Love Better Than Immortality - Chapter 11
Satu meja penuh dengan makanan lezat, termasuk Bebek Panggang Su Su kesukaan Lei Lei. Menurut Bibi Hong, hidangan ini semuanya ada 20 tael. Bebek nya sendiri saja sudah seharga 12 tael.
Lei Lei merasa sungkan, “Kalian nikmati saja. Aku pergi dulu.”
Tuan Muda tiba-tiba berkata, “Makanlah bersama kami.”
Qin Liufeng mengernyitkan kening, “Saudara Xiao, mengenai Buah Chang Sheng…”
Tuan Muda menggelengkan kepala, “Tidak masalah.”
He Taiping dan Qin Liufeng saling memandang. Raut wajah mereka sangat cemas. Situasi dunia persilatan saat ini sangat kritis, jadi tidak boleh terjadi apapun pada pewaris tunggal keluarga Xiao dan Feng Ming Dao. Xiao Bai selalu bijaksana tapi kurang bijak jika sudah berurusan dengan masalah hati. Dia mudah dimanfaatkan orang lain. Sekarang dia bahkan memberikan perlakuan khusus pada seorang gadis yang memiliki latar belakang tidak jelas. Sudah tahu akan membahas masalah penting tapi tidak menghindari gadis ini malah begitu mudah percaya padanya. Ini bukan hal yang baik.
Lei Lei terkejut juga bingung. “Xiao Bai” selalu bersikap dewasa dan tidak gegabah ketika melakukan sesuatu. Mengapa dia begitu mudah mempercayainya?
Bagaimanapun kepercayaan semacam ini membuat Lei Lei merasa berterima kasih. Tadinya dia ingin pergi supaya semua orang tidak merasa kesulitan. Dia tiba-tiba melihat tatapan mata Qin Liufeng yang sedikit tidak senang, jadi dia memutuskan untuk tidak pergi dan dia duduk di samping Tuan Muda sebagai tanda protes.
Dan baru pada saat ini, Leng Shengyin pria tampan sedingin es di sampingnya menatapnya beberapa kali dan merasa sangat terkejut. Gadis jenius, Leng Zui tetap tenang dan duduk bersama Kakaknya. Untung hubungan beberapa orang ini tidak biasa, tidak ada yang merasa sungkan dan langsung makan tapi masing-masing memiliki pikirannya sendiri.
Lei Lei sangat berterima kasih pada Tuan Muda. Sebagaimana biasanya makan, dia mengupaskan seekor udang besar dan menaruhnya di mangkuk Tuan Muda.
Tuan Muda tidak mengatakan apapun. Dia langsung menundukkan kepala dan memakannya.
Qin Liufeng sudah pernah melihat bagaimana mereka berdua sehari-hari lalu mengangkat alisnya, “Kamu ini terlalu tidak peka. Hanya mengambilkan makanan untuk majikanmu dan mengabaikan tamu. Bukankah ini tidak sopan?”
Sudah berusaha menyebabkan perselisihan antara aku dan “Xiao Bai” dan sekarang masih ingin aku melayanimu? Lei Lei meliriknya dan melihatnya mengeluarkan banyak daun bawang dari mangkuknya. Dan ketika dirinya melihat ada telur dadar dengna daun bawang di meja, sudah jelas kalau orang ini tidak menyukai daun bawang lalu dia mengambilkannya ke mangkuk Qin Liufeng, “Silakan, silakan makan. Jangan sungkan.”
Qin Liufeng menatap daun bawang tersebut untuk waktu lama dan menggumam, “Beda, ini beda.”
Semua orang tertawa bahkan Leng Zui juga sudah tidak bisa menahan diri melihat seringai Lei Lei.
Memang tetap “Xiao Bai” yang terbaik, Lei Lei lalu mengupaskan udang lagi dan menaruh ke dalam mangkuk Tuan Muda.
Tuan Muda dengan wajah sedikit tersipu dan dengan suara rendah berkata, “Terima kasih.”
