KonoSuba: God's Blessing on this Wonderful World! - Chapter 1
- Home
- KonoSuba: God's Blessing on this Wonderful World!
- Chapter 1 - Tiba di Dunia Baru dengan Dewi Ampas!
Sebuah andong membuat suara berderit yang keras selagi dia melewati jalan.
“…Dunia lain… Hei, ini benar-benar dunia lain. Eh, ini nyata. Akankah aku menggunakan sihir dan pergi bertualang di dunia ini?”
Semangat karena pemandangan di hadapanku, Aku berbicara pada diriku sendiri.
Di depan mataku ada perumahan yang dibangun dari bata merah dan jalanan seperti Eropa di abad pertengahan.
Tak ada mobil, sepeda, listrik, atau kabel telepon.
“AHHH! …AHHH…!”
Aku melihat ke sekitar, memperhatikan orang-orang berjalan.
“Kuping hewan! Ada yang memiliki kuping hewan! kuping elf! Itu elf? Dengan ciri khas wajah yang mencolok, dia pasti elf! Selamat tinggal kehidupan hikikomori! Halo dunia lain! Kalau dunia seperti ini, aku mau deh keluar dan kerja keras!”
“AHHH! …AHHH! …AHHH…!”
Aku membalikkan badan dan melihat Aqua yang merangkul kepalanya dan berteriak.
“Hei, kau berisik. Apa yang akan kau lakukan kalau orang-orang berpikir aku berteman dengan wanita gila sepertimu? Berhenti berteriak. Kau seharusnya memberikan sesuatu padaku saat ini. Lihat apa yang kukenakan. Baju olahraga? Aku akhirnya tiba di dunia fantasi dan aku memakai baju olahraga. Menurut norma dalam game, Kau harusnya memberikanku sedikitnya…”
“AHHH–!”
Sang Dewi berteriak selagi dia menerkamku.
“Whoa! Apa…? Apa yang kau lakukan, jangan bertingkah seperti ini! Aku paham! Akan kulakukan sesuatu soal perlengkapan dasar. Aku harus bilang kalau ini salahku. Kalau kau segitu bencinya, kau boleh kembali. Aku akan mengerjakan semuanya sendiri.”
Aqua mencoba mencekikku dengan mata berkaca-kaca, jadi kutepis tangannya dan menjauhinya dengan ekspresi jengkel.
Akhirnya, dengan tangan gemetaran Aqua berkata:
“Apa kau bilang? Aku dalam masalah karena aku tak bisa kembali! Sekarang apa? Hei, aku harus gimana? Apa yang akan kulakukan dari sekarang?”
Aqua panik terisak-isak, mondar-mandir sambil merangkul kepalanya.
Rambut sepinggangnya berantakan. Dia terlihat gila sekarang, meski dia cantik kalau dia diam.
“Hei, kalem, dewi, tempat pertama yang harus dikunjungi adalah bar. Semua berawal dari mengumpulkan informasi di bar, itu standar di RPG*.”
“Hah…? Kau seharusnya cuma NEET* hikikomori, jadi kenapa kau bisa diandalkan? Ah, Kazuma, namaku Aqua. Aku tidak keberatan kau menyebutku dewi, tapi panggil aku dengan namaku atau orang-orang akan mengerumuni kita dan kita tak akan bisa bertualang untuk mengalahkan Raja Setan. Ini mungkin dunia lain, tapi aku masih salah satu dewi yang disembah di sini.”
<Catatan: NEET, ‘Not in Education, Employment or Training’ (tidak dalam pendidikan, pekerjaan atau pelatihan), akronim ini pertama digunakan di Inggris tapi penggunaannya menyebar ke negara lain termasuk Jepang, KorSel, Taiwan dan AS. RPG, Role Playing Game>
Aqua berkata dengan percaya diri sambil mengikutiku.
Baiklah, seharusnya ada kelompok yang dibentuk untuk mengalahkan Raja Setan atau guild petualang untuk membasmi monster.
Oh iya, Aqua kan dewi. Kalau begitu, aku bisa bertanya padanya jika ada pertanyaan.
“Aqua, tolong beritahu aku di mana guild petualang. Kita mesti ke arah mana?”
Aku bertanya pada Aqua, tapi dia melihatku dengan tatapan kosong.
“…? Aku tidak tahu kalau kau menanyaku. Aku punya pengetahuan umum tentang dunia ini, tapi tidak dengan hal spesifik di kota ini. Ini cuma satu dari banyak planet yang ada, dan ini hanya kota kecil! Gimana aku tahu?”
Cewek tak berguna.
Tak ada jalan lain, aku bertanya pada ibu-ibu yang lewat saja.
Aku tidak bertanya pada pria karena takut mereka preman, dan terlalu sulit bagiku untuk berbicara ke para gadis.
“Permisi–bolehkah aku bertanya? Aku mencari tempat seperti guild petualang…”
“Guild? Owalah, sampai tidak tahu, dari luar kota ya?”
Dari perkataannya berarti memang ada guild di sini, aku lega.
“Tepat; Aku pengembara dari negeri yang jauh. Aku baru sampai kota ini.”
“Owalah… Karena kamu datang ke sini, kamu pasti ingin jadi petualang. Selamat datang di kota petualang pemula, Axel. Ikuti jalan utama lalu belok kanan, Kamu akan melihat penanda guild.”
“Belok kanan dari jalan. Baik, terima kasih banyak! … Hei, ayo.”
Kota untuk petualang pemula.
Jadi begitu. Ini titik permulaan yang bagus bagi yang mati terkirim ke sini.
Setelah berterima kasih, Aku mengikuti arahan Ibu-ibu itu selagi Aqua mengikutiku dengan rasa hormat di matanya dan mendesah.
“Hei, kau bisa beralasan di tempat. Kok bisa kau menangani ini secara sempurna? Kau kelihatan bisa diandalkan, kenapa kamu jadi hikiNEET tanpa teman atau pacar? Kenapa kamu berdiam di rumah seharian dan jadi hikiNEET?”
“Tidak punya teman atau pacar bukanlah hal buruk. Seseorang tidak bisa dinilai dari banyaknya teman atau memiliki pasangan. Lalu, jangan sebut aku hikiNEET, ampas! Jangan gabungkan hikikomori dan NEET…! Aku masih berumur enam belas; aku masih terlalu muda untuk disebut NEET berdasarkan standar masyarakat…! Dah gitu aja.”
Aqua berusaha mencengkramku karena kupanggil dia ampas, tapi kuabaikan dan masuk guild.
–Guild petualang–
Tempat untuk para petualang menerima quest yang merupakan suatu kewajiban dalam game; sebuah organisasi yang menunjang para petualang.
Agensi pekerjaan di dunia ini .
Bangunan di hadapan kami lumayan besar, dan tercium aroma makanan dari dalam.
Karakter sangar pasti ada di dalam.
Mereka mungkin akan mempermasalahkanku jika mereka melihat wajah tak dikenal.
Setelah mempersiapkan mental dan masuk…
“Ah, selamat datang. Silahkan ke konter kalau mencari quest. Kalau kau ke sini untuk makan, silahkan ambil tempat kosong di manapun…!”
Seorang pelayan dengan rambut merah pendek menerima kami dengan hangat.
Interior yang agak remang-remang kelihatan lebih seperti bar.
Terlihat di dalam berkumpul sekelompok orang berbaju zirah, tapi mereka tidak terlihat jahat.
Namun, wajah tak dikenal terlihat jarang, karena semua mata tertuju pada kami.
… Aku sadar kenapa mereka melihat kemari.
“Hei, mereka terang-terangan melihat kemari. Pasti karena aura suciku yang memancar; mereka pasti menyadari bahwa aku seorang dewi.”
Alasan sebenarnya adalah kemunculn dewi yang berbicara hal bodoh.
Dia cantik selama dia tidak berbicara, lagi pula, semua mata tertuju padanya.
Untuk sekarang, kuabaikan tatapan mereka dan melanjutkan tujuan awalku.
