My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 32
Mereka berlama-lama di halaman Nenek Bai dan tak pulang ke rumah hingga hampir tiba waktunya untuk makan malam.
Shen Qingyi telah menyiapkan semeja makanan, yang kesemuanya adalah masalah yang sangat disukai oleh Mu Xiaoya dan Bai Chuan.
“Ayah, Ibu, makanan seperti apa yang suka kalian makan ah?” Mu Xiaoya menyantap masakan kesukaannya dan tiba-tiba menyadari sebuah masalah. Dia telah tinggal bersama dengan orangtuanya sepanjang dirinya hidup, dan dia tak pernah menyadari apa yang suka mereka makan.
“Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?” Shen Qingyi bertanya keheranan.
“Aku cuma ingin tahu, karena sejak aku kecil, Ibu telah membuatkanku makanan-makanan kesukaanku. Aku tak tahu apa yang ingin kalian makan.”
“Memang berbeda setelah menikah. Akhirnya tahu bagaimana mencintai orangtuamu.” Wajah Shen Qingyi tampak gembira.
“Bu~~” Mu Xiaoya memohon ampun dengan gaya manja, namun hatinya penuh dengan rasa bersalah. Apa yang bisa dia lakukan untuk orangtuanya, bahkan bila hanya sedikit….
“Oseng daging babi dengan cabai serta iga babi tumis kental,” Bai Chuan tiba-tiba bersuara.
Bai Chuan tiba-tiba menyebutkan kedua masakan itu dan ketiga anggota Keluarga Mu pun serta merta tertegun. Mu Ruozhou bertanya penasaran, “Bagaimana kau tahu kalau aku suka makan iga babi tumis kental?”
“Dan oseng daging babi dengan cabai, bagaimana kau tahu kalau aku menyukainya?” Shen Qingyi juga bertanya.
Mu Xiaoya menatap orangtuanya dengan terbengong-bengong: Apa maksud mereka Bai Chuan memang benar?
“Aku ingat,” Bai Chuan menjawab.
“Ingat?” Shen Qingyi dan suaminya saling berpandangan, “Apa kita pernah menyebutkan hal ini di depan Bai Chuan sebelumnya?”
“En.” Bai Chuan mengangguk.
“… Lihatlah dirimu.” Shen Qingyi tiba-tiba mulai memandang rendah putrinya, “Bai Chuan hanya beberapa kali pernah datang ke rumah kami dan sudah ingat apa yang suka kami makan. Kau telah tinggal di rumah kami selama lebih dari dua puluh tahun. Selain menumbuhkan daging, apa lagi yang telah kau lakukan?”
“Mana bisa disamakan? Dalam hal ingatan, bagaimana bisa Xiao Chuan dan aku berada pada tingkatan yang sama?” Mu Xiaoya mengucapkannya dengan nelangsa.
“Aku akan bantu dia ingat.” Bai Chuan melihat istrinya dikritik karena tidak ingat apa yang ayah dan ibunya suka makan. Dia buru-buru mengekspresikan kesediaannya untuk membantu Mu Xiaoya ingat. Kalau dia ingat, mereka takkan lupa.
“Oke, beri Xiao Chuan sedikit muka, lebih baik tak membicarakannya lagi,” Shen Qingyi merespon dengan senyuman, membiarkan putrinya lepas dari kesulitan.
Karena Mu Xiaoya datang pagi hari ini, Shen Qingyi pun mulai mengisi bawaan putrinya dengan barang-barang untuk dibawa kembali ke rumah mertuanya setelah makan malam.
“Masih sore,” Mu Xiaoya enggan untuk pergi.
“Apanya yang sore? Akan butuh waktu satu jam untuk menyetir pulang.” Shen Qingyi mengisyaratkan pada suaminya untuk menyerahkan cabai potongan yang telah dipersiapkan kepada putri mereka.
“Ini, ambillah, ini dibuat oleh ibumu bulan lalu. Cabai-cabai ini sangat pedas. Tolong ingatkan keluargamu saat kalian memakannya,” Shen Qingyi mengingatkan putrinya untuk mengirimkan hadiah tersebut sebagai balasannya. Akhirnya, dia tersenyum pada Mu Xiaoya dan mereka berdua pun berpikir sejenak. Tampaknya mereka tak bisa memberikan barang bagus apa pun dan menetapkan dengan memberi barang-barang yang mereka buat sendiri. Bagaimanapun juga, mereka tak bisa bersaing dengan Keluarga Bai dalam hal sumberdaya keuangan.
