I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 55 (Part 1)
Su Xi tak tahu kapan pembunuhan di Yunzhou akan terjadi. Dia hanya mencemaskan kalau hal itu mungkin akan terjadi ketika dia sedang tidur di tengah malam. Dia juga mencemaskan dirinya gagal menyelesaikan misinya dan sang Kaisar terbunuh, maka semuanya akan berakhir.
Jadi, dia memberitahu si anak terlebih dahulu. Dia memberitahu Lu Huan kalau dirinya telah berkeliaran di beberapa gang di Yunzhou dan mendapati seseorang sedang merencanakan pembunuhan terhadap sang Kaisar. Kemudian dia mengingatkan si anak agar berhati-hati.
Lu Huan menatap ocehan melantur Su Xi yang seperti perkataan orang gila dengan wajah serius. Dirinya dibuat geli dengan apa yang Su Xi katakan. Su Xi memberitahunya bagaimana gadis itu bisa menembus dinding dan telah menghajar roh-roh jahat kecil. Dia menahan tawanya dan mengangguk serius dengan penuh perhatian.
“Oh, terima kasih, Xiao Xi. Aku akan berhati-hati tentang urusan ini.”
****
Beberapa hari kemudian, pasukan pelopor Kaisar tiba di Istana Yunzhou. Kemudian, pasukan belakang juga tiba. Pasukan itu kelelahan karena perjalanan dan untuk sementara ditempatkan di luar kota. Menurut hukum Dinasti Yuan, beberapa pejabat yang memimpin pasukan harus memasuki kota untuk bertemu dengan Kaisar.
Setelahnya, sang Kaisar dan beberapa pejabat lain menggelar perjamuan di istana untuk mengantar Jenderal Zhenyuan.
Sebelumnya, telah terjadi perselisihan tanpa akhir mengenai masalah siapa yang akan pergi ke perbatasan Utara untuk memadamkan kekacauan.
Mulanya, sang Kaisar lebih memilih menyuruh Pangeran Kedua pergi. Pangeran Kedua tidak mencolok, jujur, dan tidak punya hubungan apa pun di mahkamah karena ibunya, seorang Selir, berasal dari rakyat jelata. Karenanya memberi Pangeran Kedua kekuasaan militer merupakan hal yang paling cocok. Dia bisa mengambil kesempatan untuk mengambil kembali kekuatan militer Jenderal Zhenyuan dan menyeimbangkan urusan internal mahkamah.
Pangeran Kelima mulanya berperan aktif dan telah membentuk persekutuan di dalam mahkamah demi keuntungan pribadinya. Sang Kaisar menyukai ibundanya, Selir Kekaisaran, tapi Beliau tidak akan memanjakan pangeran yang ini. Pangeran Kelima ambisius dan agresif, serta memiliki reputasi tinggi di kalangan rakyat. Kaisar takut kalau Pangeran Kelima akan membahayakan posisi Putra Mahkota. Karenanya, kekuatan militer tak boleh diserahkan kepadanya.
Akan tetapi, siapa yang akan menyangka, Pangeran Kedua ternyata persis seperti ikan asin. Dia cuma mendengar kabar tentang pergi ke perbatasan Utara, dan kemudian langsung sakit parah. Pertama, dia terbaring di ranjang selama tiga bulan penuh gara-gara luka terpanah. Hal ini membuat pihak Jenderal Zhenyuan bisa membangun semua provisi pasukan. Kemudian Pangeran Kedua mengeluhkan sakit flu dan sekali lagi menunda-nunda.
Sang Kaisar bersikeras membantunya, tapi yang bersangkutan sangat tak berguna, seperti lempung yang tak bisa mengokohkan dinding.
Jadi, Kaisar pun murka.
Pada akhirnya, masalah pergi ke perbatasan Utara untuk menenteramkan kekacauan diberikan kepada Jenderal Zhenyuan.
Kekuatan militer telah jatuh ke tangan orang luar seperti Jenderal Zhenyuan, membuat sang Kaisar sama sekali tak bisa merasa tenang. Untung saja Jenderal Zhenyuan tidak memiliki pewaris yang berkemampuan. Jadi bahkan meski sang Jenderal memiliki hati penuh muslihat, tetap saja tak bisa menjalankan pemikiran semacam itu.
