke dalam lengan baju kirinya dan juga bisa ditutup kapan saja.
Hal ini sangat sulit untuk dipercaya. Kalau orang lain mengetahuinya, mereka mungkin berpikir kalau Lu Huan punya sakit mental.
Lu Huan menatap benda setengah transparan yang aneh itu. Ekspresi wajahnya tidak baik dan keraguan terbit dalam hatinya. Namun kalimat ketika tirainya muncul itu, “Apa kau ingin bertemu dengan orang yang ada dalam hatimu?” terus bercokol dalam benak dan hatinya, membuatnya kebingungan. Setelah dia meminta izin cuti sakit, dia pun menutup pintu dan mulai menatap benda itu dengan lebih seksama.
Pada tirai yang melayang-layang itu, setelah beberapa baris tulisan tersebut menghilang, kamar yang telah Lu Huan lihat sebelumnya pun terpampang.
Alis Li Huan mengernyit, mengamati semua yang ada di dalam ruangan itu sekaligus.
Tebakannya tidak salah. Benda yang ada di tengah-tengah itu memang adalah ranjang, hanya saja bentuknya benar-benar berbeda dari desain ranjang pada dinasti tempatnya berada. Gayanya sangat aneh, membuat Lu Huan tak tahu bagaimana perasaannya tentang hal itu. Dua bantal yang ada di bagian kepala ranjang juga sangat aneh, sangat menggembung, seperti kalau telah disumpal dengan kapas. Rakyat jelata ataupun pejabat istana, tak ada seorang pun yang pernah memiliki bantal semacam ini.
Di samping ranjang terdapat sebuah benda sangat aneh yang mirip dengan cermin perunggu, lebarnya sekitar tiga chi, tapi pantulan yang dihasilkannya jelas jauh lebih jernih daripada cermin perunggu. Sisi lain kamar itu terpantul di dalamnya — Lu Huan merasa kalau benda itu adalah cermin.
Jendelanya juga sangat aneh. Lu Huan tahu kalau itu adalah jendela karena samar-samar dia bisa melihat cahaya menembusnya hingga menyinari lantai, namun dia tak pernah melihat benda yaang mengelilingi jendela itu. Kelihatannya seperti batangan perak, tapi juga tidak benar-benar mirip dengan perak.
Kemudian dengan lantai, meja, dan kursinya, kesemuanya itu memberi Lu Huan semacam serangan visual.
Samar-samar dia bisa menerka benda-benda apa itu, tapi ketika dia memerhatikannya, rasanya begitu aneh seperti kalau melihat rembulan tiba-tiba jatuh dari langit.
Setelah Lu Huan memeriksa benda-benda itu dengan seksama, dia menyadari bahwa di luar kamar ini juga terhubung dengan balkon – balkonnya tak terlalu besar, tapi lagi-lagi dia langsung dibuat tercengang.
Apa itu?
Di atas balkon, terdapat suatu benda persegi panjang hitam menggantung datar di dinding.
Semua benda ini benar-benar baru baginya, dan dia berusaha sebaik mungkin untuk menentukan benda-benda apa itu. Kemudian, setelah mengedarkan pandangan ke seluruh kamar, tanpa sadar dia jadi ingin melihat lebih banyak tempat lagi.
Akan tetapi, tiba-tiba tirai itu memunculkan kata-kata baru —
[Maaf ya, Nak, poinmu sekarang tidak cukup, kau tak bisa membuka bagian yang baru. Harap selesaikan tugas-tugas utama atau tugas-tugas sampingan secepatnya untuk membuka bagian yang ingin kau datangi.]
Sebuah suara mekanis terus membacakan kalimat-kalimat ini.
Ketika Lu Huan mendengar kata ‘Nak’, alisnya mengernyit, dan dia berusaha sebaik mungkin untuk mengabaikan bentuk panggilan yang memalukan ini.
Dia mengerti makna dari kalimat ini, lalu bertanya: “Tugas apa?”
Kata-kata muncul di tirai —
[Sepuluh Tugas Utama kini sudah terselesaikan, tugas kesebelas belum dikeluarkan. Harap selesaikan Tugas Sampingan Kedelapan: sebelum pergi, tangani semua urusan dalam Divisi Militer Kedua, dan dapatkan penghargaan dari para petugas.]
