Like Wind on A Dry Branch - Special 3
Maladiera telah berkontribusi amat besar pada pertahanan Axias. Dia telah melindungi wilayah itu dari efek-efek samping para iblis lainnya ketika Rietta dan Killian sedang pergi. Di antara dirinya dan tanah keramat, Axias hanya mengalami sedikit kerusakan, dan penduduk menghargai Maladiera atas hal itu.
Namun dia tidak melakukan semua pekerjaan itu sendirian. Ketika krisisnya jadi terlalu berat baginya, dia pun memanggil Morbidus. Morbidus kembali untuk membantunya, walaupun iblis itu tetap tak terlihat di mata semua orang lainnya.
Setelah semua yang terjadi, Maladiera jadi berteman dekat dengan Rietta. Rietta suka menghabiskan waktu bersama Maladiera karena wanita itu juga merindukan Morbidus. Tidak butuh kata-kata bagi Maladiera untuk memahami kesedihan Rietta.
“Kenapa kau selalu mengawasi dia dari atas sini?” Maladiera bertanya kepada Morbidus pada suatu hari.
Morbidus tak menjawab.
Berdasarkan pada pengalamannya dengan orang-orang sejauh ini, Maladiera berpikir kalau Morbidus mungkin takut kalau orang-orang akan membenci dirinya. Bagaimanapun juga, Morbidus adalah iblis. “Rietta tidak membenci kita,” Maladiera berkata. “Dia sering memikirkanmu. Dia akan senang kalau tahu kau masih hidup.”
Morbidus hanya memberi seulas senyum lemah pada Maladiera.
Belakangan, Morbidus berkata, “Beberapa hubungan akan lebih baik kalau kalian saling menjaga jarak satu sama lain, bahkan jika kalian saling menyukai. Kau akan mengerti saat kau sudah tumbuh lebih besar, Maladiera.”
Maladiera tidak setuju. Ketika kau menyukai seseorang, dia berpikir, kau seharusnya tidak membiarkan mereka bersedih karenamu.
Seharusnya, Morbidus pergi lagi setelah memastikan pernikahan Rietta berjalan mulus. Tetapi meski Maladiera tidak bisa membantah perintah Morbidus, dia memiliki pendapatnya sendiri. Dia berpikir suatu hari nanti Morbidus akan menyesali keputusannya. Orang kadang-kadang memang akan bertentangan dengan hati mereka sendiri.
Apakah Morbidus berencana untuk kabur, seperti yang dulu pernah dia dan Rietta rencanakan?
Maladiera ingin Morbidus berubah pikiran dan berbahagia, sama seperti Rietta ketika dulu wanita itu memutuskan untuk tidak pergi. Si gadis kecil sudah bicara dengan Vetere, dan Morbidus berakhir tetap tinggal di Axias setelah upacara pernikahan itu. Namun kehadirannya tetap menjadi rahasia di antara Maladiera dan sang Kepala Biara.
Damian memiringkan kepalanya dengan penasaran. Si gadis kecil duduk di kursi di depannya sementara dia mengepang rambut gadis itu. Ketika mendadak dia berhenti, Maladiera berbalik untuk menatap dirinya.
“Ada apa, Damian?”
Ketika iris mata emas memanjang si gadis kecil bertemu dengan matanya, Damian teringat kalau gadis itu adalah iblis. Dulu dia sering berjengit setiap kali melihat mata itu. Kini, dia tetap tenang. Dengan lembut dia memutar kembali kepala Maladiera. “Apa kau sudah tumbuh lebih tinggi, Mal?” Dia membelitkan kepangan Maladiera pada tanduknya.
Maladiera menjulurkan kakinya. “Benarkah? Entahlah. Kenapa?”
“Aku cukup yakin kalau kau sudah tumbuh lebih tinggi.”
Si gadis iblis terdiam sejenak. “Kurasa memang begitu. Anak-anak tumbu besar, kan?”
Damian tertawa. “Anak-anak manusia memang tumbuh besar, tapi kau tampak seperti ini saat kau lahir. Dan Morbidus juga tidak menua.”
Benar sih. Maladiera mengisap permen magisnya. Cemilan itu membantu mengendalikan energinya, supaya dia tidak membuat orang sakit tanpa disengaja.
“Selesai.” Damian menepuk punggung Maladiera.
Mal menatap dirinya sendiri di dalam cermin. “Terima kasih!” serunya, kemudian pergi untuk bermain, tanduknya tersembunyi di dalam rambutnya.
****
“Apa kau punya masa kanak-kanak, Morbidus?”
