Like Wind on A Dry Branch - Chapter 223
Api berkobar. Sabit Morbidus bergetar bagai pekikan setelah memecahkan Mahkota Lamenta.
Exitius mengayunkan scimitarnya pada Morbidus. Morbidus menangkis scimitar itu, dan lidah-lidah api menyala di sekitar bilahnya. Sabit Morbidus yang retak pecah berkeping-keping.
Mata Exitius berkilat. Dia mengangkat scimitarnya yang berkobar lagi. Akan tetapi, sebelum dia bisa mengayunkannya, Rietta bangkit dalam pusaran energi suci. Dia melompat ke depan Morbidus, dan Killian juga berlari maju, menutupi Rietta dengan pedangnya.
Scimitar Exitius berbenturan dengan pedang Killian. Gelombang kejut mengalir ke seluruh istana ketika keduanya bertabrakan.
Killian menarik Rietta ke sisinya dan merunduk. Iblis api lainnya telah menemukan mereka. Api meledak di sekitar mereka.
Persis pada saat itulah, seekor naga air raksasa bangkit di tengah-tengah bagai. Naga itu meraung dan menerjang ke arah si iblis api.
Petir menyambar, diikuti oleh ledakan membahana.
Ini adalah musim dingin yang kejam dengan tidak biasanya.
****
Racionel menyatu dengan Ferdian, kemudian memisahkan diri darinya, merintih, lalu menyatu lagi. Pada salah satu perpisahan, dia terjatuh ke dalam kolam air yang dalam. Dia tak tahu di mana dirinya berada.
Terengah, dia mengangkat kepalanya. Gelombang-gelombang kejut berdenyar di sekelilingnya. Rietta berdiri di hadapannya, dan dia gembira melihat wanita itu. Kita sudah ditakdirkan untuk bersama.
Ada banyak suara yang terlolos sekaligus dari mulut Racionel. “Rietta!”
“Kau akhirnya -”
“Kau akhirnya datang kepadaku!”
Namun Rietta melontarkan tatapan dingin kepadanya. Amarah Rietta membuatnya gemetaran. Dia tak mengenali wanita ini, tidak lagi. Kenangan-kenangan lama membanjiri dirinya.
Aku akan datang untuk menemuimu malam ini.
Jangan cemaskan tentang tanah airmu. Aku akan bicara kepada Kaisar.
Dasar penyihir! Kau telah menipuku. Tangkap dia, sekarang! Dia adalah penyihir hitam. Dia telah berusaha memengaruhiku dan membunuh sang Kaisar.
Bunuh dia! Tidak, tunggu. Tangkap dia hidup-hidup. Aku ingin menginterogasi dia.
Di dalam sub ruang iblis mimpi, Rietta tak menyembunyikan apa-apa. Racionel mengenal energi ini seperti halnya iblis mimpi mana pun – dia sudah membaca semua emosi yang Rietta rasakan pada wajah wanita itu. “Bagaimana itu bisa menjadi salahku?” dia berseru. “Beatrice-lah yang memilih.”
Rietta berdiri diam, tak berekspresi.
Racionel menggeram. “Tugas-tugas kontraktual kalian kepada iblis api sudah jatuh tempo. Kau tahu itu! Beatrice ditakdirkan untuk dibakar. Aku cuma kebetulan berada di sana ketika dia mengalaminya. Aku juga korban! Kau tak bisa menyalahkanku.”
Pekikan Racionel memenuhi udara. “Tidakkah sekarang kau melihatnya? Itu adalah takdir. Beatrice telah memilih untuk melangkah di jalan ini. Dia telah meramalkan hari ini! Dia ingin kau datang kepadaku.” Dia menuding pada Rietta. “Aku mengakhiri kutukan sang Putri demi dirimu. Aku telah melindungimu, supaya kau akan bergabung denganku. Kita akan menjadi dewa.”
Akhirnya, Rietta membiarkan amarahnya terlepas. Dunia meledak dalam energi suci yang menyesakkan.
Banyak orang yang melukai orang lain, namun lebih banyak lagi orang yang saling menjaga satu sama lain.
Rietta menunduk menatap Racionel. Pria itu sudah lebih dekat dengan iblis ketimbang manusia. Racionel roboh ke tanah, batuk-batuk dan gemetaran dengan rasa ketidakpercayaan.
Ini tak mungkin terjadi. Dia tak bisa menerima penolakan. Kenapa aku, sang terpilih, bisa terluka oleh energi suci? Kedua tangannya gemetaran. Dia merasa lebih buruk setelah Beatrice menolaknya.
Ini tak mungkin terjadi. Dia tahu kenapa Beatrice berpaling. Dahulu dirinya tak tahu apa-apa dan arogan. Namun Rietta tidak. Rietta tumbuh besar bersasmanya. Dia tahu semua tentang Rietta. Rietta adalah milikku.