Walaupun semua hal ini membuat Lu Huan merasa keheranan, seperti kisah-kisah dalam dongeng, mungkin obsesinya untuk melihat hantu dan arwah memang terlalu mendalam. Dia bahkan tak repot-repot untuk memikirkan dengan seksama apa yang sebenarnya terjadi, dan langsung menyingkirkan tirai itu lalu buru-buru menunggangi kudanya menuju kantor pemerintahan!
Dia mengangkat jubah dan duduk di belakang meja. Dalam waktu setengah sichen, dia sudah menuliskan solusi-solusi atas masalah-masalah sulit yang telah menumpuk di Divisi Militer Kedua!
Setelahnya, di bawah tatapan bengong para petugas, sekali lagi dia pergi tanpa meninggalkan jejak. Dia menunggangi kudanya dan memelesat kembali ke kediaman pejabat, terengah seraya menarik tirai itu keluar dari lengan baju kirinya.
Tirai itu sepertinya dikagetkan oleh kecepatannya. Setelah tirai itu membeku sejenak, kemudian kata-kata baru serta suara mekanisnya muncul kembali —
[Selamat karena telah menyelesaikan Tugas Sampingan Kedelapan, hadiah poin +2. Nak, Sekarang kau bisa memilih untuk membuka area baru.]
Lu Huan menatap tirai itu.
Sedetik kemudian, sebuah peta muncul pada tirai, sepertinya merupakan peta sebuah kota.
Lu Huan menatap berbagai istilah aneh pada peta: ‘sekolah’, ‘rumah sakit’, ‘Gedung CBD’, dan sebagainya. DIa merasa seakan pandangannya terhadap dunia sudah diguncangkan. Mulutnya sedikit membuka, dengan ekspresi kosong selama beberapa detik.
Dia berusaha mencocokkan istilah-istilah itu dengan hal-hal yang dia pahami. Sekolah, apakah itu berarti sekolah pribadi?
Lalu untuk sebaris huruf abjad bengkok-bengkok ‘CBD, dia sama sekali tak tahu artinya.
Tapi, tunggu sebentar. Tiba-tiba Lu Huan teringat kata-kata kecil yang ada pada lentera yang diberikan si hantu kepadanya. Beberapa karakter kecil itu sebenarnya mirip dengan ketiga karakter ini.
Buru-buru dia berjalan ke bawah tepian atap, menurunkan lenternya, dan membandingkannya dengan aksara-aksara bengkok seperti cacing pada peta. Dia terkejut ketika mendapati bahwa beberapa di antaranya memang sama!
Jantung Lu Huan berdebar gila-gilaan. Darahnya mengalir deras dan perasaannya, yang sepanjang malam begitu sendu, dalam sekejap bangkit kembali.
Dia menekan antusiasmenya, meletakkan lentera itu ke satu sisi meja kemudian mengepalkan tangannya, lanjut menatap tirai itu.
Dia tidak yakin area mana yang harus dia buka saat ini, tapi ketika memikirkannya, gambaran yang tiba-tiba muncul pada tirai ini adalah dari kamar itu, jadi kamar itu pasti memiliki sesuatu yang istimewa di dalamnya.
Karena itu, dia memutuskan untuk membuka area di sekeliling kamar tersebut.
Gambar-gambar dari area-area yang baru dibuka dengan cepat terlihat pada tirai.
Itu adalah—
Pandangan Lu Huan terhadap dunia sekali lagi dibuat terguncang!
Dia mendongak, dan mendapati bahwa di jalan utama, sebuah kereta datar beroda empat sedang memelesat lewat dengan secepat kilat!
Sementara di tepi jalan, orang-orang yang lewat juga mengenakan pakaian yang eksentrik. Wanita mengenakan baju yang tidak menutupi seluruh tubuh, rambut para pria sangat pendek, dan sebagian besar orang memegang sebuahh bata hitam panjang kecil di tangan mereka, menggumamkan sesuatu ke arah benda itu.
Lu Huan merasa curiga, tapi kemudian dia teringat pada apa yang Pendeta Yunyou katakan semalam: “Kau dan orang yang ingin kau temui tidak berada di dunia yang sama.”
