My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 16
Profesor Feng adalah seorang profesor psikologi di Universitas, riset utamanya adalah anak-anak dengan autisme dan Beliau telah membantu Bai Chuan dengan konselingnya sejak Bai Chuan masih berumur lima tahun. Bisa dibilang bahwa selain peranan Nenek Bai dan Mu Xiaoya sebagai jendela Bai Chuan ke dunia luar, Profesor Feng juga telah memiliki kontribusi atas pemulihan Bai Chuan hingga sejauh ini.
Hari ini adalah akhir pekan, Profesor Feng sedang melakukan konseling sukarela di sebuah rumah perawatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Saat Bai Zheng meneleponnya, Beliau sedang mengobrol dengan seorang anak autis. Mendengar kalau Mu Xiaoya akan datang, Profesor Feng secara khusus telah mengosongkan waktu dua puluh menit untuknya.
Mu Xiaoya tiba setengah jam lebih cepat, dan karena Profesor Feng masih belum bisa ditemui, dia dan Bai Chuan pun hanya bisa menunggu di kantor.
Ini adalah kali pertama Mu Xiaoya datang ke tempat semacam ini, jadi mau tak mau dia merasa penasaran. Karena dia harus menunggu selama setengah jam, dia pun mengajak Bai Chuan berjalan-jalan mengelilingi halaman. Namun setelah baru berjalan selama sepuluh menit, Mu Xiaoya sudah tak tahan lagi dan menarik Bai Chuan kembali ke ruang tunggu, hatinya terasa tidak nyaman untuk sesaat.
Bai Chuan menatap Mu Xiaoya, kemudian melangkah maju untuk memberi sebuah pelukan kepada Mu Xiaoya.
“Xiao Chuan?” Mu Xiaoya berseru dengan bingung.
“Kamu sedih.” Suara Bai Chaun terdengar dari belakang telinganya, “Saat kamu sedih, kamu butuh pelukan.”
Mu Xiaoya terpana. Ini adalah hal yang telah dia ajarkan kepada Bai Chuan. Namun apakah ekspresinya sungguh begitu kentara sehingga bahkan Bai Chuan bisa merasakannya?
“Apa kau tahu apa yang membuatku sedih?” Mu Xiaoya tak tahan untuk bertanya.
“Aku tak tahu.” Bai Chuan menggelengkan kepalanya. Dia tak tahu kenapa Mu Xiaoya tiba-tiba merasa sedih, dia hanya samar-samar merasa kalau gadis itu menjadi sedih saat mereka berjalan-jalan di halaman barusan tadi, namun mereka jelas-jelas tak bertemu apa-apa di sana.
“Aku melihat orang-orang di luar itu dan tak bisa untuk tidak memikirkan tentang dirimu yang dulu.” Kalau tak ada Nenek Bai, kalau bukan karena Bai Chuan terlahir di dalam keluarga kaya, akankah dirinya sama dengan anak-anak di luar itu? Mengenakan seragam pasien, berjongkok nanar di atas rerumputan, mendongak memandangi dedaunan di pohon serta langit di atasnya, tanpa ada seorang pun yang memedulikan mereka. Hari demi hari, tahun demi tahun, hanya menjalani hidup seperti ini seumur hidup mereka?
Orang-orang di luar? Bai Chuan melirik ke luar jendela, dan akhirnya menyadari keberadaan anak-anak lain di halaman. Dia menatap anak-anak itu dan merasakan suatu keakraban. Dia ingat kalau dirinya dahulu hidup seperti mereka.
“Aku tidak di luar.” Bai Chuan tak berpikir kalau merupakan hal buruk untuk tetap seperti itu. Dia juga suka tetap berdiam di dalam dunia yang sunyi karena dia bisa memikirkan tentang banyak hal. Namun Mu Xiaoya suka bersikap ceria. Mu Xiaoya selalu mencari dirinya dan bicara seperti burung yang berkicau, jadi dia hanya bisa merespon gadis itu sebaik yang dia bisa.
“En, untung saja kau tak di luar.” Hal inilah yang paling disyukuri oleh Mu Xiaoya. Sungguh beruntung Bai Chuan memiliki keluarga yang sangat mencintai dirinya, tidak menyerah atas dirinya, dan tak membiarkan dia jadi seperti anak-anak yang ada di luar itu.
