I Raised A Sick And Weak Prince - Chapter 56 (Part 2)
Biasanya Su Xi mengeluarkan ponselnya dan online begitu dia pulang sekolah, tapi sejak dia tanpa disengaja melihat tubuh telanjang Lu Huan pada kali terakhir, dia jadi lebih hati-hati ketika online kembali.
Setelah membuka game-nya, pertama-tama Su Xi menutupi matanya, perlahan membuka satu mata, melihat segaris sempit dulu untuk melihat apakah si Anak sedang mandi lagi, dan setelah melihat si anak berpakaian lengkap sedang duduk di belakang meja, barulah kemudian Su Xi menghembuskan napas lega lalu menurunkan tangan yang menutupi matanya.
Perasaan dalam hatinya sungguh aneh…. Si Anak tiba-tiba menjadi seorang pemuda tampan yang ‘bisa menikah dan punya anak di usia tujuh belas tahun’, yang berarti bahwa Su Xi tak bisa lagi bersikap seenaknya seperti sebelumnya. Bukankah orang-orang kuno sangat peduli tentang reputasi dan integritas mereka? Si Anak juga pasti sangat peduli. Si Anak akan menikah di masa mendatang, dan kesuciannya tak boleh dikotori oleh Su Xi.
Su Xi mendekat dan menyapa si anak: “Sedang menulis apa?”
Su Xi melongoknya dan mendapati kalau si anak sedang menulis laporan militer, tulisannya indah seperti biasanya.
Lu Huan terkejut dengan sikap Su Xi yang menutupi matanya – apa yang terjadi pada gadis itu? Apa matanya sedang tidak nyaman? Tapi Lu Huan tak bisa bertanya begitu saja, jadi dia harus menatap tirai di hadapannya dalam waktu lama untuk memastikan bahwa tak ada masalah dengan mata Su Xi, dan mata itu sehitam dan secemerlang biasanya, lalu barulah kemudian Lu Huan merasa lega.
Lu Huan tersenyum kepada Su Xi dan berkata, “Kau datang. Kupikir beberapa bulan lagi, pasukan yang ditempatkan di utara akan kembali ke Ibukota dengan membawa kemenangan, lalu kemudian….”
Sebelum Lu Huan selesai bicara, kata-katanya disela oleh Su Xi.
Tiba-tiba Su Xi menarik antaramuka ke arah leher Lu Huan, lalu berkata kaget, “Lu Huan, ada apa dengan lehermu?”
Lu Huan mendapati bahwa sepertinya Su Xi akhirnya berhenti bicara sembarangan dan menyebut dirinya ‘Nak’, dan dia tak tahu apakah ini merupakan hal baik atau buruk. Tanpa sadar dia menekan lehernya, tapi luka itu tak bisa disembunyikan, jadi dia berkata menyepelekan: “Semalam kami pergi untuk menyelamatkan tawanan. Aku sedikit terluka, tapi ini tidak serius.”
Tidak serius, apanya. Ini adalah cidera paling serius yang pernah Su Xi lihat sejak awal kampanye! Su Xi cemas dan marah. Dengan cemas Lu Huan memeriksa apakah pakaiannya sudah terpasang dengan rapi dan rambut panjangnya telah diikat dengan telaten. Jelas-jelas, Lu Huan baru saja selesai mandi. Dan kenapa dia harus mandi? Ini pasti adalah luka yang serius. Lu Huan tak mau membiarkan darah merembes ke bajunya dan ditemukan oleh Su Xi. Su Xi kesal. Dia sudah bilang bahwa jika Lu Huan ingin bertindak, pemuda itu akan menghubunginya terlebih dahulu, tapi sebagai hasilnya, Lu Huan malah pergi menyelesaikan tugas ketika Su Xi sedang tidur!
Su Xi menggertakkan gignya dan tak bicara, buru-buru membuka toko untuk menemukan obat Jinchuang yang manjur 100%.
Lu Huan juga sudah membeli obat Jinchuang ini dari toko game, tapi setiap kali dia melihat Su Xi membeli dengan panik di toko, Lu Huan jadi merasa kalau dirinya diperhatikan. Dia sangat menyukai perasaan ini, jadi dia tak membeli sendiri obat Jinchuang itu, melainkan membuat Su Xi membelinya setiap hari.
Dia tersenyum dan menonton Su Xi memilih obat Jinchuang, menghabiskan banyak uang.
Begitu Su Xi mendongak, dia melihat kalau ada senyum di sudut mata dan alis Lu Huan. Dia pun tak bisa menahan diri untuk berkata marah: “Senyam-senyum, sialan, berdiri di sini!”
