My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 29
Mu Xiaoya menyetir mobilnya ke dekat studio. Dari kejauhan dia melihat sebuah papan penanda pintu baru, H&Y, kedua huruf alfabet Inggris besar berbunga-bunga, secara artistik diukir di pintu, membuat semua orang yang melewatinya bisa merasakan kesan gaya dari studio ini.
Mu Xiaoya memarkir mobilnya, berjalan cepat menuju pintu, sudah tak sabar untuk mendorongnya membuka.
Cahaya matahari menyorot masuk dari jendela berukuran dari lantai hingga langit-langit, melapisi lantai dengan kecemerlangan, dikelilingi oleh warna hijau rindang dari segala sisi serta desain yang segar, yang mana membuat orang merasa nyaman saat melihatnya. Di dalam studio itu, terdapat beberapa meja dan beberapa bangku kerja yang tidak berdesakan maupun dekat satu sama lain. Dan di sudut, persis seperti ide awal Mu Xiaoya, sebuah bar kopi dipasang, dengan segala macam peralatan membaut kopi di atas barnya.
Ini… apakah kejutan yang dikatakan Fang Hui kepadaku pada kali terakhir itu sungguhan?
“Kau kelihatan sangat konyol.” Entah dari mana Fang Hui keluar, dia hanya menatap Mu Xiaoya yang berdiri nanar di depan pintu, dan mengolok dirinya.
“Fang Hui, ini… bagaimana kau melakukan ini?” Mu Xiaoya tak tahan untuk bertanya. Meski dia sendiri belum melakukan dekorasi apa pun, dia juga punya pandangan ah. Hanya membicarakan tentang peralatan kopi di bar saja, semua itu tak bisa dibeli kalau kau tak punya uang ratusan ribu. Dan memang, pada mulanya dia ignin membuat bar kopi, tapi dia hanya berencana membeli sesuatu yang serupa lewat online dan memasangnya entah di mana.
“Berapa banyak yang kau habiskan pada dekorasi ini? Sofa, rak buku, meja, tak ada bau aneh sama sekali. Kita takkan mampu memasang barang-barang ini dengan sedikit uang kita ah. Terlebih lagi, dekorasi ini benar-beanr berbeda dengan desain awal yang kau berikan kepadaku.”
“Lebih baik atau lebih buruk?”
“tentu saja lebih baik! Pertanyaannya adalah, dari mana uangnya berasal ah?”
“Kita tak mengeluarkan uang sedikit pun,” Fang Hui berkata bangga.
“Tak mengeluarkan uang?” Mu Xiaoya melongo, “Bagaimana bisa kau tak mengeluarkan uang sedikit pun? Apa ayahmu….”
Keluarga Fang Hui cukup kaya, dan tidak mustahil bagi Ayah Fang untuk membantu putrinya dalam memulai bisnis.
“Ayahku membawakan dua botol anggur kemari, dan aku memasukkannya ke dalam kulkas. Kita akan meminumnya bersama-sama saat kita memulai bisnisnya,” Fang Hui berkata.
“Jadi bukan ayahmu? Lantas?”
“Salah satu dari kita punya ayah orang kaya baru, yang lainnya menikahi keluarga kaya dan berpengaruh. Kalau bukan aku, maka….” Fang Hui berhenti untuk membiarkan Mu Xiaoya mencerna informasi itu.
“Seseorang dari Keluarga Bai Chuan?” Mu Xiaoya menerka, “Bagaimana bisa? Aku bahkan tak memberitahu mereka di mana studionya.”
“Kau bisa menemukan apa pun dengan uang ah. Di samping itu, saat kita mendaftar, bukankah kita telah menuliskan alamatnya pada surat izin bisnis? Sekarang website industri dan komersial memiliki publisitas online dan orang bisa memeriksanya kalau mereka mau.” Fang Hui memberi Mu Xiaoya sebotol air dari kulkas dan berkata, “Pada hari kau pergi dari Yunzheng, seseorang muncul di pintu, berkata kalau dia adalah asisten dari kakaknya Bai Chuan, dan membawa bersamanya seorang desainer langsung menemuiku. Mereka tak merepotkanku dengan rencana desain, pemilihan bahan, dekorasi, tukang, dan biaya-biaya lainnya. Aku hanya memberi kunci-kuncinya dan pulang ke rumah untuk tidur.”