“Kita semua berada di kota yang sama. Kalau kau ingin pulang, harap pulang untuk menemui kami kapan saja,” Shen Qingyi berkata.
“Aku ingin bertemu dengan kalian setiap hari,” Mu Xiaoya berkata enggan.
“Kalau begitu kenapa kau terburu-buru menikah? Kalau kau tak menikah, kau bisa tinggal di rumah sepanjang waktu ini,” Mu Ruozhou berkata dan menatap putrinya. Dia tiba-tiba merasa lelah dan lemah. Dia tak merasa marah, tapi ya, dia menyalahkan putrinya karena terlalu cepat menikahi seseorang.
“Nggak!” Begitu Bai Chuan mendengar ayah mertuanya menentang pernikahan Xiaoya, dia langsung merasa cemas dan melindungi Mu Xiaoya di belakangnya.
“….” Begitu Mu Ruozhou melihat postur defensif Bai Chuan, dia jadi tak tahu harus tertawa atau menangis. Anak ini tak mengerti kalau aku hanya bercanda ah.
“Oke, takkan mencurinya darimu. Bawalah Xiaoya pergi,” Shen Qingyi berkata seraya tersenyum.
Keduanya pun pergi.
Para tetua Keluarga Mu menatap mobil itu pergi, kemudian kembali ke dalam rumah. Meski mereka merasa enggan, wajah keduanya tampak lega dan penuh syukur. Kali ini, mereka mendapati kalau Bai Chuan bukan hanya mampu mendapatkan uang dengan bekerja, tapi bahkan tahu bagaimana melindungi dan mencintai Xiaoya. Bukankah ini adalah persyaratan mereka untuk calon menantu mereka dulu?
Kaenanya, Bai Chuan ternyata lebih baik daripada yang mereka kira, dan Xiaoya juga hidup lebih baik daripada yang mereka pikirkan.
Pada perjalanan pulang, Mu Xiaoya mulai memuji performa Bai Chuan hari ini: “Kau menunjukkan dirimu dengan sangat baik hari ini. Orangtuaku jelas-jelas jadi lebih menyukaimu.”
“Apa itu karena kursi pijat yang dibeli dengan kartu gajiku?” Bai Chuan bertanya.
“Hik….” Kenapa kau menanyakan sesuatu yang begitu realistis? “Itu sebagian dari alasannya, tapi ada yang lebih dari itu, kau ingat apa makanan kesukaan orangtuaku, yang mana juga sangat bagus.”
“En.” Bai Chuan mengangguk sekenanya.
“Omong-omong….” Satu hal yang Mu Xiaoya terus lupa untuk tanyakan, “Xiao Chuan, berapa banyak yang kau dapatkan dalam sebulan ah?”
“Lima ratus ribu yuan dan bonus di akhir tahun.” Bai Chuan menjawab. Dia tak tahu bagaimana cara menghitung bonus di akhir tahun, jadi dia tak mengucapkan angka persisnya.
“Lima ratus ribu?! Berarti setahun enam juta ditambah dengan bonus akhir tahun…. Kalau begitu kau telah bekerja selama lebih dari tiga tahun?”
“Tiga tahun, enam bulan, tujuh hari.”
Mu Xiaoya tanpa sadar mulai menghitung gaji itu, namun setelah beberapa saat dia menyerah. Singkatnya, dia yakin kalau kartu gaji Bai Chuan belum pernah digunakan dalam waktu tiga tahun itu. Pengeluaran pertamanya mungkin adalah dari kursi pijat hari ini.
“Apa yang kau kerjakan di perusahaan? Kenapa gajinya sangat tinggi?” Mu Xiaoya bertanya.
“Tugas utama adalah pemrograman….” Bai Chuan mengucapkan sederetan istilah profesional satu demi satu. Mendengar hal ini, Mu Xiaoya jadi kebingungan. Pada akhirnya, dia hanya bisa meyakinkan Bai Chuan kalau dia tahu.
Lupakan saja, dia tak mau memasuki dunia dewa kaum terpelajar.
Akan tetapi, saat berhubungan dengan pekerjaan, dia sepertinya sudah berjanji pada Bai Zheng untuk menyuruh Bai Chuan kembali bekerja.