Rietta menghampirinya dengan langkah-langkah pelan dan penuh kehati-hatian.
Tekanannya begitu mencekik. Racionel menatap tongkat Beatrice di tangan Rietta. Penyangkalannya menghasilkan kehancuran mental. “Kutukannya sudah dilepaskan!” Racionel memekik.
Semua orang di sekitar mereka menahan napas.
Racionel terus saja berteriak. “Dia sudah memaafkannya! Beatrice, bukan kau, telah memaafkan kami. Katanya kau tak bisa memaafkan kami karena kau tidak terlibat secara langsung, jadi apa yang membuatmu berpikir kau bisa melakukan ini?”
Orang-orang menatap Rietta dengan terkejut. Rietta tidak berkedip sedikit pun.
“Padahal Beatrice bisa saja lari, tapi dia tidak lari! Itu bukan salahku. Dia yang menawarkan dirinya sendiri kepada iblis api. Aku ada di sana hanya demi sang Kaisar. Aku yang menghentikannya, demi Kaisar. Kenapa dia yang dikutuk dan bukan aku? Dan kenapa kau bisa memaafkan sang Kaisar, tapi tidak memaafkan aku?”
Rietta berhenti di hadapan Racionel. “Ibuku telah memaafkan Kaisar, bukan kamu.” Matanya memicing. “Kesempatan apa pun untuk memberi maaf selalu untuk sang Kaisar. Bukan untukmu.”
Killian melangkah maju di samping Rietta, pedang terangkat. Di sisi kiri Rietta, Morbidus mengangkat sabit raksasanya. Di belakang mereka semua, naga air raksasa menjulang.
Santa Tania, para pemeriksa, dan para pendeta petarung semuanya mengangkat energi suci mereka dari kejauhan.
“Betapa teganya kau, Rietta? Kau bilang tak ada seorang pun yang bisa menggantikan Jade!” Racionel memelotot, kemudian menutup mulutnya, tiba-tiba teringat pada sesuatu yang pernah Rietta katakan dahulu. Killian tidak menggantikan Jade. Dia adalah dirinya sendiri.
Racionel memucat. “Itu tak mungkin benar,” dia menggumam. Kau dan Killian? Tidak mungkin. Aku mengenalmu. Kau bukan orang yang tak tahu terima kasih macam itu. Bagaimana bisa dia mencintai pria lain selain dirinya. Apalagi seorang pria seperti itu?
“Pikirkanlah semua yang telah kulakukan untukmu. Rietta, kau tak bisa melakukan ini padaku. Kalau kau pernah sedikit saja peduli tentang Beatrice!”
Sabit Morbidus melayang ke arahnya.
Mereka telah kehilangan begitu banyak. Beberapa di antaranya telah mereka peroleh kembali. Beberapa orang telah mereka maafkan. Yang lainnya, takkan pernah.
Iblis api sang Permaisuri menerjang entitas yang berkumpul. Api yang melahap semuanya membara dengan setiap keping terakhir kebencian dan amarah sang Permaisuri. Ini adalah harapan terakhirnya, dan Permaisuri telah menyerahkan semuanya kepada hal ini.
Si iblis api mengambil bentuk seekor naga dan meraung, sayap-sayapnya terbentang lebar. Ini akan menjadi serangan terakhirnya sebelum dia mati.
Si iblis air melompat untuk melindungi mereka. Si iblis api bertabrakan dengannya, dan Morbidus mendorong Rietta menjauh, melemparkan dirinya sendiri ke dalam lidah api.
“Jangan, Morbidus!” Rietta berteriak. Dia melihat beberapa ekor kupu-kupu biru beterbangan melewatinya. Salah satu dari kupu-kupu itu terbang ke sisinya.
Morbidus tersenyum.
****
“Sebelum kita melakukan perjalanan ini, apa kau bisa menjanjikan sesuatu padaku? Anggap saja ini kesepakatan, perjanjian, kalau kau mau. Suatu hari nanti ketika aku kembali ke neraka….”
“Kalau ini adalah sesuatu untuk Rietta,” Killian berkata. “Kenapa tidak memberitahu dia kebenaran tentang kontrakmu?”
Morbidus berpikir sejenak. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. “Lebih baik kalau Rietta tidak tahu. Pengontrakmu tidak selalu akan memerintahkanmu untuk melindungi diri mereka.”
****
Energi suci menyembur dari tubuh Rietta. Ketika iblis api dan iblis wabah bertabrakan dalam cahaya merah dan biru kehijauan, warna putih memenuhi udara di sekitar mereka.
