My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 38
Kantor Bai Chuan berada di ujung lorong. Kantornya dan bagian luar dipisahkan oleh sebuah dinding kaca transparan, sehingga begitu dia mendongak, dia bisa melihat situasi di luar. Namun konsentrasi Bai Chuan saat bekerja tidak biasa. Dia memicingkan matanya saat menatap layar komputer, arah pandangannya takkan bergerak ke mana pun di luar kotak itu. Pada saat ini, andai saja dia mau melongok sedikit ke balik layar, dia tentu akan melihat Mu Xiaoya berdiri di luar dinding kaca.
Mu Xiaoya tidak langsung memasuki kantor. dia hanya berhenti tepat di seberang meja Bai Chuan, menonton Bai Chuan tanpa suara di balik dinding kaca. Dia tak pernah melihat seperti apa tampang Bai Chuan saat pria itu bekerja; pria itu sama penuh perhatiannya seperti biasa, namun memiliki temperamen tenang dan percaya diri ini yang membuat Mu Xiaoya tertegun.
“Piip, piip, piip….”
Telepon Bai Chuan tiba-tiba berdering, dan sebuah suara panggilan khusus membuat dia langsung berhenti mengetik di keyboard dan mengangkat teleponnya.
Mu Xiaoya: ‘Apa kamu sibuk?’
Ternyata Xiaoya, sorot mata Bai Chuan menjadi cerah, dan dia dengan cepat menjawab: ‘nggak sibuk’
Mu Xiaoya: ‘Kalau begitu… angkat kepalamu.’
Bai Chuan terpana, agak bingung, namun mendongakkan kepalanya dengan patuh. Kemudian… dia melihat Mu Xiaoya sedang berdiri di luar kantornya sambil melambai kepadanya.
Mereka… hanya terpisahkan oleh sebuah dinding kaca tembus pandang.
Itu Xiaoya, Xiaoya ada di luar pintu, Xiaoya sudah datang untuk menemuiku.
“Xiaoya.” Seulas senyum lebar terangkat dari sudut-sudut mulutnya, dan seluruh sosoknya, bagaikan sebuah lukisan hitam putih yang tiba-tiba jadi berwarna, serta merta menjadi cerah dan hidup.
Mu Xiaoya melihat bagaimana Bai Chuan gelagapan di tempat itu juga seperti orang yang bahagia dengan bodohnya, kemudian akhirnya terpikir untuk berjalan keluar dari kantornya. Pria itu berlari keluar dengan terburu-buru, dan bahkan menabrak sudut meja saat dia pergi, menyapu dokumen-dokumen hingga berserak ke seluruh ruangan.
“Xiaoya.” Berlari ke hadapan istrinya, Bai Chuan meraih tangan mungil istrinya dengan gerakan sangat alami, meremasnya.
Aku memegangnya, ini benar-benar Xiaoya. Memikirkannya seperti ini, senyum di wajah Bai Chuan tak bisa ditahan-tahan lagi dan menjadi lebih cerah lagi.
“Sial! Apa yang terjadi barusan tadi?”
“Apa Tuan Muda Kedua baru saja berlari keluar dari kantornya?”
“Jadi Tuan Muda Kedua bisa lari?”
“….”
Suara derak keyboard kembali terdengar di kantor, semua gosip adalah tentang Bai Chuan.
“Kenapa kau berlari secepat itu? Apa sakit?” Mu Xiaoya menatap kaki kiri Bai Chuan dengan ekspresi tertekan. Dia barusan tadi mendengar suara tumbukan saat Bai Chuan menabrak sudut meja.
“Tadi nggak sakit, tapi sekarang agak sakit,” Bai Chuan menjawab.
Tindakan sembrononya ini benar-benar membuat Mu Xiaoya merasa tertekan sekaligus geli, tapi daripada ini, pandangan panas membara di sekitar mereka membuat Mu Xiaoya merasa tidak nyaman. Dengan lembut dia mengguncang tangan Bai Chuan tan berbisik, “Bisa kau bantu aku memperkenalkan?”
“Memperkenalkan apa?” Bai Chuan tak mengerti.
“Memperkenalkan aku pada kolega-kolegamu di sini ah.”
Bai Chuan membeku sejenak, menatap ke sekelilingnya, dan langsung disambut oleh lima belas wajah penuh semangat yang berbinar dengan latar belakang cahaya biru.
