My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 19
Hari kedua.
Mu Xiaoya, yang mengatur jam alarm lebih awal, bangun sebelum tiba waktu untuk sarapan. Dia mengajak Bai Chuan bersamanya ke meja makan Keluarga Bai.
Li Rong diam-diam merasa gembira. Dia memikirkan cara mencari topik dan mengobrol dengan Mu Xiaoya, karena takut Mu Xiaoya akan merasa sedih karena terlalu terkekang.
“Xiaoya, aku ingat kalau kau mempelajari desain di universitas,” Li Rong mulai bertanya.
“Ya, aku mempelajari desain alas kaki,” Mu Xiaoya menjawab.
“Desain alas kaki? Yang ini jarang ditemui ah.”
“Awalnya, aku mendaftar untuk desain pakaian, tapi karena ada beberapa kesalahan kecil, ujiannya diganti menjadi desain sepatu. Akan tetapi, setelah mempelajarinya beberapa waktu, kupikir desain alas kaki benar-benar menarik.” Mu Xiaoya berkata, “Di samping itu, sepatu yang didesain olehku sendiri rasanya jadi lebih nyaman untuk dikenakan.”
“Ya, itu benar. Sepatu-sepatu di luaran itu, meski kelihatannya bagus, tapi bisa menyakiti kaki setelah dikenakan selama beberapa waktu.” Li Rong mendapatkan kesan mendalam saat dia berkata, “Sepatu-sepatu hak tinggi yang sering kukenakan semuanya adalah pesanan khusus yang dibuat di luar negeri.”
“Aku juga bisa mendesain sepatu hak tinggi, aku akan membantu Mama mendesain sepasang lain kali. Pada saat itu, apa Mama mau mencoba hasil buatanku?” Mu Xiaoya tentu saja tahu kalau hasil karyanya tak bisa dibandingkan dengan sepatu-sepatu pesanan khusus untuk Li Rong dari luar negeri, namun memiliki makna berbeda bila menantu membantu merancang sepatu mertuanya. Mu Xiaoya berpikir kalau Li Rong akan menyukainya. Terlebih lagi, selain ini, Mu Xiaoya benar-benar tak bisa memikirkan hadiah lain yang bisa dia berikan kepada keluarga Bai Chuan.
Li Rong benar-benar terkejut setelah mendengar Mu Xiaoya mengucapkan kata-kata ini. “Kau bisa merancang sepatu?”
“En, aku sebenarnya bekerjasama dengan teman sekampus untuk mempersiapkan studio baru-baru ini, dan aku berencana untuk mengkhususkan pada mengkustomisasi sepatu dan mendesain merek kami sendiri di masa mendatang. Saat studionya sudah selesai, pertama-tama aku akan membantu Mama mengkustomisasi sepatu Mama.”
“Itu bagus ah, itu bagus. Kalau begitu, aku akan menjadi pelanggan pertama studiomu.”
“En.” Mu Xiaoya melihat kalau Li Rong benar-benar menyukainya dan hatinya mau tak mau ikut merasa senang.
“Makan.” Tiba-tiba, Bai Chuan meletakkan sebutir telur yang sudah dikupas ke dalam mangkuk Mu Xiaoya.
“Terima kasih.” Mu Xiaoya tersenyum dan mengambil telurnya, memakannya dengan gigitan-gigitan kecil.
Setelah Bai Chuan melihat Mu Xiaoya makan, dia kemudian menarik pandangannya dan lanjut memakan sarapannya sendiri.
Barusan tadi, Xiaoya terfokus untuk bicara, jadi dia lupa makan sarapannya.
Melihat adegan ini, hati ketiga orang dari Keluarga Bai terasa rumit, bercampur antara manis dan asam. Asam, karena Bai Chuan tak pernah memberi mereka makanan; manis, karena Bai Chuan telah belajar untuk memedulikan orang lain, yang mana berarti bahwa pria itu telah mengambil satu langkah maju ke dunia luar.
“Kustomisasi alas kaki bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan di Tiongkok,” Bai Zheng tiba-tiba bicara.
“Ah?” Mu Xiaoya agak bingung.
“Orang biasa tak membuat sepatu pesanan khusus sama sekali, dan mereka yang membuat sepatu pesanan khusus juga biasanya pergi ke luar negeri ke tempat merek-merek terkenal itu untuk membuat sepatu yang telah dipesan lebih dulu. Tidak bijak bagi dua orang lulusan baru untuk mengerjakan kustomisasi alas kaki.” Bai Zheng menganalisa, “Biayanya tinggi, aliran pelanggannya rendah, secara mendasar sulit untuk dikerjakan.”
