Mulberry Song (Bahasa Indonesia) - Bab 1
Editor : MsYumna
[Kota kekaisaran adalah kota yang kita sebut sebagai kota terlarang saat ini – seluruh istana kekaisaran]
________________________________________
Setengah dari langit kota kekaisaran terbakar api merah, secara bertahap awan berakumulasi menelan sentuhan cahaya bulan di cakrawala.
Sambil memegang rokku yang terlalu rumit, perlahan-lahan aku menapakkan kakiku di atas anak tangga benteng kota yang berwarna abu-abu terang dan berjalan dengan susah payah. Aku tidak pernah menyukai pakaian yang sangat rumit seperti ini, kecuali jika benar-benar perlu maka aku tidak akan pernah memakai baju seperti itu. Bahkan jika aku memakainya, di belakangku pasti akan selalu ada sejumlah besar pelayan yang selalu siap membantuku mengangkat rok.
Namun, hari ini tidak ada.
Di belakangku hanya ada para prajurit dengan zirah yang berat yang membawa tombak sedingin es dan berlumuran darah. Wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi saat mereka menangkapku dan membawaku menuju menara kota.
Di atas menara terdapat bendera peperangan yang berkibar terkena angin. Belum sempat aku mencapai puncak, terdengar suara tangisan para wanita dan anak-anak. Aku melangkah melewati potongan anggota badan yang kaku milik mayat seorang nona bangsawan. Kepala dan badannya terputus. Aku dengan teguh mengabaikannya dan berjalan ke tempat balkon tertinggi berada.
Bintang-bintang di kejauhan berputar, awan-awan bergulung dengan cepat. Mata ini menyaksikan bahwa sebuah hujan badai akan segera mendekat.
Di bawah menara kota, tiga ratus ribu prajurit telah mengepung kota kekaisaran dan memblokir semua sisi serta tidak memberikan kesempatan bagi siapapun untuk kabur.
Dengan orang sebanyak ini, selain suara ringkikan kuda-kuda perang yang menjengkelkan, aku tidak bisa mendengar suara lainya. Angin malam berbau darah yang dingin menerpa wajahku. Aku melepaskan pegangan dari rokku, membiarkan kain itu menari-nari mengikuti arah terpaan angin. Aku yakin, gaun pengantin yang tanpa henti mengalirkan warna merah terang ini pastilah menjadi warna yang paling menakjubkan selain warna merah darah milik orang-orang yang telah gugur.
Sebilah pedang dingin berbau amis menghunus leherku. Aura pembunuh berdarah dingin dari pria berbaju zirah di belakangku seketika membuat bulu kudukku berdiri. Dia mendesis dengan keras.
“Marquis Chang Ye, An Zi Wu!”
Tiga ratus ribu prajurit di bawah benteng tenggelam dalam keheningan. Aku merendahkan pandanganku, menyembunyikan sorot mata yang dapat terlihat pada kedua bola mataku agar terlihat mirip dengan sebuah patung.
“An Zi Wu!” Angkara murka pria di belakangku meletus, “Aku memerintahkanmu untuk segera keluar, terlambat satu menit dan aku akan mencongkel salah satu mata istrimu. Terlambat lebih lama dari itu dan aku akan memotongnya menjadi babi manusia [1] !”
Babi manusia, memisahkan keempat anggota badan, mencongkel mata, memotong telinga, mengiris hidung dan lidah, hukuman ini masih menjadi hukuman yang paling digemari oleh raja di belakangku.
Aku masih menundukkan pandanganku. Sementara aku mengumpulkan pemikiranku, aku juga berusaha menenangkan hatiku dan tidak menunjukkan ekspresi sedikitpun.
Para pasukan di bawah mulai gelisah. Mayoritas dari mereka mengabdikan diri di bawah kepemimpinan suamiku, Marquis Chang Ye. Banyak dari para jenderal yang juga sudah akrab denganku. Membunuh seorang wanita bukanlah perkara yang besar, tetapi dalam situasi seperti ini, membunuh istri dari pemimpin pemberontak dengan brutal, tak lain meupakan pengalihan.