Si iblis air mengguncang lepas Exitius dan meraung, kemudian berbalik untuk menelan iblis api sang Permaisuri. Ledakan hebat mengoyak udara, diikuti oleh warna putih yang membutakan.
****
Killian menggertakkan giginya dan memeluk Rietta, melindunginya dari hawa panas ekstrim.
“Morbidus….” Air mata mengalir menuruni wajah Rietta. Walaupun tak memiliki hubungan darah, Morbidus selalu menjadi sosok ayah bagi Rietta. Morbidus telah berkata padanya bahwa iblis itu mencintainya dan peduli kepadanya.
Terima kasih.
Ketika kekuatan sihir memudar dan tanah yang hancur di sekitar mereka terlihat kembali, Rietta mengerjap, penglihatannya kembali. Begitu cahayanya menghilang, Morbidus telah lenyap.
****
Kontrak dengan manusia itu tidak terlalu buruk. Beberapa iblis menganggapnya memalukan, tapi aku mendapati kalau kalian para manusia adalah rekan-rekan yang cukup baik. Dalam waktu bertahun-tahun yang telah kulewatkan bersama kalian, aku jadi mengetahui bahwa ada banyak jenis manusia. Kalian – para keluarga kerajaan Lamenta – adalah pengontrak terbaik.
Aku mulai melekat pada beberapa manusia tertentu. Hal itu mendatangkan kesedihan. Aku tahu kalau aku sudah jadi terlalu melekat, tetapi aku tak keberatan. Aku tak keberatan pada rasa sakit jika hal itu berarti aku bisa melihat orang yang istimewa bagiku dalam jarak dekat.
****
Dengan suara ceburan, Racionel melepaskan diri dari kekuatan iblis air. Dia terhuyung keluar dari air dan mendaki ke puncak panggung tinggi.
Dia berusaha berjalan, terjatuh, kemudian berusaha kembali. Barulah setelah beberapa kali percobaan dia mulai merasa menderita. Bagaimana bisa kau membuang perasaanku? Setelah semua yang sudah kulakukan untukmu, kau seharusnya berada di sisiku. Aku telah melalui begitu banyak hal demi memperoleh kekuatan-kekuatan ini.
Butuh waktu dua puluh tahun baginya untuk tiba di sini. Dia telah mengalami pengasingan yang memalukan di tangan adiknya. Dia juga menanggung aib dengan namanya dihapus dari sejarah kekaisaran.
Dia telah menyerahkan tahta, kehilangan keluarga dan namanya, merasuki tubuh seorang bangsawan tanpa nama dari kota kecil, dan merangkak sedikit demi sedikit untuk kembali ke puncak. Aku sudah berjuang begitu keras.
Dia telah menahan diri di hadapan Permaisuri yang mengerikan, hanya demi mendapat pendanaan. Dia telah menanggung diskriminasi dan sorot merendahkan. Dia telah melakukan tak terhitung banyaknya percobaan pada manusia untuk menyelesaikan tubuh dewa yang sempurna. Dia telah memberi begitu banyak pada Ferdian. Dan semua orang….
Dia tak bisa berdiri. Energi iblis wabah menyebar di dalam dirinya, membuat jantungnya berdebar tak karuan. Ujung-ujung tangan dan kakinya gemetaran, dingin dan kaku.
Namun bagian yang paling parah adalah rasa sakit hatinya. “Sekarang aku memiliki kekuatan sejati, tapi….”
Misinya untuk menjadi dewa telah berubah menjadi obsesi dengan Rietta. Mati-matian dia mendambakan persetujuan Rietta, walaupun dia tak mengerti sebabnya. Dia terisak, kemudian tertawa, mengepalkan tangannya.
“Rietta, aku mengerti. Ini karena kau… kau belum memercayaiku. Karena kau tak tahu apa yang telah kulakukan untukmu.” Matanya berkilat. “Mungkin ini takdir, tetapi kematian ibumu telah membuatmu terluka. Jadi sekarang….” Aku akan mengembalikan dia kepadamu.
Para dewa bisa mengabulkan harapan terbesar manusia. Apa harapan terbesarmu? Aku bisa memberimu apa saja. Membuatmu abadi atau membangkitkan orang mati.
Tentu saja, dia tidak akan menawarkan hadiah-hadiah semacam itu kepada setiap orang. Tetapi untuk Rietta? “Aku akan menghidupkan kembali mereka – mereka semua, seperti yang telah amat kau harapkan.”
Namun dia membutuhkan tumbal. Dia membutuhkan para pendeta untuk meningkatkan kekuatan sucinya. Walaupun semua kekuatan iblis ada di dalam dirinya, formulanya tetap saja belum sempurna.
Namun si iblis mimpi tidak akan membiarkan dia menerima kegagalan. Jadi, dia menyusun sebuah rencana yang tidak akan pernah dia coba kalau saja pikirannya waras.
