I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 54
Su Xi punya masalah seperti ini sejak dia masih kecil, secara alami tubuhnya agak dingin. Begitu keram menstruasinya dimulai, rasanya jadi begitu menyakitkan hingga dia hanya ingin bergulingan di ranjang.
Dia mengernyit kesakitan dan berjuang untuk mendorong dirinya bangun. Dibukanya laci di samping ranjang hanya untuk mendapati bahwa pereda sakit yang dia simpan di dalamnya sudah habis.
Dia pun harus berbaring lemah dan meringkuk seperti bola.
Selama beberapa saat tangan dan kakinya terasa dingin, dahinya bermandi keringat dingin, dan kesadarannya timbul tenggelam.
Dia tak tahu apakah ini adalah delusinya atau bukan, tapi tiba-tiba dia merasakan suatu benda hangat di bawah kakinya, seperti bantalan pemanas listrik.
Otak Su Xi linglung, membuatnya kebingungan. Selimut yang dihangatkan semalam sudah mendingin. Kenapa tiba-tiba jadi panas lagi?
****
Ini adalah kali pertama Lu Huan menghadapi sakit perut seorang wanita ketika yang bersangkutan mulai datang bulan, jadi mau tak mau dia agak panik.
Dalam buku-buku pengobatan, dia telah belajar cara mnggunakan Xuanhu, Wulingzhi, dan sebagainya dalam sup untuk menghentikan rasa sakit, tapi itu adalah metode dari dinastiya dan tak bisa digunakan di tempat Su Xi.
Seharusnya ada obat yang lebih efektif di pihak Su Xi, tapi bagian yang sudah terbuka di pihak Lu Huan cuma rumah Su Xi dan sekitarnya. Tak ada apotek di area itu. Bahkan meskipun ada, Lu Huan tak bisa membeli obat-obatan dengan perak.
Lu Huan berjalan mondar-mandir di dalam tendanya, mengernyit.
Gejala rasa sakit menstruasi harus dirawat dengan sumber panas, pikir Lu Huan, kemudian lewat tirai dengan hati-hati dia mengangkat selimut di samping kaki Su Xi, menggeser benda bulat ke kamar lalu menemukan sebuah benang panjang, menyambungkannya ke sesuatu yang disebut ‘colokan’ di pojok kamar.
Setelah gelembung merah pada benda bundar itu bersinar, seharusnya benda itu mulai menjadi hangat.
Kemudian dengan lembut dia mengambilnya lagi dan menyelipkan benda bulat itu ke dalam selimut di kaki Su Xi ketika mata gadis itu masih terpejam.
Lu Huan akan melakukan hal ini setiap malam sebelum dilihatnya Su Xi pergi tidur. Walaupun dia tak tahu apa sebenarnya benda bulat itu, dia bisa menerka kalau mungkin benda itu mirip dengan tungku arang yang bisa digenggam untuk menjaga tangan tetap hangat.
Lu Huan punya ingatan yang bagus, tak pernah lupa, belajar dengan cepat, dan sudah bisa memakainya dengan mahir.
Setelah dia meletakkan benda itu ke samping Su Xi, ekspresi kesakitan Su Xi akhirnya mereda dan Lu Huan menghembuskan napas lega setelah jumlah Su Xi membolak-balikkan tubuh di ranjang berkurang.
****
Lu Huan mengganti layar ke dapur dan menemukan sekantong gula merah di dalam lemari.
Pada dinasti seribu tahun di masa depan, bagi Lu Huan semuanya luar biasa baru.
Dia tak menyukai layar kotak hitam yang tergantung di dinding aula utama, karena begitu benda itu dibuka oleh ibu Su Xi, akan ada banyak orang yang membuat keributan, entah melakukan suatu tarian aneh atau menyanyikan lagu-lagu kasaran.
Akan tetapi, ketika benda itu dibuka oleh Su Xi, seringkali ada kartun-kartun kecil lain yang tidak saling mengenal, dan kartun-kartun itu sering memiliki hubungan cinta dan benci satu sama lain. Su Xi tertawa dengan keripik kentang di tangannya, dan Lu Huan, di luar layar, mengatur urusan-urusan militer di dalam tenda sambil sesekali melongok pada Su Xi.
Lu Huan pun mengerti kalau ini adalah suatu pertunjukan wayang yang seperti nyata.
Cantik sekali.
Dia sudah menonton beberapa episode bersama Su Xi dan berusaha memahami hubungan antartokoh serta mempelajari kosa kata baru dari masa depan dari pertunjukan-pertunjukan wayang itu.