Seketika Lu Huan menyadari sesuatu.
Mungkinkah —
Ini adalah dunia tempat si hantu tinggal?
Bangunan-bangunan menjulangnya tampak seperti hendak mencakar langit, nyaris menyentuhnya, memberi kesan bahwa orang bisa memetik bintang-bintang.
Struktur-struktur setinggi dan semegah itu pasti akan mustahil dibangun pada dinastinya. Bahkan menara astronomi Istana Kekaisaran juga tidak setinggi itu!
Kereta-kereta beroda empat itu luar biasa cepat. Takkan berlebihan jika berkata bahwa pada kecepatan ini, kereta-kereta itu bisa menempuh jarak ribuan li dalam sehari. Bahkan kuda terbaik juga takkan mampu mencapai tingkatan ini.
Benda-benda yang dipegang di tangan para pejalan kaki kelihatan seperti pusaka dalam legenda di mana suara bisa dipindahkan sejauh ribuan li. Dia melihat salah satu pejalan kaki mengatakan sesuatu ke dalam kotak hitam itu, dan dengan sangat cepat, orang lain di seberang jalan utama melambaikan tangan pada si pejalan kaki itu.
Lu Huan teringat pada rancangan kandang pelindung dingin dan rumah kaca yang telah diberikan si hantu kepadanya. Isi rancangannya sangat aneh bukan hanya tak pernah ditemukan di Negara Yan, namun juga di keempat benua.
Mungkinkah si hantu tinggal di sebuah dunia masa depan yang ada bertahun-tahun lamanya setelah dinasti mengalami perubahan…?
Lu Huan teringat kembali pada semua hal yang sudah dia alami setelah bertemu dengan si hantu. Darah mengalir deras ke kepalanya, dan sedikit aliran listrik seperti mengaliri bagian belakang lehernya. Pada dasarnya dia sudah memastikan tebakan-tebakannya sendiri.
Nyaris tanpa sadar, dia maju beberapa langkah, ingin masuk melewati tirai tembus pandang itu dan pergi ke sisi lain.
Akan tetapi, langkahnya langsung menembus tirai itu dan dirinya kini sedang terbungkuk di suatu ruang kosong di sisi lain kamarnya.
Pada saat bersamaan, sebaris kata-kata juga muncul di layar —
[Halo, Nak, sekarang poinmu belum mencapai 200, tak mungkin bisa membuka bingkisan hadiah besar berikutnya. Harap bersabarlah, selesaikan lebih banyak tugas utama dan tugas sampingan untuk meningkatkan poin dengan lebih cepat]
Wajah Lu Huan langsung memucat. Apakah mustahil baginya untuk pergi ke dunia si hantu?
Walaupun dia tak mengerti apa itu poin, secara garis besar dia masih bisa memahaminya. Dia harus melakukan tugas-tugas yang mirip dengan yang baru saja dia lakukan barusan, dan hanya dengan cara itulah, dia akan bisa mengumpulkan poinnya hingga nilai tertentu, dan kemudian dia bisa pergi ke dunia si hantu untuk menjumpainya.
Berpikir sampai di sini, Lu Huan merasa kalau masih ada secercah harapan. Karenanya, dia menggosok wajahnya dan menenangkan dirinya sendiri.
Dia lanjut berusaha memahami dunia masa depan yang benar-benar baru ini.
Hanya saja….
Lu Huan menatap orang-orang yang ada di jalan utama itu. Dia tak mengerti. Kenapa semua orang itu kelihatan seperti kurcaci, tangan dan kaki mereka kecil dan pendek, gambarnya sangat aneh, wajah dari masing-masingnya tampak persis seperti roti kukus.
Tirai: [Nak, boleh aku tanya apa kau ingin membuat pembelian di dalam aplikasi? Dengan mengubah gambar ke kualitas asli, satu koin tembaga bisa mempertahankan gambar asli selama satu sichen.]
Lu Huan tak benar-benar memahami apa sebenarnya arti dari kata-kata ‘pembelian dalam aplikasi’, ‘gambar asli’, dan karenanya dia memilih ‘ya’ pada layar. Dengan suara ‘pa’ cepat, setelah kabutnya menghilang, semua pejalan kaki di jalan utama pada seluruh tirai memperoleh kembali penampilan normalnya. Tak lagi ada sosok-sosok berwajah roti kukus besar dengan tangan dan kaki pendek.