Dia mengumpulkan setiap tetes kekuatan suci dan iblis yang ada di dalam dirinya. Dia juga memakai pengetahuannya tentang sihir kepausan kuno, dan hasil-hasil dari Proyek Lazarus. Dia menjangkau ke dalam lingkaran sihir raksasa yang masih terukir di dalam saluran air di bawah mereka.
Sihir ini tak bisa dibalikkan. Tak bisa dihentikan. Dia mengerahkan semua yang dia miliki ke dalamnya, membuka pintu menuju neraka.
****
Petir berkilat melintasi langit. Para pendeta tercengang ketika melihat para iblis berlarian keluar tanpa henti dalam kesatuan ruang dan waktu. Di dekatnya, para mayat hidup merayap keluar dari kuburan mereka.
Tubuh Racionel mulai pecah berhamburan. Dia telah menggunakan terlalu banyak sihir, memencarkan energinya. Di dalam sub ruang bersama iblis mimpi, para saksi mata tiba-tiba mengalami semua ingatannya, menyadari apa yang telah dia lakukan.
Para pendeta mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengeluarkan kekuatan pengusiran suci. Mereka bergegas pergi untuk menyegel gerbang neraka.
“Wahai Dewa, selamatkanlah kami!” mereka berseru.
Kelompok pertama pendeta yang menyadari bahaya tersebut mengajukan diri untuk mempertaruhkan nyawa dan membuat tanah keramat.
Semua upaya itu tak berguna. Pasukan iblis berlari menuju para pendeta.
****
Racionel sudah hampir merasa gagal. Sihirnya luar biasa besar, sampai dia hampir tak bisa percaya kalau dirinyalah yang telah mengerahkannya. Namun dia tak punya apa-apa lagi, jadi dia tidak akan rugi apa pun.
Kini, pertaruhannya telah terbayarkan, bahkan melampaui bayangannya. Waktu berbelok. Lewat celah-celah di dalam sub ruang, Racionel dari masa depan membisikkan otoritas dewa yang telah dia peroleh.
Aku adalah makhluk abadi, dia berujar.
Apa? Aku makhluk abadi? Berdiri di tengah-tengah pusaran sihir, Racionel mengacungkan kepalan tangannya ke udara. “Aku sudah tahu! Tentu saja, aku benar. Aku sudah menjadi dewa!”
Dirinya memang adalah makhluk abadi. Orang-orang menyebutnya iblis, tetapi memang apa pentingnya? Sejarah ditulis oleh pemenang. Dia memiliki waktu selamanya untuk memperbaiki catatan sejarah. Kebencian mereka pada saat ini tidaklah penting.
Ada banyak cobaan di dalam hidup. Beberapa rasa sakit bisa dihindari, namun beberapa dosa tidak. Beberapa kesukaran memang harus dijalani.
****
Rietta membeku. Sihir terlarang Racionel juga telah memberinya hamburan kekuatan. Kekuatan tertinggi, yang paling mustahil.
Kebangkitan? Dia teringat pada wajah-wajah orang yang dia cintai. Semua akan jadi begitu mudah….
Namun kemudian dia teringat pada Anais dan ibu Killian, Ariadne. Kebangkitan mereka bukanlah keajaiban. Kematian tak bisa dibalikkan. Yang hidup hanya bisa terus melanjutkan hidup, bertahan, dan melepaskan.
Gerbang neraka terbuka. Para iblis dan roh jahat meruah keluar dari dimensi itu dan memasuki dimensi mereka. Semua hukum dan prinsip dunia terjungkir balik, dan yang mati bangkit kembali.
Ini adalah ujian terakhir.
Rietta menjangkau sihir yang telah dipanggil oleh Racionel.
Racionel menatap dirinya, tersenyum gembira. “Selamat datang, Rietta.” Aku tahu kau akan datang. Manusia-manusia rendahan itu menyebutnya jahat dan terlarang, namun kekuatan adalah untuk mereka yang meraihnya.
Orang-orang akan berkata kalau dia telah mengotori Rietta. Namun yang sebenarnya, mereka selalu ditakdirkan untuk bersama-sama menjadi dewa. Asalkan kau bersama denganku, tak ada seorang pun yang bisa menyalahkanku. Semua manusia itu sama saja –
Oh Naga, maafkanlah aku karena membangunkanmu dari tidur abadimu, Rietta berpikir.
****
Di ujung jauh benua, gunung-gunung es di bawah laut putih jauh di utara mulai retak. Sang naga bergerak dari tidurnya, mengguncangkan menembus es dan gelombang laut. Dia mengangkat sayap-sayapnya, mengujinya, dan meraung.