Baiklah kalau begitu, meski aku tak mengerti kenapa Xiaoya tak suka aku ada di luar, tapi karena dia tak menyukainya, maka aku takkan pergi ke luar.
Cara pikir kedua orang itu berbeda, namun entah bagaimana mereka telah mencapai kesepakatan yang aneh.
“Maaf karena telah membuat kalian berdua menunggu.” Pada saat ini, pintu kantor didorong membuka dan Profesor Feng masuk.
Mu Xiaoya buru-buru berdiri dari pelukan Bai Chuan, ada secercah rona malu di wajahnya. “Profesor Feng.”
“Hehehe….” Profesor Feng tersenyum pada Mu Xiaoya yang tersipu dan menggodanya, “Pasangan muda ini punya hubungan yang baik.”
“….” Wajah Mu Xiaoya jadi semakin merah.
“Duduk, duduklah, mari kita duduk dan bicara.” Profesor Feng mengisyaratkan pada mereka agar duduk.
Mu Xiaoya kembali duduk di kursinya, Bai Chuan juga duduk di sampingnya. Sejak saat Profesor Feng berjalan masuk lewat pintu, Bai Chuan hanya memberinya satu kali lirikan dan kemudian mengalihkan pandangannya, semua pikirannya tertuju pada Mu Xiaoya.
En, Xiaoya tidak sedih lagi. Bai Chuan mengangkat ujung-ujung bibirnya dengan gembira.
Menyadari pergerakan ini, Profesor Feng mengangkat alisnya dengan kaget.
“Mu Xiaoya, aku sudah menunggumu datang menemuiku sejak lama.” Menarik pandangannya, Profesor Feng lalu menatap Mu Xiaoya.
“?” Mu Xiaoya agak tak mengerti.
“Kamu mungkin tak mengenalku, tapi aku sudah mengenalmu selama sekitar sepuluh tahun.” Profesor Feng tertawa.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Mu Xiaoya jadi lebih kaget lagi. Dia tak ingat pernah bertemu dengan Profesor Feng, terlebih lagi, dirinya masih seorang anak SD sepuluh tahun yang lalu.
“Ya, lewat Xiao Chuan.” Profesor Feng menatap Bai Chuan seraya tersenyum.
Setelah mendengar namanya, Bai Chuan tanpa sadar menatap Profesor Feng namun segera mengalihkan tatapannya. Akan tetapi, tatapan ini saja telah membuat Profesor Feng sangat puas. Selama bertahun-tahun ini Beliau tak mendapatkan reaksi apa pun dari Bai Chuan, namun sekarang, setidaknya Bai Chuan masih bersedia mengenalinya.
“Lewat Xiao Chuan?” Mu Xiaoya merasa tidak yakin.
“Benar.” Profesor Feng menjelaskan, “Dahulu sekali, mungkin setengah tahun setelah Bai Chuan mengikuti neneknya tinggal di rumah lama. Aku menemukan tentang keberadaanmu pada salah satu perawatan waktu itu.”
“Xiao Chuan menyebutkan tentang aku kepada Anda?”
“Ya, meski persisnya, aku yang menemukanmu terlebih dahulu.” Profesor Feng menjelaskan, “Pada saat itu, Xiao Chuan takkan mau berkomunikasi secara aktif dengan orang-orang, tapi belakangan aku menemukanmu dalam lukisan-lukisannya. Biasanya, anak-anak autis tak suka bicara dan hal itu bisa membuat perawatan mereka jadi sangat sulit. Kita hanya bisa menstimulasi mereka lewat beragam cara bantu, dan kemudian menemukan apa yang membuat mereka tertarik dari respon mereka. Xiao Chuan memiliki sindrom cendekia, jadi dia memiliki bakat-bakat istimewa dalam beberapa area. Ditambah dengan matematika, lukisan-lukisannya juga sangat bagus, dan komunikasi pertama kami adalah lewat hal ini. Dari lukisan-lukisannya, kami bisa melihat bagian-bagian dunia di dalam matanya.
“Pada mulanya, lukisan-lukisan Bai Chuan adalah lukisan pemandangan tanpa arti. Terkadang akan ada garis-garis rumit, dan sulit bagi kami untuk menemukan apa yang membuatnya tertarik. Hingga satu hari, seorang gadis ditambahkan ke dalam lukisannya.” Profesor Feng mengarahkan tatapannya pada Mu Xiaoya dengan penuh makna.