“Xiao Chuan, kenapa aku tak melihatmu pergi kerja?” Mu Xiaoya bertanya kaget.
“Menemanimu.”
“… Tapi aku juga perlu pergi kerja di siang hari ah, jadi kau tak bisa menemaniku.”
“Menunggumu.”
“….”
Mu Xiaoya terharu, namun pada saat bersamaan merasakan sejumlah tekanan. Dia tahu kalau dirinya adalah sebuah keberadaan yang sangat penting bagi Bai Chuan, tapi ketika seluruh kehidupan seseorang hanya berputar di sekelilingmu, orang-orang di sekitarnya akan merasakan tekanan tanpa batas, khususnya Mu Xiaoya. Kalau Bai Chuan mengorbankan pekerjaan dan hidupnya hanya demi menunggu dan menemani dirinya, maka dia akan merasa bahwa ketika dia pergi keluar untuk bekerja, hal itu serupa dengan pengkhianatan.
Bahkan bila dia tak punya banyak waktu yang tersisa, dia tak bisa membiarkan Bai Chuan hidup seperti ini. Dia ingin Bai Chuan tetap sehat dan berhubungan baik dengan orang-orang lainnya.
Setelah melewati persimpangan, Mu Xiaoya menepi dan menghentikan mobilnya. Dia berbalik dan menatap Bai Chuan. Dirinya sangat tenang dan dengan serius bertanya, “Xiao Chuan, apa kau suka bekerja?”
Bai Chuan menatap Mu Xiaoya yang sedang bicara dan mendengarkan, namun Mu Xiaoya lantas menambahkan, “Jangan dibandingkan dengan pekerjaanku.”
“… Suka.” Bai Chuan mengangguk sejenak kemudian.
Dia sangat menyukai pekerjaannya yang sekarang. Pekerjaan ini bisa menghasilkan hal-hal menakjubkan lewat pengkodean sederhana. Dan sesekali, akan ada proyek baru yang sangat rumit yang akan muncul di pekerjaannya. Pekerjaan itu membutuhkan dirinya untuk mengungkapkannya sedikit demi sedikit. Dia amat menyukai proses pendekodean itu.
“Apa kau mau kembali bekerja minggu depan?” Mu Xiaoya bertanya.
“Kamu mau aku bekerja?” Bai Chuan bertanya, dengan ketidakpahaman di matanya. Hal ini membuat Mu Xiaoya merasa buruk. Begitu dia menjawab ya, berarti dia telah menolak keinginan Bai Chuan untuk menemani dan menunggunya seperti yang pria itu lakukan sekarang.
“Xiao Chuan, apa kau tahu apa yang suami lakukan setelah menikah?” Mu Xiaoya tak menjawab pertanyaan Bai Chuan secara langsung, dia memutuskan untuk meyakinkan pria itu dengan alasan yang bisa diterima.
Bai Chuan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi hampa. Dia hanya tahu bahwa saat dia menikah, dia bisa selalu bersama dengan Mu Xiaoya.
“Setelah menikah, suami mencari uang untuk menyokong keluarganya. Kalau kau tak bekerja, bagiamana kau bisa menyokong keluargamu dan aku ah?” Mu Xiaoya berpura-pura merasa tertekan.
“Aku akan mengurusnya. Aku akan pergi bekerja di hari Senin.” Bai Chuan langsung berjanji kalau dia akan menyokong keluarganya dan Xiaoya.
Gelisah ingin menunjukkan bahwa Bai Chuan itu terlalu imut, Mu Xiaoya tak menahan diri dan mencium pipi Bai Chuan sebelum menyalakan kembali mobilnya untuk pergi.
Bai Chuan menutupi wajahnya dan matanya memantulkan cahaya-cahaya neon di kota, yang berkilauan penuh warna, dan dia akhirnya menampakkan seulas senyum samar.
Sudah pukul delapan saat keduanya sampai ke rumah. Begitu mobilnya diparkirkan, Paman Li menyambut mereka.
“Tuan Muda Kedua, Nyonya Muda Kedua. Saya telah menggantungkan puzzlenya untuk kalian.”
“Terima kasih, Paman Li,” Mu Xiaoya berkata.