Apalagi di atas benteng kota ini, ada banyak anggota keluarga para jenderal dan para prajurit yang semuanya sedang menangis dengan pilu. Saat ini, dengan mengancam akan membunuhku juga sebagai salah satu cara untuk mengatakan pada mereka bahwa mereka juga akan dibunuh dengan brutal sama sepertiku. Para pasukan ini telah cukup lama berkemah di luar kota. Mereka pasti merindukan istri-istri mereka, anak-anak dan para orang tua di rumah masing-masing, apa para wanita dan anak-anak mereka harus dibunuh juga …
Strategi kaisar yang sekaligus menargetkan hati dan pikiran mereka benar-benar sangat kejam.
Suara hentakan kaki terdengar dari bawah. Suara ini sebenarnya sangat ringan, tetapi telingaku masih bisa menangkap suara itu. Mungkin karena aku pernah menjadi penyanyi selama beberapa tahun, aku menjadi lebih sensitif terhadap suara, atau mungkin karena kuda yang ditungganginya, ‘Long Mei’, adalah kuda yang pria itu dan aku pilih bersama-sama.
Sebuah jalur terbuka menembus para prajurit di garis depan, seorang pria yang duduk di atas punggung kuda menarik tali pelananya. Dia tidak terburu-buru dan tidak pula terlalu lambat saat muncul ke hadapan semua orang.
Di antara malam yang diselimuti kegelapan, hanya pencahayaan dari obor yang memungkinkanku untuk melihat wajahnya yang tampak kabur. Aku hanya bisa mengenali punggungnya yang tegak dengan baju zirah berwarna perak yang melekat di tubuhnya. Benda itu menegaskan proporsi tubuhnya yang sempurna. Ini bukan pertama kalinya aku melihatnya dalam balutan baju perang. Namun, baru kali ini aku melihatnya mengenakan zirahnya di tengah peperangan.
Dia tidak menunjukkan sikap yang lembut, dia lebih mengedepankan sikapnya yang tegas.
Tanpa sadar, sudut bibirku melengkung naik membentuk senyuman. Itu adalah suamiku – Marquis Chang Ye, An Zin Wu. Saat ini, dia merupakan komandan utama pasukan pemberontak yang akan segera menggulingkan pemerintahan tirani sang penguasa negeri ini.
Melihat Zi Wu akhirnya keluar, kaisar di belakangku agak senang. Bagaimana tidak, rumor bahwa Zi Wu dan aku saling mencintai terkenal sampai ke penjuru ibu kota. Mereka meyakini bahwa Zi Wu dan aku adalah pasangan sehidup semati.
Ya, sehidup semati.
Namun, hanya aku yang tahu, kalau citra inilah yang ingin diperlihatkan Zi Wu pada mereka.
“Marquis Chang Ye, jika kau bersedia menarik mundur pasukanmu maka aku akan menunjukkan kemurahan hati terhadap istrimu. Aku akan memaafkanmu dan melupakan semua yang kau lakukan ini. Setelah itu aku akan membiarkanmu terus menjabat di pemerintahan dan menunjukkan kesetiaanmu dalam melayani Qi-ku yang agung!”
Angin sepoi-sepoi malam yang lembab menggulung bendera-bendera di benteng kota dan orang yang menunggangi punggung kuda di bawah, tetap tak bergerak di antara terpaan angin malam.
Dia masih belum memberi jawaban, tetapi aku sudah tahu jawabannya.
Dia tenggelam dalam keheningan, membiarkan ratusan ribu pasukan menunggu responnya dengan was-was.
Aku menutup kedua mataku rapat-rapat, sudah cukup, mendapatkan momen keheningan yang mendalam ini saja sudah lebih dari cukup. Selain itu, tak sia-sia bagiku menghabiskan begitu banyak pertimbangan untuk mengenakan gaun pengantin yang megah ini. Dalam kehidupan ini, mendapatkan momen keraguan dari An Zin Wu, Sang Ge …
… sudah merasa cukup.
Aku berpikir ‘Marquis Chang Ye, kau menginginkan pemberontakan ini berhasil dan hanya kurang satu langkah terakhir ini saja. Karena itu, izinkan aku membantumu untuk terakhnan kejam.