Kini bisa dibilang kalau dia memahami apa arti dari kalimat yang diucapkan tirai itu barusan tadi.
Akan tetapi, karena ada banyak orang di jalan utama ini, hal tersebut langsung menghabiskan banyak peraknya. Selembar cek uang langsung lenyap dari tangan Lu Huan.
Menerapkan prinsip hidup hemat, Lu Huan meminta tirai mengembalikan semua penampilan orang-orang itu ke wujud tangan dan kaki pendek itu lagi.
Hal-hal yang telah dia lihat hari ini saja sudah cukup aneh dan ganjil untuk lumayan mengguncang pandangannya, karena itu ketika dia melihat cek uangnya menghilang begitu saja, Lu Huan tak terlalu kaget lagi.
Hanya saja, dunia di dalam tirai ini kelihatannya amat sangat besar. Di mana dia akan bisa menemukan si hantu?
Untuk saat ini, dia kembali ke kamar yang muncul di awal — Lu Huan menekuri semuanya. Dirinya sangat cerdas dan menyadari bahwa layar ini ternyata bisa disentuh, dan begitu disentuh, gambar di permukaannya kemudian akan bergerak sesuai sentuhannya. Karena itu, dengan cepat dia memahami bagaimana cara mengubah antarmukanya.
Persis ketika dia sedang memikirkannya, pintu besar pada kamar itu tiba-tiba menggemakan suara pintu dibuka.
Seketika Lu Huan menahan napasnya, tenggorokannya terasa agak kering ketika dia memancangkan tatapannya ke pintu. Apakah itu adalah orang itu? Dia merasa sama gugupnya dengan orang yang pulang ke rumah setelah lama berada di luar. Persis seperti seorang remaja belia yang akan bertemu dengan kekasih yang dia pikirkan siang malam, jantungnya berdebar sangat cepat.
Setelahnya, pintu itu itu terbuka.
Sesosok gadis muda nan imut berwajah roti kukus dengan tangan dan kaki pendek berjalan masuk. Kelihatannya dia seperti baru saja berlari di luar. Titik-titik keringat melapisi dahinya, bulu mata tebal melengkung naik, kulit putihnya sedikit merona. Kaki-kaki pendeknya yang sangat kecil melintasi lantai secepat kilat. Gadis itu berjalan memasuki kamar mandi dan mengambil handuk untuk menyeka keringat di dahinya.
Gadis itu sungguh mungil. Rambutnya terikat jadi satu, ini adalah gaya rambut yang tak pernah Lu Huan lihat sebelumnya.
— Apakah itu dia?
Tanpa sadar, muncul firasat samar dalam hati Lu Huan, tapi dia masih tidak yakin.
Akan tetapi, sesaat kemudian dia melihat si gadis muda berwajah roti kukus mendudukkan dirinya ke sebuah benda persegi panjang empuk yang ada di aula utama lalu menyilangkan kakinya (Lu Huan: ….). Gadis itu mengeluarkan kotak persegi panjang hitam berlayar dari dalam kantongnya, seakan hendak melakukan sesuatu dengan benda itu.
“Apa kau adalah dia?” Lu Huan menceplos, merasa agak gugup.
Namun sepertinya gadis itu tak bisa mendengar apa-apa yang diucapkannya. Gadis itu hanya berbaring di atas kursi empuk, seulas senyum cerah terpampang di wajahnya, lalu membuka kotak di tangannya.
Kotak di tangan gadis itu tiba-tiba bersinar, membuat mata Lu Huan terbelalak.
Sedetik kemudian, sebuah gambar muncul pada kotak terang di tangan si gadis. Gambar itu ternyata adalah — dari sudut pandang Lu Huan, gambarnya bisa terlihat dengan jelas — ternyata adalah Griya Kayu Bakar di Ning Wangfu yang dulu pernah Lu Huan tinggali?!
Mendadak napas Lu Huan jadi semakin cepat.
Dia langsung memahami sesuatu.