“… Dengarkan baik-baik, Aqua… Mereka akan memberikan kita pengarahan jika kita daftar, memungkinkan kita untuk memiliki pendapatan; itulah guild petualang. Mestinya kita bisa meminjam uang untuk mempersiapkan diri, menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan memperkenalkan iri kita ke tempat yang bagus. Kebanyakan game dimulai seperti ini. Normalnya, mempersiapkan kebutuhan minimal untuk hidup di dunia ini mestinya pekerjaanmu, tapi ya sudahlah. Untuk hari ini, mari kita mendaftar di guild, mendapatkan perlengkapan dan uang, lalu mencari tempat untuk tidur.”
“Aku tak peduli. pekerjaanku mengirim orang mati ke dunia ini, tapi aku mengerti. Aku tak terbiasa dengan game, tapi yang kau katakan sepertinya masuk akal untuk dunia ini. Jad aku hanya perlu mendaftar menjadi petualang juga, ‘kan?”
“Tepat. Baiklah, ayo.”
Sambil membawa Aqua denganku, aku segera ke konter.
Ada 4 staf di konter.
Dua dari mereka adalah wanita.
Aku mengantri di konter dengan wanita yang lebih cantik.
“… Hei, konter yang lain kan kosong. Kenapa kau mengantri di sini? Kalau ke konter lain kan kita tak perlu menunggu lagi… Ah, pasti karena staf konter worker yang ini paling cantik, ya? Ayolah, Aku baru aja merasa terkesan dan berpikir kau bisa diandalkan, tapi sekarang kok begini?”
Aqua yang mengikutiku, kelihatan tidak tahu apa-apa, jadi aku berbisik padanya:
“membuat kesan yang baik pada staf konter di guild itu hal mendasar, dan wanita cantik di konter pasti ada flag yang perlu dinaikkan. Ini berarti akan ada quest sampingan yang mengejutkan menanti. contohnya, bisa saja penjaga konter ini ternyata petualang yang kuat.”
“… Benar juga, aku pernah melihat hal serupa di manga. Maaf, aku akan menunggu antrian dengan tenang.”
Karena kami tidak ke konter kosong yang lain dan sengaja mengantri di sini, staf lain melihat kami dengan kebingungan. Namun, Aku memutuskan untuk berpura-pura tidak melihat.
Akhirnya giliran kami.
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”
Staf konter itu cantik nan lembut.
Rambut ikal dan dada montoknya membuatnya terlihat dewasa.
“Eh, Aku ingin menjadi petualang. Aku berasal dari luar negeri dan tidak tahu apa-apa…”
Kalau aku bilang ke staf konter worker kalau aku datang dari luar negeri, mereka kan memberikan penjelasan yang lebih dalam.
“Oh begitu. Akan ada biaya pendaftaran, tidak apa-apakah?”
Benar ini arahan dasar.
Aku hanya perlu mengikuti instruksi dari staf konter …
… Biaya pendaftaran?
“… Hei Aqua, punya uang?”
“Aku dikirim ke sini tiba-tiba, jadi gimana mungkin aku punya uang?”
… Gimana sih, bukan seharusnya mereka meminjamkan uang pada kita atau bisa hutang dulu?
I menjauh dari konter dan berdiskusi dengan Aqua.
“… Hei, sekarang apa? Kita terdesak dari awal. Dalam game, biasanya kau dapat perlengkapan awal, begitu juga dengan uang untuk keseharian.”
“Kau tiba-tiba tak bisa diandalkan. Tapi, ya sudahlah, karena kau memang hikikomori. Baiklah, waktunya aku bekerja. Lihat saja, akan kutunjukkan kecakapan seorang dewi.”
Di satu meja terduduklah seorang pria yang berpakaian seperti pendeta.
Aqua dengan percaya diri mendekati orang itu…
“Wahai gembala, sebutkan agamamu! Aku Aqua. Benar, Dewi Aqua yang disembah dalam agama Axis! Kalau dirimu orang percaya…! … Bisakah kau menolongku dengan sedikit uang?”
Dengan sikap yang anggun namun segan, dia meminta uang padanya.
“… Aku dari Sekte Eris.”
“Ah… begitu ya, maaf…”
Aku tidak paham, tapi mereka terlihat dari agama yang berbeda.
Selagi Aqua yang merasa tertolak kembali, pendeta itu menghentikannya.
“Ah… Bu, kamu pasti jemaat Axis. Ada cerita tentang kedekatan Dewi Aqua dan Dewi Eris, jadi ini pasti takdir. Aku telah memperhatikanmu. Apakah kau kesulitan membayar biaya pendaftaran? Ini tidak seberapa, jadi ambillah sebagai berkat dari Dewi Eris. Tapi entah seberapa taatnya kamu, tidak seharusnya kamu memakai nama dewi dengan sembarangan”
“Ah… Oke, maaf… Terima kasih banyak…”
Tatapan Aqua terlihat kosong saat dia kembali dengan uang.
“Ha, dia tak percaya bahwa aku seorang dewi… Di samping itu, Dewi Eris adalah juniorku. Aku dikasihani oleh pengikut juniorku dan menerima uangnya…
“Yang penting kau sudah mendapatkannya. Coba pikirkan. Kalau dia benar-benar percaya kalau kau itu dewi, pasti akan ada masalah!”
Aqua menunjukkan ekspresi seperti kehilangan sesuatu yang penting, jadi aku setengah menghiburnya.
“Er, kamu kembali dengan uang pendaftarannya.”
“Ba… Baiklah… Biayanya 1,000 eris…”
Aqua mendapat 3,000 eris dari pendeta itu.
Menurut Aqua, satu eris sama dengan satu yen. Jadi, dia menerima 3,000 yen.
Wanita penjaga konter tidak ambil pusing dengan keributan yang kami buat, tapi jadi mengalihkan pandangan dari kami.
Kelihatannya aku merusak flag antara aku dan wanita ini.
“Baik. Karena kamu bilang ingin menjadi petualang, kamu seharusnya mengerti, tapi akan saya jelaskan dari awal… Pertama, petualang bertanggung jawab untuk memusnahkan monster yang berkeliaran di luar kota, membasmi makhluk berbahaya yang bisa membahayakan penduduk. Mereka juga orang yang serba bisa, mengambil pekerjaan aneh yang membutuhkan bakat mereka. Petualang adalah orang yang berpenghasilan dengan cara demikian. dan di antara para petualang, ada banyak jenis pekerjaan.”
Akhinya, tiba saatnya.
Ini hal normal bagi petualang. Pekerjaan, kelas, atau apapun namanya, kau harus memilih caramu bertarung di dunia ini.
Dibanding dengan profesi kasar seperti petarung, pekerjaan keren seperti penyihir lebih baik.
Wanita konter itu memberikan Aqua dan aku masing-masing satu kartu.
Kira-kira sebesar lisensi pengemudi dan terlihat seperti kartu identitas.
“Harap lihat di sini; Kamu lihat kata ‘Level’? Sebagaimana kalian tahu, semua hal di dunia memiliki jiwa apapun bentuknya. Kalau kamu makan atau membunuh sesuatu, kamu bisa menyerap sebagian ingatan dari jiwanya, yang diketahui sebagai ‘EXP.’
“EXP biasanya tidak berwujud, tapi…”
Staf konter menunjukkan satu bagian dari kartu dan melanjutkan penjelasan.
“Dengan kartu ini, EXP yang diserap petualang absorbs akan ditunjukan di sini. Saat bersamaan, level yang terkait dengan EXP-mu akan ditampilkan di sini will. Ini menunjukkan seberapa kuat kamu sebagai petualang. Berapa banyak musuh yang kau kalahkan akan dicatat di sini. Dengan mengakumulasi EXP, semua makhluk akan bertambah kuat secara bertahap, dan disebut naik level. Sederhananya, naik level akan mmberikan mu berbagai manfaat, seperti poin kemampuan untuk mempelajari kemampuan baru. Jadi bekerja keraslah untuk menaikkan level.”