Meski Bai Guoyu tak mengatakan apa-apa, tapi dia benar-benar setuju pada analisis Bai Zheng. Ide Mu Xiaoya memang bagus, tapi sulit untuk diterapkan.
“Bai Zheng, Xiaoya bahkan belum mulai, bagaimana kau bisa begitu yakin kalau dia takkan berhasil?” Li Rong melontarkan tatapan menegur pada putranya. Putra tertuanya itu benar-benar tak boleh terlalu banyak bicara, hanya beberapa kata saja dan sudah bisa membuat orang lain merasa ingin mati saja. Di samping itu, apa yang tak bisa dilakukan? Apakah Keluarga Bai mereka masih kekurangan uang dalam jumlah kecil ini?
“….” Bai Zheng yang dikritik untuk sesaat tak mampu berkata-kata. Harus diketahui kalau ada terlalu banyak orang di luar sana yang memohon kepadanya untuk menjadi pelatih bisnis mereka namun dirinya terlalu malas untuk melakukannya. Hari ini dia jarang-jarang berinisiatif tapi malah diabaikan, “Aku cuma ingin bilang, kalau kau benar-benar ingin melangkah di jalan ini, maka pertama-tama kau harus mencari perusahaan yang terkenal untuk bekerjasama denganmu. Setelah kau mendapatkan reputasi tertentu di industri ini, baru kau bisa membuka studiomu sendiri.” Bai Zheng juga tahu kalau Mu Xiaoya tak mengenal perusahaan terkenal mana pun, jadi dia berkata dengan penuh pertimbangan, “Aku mengenal manajer umum dari GJ. Kalau kau mau, aku bisa mengenalkanmu pada perusahaan mereka.”
GJ adalah merek sepatu olahraga yang sangat terkenal di dunia.
“Memang benar ah, mengumpulkan pengalaman sebelum memulai bisnis akan berguna untuk pekerjaanmu di masa mendatang,” Bai Guoyu juga menasihati.
Pada saat ini, Mu Xiaoya sudah memikirkan jawabannya. Dia tahu kalau Bai Zheng bersikap baik kepadanya. Sebenarnya, di kehidupannya yang lalu, dia juga mengikuti cara berpikir Bai Zheng. Pertama-tama dia pergi belajar di luar negeri selama dua tahun, kemudian mendapatkan rekomendasi dari seorang mentor, dan melanjutkan jalannya ke sebuah perusahaan sepatu merek asing yang sangat terkenal sebagai desainer mereka. Hanya saja ketika dia akhirnya berhasil membuat pencapaian kecil, dia sudah mati muda, dan kini saat dia memikirkannya, mau tak mau dia jadi merasa kalau hal ini terlalu menyedihkan.
“Kami sebenarnya tak punya ambisi sebesar itu.” Mu Xiaoya menjelaskan, “Aku dan Fang Hui, teman sekelas yang membuka studio itu bersamaku, kami berdua hanya tak mau keluar dan bekerja untuk orang lain, jadi kami memikirkan untuk membuka studio kami sendiri. Meski kami bicara tentang membuat sepatu pesanan khusus kelas atas, harganya jelas takkan tinggi. Kelompok target utamanya hanya pekerja kerah putih (T/N: pegawai kantoran) kelas menengah dan kelas atas. Pada saat biasa, kami akan mendesain beberapa sneaker yang bisa terjual dengan lebih baik dan menjualnya secara online sebagai sumber pendapatan utama kami. Kami tak memikirkan tentang menghasilkan banyak uang. Hanya agar merasa nyaman dan tidak mengalami kerugian saja sudah cukup.”
Setelah Mu Xiaoya menjelaskan ini, Bai Zheng pun berhenti bicara, dan semakin merasa kalau dirinya terlalu ribet. Mu Xiaoya sebenarnya hanya ingin membuka sebuah studio kecil dan bersenang-senang, keinginannya bukanlah untuk menghasilkan uang, melainkan hanya agar tidak merugi terlalu banyak. Sasaran bisnis yang begitu aneh, benar-benar…. Bai Zheng dengan canggung menyesap seteguk penuh bubur, dan tak lagi melanjutkan untuk mengevaluasi segalanya.
“Jadi bagaimana dengan studiomu ini?” Li Rong bertanya penuh minat.