He Taiping menatap Lei Lei tajam, “Tinggal di sini dan selamanya menjadi pelayan sama sekali bukan solusi. Apakah kamu bisa mengingat hal lain? Mungkin saja aku bisa membantu menyelidiki latar belakangmu agar kamu dapat segera berkumpul kembali dengan keluargamu.”
Ini lagi! Lei Lei menjadi gelisah.
Tuan Muda melirik Lei Lei, “Saudara He tidak perlu cemas. Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya.”
Melihat Xiao Bai begitu bersikeras untuk menolong gadis ini, He Taiping hanya bisa menghela napas dan memulai percakapan penting, “Aku sudah memeriksanya. Kabar mengenai penjualan Buah Chang Sheng di Kota Bi Shui memang benar.”
Baik Tuan Muda maupun Lei Lei membeku.
Qin Liufeng berkata, “Kabarnya Buah Chang Sheng akan dilelang. Harga dimulai dari satu juta. Waktunya malam Tahun Baru, di Gu Cha Xiang, Kota Bi Shui. Penjual menyebut dirinya sebagai Tuan Shi. Meskipun kabar ini belum tersebar ke seluruh dunia persilatan, tapi sudah tersiar kabar banyak orang yang rela menghabiskan uang untuk membelinya. Orang yang memiliki kemampuan finansial untuk membeli barang ini tidak banyak, tapi diam-diam banyak orang yang menghabiskan uang untuk membeli kabar ini. Begitu Buah Chang Sheng muncul, yang menjadi persoalan bukanlah soal harga tapi bisa memancing kekacauan. Apalagi barang pusaka seperti itu, Qian Yue Dong dan Chuan Qi Gu pasti tidak akan berdiam diri, mereka pasti akan turun tangan”
Tuan Muda merenung, “Kita tidak tahu siapa Tuan Shi itu sebenarnya dan apakah Buah Chang Sheng benar-benar berada di tangannya?”
Lei Lei menyela, “Buah Chang Sheng adalah barang yang sangat bagus, siapa yang rela menjualnya?”
He Taiping berkata, “Bagaimanapun Buah Chang Sheng tidak boleh jatuh ke tangan Shangguan Qiu Yue dan Fu Lou. Tuan Shi sengaja menarik begitu banyak pendekar ke Kota Bi Shui, hal ini sama sekali tidak diduga. Aku akan merilis kabar mengenai kita bertiga yang akan menuju Kota Jia Kong untuk melakukan inspeksi, kemudian diam-diam mengatur rute perjalanan kita ke Kota Bi Shui lalu mengerahkan tiga partai besar untuk memeriksa seluruh kota demi mencegah sekte iblis menggunakan kesempatan ini dan membuat kekacauan. Dan kebetulan bisa melihat siapa sebenarnya Tuan Shi. Menyebarkan berita semacam itu tapi masih bisa menyembunyikan keberadaannya tanpa meninggalkan jejak. Mungkin saja dia memiliki hubungan erat dengan Buah Chang Sheng.”
Tidak yakin apakah disengaja atau tidak, saat membicarakan hal ini, nada suaranya menjadi lebih berat, “Masalah ini tidak boleh sampai bocor. Jangan sampai orang itu mengetahuinya, kalau tidak sejarah akan terulang.”
Lei Lei terpana.
Leng Shengyin tiba-tiba berkata, “Mungkin orang ini mencuri Buah Chang Sheng dan menjebak ayahku. Mengakibatkannya mati karena difitnah…
He Taiping menepuk pundaknya dan menyelanya, “Tujuanku adalah untuk menyelidiki masalah ini, menemukan pelakunya untuk membalaskan dendam ayahmu.”
Mata Leng Zui yang berada di samping agak memerah kemudian menundukkan kepalanya.
Leng Shengyin tertawa dingin, “Ayahku dipukul oleh jurus telapak tangan unik milik Partai Xi Sha. Siapa lagi yang bisa menjadi pembunuhnya. Waktu itu mereka menuduh ayahku, mengatur agar bertemu dengannya di Puncak Gunung Hua dengan alasan untuk mengklarifikasi…”
Dia tidak melanjutkan dan hanya mendengus, “Maling teriak maling.”