Lu Huan: “….” Tiba-tiba dia menemukan sisi galak dari Xiaoxi.
Su Xi menyuruh Lu Huan menyibakkan bajunya, dan kemudian mendekat. Lu Huan tak mau melepaskan bajunya dan membiarkan Su Xi melihat lukanya, jadi Su Xi sendiri yang melakukannya.
Sekarang Su Xi tak peduli dengan omong kosong soal pria dan wanita, dan kini dia sedang berusaha mati-matian untuk menarik lepas baju si Anak. Ketika pandangannya tertuju pada luka-luka yang telah ditaburi garam, seketika dia terperangah dan menghirup udara dingin. Lukanya menakutkan dan begitu mengejutkan.
Dengan luka separah itu, kenapa si anak cuma duduk diam dan menulis laporan militer tanpa perubahan pada wajahnya. Masih tersenyum-senyum seakan tak terjadi apa-apa?
Mata Su Xi memerah, dan dia benar-benar ingin berkata bahwa mereka seharusnya pergi ke tempat Jenderal Zhenyuan untuk melaporkan cidera Lu Huan, kembali ke Ibu Kota terlebih dahulu, namun kemudian Su Xi menelan kata-kata itu lagi.
Dengan hidung terasa menyengat dan terus mendesah, dengan hati-hati dan perlahan Su Xi menuangkan obat Jinchuang pada Lu Huan hingga luka-luka pemuda itu tertutup tebal-tebal oleh bubuk obat sebelum dia menyuruh Lu Huan membalutnya ulang lalu berpakaian.
Perasaan Su Xi tak terlalu bagus. Dia bukan hanya merasa bahwa dirinya tak melakukan tugas yang baik dalam menjaga si Anak, tapi juga merasa bahwa seiring dengan berlalunya waktu, sepertinya si anak tak lagi membutuhkan dirinya.
Si Anak pemberani dan serba bisa, mampu mengurus militer dengan baik, disukai oleh para jenderal, juga bisa memimpin pasukan ke medan perang, menstabilkan moral pasukan, dan bisa dengan mudah mencegah konspirasi untuk membunuh sang Kaisar.
Bahkan meski dirinya terluka, si Anak menyembunyikannya dan tidak membiarkan Su Xi mengetahuinya.
Kalau si Anak tidak lagi membutuhkan dirinya, apa lagi yang bisa dia lakukan? Dia tak bisa kalau cuma online untuk mengobrol dengan si Anak tiap hari. Kalau begitu, ketika si Anak menikah dan punya anak, si anak pasti akan mulai merasa bosan.
Dan akhir-akhir ini si Anak telah bersikap aneh. Gelembung-gelembung di atas kepalanya juga tak pernah muncul lagi, seakan si anak tak lagi membuka hatinya kepada Su Xi.
Su Xi tak tahu harus bagaimana. Dia menggosok matanya, berpura-pura tak terjadi apa-apa, dan berkata kepada si Anak: “Lain kali kalau kau terluka, katakan padaku, atau aku akan marah.”
Lu Huan berkata: “Baiklah.”
Lu Huan mengenakan bajunya dan mengencangkan ikat pinggangnya. Tiba-tiba seorang prajurit datang dari luar tenda: “Pak Kapten Kavaleri, di antara orang-orang-orang yang telah Anda selamatkan, seorang gadis petani berkata bahwa dia adalah putri dari tabib istana terdahulu. Dia mahir mengobati orang dan ingin membalas jasa Anda karena telah menyelamatkan nyawanya. Dia telah membawakan ramuan obat luka dalam untuk Anda, yang bisa membantu Anda pulih lebih cepat.”
Lu Huan tak peduli dengan obat apa pun. Lagipula, obat Jinchuang Su Xi sudah memiliki efek yang ajaib.
Namun tak menjadi masalah kalau memberikan obat itu kepada rekan-rekannya yang telah ikut masuk ke dalam perkemahan musuh pada waktu itu, jadi dia berbisik pada Su Xi, “Aku akan segera kembali.”
Su Xi: “Mm-hmm.”
Putri dari tabib istana terdahulu? Su Xi telah begitu lama memainkan game ini, jadi tiba-tiba dia merasakan suatu firasat, jadi dia pun membuka sudut kanan atas dari sistem dan memeriksanya. Benar saja, dia melihat di kolom ‘Istana Belakang’, telah menambahkan ‘Liu Ruyan, putri dari tabib istana terdahulu’.
Su Xi: ….
Game rusak ini sungguh terang-terangan. Bahkan setelah pergi berperang, sistem masih belum lupa mengaturkan Istana Belakang untuk si Anak.