“Nyonya Muda Kedua terlalu sopan. Omong-omong, ada semangka beku di dapur, Nyonya Muda Kedua, Tuan Muda Kedua, apa kalian ingin memakannya?”
“Tidak, terima kasih,” Mu Xiaoya menggelengkan kepalanya, kemudian memberi Paman Li cabai potongan yang telah dia bawa dari rumah. “Ini adalah cabai potong yang dibuat sendiri oleh ibuku.”
“Kalau dibuat oleh Beliau, pasti rasanya lezat. Makan malam besok kebetulan adalah ikan dengan cabai cincang, jadi ini tepat sekali,” Paman Li berkata.
“….” Mu Xiaoya tak tahu kalau makan malam direncanakan setiap harinya.
Keduanya pun pergi bersama ke ruang keluarga. Begitu mereka memasuki rumah, Mu Xiaaoya mencium keharuman semangka yang menyegarkan.
Tampaknya buah setelah makan hari ini adalah semangka. Tak heran Paman Li bertanya kepada mereka apakah mereka ingin makan semangka.
Keluarga Bai semuanya ada di lantai bawah, dan Mu Xiaoya tentu saja ingin menyapa. Keduanya berjalan memasuki ruang keluarga dengan mengikuti aroma semangka itu. Mereka melihat ketiga anggota Keluarga Bai sedang duduk di sofa dengan separuh buah semangka di tangan mereka.
“….” Apa yang aneh dengan gambaran ganjil ini?
(T/N: Wkwkwk… mereka pasti sudah lihat puzzle yang digantung Paman Li….)
Memangnya aneh bila makan semangka? Makan semangka tentu saja tidak aneh.
Apakah aneh bila memegang separuh buah semangka dan memakannya dengan sendok?
Tak ada yang salah dengan makan semangka, dan tak ada yang salah dengan cara makan semangka yang berani dan tak terkekang ini. Namun di dalam sebuah vila kelas atas, di dalam ruang keluarga yang mewah, di depan tiga orang yang mengenakan pakaian mewah, bukankah masuk akal bila memotong semangkanya menjadi potongan-potongan kecil, kemudian menusuknya dengan garpu kecil?
“Xiao Chuan, Xiaoya, kalian sudah pulang?” Li Rong menyapa keduanya dengan memegang sebuah sendok porselen putih di tangannya.
“Pa, Ma, Kak, bagaimana rasa semangkanya?” Mu Xiaoya kembali tenang setelah sesaat.
“Yah ah, yah ah, kami belum pernah makan semangka seperti ini sebelumnya. Aku tak menyangka kalau ternyata akan sangat menyenangkan bila mengorek dan memakannya secara langsung dengan sendok.”
“Ha ha ha… memang cukup menyenangkan.” Mu Xiaoya tak tahu harus bilang apa dan hanya bisa mengikutinya saja.
“Semua ini berkat inspirasi yang kau dan Xiao Chuan berikan kepada kami,” Li Rong berkata penuh semangat.
“Kami?” Mu Xiaoya terbengong-bengong. Dia baru saja kembali dari rumah orangtuanya dan tak melakukan apa-apa ah.
“Begitu aku melihat puzzle di kamarmu, aku jadi menyukainya. Aku tak bisa menahan diri untuk ingin makan semangka seperti kalian.” Di siang hari, Paman Li membantu menggantung puzzlenya dan Li Rong mengikutinya untuk menonton. Saat dia melihat interaksi kedua orang di dalam puzzle itu, dia pun menyukainya. Jadi, dia menarik suami dan putra pertamanya saat makan malam dan memaksa mereka memakan semangka bersama-sama seperti di dalam puzzle.
Mu Xiaoya menatap pada dua orang lainnya. Yang satu tampak malu dan yang lain menunduk dan tak mengatakan apa-apa; yang bersangkutan tak berhenti memakan semangka di tangannya.
“Kalau begitu… kalian lanjutkanlah makannya. Kami akan naik dan ganti baju duluan.” Mu Xiaoya merasa tidak pantas bila terus berada di sini dan sudah siap untuk menyelinap pergi.
“Tunggu sebentar, apa kau bisa ambil foto kami? Aku ingin membuat puzzle nanti dan meminta Xiao Chuan membantu kami,” Li Rong berkata.
Masih mengambil foto!
Ayah dan anak Keluarga Bai yang sedang memakan semangka di tangan mereka pun terdiam.