Namun tempat kesukaan Lu Huan adalah dapur. Dia mendapati bahwa ada lebih banyak benda di dapur yang melampaui pemahamannya. Kotak tinggi yang berdiri di samping dinding ternyata bisa menyimpan sayuran segar sehingga tidak cepat rusak.
Dia berusaha mencari jahe segar di dalamnya.
Tapi dia lalu mendapati kalau potongan jahe terakhir telah habis dipakai oleh ibu Su Xi semalam.
Lu Huan mengernyit samar. Kalau cuma ada gula merah tapi tak ada jahe sedikit pun, takutnya supnya takkan terlalu efektif.
Akan tetapi, belakangan ini, Lu Huan sudah berkutat dengan tirai dan menemukan bahwa ada sebuah tombol yang namanya ‘toko game’ pada tirai ini. Setelah membukanya, dia bisa memakai perak untuk membeli beberapa barang kebutuhan dasar.
Jadi dengan mahir dia membukanya, menemukan jahenya, dan membiarkan peraknya menghilang ke udara kosong. Setelah itu, pada layar, potongan-potongan jahe tambahan pun muncul di atas talenan dapur.
Dengan cepat dia menggeser layar, menggerakkan pisau dapur untuk memotong-motong jahenya, merebus air, kemudian menemukan wadah kaca yang bersih, memasukkan potongan-potongan jahe ke dalamnya, lalu mencucinya dengan air mendidih. Terakhir, dia memakai teknik yang telah dia pelajari dari menonton ibu Su Xi kemarin lusa ketika wanita itu memasak. Dia menarik keluar sumpit lalu mengaduk teh jahe dan gula merah.
Di sisi Lu Huan, sekarang adalah larut malam, tapi lilin di tendanya masih menyala.
Dia menatap wajah tidur gadis di tirai, dan merasa sangat puas karena dia cukup beruntung karena bisa menemani Su Xi dengan cara seperti ini.
Lu Huan sudah tahu kalau dia bisa meningkatkan poin dengan menyelesaikan tugas-tugas utama dan sampingan di layar. Ditambah lagi, pelan-pelan dia bisa meningkatkan jumlah poinnya dengan mengerjakan tugas-tugas militernya secara tekun. Walaupun dia tak tahu kenapa layar memaksanya agar tekun dengan cara seperti ini, dia bekerja beberapa kali lebih keras daripada sebelumnya demi bisa bertemu dengan Su Xi secepat mungkin. Jumlah waktu dia tidur tiap malamnya juga ditekan hingga batas terkecil.
Setiap hari, kecuali sedikit waktu di sore hari, Lu Huan tak membuang-buang waktu untuk menganggur, sibuk memeriksa dokumen-dokumen resmi untuk Jenderal Zhenyuan, menyelesaikan masalah pangan di bulan tiga, memasuki tenda, mendengarkan kabar dari garis depan, dan mendiskusikan masalah dengan para pejabat lain di ketentaraan.
Orang-orang lainnya di ketentaraan tak tahu alasan di balik tindakan Lu Huan. Setelah melihat dirinya dengan begitu sepenuh hati mengabdikan diri pada tugas-tugas militernya selama setengah bulan, tingkat pengabdiannya sungguh bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa, dan mereka sama sekali tak bisa berpura-pura bisa melakukannya, jadi perlahan-lahan mereka jadi semakin mengaguminya, berpikir bahwa meski Lu Huan masih muda, dia memiliki hati yang murni dan bertekad melayani negaranya, benar-benar sosok yang patut dijadikan teman.
Tanpa diketahui, Jenderal Zhenyuan berhubungan dengan para pejabat militer di dalam barak dan beberapa orang bawahannya, lalu mau tak mau membelai jenggotnya dan tersenyum dari kejauhan.
Dalam hal ini, tentu saja Beliau gembira melihat Lu Huan berhasil.
Pada saat ini, Lu Huan menemukan sebuah tugas sampingan di layar yang tidak muncul secara otomatis tapi bisa diselesaikan untuk meningkatkan jumlah poinnya.
Dia pun langsung kegirangan dan membuka tugas sampingan itu –
Tak ada pengingat, hanya muncul begitu saja di layar, komentar di atasnya berkata ‘Melihat masa lalu.’
Masa lalu? Apakah layar ini seperti kereta yang bisa melakukan perjalanan melewati ruang dan waktu?
Cerita dengan animasinya dimulai sebelum Lu Huan bisa memikirkannya.