Mu Xiaoya merasa jantungnya jumpalitan. Profesor Feng tak perlu menyatakannya karena dia sudah menebak kalau gadis dalam lukisan itu adalah dirinya sendiri.
“Lukisan itu disimpan oleh Keluarga Bai, kau harus melihatnya saat ada kesempatan.” Profesor Feng berkata, “Lukisan itu adalah lukisan yang paling penuh warna dari semua lukisan yang telah dilukis oleh Xiao Chuan. Bisa dibayangkan dengan baik kalau kau begitu memukau di matanya, itulah sebabnya kenapa dia bisa melukismu dengan begitu banyak warna.”
Apakah aku memukau di mata Bai Chuan?
Mu Xiaoya agak terkejut saat dia mendengar tentang hal ini untuk pertama kalinya. Dia menatap balik pada Bai Chuan, berharap bisa menemukan informasi, namun tak ada terlalu banyak ekspresi di wajah Bai Chuan.
Profesor Feng melihat jam. Masih ada sepuluh menit sebelum dia harus pergi untuk melakukan terapi berikutnya.
“Bai Zheng bilang kau punya beberapa hal yang ingin kau tanyakan dariku?” Dengan sepuluh menit yang tersisa, seharusnya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Mu Xiaoya.
“Ya.” Mu Xiaoya buru-buru mengendalikan emosi-emosinya dan dengan serius mengkonsultasikan tentang kondisi Bai Chuan, “Profesor Feng, aku ingin tahu hal-hal apa yang bisa merangsang kondisi Xiao Chuan untuk lepas kendali. Apakah ada cara untuk mencegahnya? Juga, apakah ada sesuatu yang harus kuperhatian saat aku bersama dengan Xiao Chuan?”
Profesor Feng mengernyit, berpikir sejenak dan berkata, “Pasien dengan autisme menerima rangsangan dari luar dan bereaksi berbeda dengan orang normal. Contohnya saja, suara, warna, dan pergerakan, kalau masuk ke dalam pandangan mereka, maka akan menghasilkan reaksi yang berbeda. Bisa diperbesar tanpa batas, atau juga bisa diperkecil tanpa batas. Contohnya saja, bagi orang normal, beberapa suara terlalu pelan untuk didengar, namun bagi pasien-pasien dengan autisme, suara itu akan jadi seperti seseorang yang berteriak dalam desibel tinggi tepat di telingamu dengan toa. Sebaliknya, mungkin sesuatu bisa kau dengar sebagai hal yang berisik, namun mereka akan menganggapnya sebagai bukan apa-apa. Pasien-pasien dengan autisme memiliki kemampuan penyesuaian yang lebih lemah, jadi bila mereka dirangsang dengan terlalu berlebihan, penyakit mereka bisa lepas kendali.”
Mu Xiaoya langsung terpikirkan tentang suara listrik kemarin malam yang merangsang Bai Chuan.
“Sebagai tambahan dari suara, juga ada cahaya atau bahkan hal-hal tak masuk akal lainnya.” Profesor Feng berkata, “Sebagian besar pasien autisme akan memiliki kelainan obsesif-kompulsif hingga derajat tertentu, semuanya harus diletakkan di tempat di mana mereka pikir seharusnya hal itu berada. Kalau seseorang mengacaukan barang-barang mereka, mereka akan merasa tidak nyaman dan terus-terusan ingin mengembalikannya ke tempat semula. Kalau hal itu tak tercapai, maka penyakit mereka juga bisa lepas kendali.”
“Jadi aku tak bisa dengan seenaknya memindahkan barang-barang Xiao Chuan, kan?” Mu Xiaoya bertanya.
“Respon Xiao Chuan dalam hal ini sangat ringan. Meski dia ingin mengembalikan barang-barang ke tempat asal mereka, namun hal itu tidak cukup untuk merangsang penyakitnya. Paling-paling, dia akan jadi gelisah. Kau hanya perlu lebih memerhatikan hal ini, tapi tak usah cemas.”
“Apa ada hal lain yang harus kuperhatian?” Mu Xiaoya menganggukkan kepalanya dan lanjut bertanya.