“Oke.” Mu Xiaoya mengeluarkan ponselnya.
“Kalian berdua kemari dong. Ayo berfoto sama-sama.” Li Rong memutar kepalanya untuk menyuruh kedua pria yang sedang bersungut-sungut dan makan semangka.
Kedua pria yang sedang makan semangka itu saling bersitatap tanpa suara. Tidak diketahui perjalanan mental macam apa yang telah mereka lalui. Akhirnya, mereka duduk dengan memegangi semangka di sisi kiri dan kanan Li Rong, kemudian semuanya menatap ke arah kamera.
Setelah mengambil gambar, Mu Xiaoya memberikan fotonya kepada Li Rong lewat WeChat, kemudian melarikan diri seraya tersenyum menuju kamar di lantai kedua untuk menampakkan senyumannya yang tak ditahan-tahan.
Aiyo~~ Bai Chuan mengikuti istrinya. Xiaoya itu sangat imut, hahaha….
Di bawah, setelah Keluarga Bai mengambil gambar, si ayah dan si anak langsung saling memisahkan diri dan duduk kembali ke posisi mereka sendiri, berniat menghabiskan semangka di tangan mereka secepat mungkin untuk bisa keluar dari kondisi sulit ini. Tapi mereka tak menyangka kalau semangka mereka bahkan belum selesai dimakan namun foto itu telah menyebar di seluruh lingkaran warga kaya di Yuncheng.
Beberapa orang bahkan diam-diam mengirimkan pesan langsung di WeChat untuk bertanya pada Bai Zheng: “Apa keluarga Bai berencana memasuki bisnis buah-buahan ah. Kok bisa akhir-akhir ini jadi ceri dan semangka?”
Bai Zheng: “….”
Mu Xiaoya selesai agak menenangkan diri, berbalik dan melihat pemberitahuan dari lingkaran pertemanan ibu mertuanya, kemudian langsung tersenyum dan menjauhkan ponselnya.
Setelah mandi dan berganti pakaian dengan piyama mereka, keduanya duduk bersila di tepi ranjang dan mendongak untuk mengagumi puzzle yang menggantung di dinding.
“Xiao Chuan, apa kau masih merasa tak nyaman?” Meski puzzlenya telah digantungkan, Mu Xiaoya tahu kalau masih ada paku di belakang puzzle tersebut.
“Nggak.” Bai Chuan mendongak menatap puzzle itu dan perlahan menggelengkan kepalanya.
Mu Xiaoya tiba-tiba merasa lega dan jadi punya minat untuk mengagumi puzzle ini secara seksama. Setelah memandanginya selama sesaat, Mu Xiaoya harus mengakui kalau kemampuan mengambil foto milik Liang Nuonuo cukup bagus karena komposisi dan pencahayaannya nyaris sempurna. Bahkan dengan pendidikan akademisnya dalam hal desain, Mu Xiaoya juga tak bisa melihat ketidakselarasan apa pun.
Juga, Mu Xiaoya menyukai suasana di dalam foto itu. Pada hari itu, dia dan Bai Chuan membantu Liang Nuonuo memetik ceri, jadi mereka berpakaian dengan santai. Baju lengan panjang sederhana, celana dan lengan bajunya digulung ke atas dan rambut mereka berantakan setelah bekerja keras seharian. Dia dan Bai Chuan duduk berdampingan, dengan keringat di wajah mereka, semangka di tangan mereka, tersenyum dari dasar mata mereka. Cahaya mentari ada di belakang mereka dan sekeranjang ceri yang baru saja dipetik ada di sudut. Seluruh gambar itu penuh dengan kehidupan, tenang dan indah.
“Aku suka foto ini,” Mu Xiaoya berkata.
“Aku juga suka.” Bai Chuan tak tahu bagaimana cara menilainya, tapi saat dia menatap puzzle itu, dia mendapatkan perasaan yang sangat menyenangkan.
Pagi-pagi di keesokan harinya, Bai Chuan bangun tepat pada waktunya untuk berlari, dan bertemu dengan kakaknya di pintu masuk seperti biasa.
Hari ini, jarak lari Bai Chuan seharusnya adalah dua ribu sembilan ratus meter. Sembari berlari, Bai Zheng berencana untuk berlari seribu empat ratus lima puluh meter dengan Bai Chuan hari ini, kemudian membiarkan Bai Chuan berbalik untuk menyelesaikan sisa larinya. Dia akan lanjut terus berlari maju untuk lari lima kilometernya sendiri. Kalau tidak, jumlah olahraga setiap hari ini takkan cukup.