Morbidus menoleh dari rak buku, kebingungan.
Damian memberinya senyum kikuk. “Karena Maladiera tampak seperti seorang gadis kecil, aku penasaran apakah semua iblis pernah menjalani masa kanak-kanak.”
Morbidus meletakkan kembali buku yang dibacanya. “Tidak, aku tak pernah jadi anak-anak seperti Maladiera. Aku melewatkan beberapa tahun pertama dalam hidupku sebagai iblis muda, tapi aku jelas tidak akan menyebutnya sebagai masa kanak-kanak. Iblis yang terlahir di bumi memiliki pengetahuan dasar untuk bertahan hidup di sini.”
“Begitu ya.” Damian mengangguk dan membuat catatan mental tentang hal itu.
****
Maladiera bersandar pada pagar.
“Jangan berjinjit, Mal!” seorang anak berkata ketika dia menggambar satu garis di atas kepala Maladiera dengan batu putih.
Maladiera melipat kedua tangannya di depan perut. Kelompok anak-anak itu terdiam sejenak.
Akhirnya, gadis yang membawa batu mengangguk. “Kau sudah tumbuh lebih tinggi.”
Mata Maladiera melebar. “Sungguh?” Dia berputar. Teman-temannya merapat untuk melihat garis itu. Salah satunya menunjukkan seberapa tinggi Maladiera selama berbulan-bulan ini. Namun garis yang baru sedikit lebih tinggi.
Mata si iblis berkilauan. Aku sudah tumbuh. Dia telah berusaha bersikap normal di depan Damian, namun jauh di dalam hati, dia tahu kalau dirinya berbeda dari anak-anak lainnya. Mungkin itu ada hubunganya dengan alasan kenapa Morbidus terus menjauhkan diri dari Rietta.
****
“Rietta,” Maladiera memanggil.
Rietta membentangkan kedua lengannya dengan senyum gembira. “Hei, Mal.”
Si gadis kecil berlari ke arah Rietta dan melingkarkan lengannya pada pinggang Rietta. Rietta memeluk Adel di satu lengan dan Maladiera di lengan lainnya. “Aku suka rambut barumu,” Rietta berkata, menepuk-nepuk kepala gadis itu.
“Makasih. Ini karya Damian.”
Adel menyentuh kepangannya, penasaran. “Aku mau Damian mengepang rambutku juga.” Adel berlari menuju pintu, kemudian meragu, dan buru-buru kembali untuk berbisik ke telinga ibunya. “Aku akan belajar cara mengepangnya dan nanti aku akan mengepang rambut Ibu.” Kemudian dia berlari lagi.
“Hati-hati jangan sampai jatuh!” Rietta berseru, tersenyum.
Mal menatap Rietta dan menunggu hingga Adel lenyap dari pandangan. Kemudian Maladiera berkata, “Rietta, aku sudah tumbuh lebih tinggi.”
“Kau tumbuh? Benarkah?”
“Ya. Suatu hari nanti aku akan jadi dewasa.”
Rietta menutupi mulutnya, kemudian memeluk gadis itu. Maladiera balas memeluknya. Sehelai sapu tangan tergeletak di sudut – sebuah hadiah dari seorang gadis kecil lain. Si iblis menatap hadiah itu, memejamkan matanya, dan menguburkan wajahnya dalam dada Rietta.
****
Damian teringat pada apa yang telah Morbidus katakan kepadanya. Aku tak pernah melihat iblis tumbuh besar sebelumnya, tapi aku tak tahu. Aku juga belum pernah melihat ada iblis terlahir semuda Maladiera. Mungkin dia memang perlu tumbuh sedikit.
Damian memungut pena bulunya. Setumpuk lembaran papirus tergeletak di depannya. Lembar paling atas menuliskan: Draft: Penelitian Axias tentang Iblis Tingkat Tinggi. Dia sedang mengerjakan sebuah buku, di mana Morbidus sudah memberinya izin.
Iblis-iblis tingkat rendah terlahir sebagai bentuk kehidupan yang lebih rendah. Iblis tingkat menengah terlahir dengan kesadaran, namun bukan sebagai manusia. Hanya iblis-iblis tingkat tinggi yang terlahir dengan menyerupai manusia. Mereka bisa berkomunikasi dan merasakan emosi-emosi kompleks manusia seperti rasa takut, kecemburuan, penyesalan, dan cinta. Iblis-iblis tingkat tinggi ini memiliki sifat dan ciri khas uniknya sendiri-sendiri, sama seperti manusia.