Setelah mendengarkan penjelasan, aku ingat sesuatu yang Aqua katakan.
Dia menanyakanku, “Apakah kau suka game?”
Aku mengerti. Setelah mendengarkan semua itu, dunia ini benar-benar seperti game.
“Pertama, harap isi tinggi, berat, usia dan detail lain di bagian yang kosong.”
Aku mengisi ukuranku di formulir yang diberikan padaku oleh staf konter.
Tinggiku 165 cm, berat 55 kg. Usia enam belas tahun, mata dan rambut hitam…
“Itu cukup, harap sentuh kartu ini. Ini akan menampilkan kekuatan dari tiap kemampuanmu sebagai referensi saat memilih pekerjaan. Setelah mengakumulasi poin kemampuan, kau bisa mempelajari kemampuan yang sesuai pekerjaanmu. Ini adalah kunci dalam memilih pekerjaan.”
Oh, tiba saatnya.
Saatnya menunjukkan potensi hebatku dan membuat keramaian di guild.
Dengan tegang dan penuh harapan, aku menyentuh kartu itu.
“… Baik, terima kasih. Satou Kazuma, ‘kan? mari kita lihat… Kekuatan, vitalitas, sihir, kegesitan dan kecepatan… semuanya biasa saja. Kecerdasan sedikit di atas rata-rata… Eh? Keberuntungan sangat tinggi, tapi tidak relevan untuk petualang… Ini gawat. Dari angka-angkanya, kamu hanya bisa memilih pekerjaan petualang paling mendasar! Karena keberuntunganmu tinggi, saranku kamu lupakan menjadi petualang dan menjadi pedagang saja… Bagaimana?”
Hei, menjegal hidup berpetualangku seawal ini!? Apa-apaan ini?
Aqua terlihat tersenyum lebar, membuatku ingin meninjunya.
Kelemahanku tidak menolongmu, tahu.
“Um… Aku ingin jadi petualang…”
Staf konter berbicara dengan wajah cemas:
“Ba-baiklah. Setelah naik level dan menaikkan stat, kamu bisa mengganti pekerjaanmu! sebagai tambahan, pekerjaan petualang persis seperti yang terdengar; kombinasi dari semua pekerjaan. Benar, mungkin ini pekerjaan paling mendasar, tapi bukan berarti ini lebih buruk dari yang lain! Lagipula petualang bisa mempelajari dan menggunakan kemampuan dari semua pekerjaan!”
“Di sisi lain, kau akan butuh lebih banyak poin kemampuan untuk dipelajari. tanpa atribut bonus dari pekerjaan terkait, kemampuanmu akan lebih lemah. Hanya serba bisa tanpa menguasai.”
Setelah staf konter menunjukkan sisi baiknya, Aqua langsung menjatuhkannya.
Aku harus mencari tempat untuk membuang dia.
Kelihatannya aku mengambil pekerjaan dasar untuk pemula.
Tapi ya, itu pekeraan terlemah.
Bagaimanapun, Aku masih petualang yang datang ke dunia ini.
Dengan berat hati aku menerima kartu dengan namaku dan pekerjaan ‘petualang’…
“Eh? Huh? Apa ini? Di luar kepintaaran di bawah rata-rata dan keberuntungan rendah, stat yang lain lebih tinggi secara drastis! Khususnya sihirmu, tingginya tidak lazim! Siapakah kamu…?”
Staf konter lady berteriak setelah melihat kartu yang disentuh Aqua.
Tempat itu langsung ramai.
… Aneh, bukan seharusnya itu terjadi padaku?
“Ah, benarkah? Kalau begitu, berarti aku hebat. Ya ampun, buatku itu normal ah.”
Tidak peduli seberapa tak bergunanya, dia tetap dewi.
Namun, Aqua yang tersipu malu karena senang membuatku jengkel.
“Ini… Ini lebih dari hebat! pekerjaan penyihir yang membutuhkan kecerdasan tinggi memang tidak bisa… Namun, kau bisa memilih pekerjaan lain! Ksatriasuci dengan pertahanan terkuatnya, Crusader; ahli pedang dengan serangan terkuatnya, Sword Master; dan pendeta teratas, Archpriest. Kamu bisa memilih dari kebanyakan pekerjaan tingkat atas sekarang!”
Sedikit terusik dengan seruan staf konter, Aqua berkata:
“Ah, sayangnya dewi tak ada sebagai pekerjaan. Aku ambil Archpriest kalau begitu.”
“Archpriest! Archpriest bisa menggunakan berbagai macam sihir penyembuhan dan pendukung. mereka bahkan bisa mengambil garis depan! Aku akan mendaftarkanmu sekarang… Selesai. Selamat datang di guild petualang, Aqua! Kami yang bertugas menantikan kehebatanmu!”
Staf konter berkata dengan senyum ramah.
… Aneh, apa-apaan sih?
Seperti yang kubilang, seharusnya ini terjadi padaku…
Ah, lupakan–
Dengan itu, dimulailah hidupku sebagai petualang di dunia ini.
________
“Baik, kerja bagus semuanya–! Cukup buat hari ini! Nih, upah hari ini.”
“Terima kasih! Kerja bagus hari ini, bos–!”
“Kerja bagus–!”
Setelah bos mengumumkan akhir dari hari kerja, Aqua dan aku menerima gaji, menunduk dan berterima kasih padanya.
“Semuanya, kami pergi duluan ya–!”
“Dah–!”
“Oh–terima kasih untuk kerja kerasmu! Aku mengandalkanmu juga besok.”
Aku melambaikan tangan ke para senior sementara Aqua mengikutiku.
Setelah mndapat balasan dari mereka, Aqua dan aku meninggalkan tempat kerja.
Ah, aku bekerja seharian juga hari ini.
Bahkan aku mulai meragukan kalau aku pernah menjadi hikikomori.
Aqua dan aku mengambil gaji kami dan pergi ke pemandian umum.
Pemandian umumnya tidak berbeda dengan yang ada di Jepang.
Kalau dilihat dari gaji standar, biaya pendaftarannya lebih mahal dari di Jepang. Namun, Aku tidak bisa mengubah kebiasaan mandi sehabis kerja.
“Ah, aku hidup kembali…”
Aku membasahi bahuku dalam air hangat, dengan santai melepas lelah dari kerja.
Tempat ini seperti dari abad pertengahan, jadi aku pikir bisa mandi di sini itu mewah, tapi ya itu cuma aku.
Aku bersyukur, sangat bersyukur…!
Setelah meninggalkan pemandian, aku melihat Aqua menungguku di pintu masuk.
Mandi lebih lama dari cewek itu agak kurang layak, tapi itu kalau di Jepang.
“Kau ingin makan apa hari ini? Aku ingin stik hamburger kadal asap dan Neroid merah!”
“Aku ingin makan daging juga, jadi mari ke bar dan ambil dua set stik kadal asap.”
“Setuju!”
Setelah menghabiskan makanan kami, Aqua dan aku tidak ada apa-apa untuk dilakukan dan pergi ke kandang kuda.
Setelah memilah jerami yang ternodai kotoran kuda untuk menjadi kasur, kami segera berbaring.
Aqua tidur di sebelahku seperti biasa.
“Baiklah, selamat tidur.”
“Selamat tidur. Fiuh… Aku bekerja keras juga hari ini…”
Dengan itu, aku beranjak ke alam mimpi…
“Tidak, tunggu sebentar!”
Aku tiba-tiba terduduk.
“Ada apa? Kau lupa ke kamar mandi? Di luar gelap; kau butuh kutemani?”
“Tidak! Tunggu, bukan itu. Aku baru sadar kalau kita selama ini hidup sebagai pekerja kasar.”
Tepat.
Selama dua minggu, Aqua dan aku mengerjakan tembok di luar kota.
Kita jadi pekerja konstruksi.
Itu terlalu jauh dari hidup petualang yang aku ingin jalani di dunia ini.
Atau lebih tepatnya, kok Aqua terbiasa dengan gaya hidup ini tanpa komplain?