Su Xi buru-buru mengubah antarmuka dan memindahnya ke luar tenda, dan benar saja, dia melihat seorang wanita sedang berdiri di hadapan si Anak.
Dia membuka lukisan asli dan melihat penampilan si wanita. Dia mendapati bahwa meski wajah wanita itu pucat, tidak memiliki kecantikan seperti putri Menteri Perang, juga daya tarik seperti putri Wan Sanqian, namun wanita itu memiliki pembawaan yang lemah lembut.
Setidaknya, setelah membuka lukisan asli, gadis ini merupakan pasangan yang sempurna bagi si Anak. Tingginya hanya mencapai bagian dada si anak yang mengenakan mantel lebar. Dia sangat mungil.
Wanita itu mengeluarkan kantong obat untuk rebusan. Bagaimanapun juga, Su Xi tak memerhatikan kotak dialog yang muncul.
Su Xi melihat si Anak mengambil bungkusan obatnya lalu menyerahkannya kepada petugas militer di belakangnya.
Su Xi tak tahu kenapa hatinya terasa agak masam – Jelas-jelas, sebelumnya dia tak seperti ini. Ketika sebelumnya dia melihat si anak menghindari Hanyue seperti hantu, dia sangat membenci besi karena tak menjadi baja dan berpikir bahwa penyakit pria kaku si anak sungguh tak ada harapan.
Namun kini si Anak tak lagi memiliki penyakit pria kaku, dan alih-alih mengusir si wanita, si Anak malah menerima kantong obatnya.
Su Xi tak lagi merasa terlalu nyaman.
Ini mungkin adalah karena, dahulu, si Anak masih berbentuk roti kukus nan imut, dan Su Xi, dengan mentalitas menonton pertunjukan, menanti-nantikan siapa yang akan disukai oleh si anak, apakah gadis itu berpenampilan menawan, dan merasa senang.
Namun kini, dia mendapati bahwa si Anak semakin dan semakin suka menyembunyikan semua hal darinya, dan tak lagi membutuhkan dirinya, seakan anak itu sudah tumbuh dewasa, membuat Su Xi merasa kehilangan.
Dan perasaan ini jadi lebih tidak mengenakkan lagi ketika dia melihat ada tambahan lagi di dalam Istana Belakang si Anak.
Bagaimanapun juga, si Anak memang sudah mencapai usia untuk menikah. Si Anak belum juga menikah, dan tidak lagi mengekspresikan isi pikirannya kepada Su Xi. Setelah menikah, si Anak pasti tidak akan bisa kembali ke kondisi membicarakan semuanya dengan Su Xi.
Su Xi menaikkan pandangannya dan menatap barisan kata-kata di atas kepala si anak yang menyebutkan ‘Pada usia tujuh belas tahun, bisa menikah dan punya anak di Negara Yan’, hanya untuk merasa lebih sedih lagi.
Dia juga tak mengerti kenapa hatinya terasa kacau. Tak seharusnya dia seperti ini, tapi entah kenapa perasaannya tak terlalu baik.
…. Apakah ini karena si Anak semakin lama semakin tak membutuhkan dirinya?
Setelah melihat si Anak kembali ke tenda, Su Xi menenangkan dirinya dan mengganti antarmuka ke dalam tenda.
Setelah Lu Huan duduk lagi di belakang mejanya, dia bertanya, “Apa kau masih di sana?”
Sebenarnya, Lu Huan tak perlu bertanya. Begitu dia menengadah, dia sudah bisa melihat gambar pada tirai dan tak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Bagaimanapun, semua ini terasa agak canggung.
Su Xi terdiam sejenak sebelum berkata, “Masih di sini.”
Lu Huan melihat kalau Su Xi tampak agak tertekan, tapi dia tak paham apa sebabnya. Apa telah terjadi sesuatu yang buruk pada Su Xi ketika tadi dia menutup tirai dan meninggalkan tenda?
Jadi Lu Huan pun tak bisa menahan diri untuk bertanya: “Kenapa kau tak bicara, apa ada sesuatu yang membuatmu tidak senang?”
Su Xi menggaruk kepalanya dan berkata, “Nggak.”
Su Xi tak bisa menahan diri untuk membuka antarmuka di sudut kanan atas dan memeriksa lalu mendapati bahwa putri dari Menteri Perang serta Wan Sanqian yang sebelumnya muncul di kolom ini kemudian menghilang, namun si gadis petani yang diselamatkan oleh si Anak tetap berada di kolom ini dan tidak menghilang.