He Taiping sedikit tersenyum, “Sepertinya masalah ini sedikit mencurigakan. Kota Bi Shui selalu berada di bawah Partai Nan Hai kalian. Saat ayahmu masih hidup, tindakannya selalu jujur dan selalu memikirkan rakyat. Dia selalu berharap Saudara Leng juga dapat melihat situasi yang lebih besar. Karena masih ada sedikit waktu sebelum Tahun Baru, kamu mungkin akan kembali lebih dulu. Tolong utus lebih banyak orang untuk menyelidiki secara diam-diam dan semoga saja segera menemukan keberadaan orang itu. Bukan hanya demi pembalasan dendam untuk ayahmu tetapi juga kontribusi untuk para rakyat. Aku yakin ayahmu di akhirat juga akan merasa senang.”
Leng Shengyin terdiam.
Lei Lei yang berada di samping mendesah. Dendam ayahnya begitu dalam. Dia begitu percaya kalau ayahnya dibunuh oleh Wen Ting. Dan kenyataannya mungkin memang demikian. Benar-benar menyia-nyiakan hati tulus Nona Wen. Pria tampan yang sedingin es ini tidak akan menghargainya. Plot seperti apa yang akan muncul nanti?
Tuan Muda tiba-tiba terpikir sesuatu, “Beberapa hari sebelumnya ketika kita melewati wilayah Partai Xi Sha, sepertinya mendengar banyak keluhan mengenai pajak yang terlalu tinggi?”
He Taiping langsung menatap Qin Liufeng.
Qin Liufeng mengangguk, “Aku akan memeriksanya.”
Lei Lei terkejut. Ternyata Qin Liufeng yang bertanggung jawab atas masalah ekonomi. Di samping He Taiping ada otak dan otot. Dikelilingi oleh orang-orang berbakat, tidak mengherankan kalau dunia persilatan ini tidak menjadi kacau karena masalah ini.
Masalahnya sudah diputuskan dan semua orang sudah akan melanjutkan makan. Kemudian Leng Zui tiba-tiba berkata, “Pada tanggal 15 bulan ini, kami akan mengadakan acara puisi di Ting Yun Lou dan ingin mengundang Saudara Xiao. Apakah Saudara Xiao ada waktu?”
Setelah mendengar kata puisi, Lei Lei jadi kegirangan bahkan melupakan bebek pinggangnya. Dia segera meletakkan sumpitnya dan darah seperti mengalir deras ke dadanya. Ini dia kesempatan baginya untuk bersinar. Berpuisi! Gadis yang bertransmigrasi pasti bisa membuat puisi! Aku akan membuat kalian semua terkejut!
“Xiao Bai” juga bisa membuat puisi? Lei Lei menoleh untuk melihat Tuan Muda.
Tuan Muda mengerutkan kening, “Aku tidak begitu mahir dalam berpuisi…”
Leng Zui berkata, “Saudara Xiao terlalu merendah. Saudara He tidak bisa hadir karena ada masalah yang harus dia urus. Tolong pandang aku dan jangan menolak undangan ini.”
Tuan Muda berkata, “Untuk acara seperti ini, seharusnya kamu mengundang Saudara Qin.”
Qin Liufeng tersenyum tanpa mengatakan apapun.
Leng Zui tidak mempedulikannya, “Hanya acara kumpul-kumpul biasa, aku tidak ingin membuang waktu Saudara Qin.”
Qin Liufeng tertawa, “Aku memang berniat untuk bersenang-senang, tetapi takutnya Nona Leng akan memandang rendah kemampuanku ini.”
Leng Zui tersenyum, “Bakat Saudara Qin sudah tersebar luas. Tentu saja bagus kalau kamu bisa datang, siapa yang berani memandang rendah kamu. Silakan datang.”
Kalau membicarakan masalah puisi mana mungkin melewatkan bakat terbaik. Gadis cantik ini mungkin ingin mengundang Qin Liufeng tapi tidak berani bertanya padanya sehingga memakai cara berputar dengan bertanya pada “Xiao Bai”. Contohnya kalau mau mengajak seorang gadis cantik, kamu juga harus mengajak temannya. Logikanya sama! Tentu saja jika ada keramaian pasti harus pergi. Tapi kalau “Xiao Bai” tidak pergi, mana mungkin aku ada kesempatan untuk menunjukkan kemampuanku?