Sang Kaisar berencana seperti ini, namun Beliau tak pernah menyangka akan melihat bagaimana Jenderal Zhenyuan sepertinya agak memberi perhatian lebih pada seorang Kapten Kavaleri di perjamuan Yunzhou.
Ada ribuan pejabat sipil dan militer di dinasti ini. Jumlah pejabat bertingkat tiga ke atas saja ada beberapa ratus orang, jadi mustahil bagi sang Kaisar untuk memiliki kesan tertentu pada masing-masing dari mereka. Akan tetapi, sang Kaisar cukup terkesan pada pemuda yang baru berusia enam belas tahun ini.
Walaupun Beliau hanya pernah sekali melihat pemuda ini pada perjamuan malam Perburuan di Gunung Qiuyan setahun yang lalu, Beliau merasa sangat terkesan. Pada saat itu, Beliau merasa kalau pihak lainnya sedikit seperti seorang kawan lama, tapi Kaisar sedang mabuk dan tidak memerhatikannya.
Setelah itu, Letnan Yun dan Jenderal Zhenyuan satu demi satu merekomendasikan pemuda ini. Hal ini sedikit membangkitkan perhatian sang Kaisar. Mulanya, hal-hal seperti rekomendasi sukar untuk terhindar dari kecurigaan sang Kaisar. Sang Kaisar mungkin saja berpikir bahwa kedua orang ini ingin menaruh orang mereka sendiri di mahkamah. Akan tetapi, ketika sang Kaisar bertemu dengan si pemuda pada malam perjamuan, kesannya atas diri pemuda itu tak terlalu buruk. Jadi, tanpa disangka sang Kaisar pun menyetujui permintaan mereka. Lagipula, ini toh hanya jabatan tingkat empat atau lima.
Namun hari ini di perjamuan perpisahan di Yunzhou, sang Kaisar belum minum banyak dan menjaga agar pikirannya tetap sadar. Ketika Beliau melihat lagi pemuda ini di bawah sinar matahari yang menyengat, sejenak Beliau terpana. Beliau berpikir bahwa penampilan pemuda ini agak mirip dengan ‘orang itu’. Ada beberapa kemiripan – bukan hanya fitur wajah, namun juga beberapa ekspresi samar tertentu yang hanya bisa diidentifikasi oleh sang Kaisar, yang pernah bersama dengan ‘orang itu’.
Akan tetapi, Kaisar langsung menertawakan imajinasinya sendiri. Di bawah langit ini, siapa yang tidak punya dua mata dan satu hidung? Apanya yang aneh kalau memiliki beberapa kemiripan?
Anak ini adalah anak tidak sah dari Ning Wangfu. Setelah Beliau dan ‘orang itu’ bertemu di Yunzhou, ‘orang itu langsung masuk ke Istana Belakang dan dianugerahi gelar sebagai Selir Kekaisaran. ‘Orang itu’ menjadi miliknya, tetap tinggal jauh di dalam Istana Belakang dan menghabiskan masa mudanya selama bertahun-tahun, dari bunga yang masih segar menjadi bunga yang layu. ‘Orang itu’ tak pernah melihat wajah Ning Wang sebelumnya.
Mungkin ini karena Beliau telah menjadi tua dan linglung?
Karenanya, sepanjang perjamuan, tanpa disadari sang Kaisar menatap pemuda ini beberapa kali lagi.
Si rubah tua licik itu, Jenderal Zhenyuan, tidak menampakkan ekspresi apa pun. Namun beberapa orang bawahan Jenderal Zhenyuan jelas memperlakukan pemuda ini dengan sopan dan hormat.
Hal ini menjelaskan bagaimana posisi si pemuda, seseorang yang baru saja diangkat sebagai Kapten Kavaleri, sebenarnya memiliki status tinggi di dalam pasukan.
Jenderal Zhenyuan yang terang-terangan mencari pewaris bukanlah hal yang baik.
Dalam hati sang Kaisar merasa waspada, namun Beliau tetap tenang dan menatap Jenderal Zhenyuan serta pemuda itu beberapa kali lagi.