Pada mulanya, lokasinya ada di dalam rumah keluarga Su Xi. Orangtua Su Xi membawa kotak-kotak makanan dan kelihatan tergesa-gesa pergi ke suatu tempat. Mungkin karena mereka berjalan begitu tergesa, sehingga ibu Si Xi tidak melihat adanya kulit pisang di bawah kakinya, menginjaknya, dan nyaris terjatuh.
Di luar layar, tanpa sadar Lu Huan mengulurkan tangannya untuk menahan jatuhnya wanita itu, tapi dia tak menyangka kalau dirinya benar-benar membantu. Ibu Su Xi menatap ragu ke belakangnya dan dengan susah payah berdiri stabil, tapi kemudian tak terlalu memikirkannya lagi karena sedang terburu-buru pergi ke suatu tempat.
Dan sebuah dialog muncul di antara kedua orang itu:
“Entah apa yang telah terjadi pada Xixi di rumah sakit. Kita harus segera pergi. Efek tahan panas pada cangkir termos ini agak jelek. Sebentar lagi, sup ayamnya akan jadi dingin dan rasanya takkan jadi enak lagi.”
Rumah sakit?
Setelah lewat beberapa hari, Lu Huan sudah memahami tentang dinasti Su Xi, dan tentu saja, dia bisa mengerti apa itu rumah sakit, sehingga membuatnya agak cemas.
Melihat kalau membantu ibu Su Xi telah menambah dua poin di sudut kanan atas, dia pun langsung membuka rumah sakit.
Ketika bagian ini dibuka, antarmuka layar pun berganti menjadi rumah sakit. Dia melihat Su Xi yang tampak agak sedih setelah meletakkan bata di tangannya.
Ada apa?
Su Xi mengenakan gaun biru putih serta ada sesuatu yang terikat di kakinya. Kelihatannya kaki gadis itu terluka.
Lu Huan langsung memeriksa kaki Su Xi, tapi dari seberang layar, dia tak bisa membantu gadis itu.
Lu Huan merasa agak kesal, tapi berpikir bahwa kemampuan pengobatan di masa depan sudah berkembang pesat, Su Xi seharusnya akan mendapatkan dokter terbaik untuk merawatnya di rumah sakit. Karena ini adalah masa lalu, dan kaki Su Xi yang sekarang sudah tak bermasalah, itu artinya Su Xi sudah sembuh.
Kemudian Lu Huan melihat Su Xi kembali mengangkat batanya, menekannya beberapa kali, dan kemudian berkomunikasi dengan orang lain.
Menilik dari dialog yang muncul, sepertinya adalah tentang… meminjam uang?
Lu Huan langsung mengeluarkan perak dari dompetnya, tapi layar tak bisa memindahkan benda itu.
Kalau dia ingin membantu Su Xi, dia hanya bisa melakukannya dengan cara lain.
Jadi, ketika dia melihat orang suruhan Su Xi membeli tiket lotere, dia pun menghabiskan belasan perak dan menukarkannya dengan sesuatu bernama ‘tiket menang’ dari toko, supaya Su Xi memenangkan tiket seperti yang diinginkannya.
Melihat Su Xi dan kedua temannya berteriak kegirangan, alis dan mata Lu Huan pun melembut.
Akan tetapi, sosok kartun di samping Su Xi telah berusaha memapah gadis itu, dan Lu Huan tak bisa menahan diri untuk memukul tangan lawannya itu.
Setelah hal kedua selesai dilakukan, ada dua poin lagi yang ditambahkan pada sudut kanan atas.
Dengan layar terarah pada Su Xi, gadis itu menyebutkan kalau ingin pergi ke mall, jadi Lu Huan pun membuka tempat ketiga, mall.
Kali ini, melihat sup ikan yang mengepulkan uap sudah hampir tumpah, pupil mata Lu Huan mengerut tajam dan dia langsung mengangkatnya.
Itu adalah hal ketiga.
Lu Huan berpikir sejenak dan membuka tempat yang paling sering dikunjungi oleh Su Xi, sekolahnya, dengan poin baru tersebut.
Di perjalanan Su Xi menuju tempat itu, Lu Huan juga mendapati kalau Su Xi sepertinya terus saja kena sial. Hari ini, gadis itu berusaha mengejar kereta yang besar, tetapi ketika dia sudah akan menyusulnya, kereta itu tiba-tiba pergi, dan Su Xi mengikuti di belakang dengan raut wajah kecewa.
Ketika orang di depan Su Xi sudah akan naik bus, Lu Huan mengernyit ketika orang itu akan menggesek kartunya. Dia memegangi tangan orang itu untuk menghambatnya.
Persis ketika si supir bus sudah akan mendesaknya supaya cepat, Su Xi berlari mendekat dengan dahi berkeringat dan terengah-engah, tangan menumpu pada lutut.
