Legend of Concubine’s Daughter Minglan - Chapter 232
- Home
- Legend of Concubine’s Daughter Minglan
- Chapter 232 - Momo Chang dan Urusannya (5)
Sebuah kereta kecil dengan atap berlapis kain minyak abu-abu membawa Keluarga Chang pulang ke rumah mereka. Dari bagian luar kereta terdengar seruan-seruan kusir kereta sementara di dalam kereta anggota keluarga itu sedang berdiskusi panas.
“Nian, bagaimana dengan artikelmu?” Momo Chang bertanya cepat.
Chang Nian terkekeh pelan, tidak tampak gugup sama sekali, “Sama seperti biasanya.”
“Kau tak boleh seperti biasanya!” Momo Chang seketika jadi was-was, “Kau harus lebih baik daripada biasanya!”
Chang Nian menenangkan neneknya, “Nenek, jangan cemas. Kupikir Nyonya ingin membantuku.”
Momo Chang menghembuskan desahan lega dan merasa agak lapang. Chang-Hu-shi yang duduk di seberang Momo Chang tak tahan untuk memprotes, “Ibu, kenapa Ibu memberitahu Nyonya semua tentang keluarga kita? Bahkan Tuan Gu juga belum memberitahu apa-apa kepadanya! Nyonya hanya akan menertawai kita!”
Momo Chang langsung mengamuk dan memaki, “Kau tahu apa?! Kau pikir kita bisa menyembunyikan hal ini dari Nyonya selamanya?!”
Chang Nian merasa kalau ibunya masih belum berhasil diyakinkan, maka dia pun membujuk, “Bu, Nenek benar. Aku sudah mengamati Nyonya saat dia bicara, dia sepertinya sudah tahu tentang masalah keluarga kita.”
“Bah! Aku melihat wajah kaget Nyonya saat dia mendengarnya!” Chang-Hu-shi bersikeras.
Chang Nian menggelengkan kepalanya dan berkata “Dia memang kaget, tapi bukan tentang cerita kita. Kupikr dia agak kaget karena nenek mau mengatakan semuanya secara terang-terangan.”
“Nian, kau memang anak yang pengertian!” Momo Chang menatap cucu lelakinya dengan bangga, kemudian dia berbalik dan menghardik menantunya, “Dasar perempuan bodoh! Apa kau pikir kau bisa membodohi Nyonya karena dia masih muda? Kudengar Wisma Cheng dijaga dengan ketat! Dia akan tahu tentang urusan kita cepat atau lambat. Lebih baik bila kita sendiri yang menceritakan kisahnya daripada membiarkan dia menemukannya sendiri!”
Lantas…. Bagaimana dengan Yan? Bukankah Ibu bilang Ibu ingin Yan menikah dengan Tuan?” Chang-Hu-shi menatap putrinya dan berkata demikian.
Setelah dia mengatakan hal itu, amarah Momo Chang langsung meledak, “Kau sebut dirimu sendiri sebagai ibu?! Kita seharusnya mendiskusikan hal semacam ini di antara kita saja! Kenapa kau memberitahu Yan? Kubilang padamu, berhenti memikirkan hal itu! Bahkan jangan pernah menyebutkannya!”
Chang-Hu-shi langsung jadi gentar, “Kenapa?! Sekarang saat Tuan Gu telah berada dalam posisi yang penting, kehidupan makmur telah menyapa kita! Kenapa Ibu tak mau menikahkan Yan kepadanya?”
Momo Chang memaki lagi, “Sembarangan! Berhenti bersikap bodoh lagi! Saat putraku terpusat pada pelajarannya, kamulah yang iri pada kekayaan orang lain dan membujuk ayahnya Nian untuk berbisnis. Kau telah mengacaukan keluarga kita! Sekarang saat kita akhirnya bisa menjalani kehidupan yang damai, kau ingin memasukkan kita ke dalam masalah lagi?!”
Melihat Momo Chang menamuk, Chang Yan dan Chang Nian pun terdiam. Chang-Hu-shi merona setelah dimaki dan menggumam, “Bu, ada anak-anak di sini.” Dia ingin ibu mertuanya menunjukkan respek kepadanya di depan anak-anak.
Akan tetapi, ingatan Momo Chang akan putranya jadi membengkak oleh amarah, dan dia pun hanya berteriak keras, “Kau adalah kambing hitam dalam keluarga kita! Perempuan vulgar! Aku pasti sudah buta karena memilihmu sebagai menantuku! Aku memberimu makan dan pakaian, dan kau hanya membuat putraku terbunuh! Apa kau benar-benar berpikir kalau Tuan Ye menyukaimu? Sejak lama dia sudah tahu orang macam apa kau itu! Dia bahkan tak mau repot-repot menatapmu!”