Tentu saja Lu Huan bisa merasakan pandangan waspada sang Kaisar dan juga telah menerka semua pemikiran Beliau. Dia berpura-pura seakan tak terjadi apa-apa, menundukkan kepalanya, minum arak dan berusaha sebaik mungkin untuk tak terlihat di antara kerumunan.
Namun ketika dia menyulangi sang Kaisar, tanpa sadar pandangannya terhenti sejenak ketika melihat fitur wajah orang yang ada di atas tahta tersebut.
Sebelum ini, ketika dia mendengar hal yang disebut-sebut sebagai ‘sejarah masa lalu’nya dari si biarawati Taois, dia tak pernah memikirkan tentang hubungannya dengan Kaisar yang berkuasa saat ini. Namun setelah mendengarnya, bahkan meski dia tak memercayainya dan merasa kalau si biarawati cuma sedang mengocehkan omong kosong gila, dia harus mengakui bahwa penampilannya agak mirip dengan pria agung paling terhormat di perjamuan tersebut.
Lu Huan memicingkan matanya dan sedikit mengernyit.
Perjamuan dimulai di siang hari dan berlanjut hingga petang, semua orang mengangkat cawan dan minum. Banyak pejabat yang mabuk dan bahkan Jenderal Zhenyuan juga tak bisa menghindar dari minum beberapa cawan. Lu Huan juga minum sedikit tapi tetap sadar.
Misi 11 menyatakan bahwa akan ada pembunuhan pada perjamuan ini, maka seharusnya terjadi pada malam ini.
Kalau Lu Huan memberitahukannya kepada pihak kediaman kekaisaran sementara ini dan memperkuat pertahanan terlebih dahulu, maka tentu saja akan menarik kecurigaan. Jadi, Lu Huan tak melakukan apa-apa selain cuma menundukkan kepalanya, mata hitam pekatnya menatap cawan arak di hadapannya, dan dengan tenang menunggu pembunuhnya muncul.
Juga, cukup mudah untuk menerka siapa si pembunuh itu.
Kali terakhir ketika Gunung Qiuyan dikepung dan Pangeran Kedua hendak dibunuh, pelakunya bukan sekelompok orang. Tapi kali ini, pembunuhan di kediaman kekaisaran sementara Yunzhou pasti dilakukan oleh sekelompok orang.
Sepanjang tahun Yunzhou diselimuti salju dan dekat dengan perbatasan Utara. Saat ini, orang-orang di perbatasan Utara tak bisa mencari nafkah dan peperangan yang penuh kekacauan sering terjadi. Akan tetapi, sang Kaisar masih memilih untuk pergi ke kediaman kekaisaran sementara pada saat ini. Sang Kaisar melakukan hal ini untuk menggelar perjamuan bagi para pejabat tingkat tinggi itu, namun di mata pasukan pemberontak Utara, sang Kaisar hanya merupakan pemimpin tidak kompeten dan tindakan-tindakan Beliau penuh kekejaman. Tentu saja mereka tak bisa menahan kebencian ini. Memanfaatkan fakta bahwa keamanannya tidak seketat di Ibu Kota, mereka ingin membereskan Kaisar dengan sekali gebrak.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara menyelamatkan situasi ini.
Ketika Lu Huan memasuki kediaman kekaisaran sementara ini bersama dengan Jenderal Zhenyuan dan beberapa pejabat militer lainnya, dia mengingat garis besar penampang dari kediaman kekaisaran sementara ini.
Sang Kaisar berada di tempat terang dan para pembunuh itu ada di tempat gelap. Hampir mustahil untuk menemukan para pembunuh sebelum mereka keluar untuk bertindak.
Karenanya, dia hanya bisa menunggu mereka bertindak.