Su Xi menepuk-nepuk dadanya: “Nyaris saja. Aku hampir ketinggalan busnya.”
Lu Huan tersenyum dan melepaskan tangan orang di depan Su Xi. Orang itu melihat sekeliling dengan keheranan, mengira kalau ini cuma khayalannya, memutar pergelangan tangan, lalu berjalan menuju bagian belakang bus.
Itu adalah kali keempat.
Yang kelima, Lu Huan baru saja membuka sekolah Su Xi, dan sebelum dia bisa melihat-lihat, didapatinya gadis itu keluar dari salah satu ruangan, sementara aulanya penuh dengan sosok-sosok kartun.
Ternyata ada banyak sekali murid di sekolah pada dinasti mereka?
Agak terkejut, Lu Huan menggeser sedikit orang-orang di sekitar Su Xi, tidak mau mereka berkerumun di sekitar gadis itu.
Orang yang berdiri di sisi kanan Su Xi hanya merasa kalau diri mereka terdorong oleh angin. Tentu saja dia mengira kalau dirinya telah didorong oleh orang di sampingnya, jadi dia memelotot pada Su Xi.
Su Xi, yang dipelototi: “….”
Lu Huan: ….
Lu Huan mengusap ujung hidungnya dengan rasa bersalah dan berhenti menggeser-geser kerumunan.
Akan tetapi, ketika Su Xi hendak menuruni tangga, Lu Huan melihat gadis itu hampir jatuh terdorong.
Buru-buru dia membantu Su Xi.
Lu Huan menghembuskan napas lega setelah melihat Su Xi meninggalkan bangunan tinggi itu dengan mulus.
****
Setelah menyelesaikan kelima tugas sampingan, layar kembali ke gambar Su Xi berbaring di ranjang sambil menutupi perutnya, dan poin di sudut kanan atas akhirnya mencapai angka 112.
Tiba-tiba Lu Huan berpikir bahwa Su Xi telah bicara dengannya selama dua hari terakhir itu dan berkata bahwa keberuntungannya telah berubah setelah gadis itu bertemu dengannya. Pada saat itu, Lu Huan berpikir bahwa ini merupakan sesuatu yang membuat Su Xi gembira, jadi dia tak terlalu memerhatikannya, namun kali ini, hal tersebut muncul kembali dalam benaknya.
Ternyata dia telah memengaruhi dan ikut campur dengan masa lalu di pihak Su Xi pada waktu itu.
Samar-samar Lu Huan merasa bahwa bukan merupakan kebetulan ketika layar itu muncul di antara dirinya dan Su Xi, namun dia tak bisa mengerti apa sebabnya. Jadi untuk sementara waktu dia hanya bisa menyerah.
Lu Huan terus mencari sesuatu di layar untuk dia selesaikan supaya dia bisa meningkatkan poinnya hingga dua ratus secepat mungkin dan bertemu Su Xi lebih cepat, tapi pada pukul 01:30, tak ada tugas baru di layar.
Lu Huan berpikir sejenak, merapikan selimut Su Xi di ranjang, dan kemudian menggeser layar menuju meja di depan jendela Su Xi.
Dia menemukan sebuah buku yang penuh kata-kata kecil di bagian sampulnya, membentangkan halaman terakhir, dan menghapal arti dari kata-kata kecil itu sesuai dengan artinya dalam Bahasa Mandarin.
Lilin menyala hingga fajar.
****
Su Xi meminum teh jahe dan gula merahnya, kemudian keramnya pun membaik.
Dia sudah minta izin tidak masuk di pagi hari, tapi dia masih harus pergi ke sekolah di siang hari.
Su Xi menyeka keringat dari dahinya dan mengambil tas sekolahnya, hanya untuk mendapati bahwa buku pelajaran Bahasa Inggrisnya tergeletak di atas meja, semalam belum dimasukkan ke dalam tas sekolah.
Dia tak terlalu memikirkan hal itu, cuma memasukkan buku pelajaran tersebut, mencangklong tas sekolahnya, lalu keluar.
Dan kalau saja dia membuka game-nya pada saat ini, dia akan begitu syok seperti disambar petir.
Di dalam game, si remaja yang ada di dalam tenda menghadapi sehelai kertas, berusaha memahami tata bahasa terbalik dari bahasa ini, yang benar-benar berbeda dari Bahasa Yan.
Mungkin remaja ini agak lelah setelah begadang semalam. Dia menggosok alisnya dan menuangkan secangkir the pahit untuk menambah semangatnya.