— Ternyata dia.
Dua dunia yang dikatakan oleh Pendeta Yunyou.
Kotak di tangan gadis itu semestinya tak ada bedanya dengan tirai tembus pandang di hadapan Lu Huan. Jadi selama ini, gadis itu telah melihat dan berkomunikasi dengnnya lewat layar kecil di tangan si gadis.
Gadis itu bukanlah hantu, melainkan seorang gadis dari dunia yang ada pada ribuan tahun di masa depan.
Dan kini, mungkin karena obsesinya terlalu mendalam, sebuah tirai yang membuatnya bisa melihat gadis itu pun muncul di sisinya.
.. Ternyata dia!
Sepasang mata Lu Huan tiba-tiba memerah. Dia menatap gadis itu, dan meminta tirai membuka gambar aslinya. Kemudian, gadis muda berwajah roti kukus kartun di layar langsung berubah menjadi seorang gadis muda cantik dengan kulit seputih salju, rambut hitam, dan sedikit sisa keringat yang belum diseka masih ada di dahinya. Matanya tampak sangat cerah, tulang hidung tinggi, bibir sedikit mengerut ketika gadis itu menatap kotak di tangannya dengan penuh perhatian.
Ini adalah suatu perasaan yang sangat aneh.
….
Walaupun ini adalah kali pertama Lu Huan melihat gadis itu, dia masih merasakan suatu keakraban yang tidak biasa.
Rasanya seakan setiap helai rambut gadis itu sama persis dengan yang telah dia bayangkan.
Terpisahkan oleh waktu ribuan tahun, dia berdiri di dalam kamar ini. Matahari di luar jendela kayu perlahan terbenam, dan tepian matanya memerah ketika dia melihat si gadis pada tirai setengah transparan itu. Jantungnya berlompatan liar, seakan aliran listrik telah menyambarnya.
Tak pernah disangkanya kalau Langit benar-benar punya mata dan mengizinkan dia melihat gadis itu.
Saat ini Lu Huan menahan napasnya, hanya merasa seakan waktu telah berhenti.
****
Lu Huan masih tak bisa memahaminya. Bagaimana persisnya gadis itu telah menemani dirinya selama satu tahun, melintasi waktu ribuan tahun, lewat sebuah tirai? Otaknya terasa agak kosong, dibanjiri oleh kesukacitaan karena akhirnya bisa melihat orang yang dia pikirkan siang malam, dan ada setitik kegugupan karena merasa kewalahan dan malu.
Akan tetapi. Sepertinya gadis itu tak tahu kalau akhirnya dia bisa melihat. Gadis itu masih fokus pada kotaknya, menekan di sini dan di sana.
****
Hari ini Sabtu. Setelah Su Xi bangun dan membantu Ibu Su membeli sayuran di pagi hari, dia pun melakukan lari pagi. Hatinya mencemaskan tentang betapa si anak tampak muram pada malam sebelumnya, jadi dia juga tak berlari terlalu lama, buru-buru pulang dengan rencana menyalakan game-nya.
Antarmuka game itu akan selalu muncul di titik awal setiap kali dia online, karenanya, Su Xi harus menggeser-geser layarnya sebelum dia bisa menemukan si anak.
Saat ini di dalam game, matahari sedang terbenam. Pertama-tama dia mengira kalau si anak seharusnya ada di kantor pemerintah, tetapi kemudian dia melihat sebuah kotak dialog muncul di atas kepala dua orang petugas, berkata bahwa hari ini si anak izin cuti karena sakit?
Su Xi terperanjat. Tak mungkin kan? Apakah si anak masuk angin kemarin? Buru-buru dia mengubah antarmukanya ke kediaman pejabat.
Barulah kemudian dia melihat si anak sedang berdiri di tengah-tengah kamar di kediaman pejabat, menatap udara kosong, tak bergerak sedikit pun. Kedua mata hitam besar si anak memerah, seperti kalau dirinya sudah ditindas, tapi juga kelihatan agak gembira. Singkatnya, berbagai jenis ekspresi gembira dan kaget terpampang di wajah si anak.
Namun si anak tidak bergerak sedikit pun, membuat Su Xi berpikir kalau game-nya macet.