Tanpa menunggu jawaban dari Tuan Muda, Lei Lei dengan cepat menganggukkan kepala dan menyetujui, “Baik, kami akan pergi kesana.”
“Kita?” Semua orang membeku.
Tuan Muda menyantap makanannya dalam diam.
Qin Liufeng menahan tawanya, “Saudara Xiao yang diundang, untuk apa kamu ikut?”
Melihat bagaimana pria ini sengaja mengajak bertengkar, Lei Lei menyahut dengan berani, “Tentu saja aku harus ikut untuk menjaga Tuan Muda dan memastikan keselamatannya.”
Tuan Muda hanya bisa memandanginya dengan terkejut, sama sekali kehabisan kata-kata.
Kali ini bahkan He Taiping juga tidak bisa menahan tawanya.
Qin Liufeng berkata, “Tidak disangka ternyata kemampuanmu besar juga.”
Lei Lei tetap berkata dengan licin, “Bukankah semakin banyak orang akan semakin meriah? Aku juga bisa belajar dari kalian semua.”
“Kamu?” Qin Liufeng memandangnya dari atas sampai bawah, “Kamu juga mengerti membuat puisi?”
Leng Zui berkata dengan dingin, “Ucapan Saudara Qin sangat tidak pantas. Siapa bilang wanita tidak bisa membuat puisi. Nona Lei Lei bersedia untuk hadir bukankah adalah hal yang bagus?”
Karena kehilangan kata-kata, Qin Liufeng berdeham, “Bukannya aku bermaksud mengatakan wanita tidak bisa membuat puisi. Hanya saja, dia…” Dia melihat ke arah Lei Lei, “Aku harus mengujinya baru bisa merasa tenang. Tidak ada batasan pada tema atau rimanya.”
Improvisasi puisi? Lei Lei tidak menduga akan trik ini sehingga dia mulai berkeringat. Aku sebelum kemari hanya menghafal puisi untuk mengagumi bulan dan bunga sambil minum-minum. Tetapi sekarang tidak ada yang minum-minum dan masih terlalu pagi bagi bulan untuk muncul. Bahkan tidak ada bunga dan rerumputan di sekitar. Saat ini hanya ada satu meja penuh dengan orang-orang yang sedang makan. Penyair hebat mana yang mengarang puisi tentang makan?
Qin Liufeng menggunakan sumpitnya untuk memilah daun bawang di mangkuknya. “Puisi?”
Karena ini terlalu mendadak, Lei Lei sama sekali tidak memiliki inspirasi. Dia berpikir lama dan keras tapi tetap tidak bisa mengingat puisi apapun mengenai makan. Sewaktu dia mendongak dan melihat raut wajah Qin Liufeng yang menggodanya malah membuatnya semakin tertekan.
Kalau tahu akan terjadi hal semacam ini, aku akan menghafal lebih banyak puisi sebelum datang kemari!
Seperti penderitaan penulis buku ini, benar-benar mengkonfirmasi sebuah kebenaran-“inspirasi dipaksa keluar”. Di bawah tekanan, Lei Lei akhirnya mendapatkan sebuah inspirasi dan teringat sebuah puisi terkenal dengan makna pendidikan yang sangat dalam. Puisi tersebut dipelajari sejak Taman Kanak-Kanak dan harus dihafal setiap makan sampai kelas 3 SD. Entah sudah berapa banyak generasi baru China yang sudah dididik sehingga kesannya sangat dalam.
Melafalkan ini sekarang sepertinya terlalu kekanak-kanakan dan sedikit tidak bisa menunjukkan kemampuan…
Tapi sekarang adalah keadaan darurat. Gunakan saja ini dulu, nanti baru bicarakan lagi! Lei Lei menyeka keringat di dahinya dan berkata, “Mencangkul di siang hari, keringat menetes ke tanah.” Dia berhenti dan menatap semua orang dengan seksama.
Dari hidangan di meja menjadi kerja keras sepertinya melenceng terlalu jauh. Leng Zui mengernyitkan kening lalu meletakkan sumpitnya.
