It's Hard to be a Good Wife (Bahasa Indonesia) - Chapter 2
- Home
- It's Hard to be a Good Wife (Bahasa Indonesia)
- Chapter 2 - Orang Miskin yang Buta Aksara Fungsional
Melihat daging kelinci itu telah dibakar hingga tak dapat dikenali, Tang Yue tidak dapat menahannya lagi. Dia meminta pisau pada pria tua itu untuk membersihkan ikannya di tepi sungai.
Di belakangnya, pria tua itu dengan cemas menasihatinya, “Tuan Muda, ikan itu tidaklah enak. Tidak ada rasanya, banyak tulangnya dan baunya amis.”
Tang Yue melambaikan tangannya tanpa menolehkan kepalanya. Dia sudah siap untuk menggunakan keterampilan memasaknya untuk mengagetkan orang kuno ini.
Dia membersihkan sisik ikan kemudian mencucinya hingga bersih. Kemudian, dia mencari sebuah ranting bersih dan menyate ikan itu. Melihat adanya tumbuhan liar yang pernah dia makan di tepi sungai itu, dia mencuci segenggam tumbuhan liar kemudian memasukkannya ke dalam perut ikan. Lalu, dia membawa ikan itu kembali ke kuil.
“Namamu siapa?” Tang Yue baru berkomunikasi dengan pria itu secara normal untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir ini.
Pria tua itu sedikit gugup. Dia mengulurkan daging kelinci ke Tang Yue dan berkata, “Nama saya Shan.”
Jantung Tang Yue berdetak kencang, tatapannya jatuh pada wajah pria tua itu. Dia melihat pola di wajah itu pada saat pertemuan pertama mereka. Awalnya dia kira itu bekas luka, tapi sekarang dia sadar itu terlihat seperti kata “Shan” yang mana ditulis berbeda dari apa yang dia tahu [1].
Berterima kasihlah pada leluhur China, dia bisa mengenali beberapa aksara sederhana karena mereka sangat jelas saat menciptakan kosa kata.
Apakah dia ada di era perbudakan? Seingatnya hanya budak yang memiliki kebiasaan memiliki ukiran nama di wajah mereka. Jika begitu, dia sangat bersyukur tidak melintas sebagai seorang budak.
Dia telah menjadi seorang dokter lebih dari sedekade. Sangat penting untuk mendapatkan informasi penting dari pasien, karena terkadang ada yang tidak mau mengungkapkan banyak hal.
Tang Yue bertanya tentang kondisi keluarganya dan kondisinya sendiri. Pria tua itu tidak menahan diri dan memberitahu semua yang dia ketahui.
Sayangnya, dia tidak mengetahui banyak hal. Tang Yue hanya menemukan bahwa ayahnya adalah Marquees Yueyang, dan marganya adalah Tang. Dia memiliki tujuh anak perempuan, anak sulungnya telah bertunangan dengan Pewaris Duke Heng.
Ibu tirinya bermarga Zhao, dia berasal dari keluarga kaya. Sayangnya dia tidak memiliki anak laki-laki sehingga statusnya di keluarga tidaklah tinggi.
Tang Yue diam-diam menduga sepertinya ayah kandungnya tidak dapat memiliki anak laki-laki lagi. Itulah alasan dia berusaha menemukan anak haramnya untuk mewarisi harta keluarganya.
Di era ini, pewaris sangatlah penting.
Tang Yue menolak daging kelinci yang hangus. Dia meletakkan ikan itu di atas bara api dan membolak-balikannya. Ketika kulit ikan sudah sedikit getis, dia menggunakan pisau untuk menyayat sedikit celah dan menaburkan garam kasar di atasnya.
Sayangnya mereka tidak memiliki bumbu selain garam. Mereka hanya bisa merasakan rasa original.
Tak lama kemudian, ikan itu matang dan aroma wangi menguar. Shan menatap Tang Yue dengan rasa penasaran dan kasihan. Menurutnya, hanya pria dengan status rendahan yang bisa memasak. Tuan muda dari keluarga bangsawan memandang keterampilan memasak sebagai aib.
“Ini, aku beri setengahnya.” Tang Yue memotong ikan dari tengah kemudian menyerahkan bagian ekor pada Shan. “Nikmati seadanya dulu. Kita bisa mencari bahan makanan lain dalam perjalanan besok.”