Diam-diam Lu Huan menganalisa apa yang akan dia lakukan kalau dia ingin membunuh sang penguasa tertinggi, sang Kaisar, yang dijaga ketat di bagian tengah. Tentu saja mustahil untuk langsung mengepung istana kekaisaran sementara, membunuh para pengawal, kemudian mendekati sang Kaisar. Alasannya adalah bahwa bahkan meski para pengawal bukan tandingan mereka, masih ada pasukan Jenderal Zhenyuan yang ditempatkan di luar Yunzhou. Satu suar sinyal bisa memanggil pasukan untuk mengepung dan membasmi mereka. Satu-satunya jalan adalah membuat beberapa orang ahli menyamarkan diri mereka dan menyusup ke dalam istana kekaisaran sementara ini. Mereka akan mengancam di Timur dan menyerang di Barat, kemudian memanfaatkan kekacauan itu untuk mengambil kepala sang Kaisar.
Menggunakan metode ini, sesuatu yang besar akan segera terjadi untuk memancing harimau pergi dari wilayahnya.
Seperti yang telah diperkirakan, di tengah malam pada perjamuan, ketika semua pejabat sudah minum tiga ronde arak, sebuah tempat bernama ‘Kebun Qinglan’ di dalam kediaman kekaisaran sementara tiba-tiba terbakar! Semua pejabat berdiri dengan panik dan orang yang paling gelisah ternyata adalah sang Kaisar. Beliau murka dan langsung berteriak memanggil para pengawal istana.
“Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu padamkan apinya! Kalau sampai terjadi kerusakan di Kebun Qinglan, zhen akan meminta kepala kalian!”
Pemimpin dari pasukan pengawal istana tahu bahwa koleksi yang ada di Kebun Qinglan semuanya adalah lukisan dari seorang bangsawan tertentu. Kalau hari ini Kebun Qinglan tidak bisa diselamatkan, atau jika separuh dari koleksi itu sampai terbakar, takutnya mereka semua mungkin takkan bisa mempertahankan kepala mereka sendiri. Mereka pun jadi panik dan buru-buru membawa orang untuk memadamkan api.
Seketika suasananya pun menjadi kacau balau.
Sang Kaisar bergegas pergi ke Kebun Qinglan. Jenderal Zhenyuan dan yang lainnya juga mengikuti dekat-dekat di belakang. Lu Huan berpikir dalam hati, seharusnya kira-kira sekaranglah orang-orang itu akan memanfaatkan kekacauan dan mulai menjalankan rencana mereka.
Benar saja, tiba-tiba semuanya pun berubah! Orang yang awalnya tampak sebagai gubernur Provinsi Yunzhou menarik lepas kulit dari wajahnya kemudian dia dan beberapa orang pengawal di sekitar Kaisar tiba-tiba mendekati sang Kaisar dan mencabut jarum dan benang dari lengan baju mereka. Jarum dan benang adalah barang biasa, tapi ketika digunakan oleh orang-orang ahli ini, serangannya cepat dan bisa memotong daging seperti lumpur, tidak kalah dari pedang yang tajam.
Pedang dan pisau tidak diperbolehkan di perjamuan, jadi ini adalah satu-satunya senjata yang bisa mereka pakai.
Para pejabat di sekitar situ, termasuk Jenderal Zhenyuan, tidak menyangkanya sama sekali. Pupil mata mereka langsung mengerut dan mereka memanggil bantuan dengan suara lantang.
“Selamatkan Kaisar!”
Kalau tidak segera diketahui, bahaya saat ini akan benar-benar melukai sang Kaisar.
Untung saja Lu Huan sudah siap. Secepat kilat, dia memungut beberapa tongkat kayu, membakarnya, lalu melemparkan obor-obor dadakan itu ke tanah.
Benang-benang setajam silet tersebut terbakar oleh obor sebelum bisa menyentuh rambut sang Kaisar.
****
Su Xi buru-buru pulang dari sekolah. Dia tidak takut kalau Tugas 11 takkan terselesaikan. Yang dia takutkan adalah kalau si anak akan terluka dan mengalami hal yang tak diharapkan ketika menyelamatkan Kaisar. Dia sungguh tak menyangka bahwa, begitu dia online, sebuah jendela akan muncul di layar:
[Selamat karena telah menyelamatkan Tugas 11 (lanjutan): Menyelamatkan Kaisar dari pembunuhan di Yunzhou. Tugas ini memberi hadiah +1.000 koin emas dan 15 poin].