Bukankah kamu dewi?
“Kalau kau tak kerja kau tak makan, jelas ‘kan? HikiNEET berisik aja. Kalau mau, kau bisa bekerja sebagai penjaga toko juga!”
“Bukan! Bukan itu. Gimana ya? Yang kuinginkan adalah pertanrungan yang seru dengan monster! Hidup seperti itu! Terlebih lagi, bukankah dunia ini dalam krisis dengan serangan Raja Setan? Bukankah di sini sangat damai? Tak ada tanda-tanda setan sama sekali!”
Aku berbicara terlalu menggebu-gebu. Karena kerasnya suaraku, tetangga kami mengomel.
“Hei, Bisa tidak! Diamlah!”
“Ah, maaf!”
petualang yang baru memulai itu miskin.
Normalnya tidak mungkin kami sanggup menyewa ruang di penginapan tiap malam.
Biasanya, petualang membagi sewaan dengan petualang lain dan tidur di ruang komunal.
Sebagai alternatif, mereka bisa tidur di tumpukan jerami kandang kuda seperti yang kami lakukan.
Ya, ini berbeda dari gaya hidup petualang di dunia lain yang aku inginkan.
Tinggal di penginapan setiap hari sama dengan tinggal di hotel setiap hari di Jepang.
Tidak mungkin bagi petualang dengan pendapatan tidak stabil.
… Tepat, pendapatan kami tidak stabil.
Tidak ada quest sederhana macam memetik herbal atau memburu monster seperti di game.
Monster tidak pecah begitu saja menjadi barang dan uang saat kau bunuh.
Ditambah lagi, hutan dekat kota telah lama bebas dari monster.
Hutan menjadi aman setelah monster hilang, jadi tidak ada orang yang merekrut untuk panen material bagi mereka.
Ini jelas.
Di luar sangat aman sampai anak-anak bisa bebas berkeliaran.
Ada penjaga di gerbang, tapi daripada menjaa keamanan 24 jam, lebih mudah memusnahkan monster yang berbahaya karena hutannya tidak terlalu besar.
Itu metode yang paling logis, tapi aku lebih baik tidak tahu ini.
Petualang yang sedikit lebih kuat dari orang biasa menghabiskan setengah hari memanen herbal yang mudah ditemukan dan mendapatkan cukup untuk makanan dan tempat tinggal.
Tidak ada pekerjaan semudah itu.
Jepang adalah negaara yang makmur di Bumi, meski demikian, tidak ada buruh yang bisa hidup di hotel dari upah harian.
Upah minimum? Hukum buruh? Apa itu? Bisa dimakan?
Itulah dunia ini.
“Tidak berguna kau memberi tahuku hal-hal ini. Lagipula ini kota terjauh dari kastil Raja Setan! Siapa yang mau jauh-jauh menyerang kota pemula di perbatasan…? Selain itu… Kazuma ingin hidup lebih seperti petualang, ‘kan? Kau bahkan tidak punya perlengkapan yang memadai!”
Aqua langsung ke intinya, dan aku tak bisa protes.
Tepat, Aqua dan aku bahkan tidak punya seluruh perlengkapan dasar. Kamu berharap untuk membelinya, itulah mengapa kami bekerja keras di lapangan konstruksi.
“Aku mulai bosan dengan konstruksi juga. Aku tidak datang ke unia ini untuk menjadi buruh; aku datang ke dunia tanpa komputer dan game ini untuk bertualang. dan bukankah kau mengirimku kemari untuk menentang Raja Setan?”
Setelah mendengarkan perkataanku, Aqua membuat wajah ‘kamu ngomong apa sih’, terdiam sesaat, dan merespon:
“Oh! iya yah ada itu! IAku lupa, terlelap dalam senangnya bekerja. aku tak bisa kembali kalau Kazuma tidak mengalahkan Raja Setan.”
Mendengar balasannya yang bodoh, aku teringat kata-kata staf konter. Kelihatannya memang nih cewek kecerdasannya di bawah rata-rata.
“Baiklah, mari kita hadapi Raja Setan! Jangan khawatir; Akan mudah denganku di sini! Nantikan penampilanku!”
“It membuatku cemas… Namun, kau seorang dewi, jadi aku mengandalkanmu! Oke, kita akan mmbeli senjata dan baju pelindung dasar dengan uang yang kita tabung dan mulai berburu besok!”
“Serahkan padaku!”
“Bukankah aku sudah bilang diam? Mau kuhajar ya?”
“Aku minta maaf!”
Setelah kami meminta maaf ke petualang lain, aku bersiap tidur dengan hati penuh semangat.
– Di bawah langit biru —
“Ah! Tolong! Aqua, selamatkan aku…!”
“Puhehe! Ini kocak! Kazuma, wajahmu merah semua dan air mata menggenangi matamu! Kau terlihat sangat menyedihkan!”
Oke, Akan kukubur nih cewek sebelum kembali.
Selagi aku membulatkan tekad, aku terus berlari dan berteriak minta tolong selagi dikejar monster kodok raksasa.
Ini di dataran terbuka di luar kota.
Kami mengambil quest dari guild pagi ini dan berangkat ke sana.
Sebagai senjata paling minimal yang dibutuhkan, aku memilih pedang pendek.
Aqua bertingkah bodoh, mengatakan dewi membawa senjata itu tidak elegan dan berakhir tidak membawa apa-apa. Dengan santai dia menyaksikan kodok mengejarku.
Jangan remehkan mereka hanya karena mereka kodok.
Mereka lebih besar dari banteng. Ini musim kawin mereka, jadi mereka mengumpulkan nutrisi untuk bertelur. Mereka berkeliaran di sekitar pemukiman manusia di mana ada lebih banyak makanan, dengan menelan kambing yang dipelihara peternak dalam sekali lahap.
Kalau mereka bisa menelan kambing secara utuh, menelan Aqua dan aku juga akan mudah.
Kenyataannya, anak-anak dan peternak sering menghilang saat musim kawin mereka.
Biarpun mereka terlihat seperti kodok, mereka tetap monster yang berbahaya, lebih kuat dari monster-monster kecil dekat kota.
Oh iya, daging mereka agak keras, tapi enak dan menyegarkan. Bahan makanan yang cukup populer.
Lemak tebal mereka efektif terhadap serangan tumpul.
Mereka membenci logam, jadi mereka tak akan mengejarmu jika kau sepenuhnya ditutupi logam. Musuh yang mudah bagi petualang normal.
Itulah mengapa petualang yang terampil suka memburu mereka, tapi…
“Aqua–! Aqua–! Berhenti tertawa dan selamatkan aku–!”
“Mula-mula, tambahkan ‘Dewi’ saat kau memanggilku.”
“Dewi Aqua–!”
Akan kukubur nih cewek, sampai tersisa kepalanya di atas tanah. biar dia merasakan betapa horornya dikejar kodok.
Aku hampir menangis, melihat kodok melompat-lompat di belakangku.
Pada saat ini, aku menyadari bahwa kodok itu pergi ke arah yang berbeda dariku.
Sebelum kodok itu…
“Ya sudahlah–! Baik, akan kuselamatkan kau, hikiNEET! Namun, kau harus menyembah dewi ini mulai besok! Kau harus bergabung dengan sekte Axis di kota dan berdoa padaku tiga kali sehari! Kau tidak boleh menolak kalau aku mengambil makananmu! Selain itu… Ugh?”
Aqua, yang dari tadi membusungkan dadanya dan banyak berbicara, menghilang
Aku menoleh balik dan melihay kodok itu berhenti bergerak.
Sesuatu berwarna biru menggantung dari sisi mulutnya.
Benda biru itu adalah…
“Aqua–! Kau…! Kok bisa kau tertelan–?”
Aqua, ditelan kodok, satu kakinya menggantung di luar mulut.
Aku menghunus pedang pendekku dan menyerang kodok itu!
“Hiks… Ugh, ugh– WAHHH…!”