“Tapi aku ingat kalau kau menginginkan bar kopi itu, jadi aku memberitahu mereka, dan simsalabim~!” Fang Hui duduk di sofa dan meneruskan, “Melakukan semua ini secara cuma-cuma, satu-satunya persyaratan yang mereka berikan kepadaku adalah jangan mengganggumu dengan renovasi selama masa bulan madumu.”
“Bai Zheng?!” Mu Xiaoya tak pernah mengira kalau Bai Zheng akan mencari seseorang untuk mendekorasi studionya.
“Tidakkah kau merasa aneh bahwa aku tak pernah mengambil inisiatif untuk mencarimu selama setengah bulan terakhir ini?” Fang Hui bertanya.
“Kukira kau hanya tahu bagaimana bersikap pengertian ah,” Mu Xiaoya tersenyum malu-malu.
“Bah! Kau kabur untuk berbulan madu sendirian dan membuatku harus merenovasi sebuah studio besar seperti ini. Kalau seseorang tak membantu, aku akan mengganggumu habis-habisan,” Fang Hui berkata kesal. Sudah bagus kalau membiarkan Mu Xiaoya menghabiskan bulan madunya pada tahap awal memulai bisnis ini, tapi Mu Xiaoya masih berani berpikir kalau dia takkan mengganggunya sama sekali?
“Kalau begitu, berapa banyak biayanya?”
“Sekitar lima atau enam ratus. Tak usah terlalu memikirkannya, anggap saja ini adalah hadiah dari Keluarga Bai untukmu.” Fang Hui telah membuat untuk Mu Xiaoya.
“….” Mu Xiaoya tertegun selama sesaat, berpikir kalau dirinya benar-benar takkan mampu membeli semua ini dengan kekuatan keuangannya yang sekarang, jadi dia harus menyimpan hal ini dalam benaknya dan menunggu kesempatan untuk membalas kebaikan ini kelak.
“Aku telah membuat beberapa rencana selama dua hari terakhir ini. Studionya takkan memiliki bisnis apa pun pada tahap awal, karenanya kita takkan membutuhkan banyak orang. Kita cukup mempekerjakan satu atau dua orang.” Setelah mengunjungi studionya, mereka berdua pun mulai bicara tentang pekerjaan.
“Aku tak punya pendapat. Kapan kau mau membuka studionya kalau begitu?” Mu Xiaoya bertanya.
“Bagaimana kalau besok? Kita bisa menaruh dua keranjang bunga dan menyalakan petasan atau semacamnya.”
“… Tidakkah itu terlalu biasa?”
“Aku juga tak mau biasa ah, tapi masalahnya adalah bahwa tak ada banyak orang di sekitar sini. Kalau kita membuat sebuah acara besar tanpa ada seorang pun yang menonton, bukankah kemudian itu akan menyia-nyiakan uang dan tenaga?”
Mu Xiaoya mengangguk, berpikir kalau yang Fang Hui katakan memang masuk akal. “Omong-omong, bagaimana dengan gambar-gambar desain yang kukirimkan padamu sebelumnya?” Dia juga tak begitu saja pergi berlibur saat dirinya mengunjungi kebun ceri. Dia telah menggambar beberapa gambar desain yang kemudian dikirimkan pada Fang Hui.
“Aku sudah memberikan cetak birunya pada pamanku.” Paman Fang Hui adalah pemilik dari pabrik sepatu. Ada pabrik pembuatan sepatu yang sangat besar di bawah tangannya, membuat merek-merek internasional, dan kuga memproduksi beberapa sepatu untuk dijual sendiri. Mu Xiaoya telah membuat sepasang sepatu sneakers untuk wanita pada ujian akhir di semester kedua dan memberikannya kepada Fang Hui sebagai hadiah ulang tahun. Fang Hui benar-benar menyukainya dan terlihat sedang mengenakannya saat dia pulang ke rumah oleh pamannya itu, dan karenanya sang paman meminta Fang Hui melepaskan sepatu tersebut untuk ditirunya.