“Kami telah menemukan lokasi yang bagus dan menyewa studionya, langkah selanjutnya adalah untuk mendekorasinya. Mungkin akan butuh dua bulan lagi bagi studionya untuk bisa bekerja secara resmi,” Mu Xiaoya menjawab.
“Lantas, apa kau akan sibuk mendekorasi selama dua bulan ini?”
“En. Tapi sebagian besar pekerjaannya akan dilakukan oleh teman sekampusku. Aku hanya akan pergi menengoknya kadang-kadang.” Karena Mu Xiaoya baru-baru ini menikah, Fang Hui nyaris mengambil alih sebagian besar kerjanya sehingga tidak menghambat periode bulan madu mereka. Hanyalah ketika mendiskusikan rencana dekorasinya baru dia menghubungi Mu Xiaoya.
“Makan.” Pada saat ini, Bai Chuan mengoperkan sebutir telur pada Mu Xiaoya.
“….” Mu Xiaoya tak berdaya. Bagaimana bisa Bai Chuan terus-terusan memberi dirinya telur ah? Dia berbisik untuk mengingatkan pria itu, “Aku tak bisa makan lagi, jangan beri aku telur lagi.” Setelah itu, dia mengambil telur kedua yang Bai Chuan berikan kepadanya dan berniat memakannya. Siapa yang tahu bahwa ketika dia baru saja akan menggigitnya, Bai Chuan tiba-tiba mengambil kembali telur itu.
“?!”
“Kau tak bisa makan lagi, aku yang akan makan.” Bai Chuan menelan separuh dari telur Mu Xiaoya dengan satu gigitan.
Ini… ini terlalu intim! Wajah Mu Xiaoya memerah, dia nyaris tak berani mengangkat kepalanya dan menatap wajah anggota-anggota Keluarga Bai yang lain.
Tak disangka-sangka, ketiga orang lainnya yang ada di sana semua merasa lega bahkan setelah diberi sesuap penuh ‘makanan anjing (T/N: adegan klise nan cheesy), Li Rong juga memperkuat ide-ide dalam benaknya.
Setelah sesi sarapan selesai, Bai Guoyu dan Bai Zheng pergi bekerja. Li Rong mencari Mu Xiaoya, menjelaskan kepadanya apa yang dia pikirkan dalam hati.
“Ma, jadi maksud Mama adalah, membiarkanku membawa Bai Chuan pergi jalan-jalan?” Mu Xiaoya terkejut.
“Benar.” Li Rong menjelaskan seraya tersenyum, “Karena apa yang terjadi pada nenek Xiao Chuan, pernikahan kalian jadi tak dirayakan, tapi kalian masih harus menjalankan bulan madu kalian ah. Terlebih lagi, Profesor Feng juga bilang kalau akan bagus bagi Xiao Chuan untuk berjalan-jalan. Sebelumnya, saat kami mengajak Bai Chuan keluar, dia tak mau bergerak sama sekali, tapi kupikir dia akan gembira bila kamulah orang yang mengajak dia keluar.”
Mu Xiaoya menolehkan kepalanya untuk menatap Bai Chuan. Pria itu sedang duduk di kebun sambil membaca buku. Mu Xiaoya tiba-tiba menyadari kalau bila dia tak memberi pria itu perhatian atau sesekali bicara kepadanya, Bai Chuan akan membaca buku atau terdiam sambil bengong.
“Mengajak dia keluar untuk jalan-jalan dan biarkan dia lebih terpapar pada dunia luar. Semakin besar minatnya pada dunia luar, semakin cepat dia akan pulih.” Baru kemarin Profesor Feng memberinya nasihat, jadi Mu Xiaoya tentu saja akan mengingatnya. Kali ini, Li Rong kembali menyebutkan tentang hal ini, jadi hati Mu Xiaoya pun tergerak.
“Kalau Mama merasa yakin denganku, aku ada satu tempat yang kupikirkan, dan tempat itu juga sesuai untuk Xiao Chuan,” Mu Xiaoya berkata.
“Tentu saja, tentu saja aku yakin.” Sejak hari Mu Xiaoya diterima sebagai menantunya, Li Rong telah memilih untuk memercayainya, dan tak usah disebutkan lagi, apa yang telah Mu Xiaoya lakukan saat kondisi Bai Chuan terpantik telah lama diterima dengan baik oleh Keluarga Bai.
“Kalau begitu… aku akan mempersiapkan barang-barang yang kami butuhkan untuk membawa Bai Chuan jalan-jalan,” Mu Xiaoya memutuskan dengan cepat.