Dilumuri cairan kodok yang lengket, Aqua memeluk lututnya menangis sambil duduk di tanah.
Di sampingnya ada kodok itu, kepalanya hancur.
“Ugh… Hiks… Ter, terima kasih… Kazuma, terima kasih…! WAHHH…!”
Aqua menangis tanpa henti sejak kukeluarkan dia dari mulut kodok.
Bahkan dewi pun tidak bisa menahan horornya menjadi mangsa.
“Kau… Kau tak apa-apa, Aqua? Kuatkan dirimu… Ayo balik. Quest yang kita ambil itu memusnahkan lima kodok dalam tiga hari, tapi mereka bukan musuh yang bisa kita tangani. Mari coba lagi saat perlengkapan kita lebih baik. Lihat, aku hanya memiliki pedang pendek, tidak ada baju zirah, dan masih memakai baju olahraga. Kita akan kembali saat kita terlihat lebih seperti petualang.”
Jujur saja, pemula sepertiku mengalahkan kodok itu hanya karena dia berhenti bergerak selagi dia mencoba menelan Aqua.
Kalau kodok itu menyerangku tanpa hambatan, aku tak akan berani menghadapinya.
Aqua berdiri dengan cairan mengkilap di sekujur tubuhnya.
“Ugh… Kalau dewi sepertiku dipermalukan seekor kodok; masa mau kabur? Aku sudah dinodai. Kalau pengikutku melihat betapa kotornya aku… Iman mereka pasti akan pudar! kalau orang-orang tau aku lari dari kodok , itu akan menghancurkan nama baik Dewi Aqua!”
Kau tak perlu khawatir soal itu. Di lapangan, kau dengan girangnya membawa bahan bangunan beberapa kali lebih banyak daripada yang lain. Kebahagiaan terbesarmu adalah makan malam setelah mandi; kau tidur begitu pulas sampai kau ngiler saat tidur di sampingku di kandang kuda. Setelah melihat bagaimana kau bertingkah, dilumuri lendir itu bukan apa-apa.
Namun, sebelum aku bisa menghentikannya, Aqua menerjang kodok lain di kejauhan.
“Ah! Hei, tunggu, Aqua!”
Aqua mengabaikan suaraku, mendekat ke kodok itu dan menggunakan momentumnya untuk meninju perutnya.
“Rasakan kemurkaan dewi! Kau berani melawan dewi!? Bertobatlah di neraka! GOD BLOW!”
Aku ingat staf di guild memberitahuku kalau serangan fisik tidak efektif ke kodok raksasa.
Tinjunya masuk ke perut, sementara si kodok terlihat tak bergeming…
Aqua dengan pasrah melihat ke mata kodok itu dan berkata lembut:
“… Dilihat dari dekat… Kodok itu lucu, ya?”
… Aku mengalahkan kodok raksasa ke dua yang berhenti bergerak selagi berusaha menelan mangsanya. Petualangan hari ini berakhir dengan aku membawa kembali dewi yang menangis berlumuran lendir.
________
“Aku paham. Hanya kita berdua saja tidak cukup, jadi mari merekrut anggota baru!”
Setelah kembali ke kota, Hal pertama yang kami lakukan adalah pergi ke pemandian. Kemudian kami makan kodok goreng di guild petualang dan berdiskusi.
Selain jadi tempat petualang bertemu, guild petualang juga berfungsi sebagai bar. Petualang bisa menjual monster hasil buruan, dan monster tersebut bisa disajikan sebagai hidangan yang lezat juga.
Kami menjual dua kodok yang kami buru ke guild dan mendapatkan bayaran darinya.
Kodoknya terlalu besar untuk kami bawa, tapi, kalau kau mengajukan permintaan ke guild, mereka akan membantu pengangkutan, membawa monster yang kau buru.
Menjual satu kodok dan dikurangi ongkos kirim memberikan kami 5,000 eris.
Pendapatannya setara dengan pekerjaan konstruksi.
Namun, aku terheran, daging kodok goreng yang agak keras ini tidak disangka-sangka enak.
Saat aku pertama datang ke dunia ini, aku agak segan memakan kadal dan kodok.
Tapi, setelah menyicipinya saat disajikan padaku, ternyata enak.
Tentu saja, dewi di hadapanku makan apapun tanpa segan.
“Tapi… Meski kita mau merekrut rekanan, menurutmu akan ada yang mau bergabung dengan pemula seperti kita yang tak punya perlengkapan memadai?”
Dengan mulut penuh daging kodok, Aqua melambaikan garpu di tangannya.
“Az agu zisini, agu anya ferlu…”
“Telan. Telan dulu sebelum kau berbicara.”
Setelah Aqua menelan, dia berkata:
“Ada aku di sini, aku hanya perlu berseru dan orang-orang akan mengantri untuk bergabung dengan kita. Aku ‘kan Archpriest, pekerjaan tingkat atas! aku bisa menggunakan segala macam sihir penyembuhan dan pendukung, dan aku bisa menyembuhkan kejang-kejang dan racun. Aku bahkan bisa membangkitkan, bakat yang diinginkan tim manapun. Aku mungkin jatuh ke dunia fana, menyebabkan kekuatanku jauh dari prima, tapi aku masih dewi… Ahem! Aku kan Dewi Aqua! Aku hanya perlu memasang pengumuman dan banyak orang akan muncul meminta ‘bawa aku dalam quest’! Kalau kau paham, berikan aku daging kodok goreng lagi!”
Setelah selesai, orang yang mengaku dewi ini mengambil sepotong daging kodok goreng dari piringku selagi aku menatapnya dengan cemas.
– Keesokannya, di guild petualang —
“… Tak ada yang datang…”
Aqua dengan sedih bergumam sendiri.
Setelah memasang pengumuman rekrut, kami duduk di meja dalam guild petualang dan menunggu rekan baru muncul. Sudah setengah hari lewat.
Petualang lain melihat pengumuman kami.
Selain kami, beberapa petualang juga merekrut; mereka mengadakan wawancara, berbicara dengan mereka dan pergi.
Aku sangat tahu kenapa tak ada yang datang.
“… Hey, mari turunkan standar. Tujuan kita adalah mengalahkan Raja Setan, jadi syarat seperti itu memang perlu… Tapi, ‘hanya merekrut pekerjaan tingkat atas’ itu terlalu sadis.”
“Ugh… Tapi…”
Di dunia ini, pekerjaan petualang dibagi berdasar tingkatan, beberapa merupakan tingkat atas.
Aqua sebagai Archpriest merupakan salah satunya.
Sulit bagi orang biasa untuk lolos ke tingkatan ini. Dia bisa sekalian menjadi kandidat pahlawan.
Terlebih lagi, lumrah kalau kandidat pahlawan menikmati hidup istimewa di tim lain…
Aqua mungkin ingin merekrut rekan yang kuat untuk mengalahkan Raja Setan.
Tetapi…
“Kalau begini terus, tak akan ada yang mau! Kau mungkin punya pekerjaan tingkat atas, tapi punyaku yang terlemah. Aku akan kehilangan tempatku kalau dikelilingi elit. Gimana kalau persyaratan masuknya diturunkan…?”
Selagi aku hendak berdiri…
“Aku melihat pengumuman merekrut petualang tingkat atas. Apa kalian yang memasangnya?”
Dia menyapa kami dengan mata merah yang mengantuk.
Rambut hitamnya yang halus sampai sebahu.
Yang kami lihat, dia cewek dengan baju penyihir yang klasik dengan jubah hitam, sepatu bot gelap, topi runcing dan tongkat.
Tubuhnya mungil seperti boneka porselen–dia loli*.
<Catatan: Loli, perempuan yang berpenampilan seperti anak kecil berapapun umurnya.>
Tidak heran kalau anak-anak bekerja di dunia ini…
Cewek mungil yang terlihat berumur sekitar 12-13 tahun memiliki penutup mata menutupi satu matanya. Dia mengibaskan jubahnya dan berkata:
“Namaku Megumin! Aku terpanggil menjadi Archwizard, dan yang mengontrol sihir serangan terkuat, EXPLOSION…!”