Pada saat itu Fang Hui sempat berdebat dengan sang paman, tapi dia akhirnya berhasil membuat pamannya mengeluarkan lima ribu yuan untuk membeli desain pertama Mu Xiaoya. Belakangan, Mu Xiaoya bekerjasama dengan pihak lain itu beberapa kali, Fang Hui juga membantu bicara tentang bagi hasil dari gambar-gambar desainnya. Dua dari desainnya bisa terjual dengan sangat baik, yang mana memberi Mu Xiaoya sejumlah keuntungan, dan demikianlah bagaimana dia berhasil menyimpan tiga ratus ribu yuan untuk membuka bisnis mereka.
“Pamanku, si pedagang licik itu, bilang lagi kalau dia ingin membeli hak desainnya, sehingga dia dapat makian dari ibuku.”
Mu Xiaoya tak bisa menahan diri untuk tertawa.
“Setelah dididik ulang oleh ibuku, pamanku akhirnyaa menerima proposalku.” Fang Hui berkata penuh semangat, “Sekarang sepatunya telah dimasukkan dalam proses produksi dan pamanku setuju untuk menjualnya di tokonya serta toko online lebih dulu, memasang merek dagang kita di situ, dan menambahkan alamat situs web kita di dalam kotak produknya.”
“Ini bagus?” Bukan hanya membantu mereka menjual secara eceran, namun juga membantu mereka beriklan.
“Tapi, kita harus membagi separuh keuntungannya dengan dia,” Fang Hui menambahkan.
“Tentu saja kita harus melakukannya, saluran distribusi dan iklan gratis sebagus itu tak bisa dibeli dengan sedikit uang.” Tanpa perlu menyebutkan seberapa besar nilai dari draft desainnya sendiri, hanya dengan bagaimana paman Fang Hui telah membantu memuluskan jalan saluran distribusi lengkap untuk mereka, bahkan bila dia tak menerima bagian dari keuntungannya, belum tentu hal itu tak bisa dilakukan.
“Siapa suruh dia jadi pamanku? Bukankah dia memang seharusnya membantu keponakannya memulai bisnis?” Sikap penerimaan Fang Hui yang seenaknya saja bisa dibenarkan.
“Akhirnya aku tahu kenapa yang kaya jadi semakin kaya, itu karena mereka saling membantu,” Mu Xiaoya mengesah.
“Kau pikirlah, untuk bisa unggul di kampus, lalu berbaur dalam masyarakat, orang harus memiliki EQ tinggi dan koneksi yang luas. Kalau bukan karena pamanku, bagaimana bisa aku berani membuka studioku?” Meski dirinya tak kekurangan uang, Fang Hui juga tak sedemikian bodohnya hingga membuang uang seperti mainan.
“Ada berapa banyak sepatu yang dimasukkan dalam produksi pertama kita?”
“Aku mulanya berencana untuk menyisihkan tiga ratus ribu yuan untuk biaya tahap awal ini, berencana mengerjakan lebih sedikit dulu, menunggu hingga kita memperoleh sejumlah keuntungan kemudian lanjut memproduksi lebih banyak lagi. Tapi karena sekarang kita bahkan tak mengeluarkan satu sen pun pada dekorasinya, jadi aku pun memasukkan saja ketujuh ratus ribu yuannya sekaligus,” Fang Hui berkata.
“Semuanya?” Mu Xiaoya terperanjat.
“Jangan khawatir, dengan jaringan distribusi pamanku, bahkan bila situasi penjualannya kurang dari ideal, takkan sulit untuk menutup biayanya, tenang saja deh,” Fang Hui berkata penuh percaya diri.