Karenanya Su Xi berpindah ke bagian tengah griya, melihat ke luar dan mendapati bahwa para pelayan di luar masih berkeliaran untuk menyapu. Nggak macet kok.
****
Sementara itu, saat ini Lu Huan sedang memandangi Su Xi yang ada di dunia lain, tangan memegangi gambar yang ada pada kotak itu, dan sejenak, ekspresi di wajah Lu Huan pun membeku —
Di layar gadis itu, semua orang yang berkeliaran di halaman semuanya bertubuh kecil, tidak ada bedanya dengan orang-orang bertangan dan berkaki pendek yang telah Lu Huan lihat sebelumnya dari dunia si gadis. Terlebih lagi, nama-nama mereka bahkan menggantung di atas kepala yang bersangkutan: Petugas A, Petugas B, Petugas D….
Sementara dirinya sendiri —
Setelah layarnya beralih ke dalam kamar, orang yang sedang berdiri di tengah ruangan itu jelas-jelas adalah dirinya. Tangan dan kaki pendek yang sama, wajah roti kukus besar yang mendongak dengan ekspresi hampa dan bengong. Jelas-jelas orang itu adalah dirinya!
Lu Huan: ….
Kenapa dirinya tampak begitu bodoh di tirai si gadis?!
Sementara itu kata yang ada di atas kepalanya:
Si Anak.
Lu Huan: ….
Akhirnya Lu Huan tahu kenapa tirai ini sampai menyebut dirinya Nak.
Ini sama saja dengan yang terjadi di pihaknya, sejumlah uang harus dikeluarkan untuk mengubahnya ke dalam gambaran asli. Jadi gadis itu kemungkinan besar….
Tidak. Mengeluarkan. Uang.
Lu Huan, yang menyadari hal ini: “….”
****
Setelah Su Xi memastikan kalau game-nya tidak macet, dia bergeser kembali ke dalam kamar dan melihat kalau si anak masih tak bergerak, hanya berdiri bengong di tempat. Sebentuk wajah roti kukus menampakkan ekspresi suka cita luar biasa, namun juga kegalauan.
Tunggu, apa yang telah terjadi?
Su Xi dibuat bingung olehnya.
Dia sudah bersiap untuk menarik lengan si anak, mengekspresikan kalau dia sudah datang, tapi kemudian tiba-tiba menyadari bahwa poin yang ada di sudut kanan atas sudah mencapai angka 102 —
???!!!
Su Xi tercengang. Apa yang telah terjadi?
Dia nyaris berteriak dari sofa: “Nak, apa yang telah kau lakukan semalam? Bagaimana bisa mendadak jadi 102 poin?!”
Tak mungkin kan kalau si anak jadi cukup gila untuk melakukan push-up beberapa ratus ribu semalam?!
Setelah Su Xi meneriakkan kalimat ini, dilihatnya alis si anak sedikit mengerut.
Kemudian si anak bergerak, sepertinya melangkah maju lalu menekan udara di depannya.
Dengan suara ‘pa’, layar ponselnya jadi berkabut. Dengan bingung Su Xi menyadari bahwa wajah kartun si anak tiba-tiba berubah menjadi gambar asli, menjadi si remaja tampan berusia enam belas tahun itu. Menatap ke udara kosong, mata si anak pun memerah.
Su Xi: ….
Ada apa dengan game-nya hari ini? Mendadak berubah menjadi gambar asli? Dia kan belum melakukan pembelian apa pun tapi si anak sudah berubah menjadi gambar asli? Terlebih lagi, bahkan bertahan begitu lama. Setengah menit penuh sudah berlalu, tapi penampilannya masih si remaja itu.
Sebelumnya, Su Xi selalu menyebut si karakter dengan ‘Nak’, makanya dia melakukan pembelian untuk mengubah nama si anak dari dua kata ‘Lu Huan’ menjadi ‘Nak’.
Sekarang, ketika dia masih tak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi, dilihatnya layar kembali berbunyi ‘pa’, kemudian nama di atas kepala si anak tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang baru —
“Lu Huan yang sudah menikahi istri dan punya anak di usia enam belas di Negara Yan.”
Su Xi: …???
Game ini pasti ada bug-nya kan?!