“Puaskan rasa ingin tahunya.”
“Rasa ingin tahu?”
“Ya. Meski pasien autisme terkurung dalam dunia mereka sendiri, tidak berarti bahwa mereka tak punya rasa ingin tahu. Sebaliknya, bukan hanya mereka punya rasa ingin tahu, tapi rasa ingin tahu itu juga sangat kuat. Hanya saja rasa ingin tahu ini jarang ditunjukkan ke dunia luar.” Profesor Feng berkata, “Dan karenanya, begitu mereka punya rasa ingin tahu yang kuat tentang sesuatu di luar, maka rasa ingin tahu mereka harus dipuaskan, kalau tidak emosi-emosi mereka akan bisa dengan mudah menjadi tidak tenang. Sama seperti seorang anak yang terus-menerus menangiskan tentang mainan baru, namun pasien dengan autisme lebih kesulitan untuk menyesuaikan dengan emosi mereka. Mereka takkan bisa dengan mudah dibujuk seperti anak-anak.”
Mu Xiaoya menganggukkan kepalanya, menunjukkan kalau dia mengerti.
“Juga, kecerdasan emosional dari seorang pasien autisme tidak tinggi. Saat berkomunikasi dengan mereka, harus dilakukan dengan kata-kata serta gestur sederhana dan terus terang. Meski Xiao Chuan sangat cerdas, namun kecerdasan emosionalnya masih sangat rendah; dia tak bisa berbohong, dan dia tak bisa memahami bagaimana cara untuk menghindari suatu masalah. Hal-hal ini akan menyebabkan beberapa masalah dalam kehidupan, seperti menghindar dari menjawab hal-hal yang tak mau kau jawab, bersikeras melakukan sesuatu yang tak mau kau lakukan. Pada saat inilah kau akan membutuhkan kesabaran luar biasa besar untuk bisa bersama dengannya. Kalau kasus ini terjadi, maka cara terbaik adalah dengan mengikuti dirinya, dan bahkan bila kau tak mau, kau tetap tak boleh bersikap asal-asalan atau menghindarinya. Alih-alih, kau harus mengemukakan alasanmu kepadanya sebanyak mungkin agar dia bisa mengerti.”
Mu Xiaoya terpikirkan tentang kejadian kemarin malam saat Bai Chuan bersikeras mengangkat bajunya untuk memeriksa lukanya.
“Lantas, apa yang bisa kulakukan untuk membantu Xiao Chuan pulih?” Mu Xiaoya bertanya.
“Keberadaanmu adalah obat terbaik baginya.” Profesor Feng tertawa, “Tentu saja, kalau kau mau nasihat, maka aku menyarankanmu untuk mengajak dia keluar jalan-jalan, bicara kepadanya tentang topik-topik sosial, atau melakukan beberapa aktivitas bersamanya. Hal-hal ini akan membantu dia mengintegrasikan dirinya sendiri ke dalam masyarakat. Singkatnya, biarkan dia memiliki lebih banyak kontak dengan dunia luar. Semakin dia tertarik dengan dunia luar, semakin cepat dia akan pulih.”
“Kalau begitu, apa yang harus kulakukan kalau penyakitnya kambuh?” Mu Xiaoya bertanya.
“Aku… kendalikan.” Bai Chuan, yang sebelumnya telah mendengarkan dalam diam, tiba-tiba bicara.
Mu Xiaoya terpana selama sesaat.
Profesor Feng begitu gembira hingga Beliau tertawa ‘Hehe’ dan berkata, “Pada tingkat ini, kupikir kemungkinan dia kambuh sangatlah kecil. Bahkan bila hal itu terjadi, tetap tak menjadi masalah. Cukup biarkan dia tenang dan kemudian beri dia pelukan seperti sebelumnya.”
Mu Xiaoya mengangguk sungguh-sungguh.
“Aku bisa kendalikan, takkan sakit.” Bai Chuan masih melanjutkan.
“Baiklah, aku tahu,” Mu Xiaoya membujuknya.
Bai Chuan mengernyit. Dia selalu merasa kalau Mu Xiaoya tak memiliki keyakinan terhadap dirinya.
Kalau begitu dia harus berusaha lebih keras dan membuat Mu Xiaoya yakin kepadanya.
———–
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-16/