Ujung bibir Tuan Muda berkedut.
“Menarik.” Qin Liufeng mengambil sehelai daun bawang dari mangkuknya, “Mencangkul di siang hari, keringat menetes ke tanah. Apalagi lanjutannya?”
Melihat dirinya dipandang rendah, Lei Lei sudah tidak peduli lagi. Dia melafalkan dua bait berikutnya dengan suara lantang, “Siapa yang tahu kalau setiap makanan di piring makan adalah kesengsaraan!”
Semua orang di meja terpana.
Sumpit yang sedang menjepit daun bawang itu terhenti di udara dan Qin Liufeng menatapnya begitu lama lalu berdeham. DIa memutuskan untuk mengorbankan indera perasanya dan memasukkan sayuran tersebut ke dalam mulutnya. Wajahnya begitu masam ketika menelannya.
Melihat sisa makanan di mangkuknya, Leng Zui menundukkan kepala dan sekali lagi mengangkat sumpitnya.
Tidak ada yang memujinya membuat Lei Lei menjadi murung.
Hanya sebatas puisi pendek sudah membuat suasana di meja makan itu menjadi dingin. He Taiping tanpa sadar melihat Qin Liufeng dan tertawa, “Puisi yang bagus. Setiap makanan memang sulit didapatkan, jadi kita harus lebih menghargainya. Kalau saja semua orang di dunia bisa memahami logika ini.”
Qin Liufeng tertawa pahit kemudian dia melanjutkan menghabiskan sisa daun bawang di mangkuknya.
Memang kemampuan menghargai He Taiping lebih tinggi! Dia menyadari kesenangan para bibi di Taman Kanak-Kanak ketika mengajar anak kecil. Lei Lei mengabaikan rasa sakit orang dan merasa sangat lega. Dia menoleh dan melihat Tuan Muda sedang memandangnya dengan senyum tipis di matanya dan langsung merasa pusing seperti disengat listrik.
Ketika pria tampan tersenyum, pesonanya sungguh luar biasa.
Sore harinya setelah pembahasan mendetail mengenai Buah Chang Sheng dan kapan mereka akan bertemu selanjutnya, He Taiping dan yang lainnya pergi. Lei Lei menemani Tuan Muda ketika mengantarkan mereka pergi. Sewaktu semuanya sudah naik ke kereta kuda masing-masing dan meninggalkan dua orang.
Leng Shengyin berbalik dan mengepalkan tangannya, “Karena masalah ini mendesak, aku akan berangkat besok. Saudara He juga akan ke Kota Jin Jiang beberapa hari lagi untuk melakukan inspeksi. Jadi aku menitipkan adikku pada kalian.”
Ternyata Leng Zui menolak pulang bersama Kakaknya dan ingin tetap tinggal untuk mengatur acara puisi tersebut. Karena kepribadiannya yang keras kepala, Leng Shengyin juga tidak bisa banyak bicara lagi.
Tuan Muda dan Qin Liufeng mengangguk, “Tidak perlu khawatir.”
Leng Zui mengangkat tirai kereta kudanya, “Saudara Xiao jangan lupa untuk menghadiri acara puisi pada tanggal 15 di Ting Yun Lou.”
Lei Lei mengangguk dengan cepat, “Ya, tidak akan lupa.”
Qin Liufeng bersandar di kereta kuda dan mengangkat alisnya, “Tidak hanya Saudara Xiao, masih ada Nona Lei.”
Menyadari kalau orang ini bermaksud tidak baik, Lei Lei segera menyembunyikan diri di belakang Tuan Muda sambil marah-marah dalam hati. Memangnya kenapa kalau kamu adalah orang berbakat. Nanti kalau aku sudah menghafal puisi Tuan Li dan Tuan Du, aku akan membuatmu terkejut!
Akhirnya beberapa kereta kuda itu menghilang dari pandangan.
Keduanya menyaksikan para tamu yang pergi. Matahari terbenam pun menghilang dan angin malam meniup pakaiannya. Tuan Muda yang diterpa tiupan angin terlihat lebih santai. Postur tubuhnya tegak dan wajah tampannya tampak tenang.