“Selama pemerintahan Kaisar Zhao, bencana alam terus-menerus terjadi tapi tak pernah ada niatan untuk menenangkan rakyat di penjuru negeri dan malah mengangkat para pejabat korup, merampas darah dan daging rakyat, sehingga mengakibatkan masa-masa sulit. Pada tahun ketiga pemerintahannya, tiran Xiao Cheng ini, demi kesenangan pribadinya, dia memenggal ratusan para pelayan istana untuk dijadikan sebagai babi manusia. Pada tahun kelima pemerintahannya, puluhan menteri yang setia dijatuhi hukuman penggorengan[2]. Pada tahun kedelapan pemerintahannya, lima pembantaian terjadi di tiga kota di Jiangnan, menyebabkan tak terdengarnya satu suara pun di Jiangnan selama tiga tahun penuh. Sudah tak terhitung banyaknya kekejaman yang dilakukan! Dan hari ini, Marquis Chang Ye menegakkan keadilan di bawah panji-panji langit untuk membasmi tiran ini, untuk membersihkan negeri ini. Ribuan pasukan dikerahkan di sepanjang perbatasan, Xiao Cheng, Kaisar Zhao dibuat tak berdaya, apa lagi yang perlu ditakutkan?!”
“Diam!” Pedang Xiao Cheng menelusuri darah di leherku. Sorot matanya dipenuhi kebencian saat melotot padaku. Matanya hampir keluar. Dia tidak berani benar-benar membunuhku karena masih ada Zi Wu.
Isakan para wanita dan anak-anak di atas benteng makin melemah, kebanyakan mereka adalah para wanita berpendidikan tinggi. Pertimbangan yang baru saja ku utarakan jika didengar oleh rakyat biasa tidak akan memiliki dampak, tapi saat aku berbicara pada wanita-wanita terpelajar itu, aku yakin hati mereka setidaknya akan sedikit tergerak.
Rintik hujan secara perlahan jatuh dari langit. Aku mengangkat kepalaku untuk menghadap langit sambil berteriak dengan keras, “Suami kalian pasti lelah karena memimpin pasukan melewati siang dan malam, demi menjaga rakyat negeri kami. Mereka menumpahkan darah dan keringat dan bertarung mati-matian! Bukan hal yang mudah untuk sampai ke tahap ini! Generasi wanita seperti kami, memang tidak bisa bisa turut berdiri di medan perang untuk menggantikan para suami kami, tetapi kami tidak bisa menjadi beban mereka demi membasmi tiran ini!”
Semua wanita sesaat terdiam.
“Tiran …”
“Diam!”
Aku masih ingin melanjutkan kalimatku, namun kembali terhenti oleh raungan keras lainnya. Kali ini suara yang kudengar merupakan suara yang paling kukenal. Setiap tidurku, aku akan selalu mendengarnya memanggil namaku dengan lembut langsung ke telingaku, “Sang Ge, Sang Ge.” Suaranya benar-benar lebih merdu daripada suara nyanyian.
Aku melihat pada sosok pria di bawah benteng, seorang manusia dan seekor kuda, berdiri di antara pemandangan rintik hujan. Di hadapannya, berdiri tembok kerajaan dan nyawaku, di belakangnya ada tiga ratus ribu prajurit yang telah berjuang di sisinya sampai hari ini.
Aku tidak bisa menangkap pemandangan wajahnya dengan jelas, tetapi aku bisa mendengar kemarahan dan ketakutan yang besar dalam suaranya.
Apa dia mengkhawatirkanku?
Aku tersenyum, Zi Wu, sekarang kau tak perlu lagi melakukannya …
Setelah menikah dengannya, aku jarang melakukan sesuatu yang bertentangan dengannya, tentu saja aku juga tidak pernah membuatnya marah. Namun, hari ini, aku tak mau mendengar perkataannya, di antara desiran suara hujan, aku kembali melanjutkan suaraku yang lantang. Kali ini aku tak meludahkan kata-kata hina pada kaisar tiran ini, hanya menampilkan profesiku yang dulu – menyanyi.
“Kapan hari berkabung? Kematian kalian dan aku …”
Sebelum kalimat itu berakhir, kaisar benar-benar naik pitam dan sebilah pedang tajam langsung menebas ke arahku.
Aku melihat lenganku yang terbalut gaun pernikahan yang indah terpotong dan melayang. Bagian tubuh itu seolah menukik di udara dan mendarat di tanah berlumpur, lenganku …
Pada saat itu, aku belum sepenuhnya merasakan sakit. Aku menutup lenganku yang tak hentinya mengucurkan darah lalu kembali bernyanyi dengan suara keras. Darah dan hujan secara bersamaan membasahi gaun pernikahan yang kukenakan.