“Benar, kau harus bersiap-siap. Kalau begitu akan kubiarkan kau mengemasi tasmu,” Li Rong berkata dan pergi dengan gembira untuk mencari Paman Li dan membuat beberapa persiapan terlebih dahulu untuk dua orang. Lalu untuk ke mana Mu Xiaoya akan melakukan perjalanan, Li Rong tak peduli, lagipula hal itu bisa dipikirkan nanti-nanti. Sekarang lebih penting untuk mempersiapkan barang-barangnya.
Setealh memutuskan untuk melakukan perjalanan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberitahu teman seperjalananmu.
Mu Xiaoya menghampiri ke sisi Bai Chan dan mendapati bahwa pada saat dia bicara dengan ibu mertuanya, Bai Chuan sudah menyelesaikan sepertiga buku yang baru saja dia keluarkan.
Buku apa ini? Mu Xiaoya berusaha melihat beberapa baris kalimat yang tertulis di situ, namun berbagai istilah profesional lanjutannya telah membuat dirinya, yang telah tinggal di luar negeri selama empat tahun, merasa seakan dirinya buta huruf. Mu Xiaoya menyerah dalam membacanya dan mengalihkan pandangan, kemudian mengulurkan telapak tangannya dan menutupi isi bukunya.
Saat pandangannya terhalang, Bai Chuan pun tanpa sadar mengangkat kepalanya. Ketika dia melihat Mu Xiaoya, seulas senyum secara alami terbentuk di wajahnya.
“Apa bukunya bagus?”
“En.” Bai Chuan menganggukkan kepalanya.
Mu Xiaoya tiba-tiba ingin menggodanya, jadi dia dengan sengaja bertanya, “Kalau begitu, apa aku menarik atau bukunya yang menarik?”
“Kamu yang menarik.” Bai Chuan menjawab tanpa ragu.
Buum!
Mu Xiaoya menebah dadanya, rohnya gagal kembali ke tubuhnya dalam waktu lama. Ini adalah sebuah kalimat yang bahkan saat kau tahu bahwa pihak lainnya berbohong, kau masih akan merasa gembira mendengarnya. Tetapi yang ini adalah Bai Chuan yang tak bisa berbohong ah. Kalau dia bilang Mu Xiaoya menarik, maka dirinya pastilah menarik di mata Bai Chuan.
Pengakuan ini membuat Mu Xiaoya merasa melayang hingga dia tanpa sadar tersenyum dari telinga ke telinga. Dia kemudian berkata pada Bai Chuan, “Ayo kita pergi jalan-jalan.”
“Jalan-jalan?” Bai Chuan mengernyit. Dia sangat tak suka jalan-jalan. Sebelumnya, keluarganya ingin mengajak dirinya berjalan-jalan, namun di luar terlalu berisik dan lingkungannya juga aneh, dan karenanya dia tak suka keluar sama sekali.
“Yap, hanya kita berdua. Kita akan pergi dan bermain di sana.” Mu Xiaoya meneruskan, “Aku ada tempat yang selalu ingin kutuju tapi tak pernah punya kesempatan untuk melakukannya. Jadi kali ini, kau bisa menemaniku untuk pergi ah.”
Sebuah tempat di mana Xiaoya selalu ingin pergi ke sana tapi tak pernah punya kesempatan untuk melakukannya?
“Oke.” Bai Chuan mengangguk. Kalau Xiaoya ingin pergi, maka dia bersedia menemaninya. Tidak apa-apa meski sedikit berisik, dia bisa membawa bersamanya headphone yang Xiaoya belikan untuknya.
“Aku punya seorang teman yang sangat baik di sana. Dia khususnya ingin mengenalmu, jadi aku akan memperkenalkan kalian pada saat itu.” Mu Xiaoya berkata penuh semangat, “Keluarganya punya kebun ceri yang sangat besar, kita bisa memetik ceri dan memakannya bersama-sama di sana!”
“Oke.” Bai Chuan tertawa. Dia ingat kalau Xiaoya benar-benar suka makan ceri, jadi setiap musim panas, saat nenek bertanya kepadanya buah apa yang ingin dia makan, dia akan selalu menjawab dengan ‘ceri’.
“Aku ingat, kau juga suka makan ceri, kan?” Mu Xiaoya ingat kalau setiap kali dia pergi ke rumah Nenek Bai ketika dirinya masih kecil, akan selalu ada buah ceri di atas meja. Nenek Bai mengatakan kepadanya bahwa Bai Chuan juga suka makan ceri.
“En,” Bai Chuan mengangguk.
—————
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-19/