Setelah berlari sesaat, di persimpangan lampu lalu lintas yang familier, Bai Zheng tahu kalau Bai Chuan sudah akan berlari kembali untuk jarak sisanya. Baru saja dia memikirkan tentang hal itu, Bai Chuan tiba-tiba berbalik.
Nah, berbalik.
Bai Zheng tak berhenti. Dia mengambil jalan lain dan lanjut berlari maju. Setelah berlari sekitar tujuh atau delapan meter, dia masih merasa agak tidak tenang, jadi dia melirik ke belakang dan tiba-tiba berhenti.
Karena, Bai Chuan benar-benar berhenti di tempat itu dan tak bergerak.
Bai Zheng agak kebingungan dan bergegas kembali. Saat dia akan bertanya pada Bai Chuan kenapa adiknya itu tidak pulang, dia mendengar Bai Chuan berkata, “Kau harus lari.”
“….” Lari, larinya siapa itu, kan tugasmulah untuk lari dua ribu sembilan ratus meter, bukan aku. Aku harus lari lima kilometer setiap hari. Tapi… pada ekspresi sungguh-sungguh adiknya bagaimana bisa Bai Zheng mengatakan hal itu. Terlebih lagi, ini adalah kali pertama adiknya menunjukkan kepedulian terhadapnya, meski kepedulian itu tidak benar.
Seraya mengesah, Bai Zheng mengambil inisiatif untuk mengakui ‘kesalahan’nya: “Aku salah memperhitungkan jaraknya.”
Melihat kalau Bai Zheng menyadari kesalahannya tepat waktu, Bai Chuan tak bicara lagi, dan alih-alih dia berbalik serta lanjut berlari pulang dengan cara yang sama.
Bai Zheng mengikuti dirinya dengan raut galau, menimbang-nimbang selama sesaat tentang pergi ke gym untuk memakai treadmill demi menebus sisa jarak yang kurang.
Berlari ke gerbang, keduanya berhenti pada saat yang sama, dan pelayan dengan cepat menyerahkan kepada mereka sebuah handuk untuk menyeka keringat mereka. Bai Zheng menyeka keringat di lehernya. Tiba-tiba dia merasa kalau seseorang menatap dirinya, jadi dia menoleh.
“Aku akan pergi bekerja.” Bai Chuan menunggu Bai Zheng menatap dirinya. Melihat Bai Zheng menatap dirinya, Bai Chuan langsung menyelesaikan apa yang ingin dia katakan, kemudian pergi dengan langkah-langkah lebar.
“….” Kalau kau tak mau pergi, maka jangan pergi. Kalau kau bukan adikku, kau akan telah dipecat ratusan kali.
Huuh!
Karena Bai Chuan akan kembali bekerja besok setelah berlibur, sesudah sarapan, Mu Xiaoya mengajak Bai Chuan ke supermarket di kota. Dia berencana membeli sejumlah permen pernikahan untuk diberikan pada Bai Chuan sehingga pria itu bisa membaginya dengan rekan-rekan kerjanya saat dia kembali bekerja besok.
“Ada berapa banyak orang di perusahaanmu?” Mu Xiaoya bertanya.
Bai Chuan membeku, dan tiba-tiba mulai mengeluarkan ponselnya.
“Apa yang kau lakukan dengan ponselmu?” Mu Xiaoya bertanya keheranan. Ini adalah kali pertama Bai Chuan tak memiliki jawaban segera ketika dia menanyakan angka pada pria itu.
“Aku tak tahu ada berapa banyak orang di perusahaan, jadi aku tanya pada kakakku,” Bai Chuan menjawab.
“….’ Bertanya kepada Bai Zheng itu sama saja dengan menanyakan ada berapa banyak karyawan yang ada di Grup Yifeng ah. Menilik dari jumlah ini, kalau kita membeli permen pernikahan sebanyak itu, akan berapa besar biayanya?
“Uhuk… bukan itu… ada berapa banyak orang di departemenmu? Yaitu orang-orang yang memiliki kontak rutin denganmu di tempat kerja.”