“Hentikan nyanyianmu!”
“Jangan!”
Zi Wu dan kaisar berteriak padaku secara bersamaan. Kaisar Zhao kembali mengangkat pedangnya dan mengarahkannya padaku dengan penuh amarah.
Di tengah-tengah penglihatanku yang buram akibat rasa sakit yang kurasakan, aku seolah mendengar teriakan Zi Wu, “Xiao Cheng! Jika kau berani melukainya sekali lagi …”
Sebelum dia selesai bicara, Kaisar Zhao menyunggingkan senyum yang berbahaya. Dia berbisik di telingaku, “Karena Marquis Chang Ye ingin merebut negeriku dan jika dia benar-benar sampai mendapatkannya, maka aku tidak akan membiarkannya mendapatkan negeri ini dengan kesenangan!”
Dia menjambak rambutku, menyeretku dan menjatuhkanku ke atas tangga abu-abu. Pada titik ini, aku tak lagi peduli tentang apapun. Lenganku yang satunya segera mencakari wajah pria itu dengan brutal. Dalam keadaan tak sadarkan diri, jari-jariku tiba-tiba terasa hangat dan basah.
Selanjutnya terdengar suara teriakan Xiao Cheng yang keras, “Mataku! Mataku!”
Mengambil kesempatan di tengah kepanikannya, aku berteriak dengan keras, “Marquis Chang Ye memberantas tiran untuk membawa kedamaian ke seluruh negeri. Aku sama sekali tidak menyesal menjadi istri dari seorang marquis yang hebat! Sama sekali tak memiliki penyesalan!”
Usai melontarkan perkataan itu, aku menyerang perut kaisar menggunakan kepalaku dengan sekuat tenaga. Gaun dan lengan bajuku pun berkibar, bersama dengan kaisar tiran ini, aku jatuh dari benteng kota kekaisaran.
Sebelum seseorang mati, waktu seakan berjalan sangat lambat.
Di antara hujan yang begitu deras, aku melihat ratusan ribu tentara, semuanya terisak. Aku melihat kegelapan malam yang hampir memudar dan kilat cahaya yang bergerak mendekat dengan cepat, “Long Mei”. Pada saat terakhir itu, aku melihat darah yang menodai zirahnya dan kesedihan yang memilukan memenuhi matanya.
“Sang Ge!”
Selama bertahun-tahun, aku merindukan suaramu yang memanggilku. Sekarang, aku akhirnya mendengarnya saat alam baka nyaris menjangkauku. Aku mendengarmu memanggil namaku di antara derasnya hujan. Aku mendengarmu berteriak hingga suaramu menjadi serak.
Zi Wu, apa kau masih ingat, pertemuan pertama kita juga terjadi di antara rintik hujan.
Pertemuan pertama kami terjadi saat langit sedang hujan dengan syahdu, di sebuah pantai di Jiangnan dengan deretan pohon poplar dan pohon dedalu, di bawah atap, di antara lapisan demi lapisan samar hujan gerimis. Saat itu, aku hanya seorang penyanyi yang tidak terlalu terkenal dan kau hanya seorang marquis pesolek yang pemalas.
Bertemu di saat hujan lalu terikat seumur hidup.
Dan sekarang, aku akhirnya bisa membebaskan diri.
________________________________________
[1] babi manusia or babi – rén zhì /人彘 – bentuk penyiksaan yang sangat kejam yang mengubah manusia menjadi sesuatu yang disebut babi. memotong keempat anggota badan; mencungkil mata; menusukkan batang tembaga ke telinga mereka, sehingga membuat mereka tuli; menuangkan racun ke tenggorokan dan memotong lidah, menghancurkan pita suara, sehingga membuat mereka bisu; dan kemudian membuangnya ke jamban untuk tinggal di sana. Penyiksaan yang diciptakan oleh Ratu Lu Zhi yang melakukan penyiksaan kepada Permaisuri Qi.
[2] hukuman penggorengan or páo lào zhī xíng / 炮烙之刑 adalah bentuk lain dari penyiksaan yang kejam, dimana pilar tembaga dicat dengan minyak dan dipanaskan dengan api arang, pelaku kemudian diikat ke pilar ini dan digoreng / dibakar sampai mati.