“…Kau ke sini untuk mengejek kami ya?”
“Ti-tidak kok!”
Aku tidak bia menahan sinis terhadap perkenalan cewek ini saat dia dengan panik menyangkal.
Terlebih lagi, nama apaan tuh Megumin?
“Mata merah, apakah kau Setan Merah?”
Cewek itu mengangguk untuk menjawab pertanyaan Aqua dan memberikan kartu petualangnya.
“Tepat! Aku penyihir elit dari Klan Setan Merah, Megumin! Sihirku cukup kuat untuk membelah gunung…! … Jadi begitulah. Kau butuh penyihir yang mantap? … Ngomong-ngomong, aku punya permintaan. Aku belum makan tiga hari; bisakah kauberi aku makanan sebelum wawancara…?”
Megumin melihat kami engan tatapan sedih.
Suara ‘ugu’ yang menyedihkan datang dari perut Megumin.
“… Aku tidak apa-apa mentraktirmu makanan, tapi kenapa kau pakai penutup mata? Kalau kau terluka, kau perlu nih cewek untuk menyembuhkanmu?”
“Humph… Ini benda ajaib untuk menahan kekuatanku yang luar biasa… Kalau kau tarik, bencana besar akan melanda dunia…”
“Oh… Jadi ini semacam segel?”
“Aku bercanda. Ini hanya penutup mata biasa. Cuma terlihat keren saja… Ah, maaf… Tolong jangan ditarik, hentikan!”
“Eh… Dengar, Kazuma, Setan Merah terlahir dengan kecerdasan tinggi dan sihir yang kuat, kebanyakan memiliki potensi menjadi penyihir kuat. mereka cukup dikenal dengan mata merah dan nama aneh mereka.”
Aqua menjelaskan selagi aku menarik penutup mata Megumin.
… Aku paham. Dari namanya dan penutup matanya, kukira dia mengejek.
Aku melepas penutup mata itu dan dia menegaskan:
“Tidak sopan mengatakan nama kami aneh. Dari pandanganku, nama orang-orang di kota ini yang aneh.”
“… Baik, boleh aku tahu nama orang tuamu?”
“Ibuku Yuiyui, dan ayahku Hyoizaburo.”
“…”
Aqua dan aku terdiam.
“… Terus, ada banyak penyihir kuat di ras nih cewek, ‘kan? Bisakah kita merekrut dia?”
“Hei, kalau ada masalah dengan nama orang tuaku, katakan saja!”
Saat Megumin condong maju, Aqua mengembalikan kartu petualangnya.
“Tidak apa-apa, ‘kan? Kartu petualangnya asli; dia punya pekerjaan tingkat atas dengan kemampuan untuk menggunakan sihir yang kuat–Archwizard. Stat sihir di kartunya sangat tinggi, jadi dia punya banyak potensi. Kalau dia memang bisa menggunakan Explosion, itu luar biasa! Explosion itu sihir tertinggi dari sihir ledakan dan sulit dipelajari.”
“Hei! berhenti menyebutku dengan ‘dia’, gunakan namaku!”
Megumin protes, aku memberinya menu makanan.
“Tak usah ambil pusing, ‘gih pesan makanan. Namaku Kazuma, dan ini Aqua. Senang bertemu denganmu, Archwizard.”
Megumin terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya dia terdiam mengambil menu.
________
“EXPLOSION itu sihir serangan terkuat. di sisi lain, butuh waktu lama merapalnya. Tolong hadang kodok itu sampai aku siap.”
Kami membawa Megumin yang sudah makan untuk balas dendam kodok raksasa.
Aku bisa melihat seekor kodok dari kejauhan di dataran.
Kodok itu sudah memperhatikan kami dan melaju kemari.
Sebagai tambahan, aku bisa melihat kodok lain datang kemari dari arah berlawanan.
“Tolong target kodok yang masih jauh. untuk yang lebih dekat… Hey, ayo, Aqua. Kali ini waktunya balas dendam. Kau mantan dewi, ‘kan? Gimana kalau kau tunjukkan kemahiranmu?”
“Apa maksudmu ‘mantan’? Aku masih dewi! Posisiku sebagai Archpriest hanya samaran!”
Megumin melihat ke Aqua yang mencekikku dan berkata:
“… Dewi?”
“… Dia cuma wanita menyedihkan yang mengklaim dirinya sebagai dewi. Dia akan mengatakan hal seperti ini dari waktu ke waktu, jadi abaikan dia.”
Setelah mendengar penjelasanku, Megumin melihat Aqua dengan penuh simpati.
Aqua hampir menangis dan frustasi berlari ke kodok terdekat dengan kepalan tinjunya.
“Kau cuma kodok yang kuat terhadap serangan fisik! Biar kutunjukkan padamu kekuatan dewi! Kazuma, perhatikan baik-baik! Aku belum melakukan hal hebat, tapi hari ini aku akan berhasil!”
Aqua, yang tidak punya kapasitas untuk belajar, berteriak dan berhasil memasuki tubuh kodok itu, menghentikan gerakannya.
Sesuai dugaanku dari dewi ini, mengorbankan dirinya untuk mengulur waktu.
… Kemudian, udara di sekitar Megumin mulai bergetar.
Bahkan pemula sihir sepertiku bisa melihat kalau Megumin menyiapkan sihir yang luar biasa.
Lantunan Megumin mengeras seiring dengan mengalirnya keringat di wajahnya.
“Lihat baik-baik; ini serangan sihir terkuat yang diketahui manusia… Sihir maha dahsyat.”
Ujung tongkat Megumin mulai menyala.
Skalanya mungkin kecil, tapi terlihat mengakumulasi cahaya yang banyak dan bersinar terang.
Mata merah Megumin bersinar dengan cemerlang.
“EXPLOOOOOOOSION!”
Sebuah cahaya menyambar dataran.
Cahaya yang dikeluarkan ujung tongkat Megumin ditembakkan, mengenai kodok yang mendekati kami…!
Efek sadis dari sihir itu langsung terlihat.
Cahaya menyilaukan terlihat dan kodoknya tercabik-cabik dengan ledakan yang menggelegar.
Hampir tertup angin yang kencang, aku menutupi wajahku dan menguatkan diri.
Setelah debunya mengendap, kawah berdiameter 20 meter terlihat di tempat kodok berada, menunjukkan betapa kuat ledakannya.
“… Luar biasa–jadi ini sihir.”
Saat aku merasa tergerak dengan kekuatan sihir Megumin, kodok lain pelan-pelan memanjat keluar dari dalam tanah, mungkin terbangun oleh gelombang dan suara ledakan.
Aku berpikir bahwa tanpa hujan dan sumber air di dataran, kodok-kodok akan mengering di bawah matahari. Ternyata mereka menggali bawah tanah untuk menghindari terpanggang.
Kodok yang baru keluar itu dekat dengan Megumin, tapi gerakannya sangat lamban.
Kalau kita gunaakan kesempatan ini untuk lari dari kodok itu dan membiarkan Megumin menggunakan Explosion lagi, kita bisa meledakkan kodok itu jadi abu.
“Megumin! Ayo mundur sementara dan serang dari kejauhan…!”
I melihat ke arah Megumin.
Tubuhku terasa kaku…
Karena Megumin tengkurap rebah di tanah.
“Humph… Explosion itu sihir penghabisanku. Kuat dan menggunakan banyak mana. Sederhananya, mana yang kugunakan melewati batasku, jadi aku tak bisa bergerak. Ah, tak kusangka ada kodok yang muncul tiba-tiba… Gawat, ‘ku akan dimakan. Maaf, tolong aku. Hya…!”
Dengan gerakan mereka terkunci tubuh Aqua dan Megumin, aku menghabisi dua kodok.
Kami menyelesaikana misi mengalahkan lima kodok raksasa dalam tiga hari.