Begitu Momo Chang marah, dia tak pernah peduli dengan di mana dirinya berada dan mengucapkan semua yang ingin diucapkannya. Sekarang karena dia sedang ingin memaki, dia pun jadi sangat emosional hingga nyaris menyodok wajah Chang-Hu-shi dengan jarinya, “Aku hanya ingin Yan menikah dengan Tuan Ye karena aku ingin Yan merawat dia karena waktu itu dia tak punya seorang pun di dekatnya. Sekarang dia punya seorang istri yang hebat dan menjalani kehidupan yang bahagia! Jangan pernah berpikir kalau kau bisa mengacau dengannya! Aku adalah wanita yang tidak beruntung. Tiga hal paling pahit dalam hidup, kehilangan ayah saat kanak-kanak, kehilangan pasangan pada pertengahan usia dan kehilangan anak pada usia tua. Malang bagiku, aku telah mengalami ketiganya! Sekarang, aku hanya ingin Yan menikahi seorang pria baik-baik dan Nian memiliki masa depan yang cerah! Kalau kau melakukan perbuatan bodoh lagi, aku akan mengusirmu dari keluarga kami! Kau tak pantas untuk menjadi ibu mereka!”
Chang-Hu-shi sudah berlumuran ludah Momo Chang di seluruh wajahnya namun hanya bisa menahan semuanya tanpa berani membantah.
Chang Yan mengasihani ibunya yang bahkan tak punya nyali untuk menaikkan kepala, jadi dia pun tak bisa menahan diri untuk berkata, “Nenek, Tuan Ye dekat dengan Nenek. Kalau aku menjadi selirnya, dia akan memperlakukanku dengan baik.”
Momo Chang memelototi Chang Yan dan menjewer telinga yang bersangkutan seraya menghardik, “Kau sama persis dengan ibumu yang dangkal itu! Biar kutanya padamu, selama bertahun-tahun ini, pernahkan Tuan Ye bicara padamu lebih dari sepuluh kali?”
Chang Yan menutupi telinganya seraya menangis kesakitan. Sementara itu, dia merona dan berkata, “Tuan Ye selalu menganggapku sebagai seorang gadis kecil, jadi dia tak pernah memperhatikanku.”
“Bah!” Momo Chang berkata marah dengan gigi terpampang, “Kau sudah lihat berapa usia Nyonya hari ini. Usianya hampir sama denganmu. Apa kau pernah lihat Tuan Ye memperlakukan dia seperti anak-anak?! Dengar ini, buang ide tolol itu! Kau telah bertemu dengan Nyonya kita. Kenapa kau tak mengambil cermin untuk melihat dirimu sendiri! Bandingkan penampilan serta pengetahuanmu dengan Nyonya! Dia adalah phoenix di Langit dan kau adalah lintah di sawah!”
Chang Yan, merasa sangat tersinggung, matanya memerah dan dia memberengut, berkata, “Aku kan cuma bilang! Aku takkan pergi kalau begitu.”
Momo Chang masih belum puas melampiaskan semua amarahnya dan lanjut memaki, “Kau telah selesai menjalani masa berkabung untuk ayahmu. Saat kita pulang, aku akan mencarikan seorang pria untuk kau nikahi! Jangan lagi permalukan dirimu sendiri! Kau dan ibumu sudah melihat seperti apa Wisma Cheng, kalian berdua tak perlu pergi ke sana lagi! Kalian lebih baik tinggal di rumah dengan patuh, atau aku akan memukul masing-masing dari kalian dengan tongkat!”
“Kehidupan wanita tak pernah mudah di dalam sebuah keluarga kenamaan. Tuan Besar Bai tak mampu mengetahuinya dan membiarkan putrinya menikah ke dalam Wisma Marquis Ningyuan, dan dia mati setelah lewat hanya beberapa tahun!” Momo Chang, merasa amat berduka, menarik telinga cucu perempuannya lagi, berkata, “Seorang gadis sepertimu akan dimangsa hidup-hidup di dalam keluarga besar seperti itu!”
Chang Yan dan ibunya sama-sama terdiam setelah dikritik. Momo Chang mengesah dan berkata, “Aku masih bisa memberikan sedikit bantuan dengan masa depan adik laki-lakimu karena hubungan yang kumiliki dengan Tuan Ye. Kalau Nian bisa membuat pencapaian dalam karirnya, kau dan ibumu juga akan mendapatkan manfaatnya. Aih…. Lulus dalam ujian negara itu tidak mudah. Ayahku pernah memberitahuku kalau orang biasa akan menghabiskan belasan tahun lebih lama untuk mengikuti ujian negara ketimbang para bangsawan bila mereka tidak dibimbing.”
“Kakak, nenek benar. Kakak harus berhenti berpikir tentang menikahi Tuan Ye. Kulihat Kakak Qing yang tinggal di sebelah rumah cukup menyukaimu. Keluarganya memiliki lahan pertanian dan toko. Kau takkan diperlakukan dengan buruk di keluarga itu.” Setelah Chang Nian kehilangan ayahnya, dia jadi lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia membujuk kakaknya dengan suara lirih, “Di samping itu, kupikir Tuan Ye sangat menyayangi Nyonya. Dia takkan memperhatikan wanita lainnya.”
“Oh, kau juga sudah menyadarinya?” Momo Chang merasa kagum. Dia selalu memercayai cucu lelakinya.
Chang Nian mengangguk dan tersenyum malu, “Saat aku memberi Nyonya artikelku, Nyonya meletakkan buah yang telah separuh dimakan di piring. Tuan Ye mengambil buah itu dan langsung memakannya.”