Dia berbalik, “Ayo kembali.”
Lei Lei tersadar. Dia teringat kepercayaan pada dirinya dan merasa bersalah, “Xiao Bai.”
Tuan Muda menatapnya.
Lei Lei merenung sejenak kemudian menatapnya, “Sebenarnya masalah aku dikejar itu aku mengarangnya.”
Tuan Muda terdiam.
Lei Lei menambahkan lagi, “Tetapi aku benar-benar kehilangan ingatan, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya.”
Tuan Muda akhirnya mengangguk, “Aku tahu.”
Jadi Xiao Bai sudah tahu kalau dia menumpang hidup. Pantas saja Xiao Bai membantunya menutupi hal ini. Lei Lei merasa gembira.
Tuan Muda mengalihkan pandangannya lalu berkata sambil berjalan pergi “Mengenai masalahmu, aku akan menyuruh seseorang untuk menyelidikinya.”
Menyelidiki? Itu tidak perlu, aku adalah iblis kecil! Lei Lei mengejarnya, “Xiao Bai, Xiao Bai, kamu sungguh baik. Sebenarnya tidak perlu menyelidiki hal ini. Lagipula aku sudah tidak ingat. Mulai sekarang aku akan tinggal di sini untuk melayanimu dan menjadi pelayanmu, oke?”
“…Lepaskan.”
“Xiao Bai, Xiao Bai?”
“….”
Lengan pakaiannya ditarik dan ada orang bergelayutan di lengannya. Tuan Muda tidak bisa mempertahankan sikap tenangnya lagi dan dengan menyedihkan membawa Lei Lei kembali.
Lei Lei ingin menunjukkan kemampuannya di acara perkumpulan puisi pada tanggal 15 bulan 9 di Ting Yun Lou.. Oleh karena itu dia memutuskan untuk mulai mempersiapkan diri dari sekarang. Puisi apa saja yang bisa dia ingat akan dia lafalkan beberapa kali.
Setelah selesai menemani Tuan Muda makan malam, Lei Lei bersembunyi di kamarnya. Dia menghafal dari “Bulan Terang di Samping Tempat Tidur” sampai “Tertidur Tanpa Sadar di Musim Semi” lalu “Dua Oriole” dan “Angsa”. Pada saat bersamaan, dia juga mencoba menebak topik apa yang akan diberikan pada hari itu?
Di awal malam, bulan sabit bergantung di langit sebelah barat dan terlihat seperti alis.
Lei Lei merasa terinspirasi. Dia bersandar di tepi jendela dan menggelengkan kepala ke arah bulan, “Kapan akhir musim semi dan musim gugur? Berapa banyak yang kamu ketahui mengenai masa lalu?” Sebenarnya aku juga lumayan terpelajar.
Di samping telinganya terdengar suara tawa orang.
Karena sebelumnya pernah diculik, Lei Lei merasa ketakutan lalu melompat menjauh dari jendela kemudian dia segera membuka mulut ingin beteriak meminta tolong tapi sebuah tangan dingin menutup mulutnya. Kemudian hidungnya mencium sebuah wangi yang harum dan orang itu memeluknya.
“Jangan berteriak, ini Kakak.”
Senyumnya yang lembut memenuhi seluruh ruangan.
Bulan purnama di samping bersinar terang,apakah akan ada yang memperhatikan bulan sabit di langit? Lei Lei terpana.
Wajah sempurna itu memantulkan cahaya bulan dan terlihat elegan juga lembut. Tapi karena pakaian seputih salju yang dipakainya, aura hangat dan dingin yang dipancarkan tubuhnya seolah-olah silih berganti membentuk sikap yang hampir menakutkan.
“Kapan akhir musim semi dan musim gugur? Kata-kata ini tidak bagus. Mana mungkin kita sebagai kakak-beradik bisa berakhir?” Shangguan Qiu Yue melepaskannya. Dia berkata dengan tatapan yang menyilaukan dan suara lembut, “Berapa banyak yang kamu ketahui mengenai masa lalu. Berapa banyak masa lalu yang kamu ingat?”