________
“Ugh… Ugh… Hiks… Bau… Baunya amis…”
Aqua terisak-isak mengikutiku, berlumuran lendir.
“Di dalam kodok sih bau, tapi lumayan hangat… Aku mendapat pengetahuan yang tak ingin kuketahui…”
Megumin, berlumuran lendir seperti Aqua dan kugendong, memberitahuku sesuatu yang tak pernah ingin kuketahui.
Kalau seseorang menggunakan sihir yang melebihi kapasitas mana-nya, daya hidupnya akan diserap untuk menggantikan.
Menggunakan sihir kuat dalam keadaan mana habis bisa menyebabkan kematian.
“Mulai sekarang, Explosion dilarang kecuali keadaan darurat. Tolong gunakan sihir yang lain saja mulai sekarang, Megumin.”
setelah mendengar yang kukatakan, Megumin mencengkram bahuku lebih keras.
“… Tidak bisa.”
“… Hah? Tidak bisa?”
Aku mengulangi perkataan Megumin.
Megumin mencengkram lebih keras dan menekan dadanya yang rata ke punggungku.
“… Aku hanya bisa menggunakan EXPLOSION; aku tidak tahu sihir lain.”
“… Serius?”
“… Ya.”
Saat Megumin dan aku terdiam, Aqua, yang terisak-isak, bergabung dalam pembicaraan.
“Apa maksudmu kau hanya tahu Explosion? Kalau kau punya poin kemampuan yang cukup ‘tuk mempelajari Explosion, kau pasti sudah belajar sihir lain, ‘kan?”
… Poin kemampuan?
Dipikir-pikir, staf konter di guild memang menyebutkan sesuatu tentang poin kemampuan.
Melihat aku bingung, Aqua menjelaskan padaku:
“Kau mendapatkan poin kemampuan saat kau memilih pekerjaan; dipakai untuk mempelajari kemampuan. Semakin berpotensi seseorang, makin banyak poin kemampuan yang didapat di awal. Kau bisa mempelajari banyak kemampuan menggunakan poin kemampuan. Contohnya, aku yang hebat ini mempelajari semua trik pesta dan sihir Archpriest.”
“… Di mana kau akan menggunakan trik pesta?”
Aqua pura-pura tidak mendengar pertanyaanku dan melanjutkan:
“Tergantung dari orang dan pekerjaannya, ada batasan kemampuan yang bisa dipelajari. Contohnya, seseorang yang takut air akan butuh lebih banyak poin untuk mempelajari sihir air atau es… Namun, karena sihir ledakan terdiri dari sihir gabungan, kau membutuhkan pengetahuan mendalam sihir api dan angin untuk menguasainya. Ini berarti orang yang bisa mempelajari sihir ledakan seharusnya bisa menguasai sihir lain dengan mudah.”
“Ini berart tidak masuk akal untuk tak bisa menguasai sihir tingkat rendah saat kau tahu sihir ledakan yang bertingkat tinggi… Terus, Di mana kau bisa menggunakan trik pesta?”
Megumin berguman saat aku selesai berbicara:
“… Aku Archwizard yang mencintai EXPLOSION. Yang aku suka bukan sihir ledakan, tapi EXPLOSION.”
Duh, apa sih bedanya sihir ledakan dan Explosion? Aku gagal paham.
Aqua mendengarkan Megumin dengan wajah serius.
Tidak, dibanding itu, aku lebih tertarik dengan trik pesta.
“Petualangan pasti akan lebih mudah jika aku mempelajari sihir lain. Air, api, tanah, udara dan cahaya… Mempelajari sihir yang berhubungan dengan itu mestinya cukup bagus… Namun, aku tak bisa; cintaku hanya EXPLOSION. Meski aku hanya bisa merapalnya sekali sehari, meski aku akan tumbang setelah menggunakannya, cinta sejatiku tetap EXPLOSION! Satu-satunya alasan aku mengambil jalan Archwizard adalah untuk merapal EXPLOSION.”
“Luar biasa! Hebat! Tekadmu mengikuti mimpi romantismu meski tahu itu tidak efisien membuatku tergerak!”
… Oh tidak, kelihatannya penyihir ini akan tidak berguna.
Buktinya dia cocok dengan Aqua.
Setelah dua pertarungan dengan kodok, aku sangat meragukan kegunaan dewi ini.
Jujur saja, Aqua sendiri sudah cukup merepotkan. Kalau satu lagi bergabung…
Baik, sudah kuputuskan.
“Begitu ya. Aku pikir itu akan sulit, jadi bekrja keraslah. Ah, aku bisa melihat kota. Mari membagi rata hadiahnya di guild. Ya, semoga kita bertemu lagi kalau ditakdirkan.”
Megumin mencengkramku lebih keras saat aku selesai berbicara.
“Humph… Keinginanku hanyalah menggunakan EXPLOSION; hadiahnya hanyalah bonus. Begini saja: aku bahkan tak perlu hadiahnya. Kalau kau mau membelikan makananku, mandi dan benda-benda lain, aku tidak apa-apa. Tepat, kekuatanku sebagai Archwizard bisa dibayar dengan makanan dan biaya sehari-hari! Kau mau melewatkan kesempatan ini?”
“Tidak, tidak, tim lemah kami tidak pantas menerima kekuatan sehebat itu. Tepat, terlalu berlebihan meminta Megumin menetap di tim ini. Tim pemula seharusnya cukup dengan penyihir biasa. Lihat aku, pekerjaanku bahkan yang terlemah, petualang.”
Untuk mengusir Megumin, yang berpegang erat padaku saat sampai guild, aku mencoba melepaskan cengkramannya.
Meski begitu, Megumin menolak untuk lepas.
“Tidak, tidak, tidak pengaruh kalau kau baru atau lemah. Aku mungkin memiliki pekerjaan tingkat tinggi, tapi aku juga masih pemula. Level-ku hanya enam. Saat level-ku naik, aku tak akan tumbang setelah merapal. Jadi mari bicarakan baik-baik, oke?”
“Tidak, tidak, terlalu sulit mengandalkan penyihir yang hanya bisa merapal sekali sehari. Ugh, dia penyihir tapi cengkramannya kuat…! Lepaskan, tim lain mungkin tidak mau dirimu juga. atau lebih tepatnya, Explosion tak bisa digunakan di dalam ruang atau dungeon, dan membuatmu tak berguna. Hei, lepaskan cengkramanmu! Hadiahnya akan kubagi rata, jadi tolong lepaskan!”
“Tolong jangan tinggalkan aku! Tak ada tim yang mau denganku! Aku mau membawa tas atau apapun saat menjelajahi dungeon, Jadi jangan buang aku!”
Mungkin karena Megumin di punggunku berteriak, ‘Jangan buang aku!’, makanya orang yang melintas mulai berbisik sambil melihat kami.
Karena kami di kota dan penampilan Aqua mencolok, kami menjadi pusat perhatian.
“– Parah, tuh orang mau membuang anak itu…”
“– Dia membawa cewek yang berlumuran lendir.”
“– mempermainkan anak kecil dan membuangnya setelah itu. Sampah. Lihat, kenapa ada lendir melumuri tuh cewek? Permainan seksual apa yang dilakukan si mesum itu terhadap mereka?”
… Orang-orang memfitnahku.
Aqua tersenyum jahat saat mendengar mereka, benci amat.
Megumin juga terlihat mendengar bisikan mereka.
Aku melihat Megumin yang mengintip dari bahuku, senyum jahat terlihat di wajahnya…
“Aku tidak masalah dengan permainan apapun! Bahkan menggunakan lendir kodok seperti ini…”
“Baiklah–aku paham! Megumin, mohon kerjasamanya!”
________
“Baik, semua sudah terurus. Aku telah memastikan bahwa timmu telah menyelesaikan quest mengalahkan 5 kodok raksasa dalam 3 hari. Kerja bagus.”
Setelah melapor ke konter guild, aku menerima hadiah yang dijanjikan.