Damian melirik salinan Demonologi Haviston-nya. Ketika dia menanyakan tentang buku itu kepada Rietta, Rietta berkata bahwa buku ini “buku yang bagus, tetapi bukan pembahasan yang mendalam.”
Morbidus pernah berkata, “Buku itu terlalu panjang. Aku tak pernah membacanya. Hanya karena aku adalah iblis bukan berarti aku tertarik pada iblis-iblis lainnya.”
Dan Ludin cuma berkata, “Siapa peduli? Kalian manusia toh salah tentang banyak bidang.”
Bidang demonologi masih sangat muda. Damian tahu kalau dirinya sedang menuliskan tentang subyek yang kontroversial. Dia merasakan tanggungjawab untuk misi ini. Pekerjaannya tidak akan mudah, tapi dirinya masih muda. Dia punya waktu untuk mengambil risiko.
Dia mencelupkan pena bulunya ke dalam tinta dan lanjut menulis.
Iblis-iblis tingkat tinggi seringkali terlahir mirip dengan manusia dewasa. Mereka terlahir dengan mengetahui bagaimana cara bertahan hidup di dunia. Ada kesalahkonsepsian umum bahwa mereka tidak menua, namun beberapa ada yang terlahir sebagai anak-anak dan bisa tumbuh. Tetap tidak diketahui apa yang menentukan usia mereka ketika lahir.
Iblis-iblis tingkat tinggi terlahir dari kumpulan rasa takut. Dia berspekulasi kalau Maladiera mungkin saja berasal dari rasa takut anak-anak ketika mereka mati karena wabah. Mungkin hal ini akan menjelaskan kenapa Maladiera tampak begitu muda. Tetapi apa yang kini membuatnya tumbuh?
Damian berhenti menulis, berpikir keras. Morbidus berkata bahwa iblis-iblis tingkat tinggi terlahir dengan mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup di dunia manusia. Tapi jika memang demikian masalahnya, dari mana datangnya pengetahuan manusia mereka?
****
Maladiera bergelantungan di atas pohon. Morbidus sedang berjalan ke arahnya ketika dia melompat turun dan berlari menghampiri iblis yang lebih tua itu.
Maladiera menyukai Morbidus – Morbidus adalah iblis yang kuat, keren, dan penyendiri namun penuh perhatian. Dia tahu kalau Rietta lebih penting bagi Morbidus ketimbang dirinya, tetapi dia tak keberatan menjadi orang nomor dua setelah Rietta.
Ada satu fakta yang tidak diketahui oleh Damian: sebagian besar iblis tingkat tinggi terlahir dengan ingatan unik, yang membuat mereka fokus pada sasaran-sasaran tertentu.
Maladiera memiliki keinginan bawaan semacam itu. Dia terlahir dengan sebuah pendambaan kuat, yang hanya semakin bertambah setelah dia bertemu dengan Adel dan melihat Adel bersama dengan Rietta. Aku ingin tumbuh besar seperti dia.
****
Damian menatap lilin yang berkedip-kedip.
Kelahiran sesosok iblis tingkat tinggi membutuhkan kematian, kesedihan, dan penodaan atas berkat yang kuat. Bahan-bahan ini menciptakan sesosok iblis, namun yang menentukan sifatnya adalah….
Menatap naskahnya, dia terpikirkan tentang seorang gadis kecil dari Gedung Timur yang meninggal pada suatu hari di musim panas.
Dia berhati-hati tentang membuat asumsi ini. Akankah hal ini menyakiti ati orang-orang yang mencintai Anna, jika mendengar bahwa Maladiera terlahir dari kematian anak-anak? Ataukah hal itu akan menyembuhkan mereka?
Apakah sekuntum bunga yang tumbuh dari tanah makam merupakan bagian dari orang tercinta yang sudah tiada itu? Bahkan meski yang tumbuh adalah rumput liar atau tanaman beracun?
Dia tak punya jawabannya. Si pemuda duduk diam sementara lilinnya terbakar habis.
Setelah melakukan doa petang sebentar, Damian kembali menyalakan lilin dan lanjut menulis.
Sejauh ini, iblis wabah adalah satu-satunya jenis iblis yang pernah terlihat pertumbuhannya. Ini mungkin karena hubungan biologis kuat mereka dengan manusia. Tetapi kita juga tak bisa mengesampingkan kemungkinan dari perkembangan semacam itu pada iblis-iblis lainnya.
Damian memutuskan untuk hanya menyatakan faktanya. Mal masih kecil, dan dia memilih untuk memerhatikan gadis iblis itu untuk saat ini. Demonologi masih dalam tahap awal sebagai sebuah bidang pelajaran.