Mu Xiaoya benar-benar tak sebagus Fang Hui dalam menjual barang-barang. Melihat sahabatnya itu begitu bertekad, dia pun tak bilang apa-apa lagi.
Keduanya juga mendiskusikan rencana penjualan setelah sepatunya masuk ke pasaran, metode operasi andalan toko yang resmi, dan urusan perekrutan pegawai. Setelah membicarakan tentang hal-hal besar dan kecil ini, tengah hari datang dengan begitu cepat. Mu Xiaoya melihat waktunya, sekarang sudah jam lima lewat. Mengingat janjinya dengan Bai Chuan, dia pun bangkit dari kursi.
“Fang Hui, aku harus pulang sekarang.”
“Eh? Kenapa?” Fang Hui baru saja melihat sepintas beberapa ringkasan untuk ditunjukkan pada Mu Xiaoya.
“Aku sudah janji pada Bai Chuan untuk pulang pukul enam.”
“… Aku tak merasa kalau kau sedang mengurus suamimu, kau itu persis seperti seorang ibu yang punya anak ah, harus pulang ke rumah dan masak untuk anakmu begitu kau pulang kerja.”
“Memangnya kalian para anjing lajang mengerti romansa dari kami, pasangan yang telah menikah?” Mu Xiaoya menyerang secara verbal.
“Kau cepatlah menggelinding pergi! Kau kira kalian bisa mengolok kami para lajang. Apa salahnya jadi lajang? Aku hari ini lajang, itu tak berarti kalau aku akan jadi lajang besok.”
“Ck ck ck, kalau begitu aku harus mendoakanmu mendapatkan pertemuan romantis terbaik malam ini.”
Fang Hui mendengarkan dengan gembira, dan persis saat dia tertawa, seorang tukang antar barang datang dari arah pintu, membawa sebuah kotak besar di tangannya, “Permisi, yang mana adalah Nona Mu Xiaoya?”
“Aku,” Mu Xiaoya terkejut.
“Hali, ini barang Anda, silakan tanda tangan di sini.”
Mu Xiaoya menandatangani kertasnya dan menatap kotak besar dengan ekspresi kebingungan.
“Kau beli apa?” Fang Hui bertanya.
“Aku nggak membelinya kok,” Mu Xiaoya juga ingin tanya.
“Barang apa ini?”
“Kelihatannya seperti jigsaw puzzle.” Ada informasi tokonya di daftar pengantaran barang, yang mana merupakan sebuah toko Taobao yang mengkhususkan pada jigzaw puzzle.
Terlepas dari itu, Mu Xiaoya sekedar meletakkan puzzle-nya ke bangku belakang dan menyetir pulang. Dia berusaha bergegas, tapi masih terlambat tiba di rumah karena kemacetan lalu lintas. Pada saat ini, Bai Chuan telah menunggu dirinya selama lebih dari sepuluh menit di depan pintu.
Mu Xiaoya tak menyangka kalau Bai Chuan akan menunggu dirinya di depan pintu dan dia langsung merasa bersalah, “Maaf, aku terlambat.”
“Nggak apa-apa.” Bai Chuan tidak marah, karena Mu Xiaoya telah banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan sebelumnya. Dahulu, Mu Xiaoya akan selalu memberitahunya kalau gadis itu akan datang menemuinya dalam waktu dia hari, tapi setiap kali Mu Xiaoya pergi, akan butuh satu atau dua bulan sebelum mereka bisa berjumpa kembali. Kali ini hanya terlambat sepuluh menit, jadi bisa dibilang benar-benar cepat ah.
Saat makan malam, tampaknya semua anggota Keluarga Bai yang lain harus menghadiri acara sosial, jadi Mu Xiaoya dan Bai Chuan hanya makan malam lalu kembali ke kamar mereka. Mu Xiaoya membuka jigzaw puzzle yang telah dia terima di siang hari, menampakkan kerangka puzzle berukuran hampir 50 inci dan lima gebung besar potongan-potongan puzzle.
“Ada berapa banyak potongannya?” Mu Xiaoya membalikkan dokumennya, menatap angkanya dan tiba-tiba berseru, “Lima ribu?!”