Selesai secepat itu? Si anak benar-benar terlalu hebat. Su Xi tampak kaget. Pada saat bersamaan, dia melihat total jumlah poinnya. Pada kali terakhir jumlahnya 102 dan kini tiba-tiba sudah jadi 127!
Apa yang telah terjadi? Seketika Su Xi tertegun. Kecuali untuk poin yang ditambahkan oleh tugas yang baru selesai ini, dari mana datangnya sepuluh poin tambahan ini?! Bahkan jika si anak mempelajari buku secara gila-gilaan dan mati-matian melakukan push-up selama beberapa hari terakhir ini, sungguh mustahil kalau tiba-tiba menambahkan sepuluh poin ini, kan?
Kepala Su Xi dipenuhi oleh tanda tanya. Dia bertanya-tanya apakah ada bug lagi dalam sistem game-nya. Apa permainan ini menyelesaikan tugas secara otomatis dan menambahkan sepuluh poin lagi?
Tapi bagaimanapun juga, semakin cepat poinnya meningkat, semakin senanglah Su Xi. Karena menurut sifat dari game ini, seharusnya ada suatu bingkisan hadiah besar ketika mencapai 200 poin.
Ketika Su Xi menemukan si anak di istana, para pembunuh yang menyamar itu sudah ditangkap dan kini sedang diinterogasi secara pribadi oleh sang Kaisar. Si anak, Jenderal Zhenyuan, dan yang lainnya sedang berdiri di sisi samping balairung istana.
Su Xi berpikir dalam hati, si anak sudah menyelamatkan sang Kaisar secara heroik, seharusnya ini membuat sang Kaisar memperlakukannya dengan baik. Namun si anak sepertinya tak punya keinginan untuk mengeluarkan bandul kumalanya agar diperlihatkan kepada Kaisar dan membuat dirinya memulihkan identitasnya.
Si anak mungkin masih meragukan kebenaran perkataan sang biarawati.
Tapi Su Xi tahu bahwa yang dikatakan oleh sang biarawati tidak mungkin palsu.
Si anak tak berniat memulihkan identitasnya sebagai Pangeran Kesembilan, jadi Su Jin juga mulai meragu. Dia tak tahu apakah dia harus membantu si anak di sini dengan secara sengaja mengeluarkan bandul kumala itu agar bisa dilihat oleh sang Kaisar.
Kalau kondisinya sama seperti sebelumnya, demi menyelesaikan sasaran akhir game ini: Membuat tokoh utama game ini naik tahta, Su Xi pasti akan melakukannya sesuai dengan misi dari game. Tapi dia bisa merasakan kalau si anak tidak mau ikut serta dalam perebutan tahta –
Hal ini membuat Su Xi merasa malu.
Memang benar kalau tujuannya penting, tapi dia tak mau melawan keinginan si anak.
Karenanya dia menatap si anak di layar selama beberapa saat, luar biasa kebingungan, kemudian kembali menatap pada sang Kaisar. Pada akhirnya, dia tidak mengambil inisiatif untuk dengan sengaja menjatuhkan bandul kumala si anak dan membiarkan sang Kaisar melihatnya.
Namun Su Xi tak menyangka kalau sesuatu yang disebut sebagai Hubungan Darah ini akan jadi sangat menakjubkan. Bahkan meski tak ada bandul kumala sebagai bukti, hari ini sang Kaisar menahan napas ketika Beliau diselamatkan oleh Lu Huan. Ini bukan karena rasa takut akibat lehernya yang hampir terpotong oleh benang-benang itu, melainkan karena Beliau melihat bayangan familier dari tubuh Lu Huan yang menjadi semakin dan semakin intens.
Ketika sang Kaisar menginterogasi para pembunuh, Beliau agak melamun dan arah pandangannya berkali-kali tertuju pada Lu Huan.
Pada akhirnya, Beliau bahkan lupa untuk memberi hadiah dan wajah Beliau tampak tak terlalu senang. Beliau melambaikan tangan dan memerintahkan agar para pembunuh dibawa ke Ibu Kota dan diserahkan kepada Kantor Peradilan untuk dihukum. Kemudian Beliau memerintahkan semua orang agar bubar.