Karena Aqua dan Megumin berlumuran lendir, mereka terlalu bau kalau tidak mandi. Itu bisa menimbulkan kesalahpahaman, jadi aku mengusir mereka ke pemandian.
Satu kodok yang kami kalahkan hancur karena Explosion, jadi aku takut itu berpengaruh pada penyelesaian quest. Tapi tipe dan jumlah monster yang dikalahkan terekam di kartu petualang, jadi tak ada masalah.
Ak memberikan kartuku dan Megumin ke staf konter, yang dia masukan ke kotak mesin yang aneh. Konfirmasinya dilakukan begitu saja.
Hal yang dikembangkan di dunia ini menggunakan sihir daripada sains, jadi teknologi di dunia ini cukup maju.
Aku melihat kartuku lagi dan melihat aku di level 4.
Kudengar kodok itu bagus untuk petualang pemula menaikkan level.
Aku mengalahkan 4 kodok sendirian, cukup untuk menaikkan level ke 4.
Mudah bagi yang berlevel rendah untuk naik.
Stat di kartu bertambah sedikit, tapi aku tak merasa diriku bertambah kuat.
“… Tapi, aku benar-benar bisa bertambah kuat hanya dengan membunuh monster…”
Aku bergumam sendiri.
Staf konter menyebut itu saat penjelasan awal.
Semua hal di dunia ini memiliki jiwa. Apapun bentuknya, kalau kau makan atau membunuh sesuatu, kau bisa menyerap sebagian ingatan jiwanya. Itu katanya.
Bagian ini terasa seperti game komputer.
Kalau dilihat-lihat, ada tertulis ‘Poin kemampuan’ di situ, yang menunjukkan angka 3.
Hanya dengan memakai poin ini, aku bisa belajar kemampuan.
“Baiklah, 2 kodok raksasa, ditambah menerima hadiah menyelesaikan quest, totalnya 110,000 eris. Harap diambil.”
110,000.
Kodok raksasa ini seharga 5,000 eris setelah dikurangi ongkos kirim.
Jadi hadiah untuk 5 kodok ini adalah 100,000 eris.
Aqua berkata kalau quest diselesaikan dengan tim yang terdiri dari 4 sampai 6 petualang.
Jadi untuk petualang biasa, mempetaruhkan nyawa untuk bertarung dengan 5 kodok selama beberapa hari memberikan 125,000 eris. untuk tim 5 orang, tiap-tiap mendapat 25,000 eris.
… Tidak layak.
Menyelesaikan misi dalam satu hari berarti upah harian 25,000.
Kelihatan bagus untuk upah harian, tapi dari resikonya, kelihatan tidak setara dengan usahanya.
Kalau kodok lain muncul dan memakanku, kami bertiga akan musnah.
Aku jadi merinding.
Aku lihat quest lain. Yang ada di papan buletin adalah–
– Tebang pohon jahat yang merusak hutan, bayaran tergantung jumlah yang dikumpulkan.
– Bantu aku mencari serigala putih peliharaanku.
– Les pedang untuk anakku *Syarat: Rune Knight atau Sword Master.
– Merekrut subjek percobaan sihir *Syarat: HP tebal atau ketahanan sihir yang kuat…
Ya. Tidak mudah bertahan di dunia ini.
Aku ingin kembali ke Jepang di hari ke dua bertualang.
“… Permisi, boleh aku bertanya…?”
Saat aku mulai kangen rumah terduduk di bangku terdekat, seseorang berbicara dari belakang.
Lelah menghadapi kenyataan dunia ini, aku berbalik dengan tatapan kosong.
“Ada apa…?”
Aku terdiam saat kumelihat orang yang berbicara padaku.
Dia wanita ksatria.
Dia wanita ksatria yang super cantik.
Dia memberi kesan cantik nan keren pada landangan pertama dengan tatapan datarnya.
Dia sedikit lebih tinggi dariku.
Tinggiku165 cm.
Lebih tinggi dariku, mestinya sekitar 170 cm.
Dia memakai baju zirah yang keras di seluruh tubuhnya, cantik berambut pirang dan mata biru.
Mungkin satu atau dua tahun lebih tua dariku.
Aku tak bisa menebak bentuk tubuhnya dari baju zirahnya, tapi kurasa dia sangat berlekuk.
Wajahnya terlihat dingin… Gimana ya, menggugah sisi masokis…?
… Ah. Gawat, aku terpesona.
“Ah, eh–ada apa?”
Menghadapi Aqua, yang kira-kira seumuran, dan Megumin, yang lebih muda dariku, tidak masalah, tapi si cantik yang sedikit lebih tua dariku membuatku gagap.
Ini nih akibatnya lama menjadi hikikomori.
“Um… Tim yang memasang pengumuman rekrut itu kalian, ‘kan? Kau masih mencari?”
Ksatria wanita itu menunjukkan selembar kertas.
Benar, kami tidak merobeknya setelah Megumin bergabung.
“Oh–kami masih mencari. meski aku tak menyarankan bergabung…”
“Tolong pilih aku! Biarkan aku bergabung!”
Saat aku mencoba halus menolaknya, ksatria wanita itu tiba-tiba menggenggam tanganku.
… Eh?
“Tidak, tidak, tunggu. Tim kami punya banyak masalah; dua anggota lain beban dan pekerjaanku terlemah. Karena itu, dua temanku berlumuran lendir… Ow! Ow! Ow!”
Saatku menyebut lendir, ksatria wanita itu mempererat genggamannya.
“Aku benar, mereka yang berlumuran lendir itu temanmu! Apa yang terjadi, kok bisa berakhir begitu…!? A-Aku juga…! Mau merasakannya…!”
“Hah?”
Apa katanya?
“Tidak, aku salah mengucapkannya. Untuk gadis-gadis emuda mereka mengalami hal itu… Sebagai ksatria, aku tidak bisa tinggal diam. Pekerjaanku itu tingkat atas, Crusader, jadi seharusnya aku memenuhi kriteria.”
Ada apa dengan ksatria ini? Matanya terlihat berbahaya. Aku kira dia mbak-mbak yang kalem!
Tapi radar bahayaku menangkap sesuatu.
Dia memberi kesan yang sama dengan Aqua dan Megumin.
… Dia mungkin cantik, tapi mau gimana lagi.
“Err–Aku belum selesai. Aku sangat tidak menyarankan bergabung. Satu dari kami tak berguna, yang lain hanya bisa merapal sihir sehari sekali dan pekerjaanku terlemah. Tim ini seampas itu, jadi lebih baik cari yang lain…?”
Ksatria wanita itu makin mempererat genggamannya.
“Sempurna! Jujur saja, Aku percaya diri dengan kekuatan dan ketahananku, tapi aku kurang cekatan… Jadi aku tak bisa memukul musuh…”
Sensorku tepat.
“Jadi kau tak perlu menganggapku memiliki pekerjaan tingkat atas; aku cukup maju tanpa peduli, jadi perlakukan aku seperti tameng.”
Ksatria wanita itu mendekatkan wajah cantiknya ke hadapanku.
Wajahnya terlalu dekat!
Karena aku duduk, dia melihatku dari atas. Rambut keemasan ksatria wanita itu menepis wajahku, membuatku deg-degan.
Saat-saatku menjadi hikikomori mempengaruhiku lagi…!
Tidak, ini terlalu merangsang untuk remaja perjaka, membuatku gelisah.
Tenanglah, jangan terayu parasnya!
“Tidak, gimana bisaaku meperlakukan cewek bagaikan tameng? Timku super lemah, jadi kalau ada serangn pasti kau kena. Monster-monster akan mngeroyokmu di setiap pertarungan!”
“Itu yang kusukai!”
“Tidak, gimana ya…? Dua temanku dilahap kodok dan berlumuran lendir! Ini bisa terjadi setiap hari!”
“Itulah yang kuinginkan!”
… Oh, aku paham.
Ksatria wanita yang tersipu menggengam tanganku.
Melihatnya, aku memahami sesuatu.
… Nih cewek bukan cuma tak berguna, karakternya pun busuk sampai ke akar.