Siapa yang telah mengirimkan puzzle ini, dan mereka juga tahu alamat studionya. Mu Xiaoya membalikkan kantong pembungkusnya dan menemukan sebuah gambar lengkap dari puzzle-nya: Sepasang pria dan wanita yang sedang duduk di depan sebuah rumah kayu sambil makan semangka.
“Liang Nuonuo.” Dengan satu lirikan saja, Mu Xiaoya sudah tahu siapa yang mengirimkan bungkusan puzzle ini. Bocah ini benar-benar mengambil foto mereka untuk dijadikan puzzle buatan khusus semacam ini, “Bagaimana bisa aku menyusun puzzle sebesar ini ah?”
Mu Xiaoya dengan tidak sabar mengeluarkan ponselnya dan mulai berdebat dengan Liang Nuonuo, “Liang Nuonuo, apa maksudmu dengan mengirimiku puzzle sebesar ini ah?”
“Aish, datangnya secepat itu ya. Bagaimana? Apa menurutmu foto itu benar-benar artistik? Tak usah berterima kasih kepadaku, itu adalah hadiah pernikahan dariku untukmu,” Liang Nuonuo berkata seraya tersenyum.
“Fotonya bagus, tapi kenapa kau membuatnya jadi lima ribu potongan puzzle ah? Bagaimana aku bisa menyatukannya ah? Tidakkah kau tahu kalau aku bahkan sudah kesulitan hanya dengan melihat peta?” Mu Xiaoya seratus persen yakin kalau Liang Nuonuo sengaja melakukannya.
“Foto sebagus itu, tentu saja kau harus menyusunnya pelan-pelan sehingga bisa memiliki daya tarik yang lebih besar. Semoga beruntung loh~” Setelah mengatakan hal ini, Liang Nuonuo pun menutup teleponnya dan berhenti bicara dengan Mu Xiaoya.
“… Kau melakukannya secara sengaja,” Mu Xiaoya berkata galak, namun tak mungkin bisa melakukan pembalasan kepadanya ah. Saat dia berbalik dan sudah akan menyimpan puzzle itu, dia mendapati Bai Chuan sedang duduk di lantai sambil melakukan sesuatu.
“Xiao Chuan, apa yang….” Mu Xiaoya berjongkok untuk melihatnya dan tiba-tiba berhenti bicara.
Dia melihat Bai Chuan sedang duduk bersila di lantai dengan bungkusan puzzle yang terbuka di sampingnya. Bai Chuan memegangi potongan-potongan puzzle yang berserakan dan dengan cepat menyatukannya dalam kecepatan yang tak bisa dipercaya. Beberapa dari potongan itu diletakkan di bagian tengah dan beberapa di sudut, dengan pergerakan cepat dan tegas, seakan tak perlu berpikir, dia meletakkan potongan-potongannya tepat di tempat yang seharusnya.
Mu Xiaoya menatapnya tanpa bersuara, dan setelah lewat setengah jam, dia sudah melihat wajahnya sendiri di atas papan puzzle itu.
Lima ribu potong jigzaw puzzle bisa disatukan hanya dengan sekali lihat, jadi… apakah ini adalah keahlian lain dari seseorang dengan sindrom cendekia?
—————–
Catatan Pengarang
Chuan muda suka duduk di halaman begitu sore hari tiba. Dia tak mau masuk ke dalam rumah bahkan saat hujan turun.
Nenek Bai tak tahu apa yang terjadi dengan cucunya: “Xiao Chuan, hujan turun, ayo masuk ke dalam.”
Chuan muda duduk tak bergerak. Nenek Bai mengesah, Beliau hanya bisa tetap tinggal bersama dengan cucunya di halaman sambil membawa payung.
Hingga sebuah suara jernih seorang wanita terdengar dari sebelah: “Bu, aku mau pergi ke tempat Kakak Bai Chuan untuk membuat PR sama-sama~”
Si remaja berdiri, dan tanpa suara kembali ke ruang belajar.
—————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-29/