“Lima belas.” Sebenarnya, bukan lima belas jumlah karyawan di departemen R&D game, tapi hanya lima belas orang yang bisa menghubungi Bai Chuan.
“Lima belas, tidak banyak.” Mu Xiaoya menatap permen pernikahan di depannya dan memutuskan untuk memilih yang lebih mahal. “Kalau begitu kita akan beli dua puluh paket permen pernikahan. Kau akan memberikannya kepada mereka saat kau masuk kerja besok.”
“Hanya ada lima belas orang, kenapa beli dua puluh paket?” Bai Chuan, yang luar biasa sensitif dengan angka, tak bisa menoleransi ketidakkonsistenan.
“Lima paket tambahan akan diberikan kepada siapa pun yang kau suka.”
“Oh.”
Setelah memilih permen, Mu Xiaoya lanjut membeli kartu merah muda, kemudian mengajak Bai Chuan pulang.
Dalam sekejap, Senin tiba.
Hari ini, Mu Xiaoya telah meminta seseorang datang ke studio untuk wawancara di pagi hari, jadi dia pergi setengah jam lebih awal daripada biasanya. Sebelum dia pergi, dia meningatkan Bai Chuan lagi agar ingat membawa permen-permen pernikahan itu ke perusahaan dan memberikannya kepada para koleganya.
Mu Xiaoya telah berangkat selama sepuluh menit ketika mobil yang menjemput Bai Chuan tiba.
Karena Bai Zheng dan Bai Guoyu tidak pergi ke perusahaan pagi ini dan akan berangkat ke lokasi berbeda untuk rapat, Bai Zheng secara khusus meminta sekretarisnya untuk menjemput Bai Chuan pergi bekerja.
“Xiao Chuan.” Pintu mobil terbuka, dan Wang Jing yang berpakaian gaya profesional, berjalan turun dari mobil dengan seulas senyum di wajahnya. Wang Jing adalah sekretaris Bai Zheng. Saat Bai Chuan dan Nenek Bai tinggal bersama, Wang Jing hampir selalu mengantar jemput Bai Chuan ke tempat kerja.
Saat Bai Chuan melihat Wang Jing, dia mengeratkan tangannya yang memegangi tas berisi permen pernikahan, kemudian mencebikkan bibirnya dan berdiri diam.
“Tuan Muda Kedua, Sekretaris Wang telah datang untuk menjemput Anda berangkat kerja.” Paman Li membukakan pintu untuk Bai Chuan. Bai Chuan kadang-kadang tinggal di kediaman itu, jadi Paman Li juga pernah beberapa kali bertemu dengan Wang Jing. Dia memiliki kesan baik terhadap Wang Jing, karena bila dia ada masalah, selama Tuan Muda Kedua menyukai seseorang, Paman Li tentu saja akan merasa kalau orang itu agak lebih baik. Terlebih lagi, ini adalah penyakit menular dalam Keluarga Bai, yang mana nyaris dimiliki semua orang.
“Nggak,” Bai Chuan menolak.
“Tidak? Kenapa Anda tiba-tiba tak mau pergi? Bukankah Anda baru saja berjanji kepada Nyonya Muda Kedua pagi ini?” Paman Li bertanya.
“Xiao Chuan, kita harus pergi bekerja. Orang-orang di departemen R&D sudah dengar kalau kau kembali dan telah menunggu untuk menyambutmu,” Wang Jing juga membujuk seraya tersenyum.
“Jangan panggil begitu,” Bai Chuan menatap Wang Jing dan berkata kaku, “Jangan panggil aku Xiao Chuan.”
Ekspresi wajah Wang Jing berubah, tapi dia memaksa wajahnya untuk tersenyum dan bertanya, “Xiao Chuan, apa aku telah melakukan hal yang salah? Kalau begitu, katakan padaku, aku janji akan berubah.”
“Jangan panggil,” Bai Chuan mengernyit marah. Bagaimana bisa orang ini tak mengerti? Dia sudah bilang kalau orang ini tak diperbolehkan memanggil begitu, tapi masih saja memanggil.
Pada saat ini, Bai Zheng berjalan keluar dari rumah dan mendengar ribut-ributnya. Dia menghampiri dengan wajah cemberut, dan bertanya pada Wang Jing, “Ada apa?”
“Pak Presdir, saya tak tahu, Xiao Chuan….”