“Tidak, bagaimana mungkin seorang budak seperti saya memakan makanan yang dibakar oleh Tuan Muda?” Menatap ikan bakar di tangan Tang Yue, tangan Shan gemetar dan wajahnya memerah, untungnya kulitnya hitam jadi tidak terlihat.
“Ambilah, aku berbarter denganmu. Potong satu kaki kelinci dan berikan padaku.” Tang Yue berkata dengan tegas, membuat Shan sulit untuk menolaknya.
Awalnya, dia kira anak muda ini memiliki wajah mirip Tuan Besar tapi tidak memiliki kharisma Marquees. Ternyata dia hanya menahan diri.
Shan menggigit daging ikan itu dengan sedikit harapan. Dia harus menerima undangan dari tuannya. Setidak enak apa pun ikan ini, dia harus tetap memakannya, yang mana bentuk penghargaan dari tuannya.
“Eh?” Dengan satu gigitan, Shan terkejut saat merasakan ikan itu. Kulitnya gurih, dagingnya lembut, ada bau amis tapi samar lebih baik dari yang pernah dia makan.
Di era ini, orang-orang memasak ikan dengan cara mengukus atau merebusnya. Apalagi, mereka belum tahu caranya menambahkan bumbu. Jadi ikan tercium amis. Maka dari itu, keluarga bangsawan tidak pernah memakan ikan.
Keduanya memakan seekor ikan dan kelinci. Tang Yue belum merasa kenyang, bagaimanapun dia masih seorang anak muda dengan nafsu makan yang besar.
Shan menyadari nafsu makannya itu dan berkata dengan baik, “Tuan Muda, aku akan membeli makanan saat kita sampai di kota terdekat.”
Mereka jarang membeli makanan dalam perjalanan, seringnya mereka makan dari hasil berburu. Tang Yue kira karena cuaca yang panas sehingga makanan tidak akan awet lama.
Dia tahu sejak awal dia sangat miskin, dia tidak punya uang sepeser pun. Sekarang ketika dia berpikir lagi, tampaknya bukan hanya dia yang miskin.
“Berapa banyak uang yang kamu punya?” Tang Yue dengan terang-terangan bertanya.
Shan buru-buru mengeluarkan kantong uang dari saku dalam bajunya dan menyerahkannya ke Tang Yue. Dia menundukkan kepalanya dan berkata, “Tuan Besar memberikan banyak uang untuk perjalanan ini, tapi ketika Tuan Muda sakit, biaya untuk membayar tabib menghabiskan banyak uang. Sekarang hanya tersisa sebanyak ini.”
Tang Yue bisa merasakan rasa malunya. Dia mengambil kantong uang itu dan mengeluarkan isinya, ternyata hanya tersisa 5 koin.
Ketika dia pertama terbangun, dia memang berobat. Dia melihat seorang tabib yang angkuh memeriksa nadinya dan hanya meresepkan obat ala kadarnya. Dia merasakan akar peony putih dan jahe, obat Cina biasa tapi biayanya sangat mahal.
Tang Yue tidak tahu apakah biaya resep obat di era ini memang sangat sederhana atau tabib itu menipu mereka. Dia bertanya tentang biaya di sini dan mengetahui bahwa 5 koin setara dengan RMB 500.000,- (Rp. 1.086.413.327,50). Sangat sulit untuk menopang keduanya untuk sisa perjalanan ini.
Dia mengusap wajahnya, memberikan kembali uang itu pada Shan, dan pergi ke tepi sungai untuk mencuci tangannya.
Duduk di tepi sungai, dia sejenak meratapi rumah, mobil dan uangnya kemudian sekali lagi ingat pada kekasih mudanya. Memikirkan sekarang dia adalah orang miskin yang buta aksara fungsional [2], dia menghela nafas kemudian kembali ke kuil.
Shan telah memberi makan lembu dan memungut kayu bakar kering. Setelah itu, mereka tidur. Di era kuno tanpa hiburan, malam terasa panjang.
T/N:
[1] Kata Shan artinya gunung ditulis seperti ini 山
[2] Buta aksara fungsional adalah sebutan yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan membaca dan menulis yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.