Apakah ini berarti bahwa si Anak sedikit lebih menyukai si gadis petani daripada dua gadis pertama?
Mungkin ketika kali ini kembali ke Ibu Kota, si Anak bisa langsung membawa gadis itu pulang. Dan kemudian entah drama macam apa yang akan berkembang.
Walaupun Su Xi seharusnya merasa gembira untuk si anak, ketika dia memikirkan tentang si Anak yang tadi terluka tapi tidak memberitahu dirinya sehingga dia harus menemukannya sendiri, hatinya hancur.
Ha ha, Nak, kamu toh punya orang lain yang akan memasakkan sup untukmu, kan? Tak butuh ibu tua ini lagi?
Su Xi marah-marah seperti ini, dan lewat tirai Lu Huan jelas bisa merasakan bahwa suasana hati Su Xi agak buruk, tapi dia tak bisa mengerti apa sebabnya. Melihat sekeliling, dia hanya mendapati bahwa bibir Su Xi agak kering dan mengelupas, mungkin gara-gara benda bernama pengatur udara yang terus menyala dalam waktu lama di pihak gadis itu. Kalau terus begini, maka mudah untuk terkena masuk angin.
Lu Huan teringat bagaimana pada kali terakhir Su Xi berguling-guling karena datang bulan, dan selama beberapa saat tak bisa menahan rasa cemasnya, memikirkannya, lalu mendesak, “Minum air lebih banyak.”
Su Xi: “….”
Su Xi jadi lebih kesal lagi, dan tak bisa menahan diri untuk memelototi si anak yang ada di layar.
Tapi dia masih harus bicara dengan sangat ramah, “Hahaha, oke, akan kulakukan. Kau istirahatlah lebih awal, sampai jumpa besok.”
Mendengar hal ini, Lu Huan meletakkan kuasnya dan bertanya, “Apa kau ada sesuatu yang mendesak sampai harus pergi?”
Su Xi tak kenapa-kenapa, dia hanya sedang kacau. Melihat kata-kata ‘menikah dan punya anak’ berukuran besar itu di atas kepala Lu Huan, kelopak matanya berkedut, dan suasana hatinya jadi semakin buruk saja.
Dia berkata, “Yah, aku memang ada urusan. Aku akan pergi dulu, dadah.”
Lu Huan kebingungan, jadi dia juga harus berkata, “Dadah.”
Su Xi menggaruk kepalanya dan mematikan layar ponselnya.
Dia sebenarnya agak takut kalau suatu hari kelak si anak takkan lagi membutuhkan dirinya, karena walaupun di awal ini cuma sebuah permainan, tapi setelah waktu berlalu lama, dia telah mengembangkan perasaan yang mendalam pada si Anak.
Su Xi tak terlalu bisa memahami perasaan apa yang dialaminya ini, apakah ini karena kebersamaan dari hari ke hari yang mengakumulasi sesuatu, atau perasaan hangat yang dia rasakan dari si Anak, ataukah perasaan bahwa mereka saling mengenal satu sama lain sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan menjadi teman yang tak tergantikan.
Jadi Su Xi hampir takut kalau si Anak akan tumbuh dewasa.
Namun alih-alih takut kalau si Anak akan tumbuh dewasa, Su Xi berpikir, yang lebih dia takuti adalah jika pada suatu hari kelak si Anak akan benar-benar menikah dan punya anak, dan perlahan-lahan si Anak akan melupakan dirinya karena adanya seseorang yang bisa menemani di sisi si Anak.
Sementara Su Xi ada di sini, hanya bisa melihat si Anak dari kejauhan.
Di satu sisi, Su Xi merasa kalau dirinya telah berpikir terlalu berlebihan, tapi di sisi lain, dia merasa agak gelisah karena si Anak baru saja bicara cukup lama dengan si gadis petani.
Su Xi berdiri dari mejanya, menyurukkan kepalanya ke ranjang, menarik bantal, memukulinya habis-habisan, dan terus merapalkan mantra pada dirinya sendiri: “Jangan dipikirkan!!”
Menatap tirai setiap saat, berusaha melihat apa yang sedang terjadi pada Su Xi, Lu Huan: “….”
Ada masalah apa, Lu Huan berpikir, periode bulanannya jelas-jelas sudah berlalu.
*****
Si Pengarang ingin bicara sesuatu:
Seorang Anak yang bisa menikah dan punya anak pada usia 17 tahun: Dia itu benar-benar gadis cancer lurus dan sama sekali tak memahami hatiku.
Su Xi: Si Anak yang pria cancer lurus! Minum banyak air panas. Minum aja sendiri.