“Jangan panggil!” Raungan Bai Chuan kali ini jelas jauh lebih keras daripada sebelumnya, dan dengan cepat menakuti Wang Jing hingga terdiam.
Begitu suasana hari Bai Chuan berubah, tak ada seorang lain pun yang berani bicara. Setelah sunyi sejenak, Bai Zheng merasa kalau suasana hati Bai Chuan sudah agak tenang, dia pun bertanya pelan pada Bai Chuan, “Ada apa, Xiao Chuan? Kenapa kau tak berangkat kerja?”
“Nggak, jangan biarkan dia antar aku. Dia tak diperbolehkan memanggilku Xiao Chuan,” Bai Chuan berkata dan menuding pada Wang Jing.
Wajah Wang Jing memucat, dan dia menatap Bai Chuan dengan panik dan menjelaskan, “Pak Presdir, saya tak melakukan apa-apa. Saya tak tahu kenapa… Tuan Muda Kedua mengucapkan hal ini.”
Bai Zheng melirik pada Wang Jing. Alih-alih menyalahkan wanita itu di tempat itu juga, dia melambaikan tangan dan berkata, “Kau kembalilah duluan ke perusahaan.”
“Baik.” Meski Wang Jing ingin menjelaskan, dia tak tahu di mana masalahnya, jadi dia hanya bisa mendesah dan berangkat pergi dengan gelisah.
Begitu Wang Jing pergi, Bai Zheng bertanya pada Bai Chuan dengan raut serius, “Apa Wang Jing melakukan sesuatu yang tak baik kepadamu?”
Mata Bai Zheng terasa berat. Pada sat ini, selama Bai Chuan mengangguk, amarahnya akan langsung menyembur keluar dari dasar matanya, namun Bai Chuan merespon dengan ekspresi kosong.
“Kenapa kau tiba-tiba tak membiarkan dia membawamu ke perusahaan?” Bai Zheng mengira kalau Bai Chuan tak mengerti, jadi dia menyusun kembali pertanyaannya.
“Karena Xiaoya nggak suka,” Bai Chuan menjawab.
Mu Xiaoya? Bai Zheng memikirkan tentang hal itu dan langsung teringat kembali bahwa saat dirinya ada di pemakaman, dia telah menyuruh Wang Jing tetap tinggal dan mengantar Bai Chuan serta Mu Xiaoya kembali ke rumah Keluarga Mu. Jadi, Mu Xiaoya menyuruh Bai Chuan agar jangan berhubungan dengan Wang Jing, yang mana menyebabkan kehebohan hari ini?
“Apakah Nyonya Muda Kedua cemburu?” Paman Li menerka.
“….” Wanita memang biang masalah.
Tak peduli apa pun alasannya, karena Bai Chuan tak menyukai Wang Jing, maka Wang Jing takkan diperbolehkan muncul di hadapan Bai Chuan. “Paman Li, suruh supir keluarga mengantar Xiao Chuan ke perusahaan.”
“Baik.” Paman Li langsung berbalik untuk mengatur supir.
“Tunggu, kakak akan mengganti supirnya untukmu,” Bai Zheng berkata pada Bai Chuan.
“Terima kasih.”
Wajah dingin Bai Zheng langsung melonggar. Hanya untuk ucapan terima kasih ini, dia bersedia mengganti supirnya sepuluh kali.
—————
Catatan Pengarang:
Mu Xiaoya pergi ke universitas, jadi dia lebih jarang pergi ke rumah Bai dan Bai Chuan tentu saja jadi jauh lebih pendiam. Profesor Feng menyarankan agar BAi Chuan diizinkan memasuki kegiatan sosial dan meningkatkan lingkaran sosialnya.
Bai Zheng: “Xiao Chuan, apa kau mau pergi bekerja di perusahaan kita?”
Bai Chuan: “….”
Bai Zheng: “Perusahaan memiliki banyak orang seumuranmu.”
Bai Chuan: “….”
Bai Zheng: “Mereka baru saja lulus kuliah….”
Universitas? Xiaoya baru saja pergi kuliah, apa dia akan bekerja setelah lulus?
Bai Zheng: “Kerja juga bisa….”
Bai Chuan berkata dengan tegas dan jelas: “Aku pergi!”
Bai Zheng: …Yang mana dari alasan-alasannya yang telah meyakinkan Bai Chuan?
—————
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-32/