Bagaimana memperkenalkan? Bai Chuan, yang tak pernah bicara kepada sedemikian banyaknya orang, agak kebingungan.
Apa dia kebingungan? Terlebih lagi, Bai Chuan kesulitan untuk bicara satu lawan satu, dan tiba-tiba menyuruh dia bicara kepada sedemikian banyaknya orang sekaligus akan membuat dia jadi lebih tidak nyaman. Persis saat Mu Xiaoya mulai menekuri apakah dirinya telah jadi terlalu menyulitkan Bai Chuan, dilihatnya Bai Chuan tiba-tiba melepaskan tangannya, berbalik kembali ke dalam kantornya, kemudian dengan cepat menekan sesuatu di keyboard komputernya.
Apa yang dia lakukan? Mu Xiaoya bertanya-tanya.
Bai Chuan dengan cepat berjalan keluar dari kantor lagi dengan wajah tenang dan berkata gembira, “Perkenalannya sudah selesai.”
“Apa?”
Mu Xiaoya baru saja mulai merasa ragu saat orang-orang di kantor tiba-tiba berdiri dan kembali menyapanya secara serempak, “Halo, Nyonya Muda Kedua.”
Mu Xiaoya berbalik tanpa sadar dan melihat sebaris teks yang amat mencolok sedang melayang di layar komputer yang berada paling dekat dengan dirinya: ‘Ini adalah istriku, Mu Xiaoya.’
Eh??
Mu Xiaoya dengan cepat menghampiri komputer lainnya dan mendapati kalau tampilan layar pada masing-masing komputer di kantor itu pada saat ini sama persis. Teks putih pada latar belakang biru, perkenalan dari Bai Chuan melayang-layang di layar: “Ini adalah istriku, Mu Xiaoya.’
Apakah Bai Chuan memperkenalkan diriku dengan cara ini? Dan dia hanya secara langsung menyebutku sebagai istrinya. Ini… benar-benar sederhana dan kuat, dan juga sangat maskulin ah….
“Halo semuanya, aku Mu Xiaoya, istri Bai Chuan. Kalian bisa memanggilku Xiaoya, tolong jangan panggil aku Nyonya Muda Kedua, kedengaran agak aneh didengarnya.” Bai Chuan bisa memperkenalkan dirinya lewat teks, tapi Mu Xiaoya tak punya kemampuan ini, jadi dia hanya bisa memperkenalkan kembali dirinya sendiri.
Segelombang sapaan ramah terdengar lagi di dalam kantor.
“Benar juga,” Mu Xiaoya berbalik dan berbisik pada Bai Chuan, “Dari mana kau dapat mawar yang kemarin?”
“A’Tong Mu (Astro) yang memberikannya,” Bai Chuan menjawab.
“A’Tong Mu?” Mu Xiaoya terpana sesaat, bukankah ini adalah nama tokoh kartun itu…. “Siapa A’Tong Mu?”
“A-aku A’Tong Mu.” A’Tong Mu, yang berada tidak jauh dari keduanya, mendengar namanya dan buru-buru keluar untuk mengakuinya.
“Kamu adalah A’Tong Mu?” Mu Xiaoya memastikan.
“Benar aku.”
“Aku benar-benar minta maaf, Bai Chuan telah membawa pulang bungamu kemarin,” Mu Xiaoya berkata penuh sesal.
“Tidak, tidak, bunga itu, adalah inisiatifku untuk memberikannya kepada Tuan Muda Kedua.” Permintaan maaf Mu Xiaoya yang mendadak membuat A’Tong Mu agak kelabakan. Terlebih lagi, dia tidak marah kemarin sehingga dia agak dibuat kewalahan oleh permintaan maaf ini.
“Aku sudah melihat kartu di dalam buketnya.” Mu Xioaya menyorongkan kotak hadiah yang telah dibawanya kepada A’Tong Mu, “Ini hanya sebuah gelang yang kubeli di mall di sebelah, tolong berikan kepada pacarmu sebagai kompensasi atas hadiah kemarin. Kuharap perilaku Bai Chuan kemarin tidak mempengaruhi hubunganmu dengan dia.”
“Nggak, itu… itu benar-benar bukan masalah. Aku setelah itu pergi ke toko bunga dan memesan seikat bunga. Tidak memengaruhi kencanku sama sekali, kami sangat gembira, sungguh.” A’Tong Mu tak berani menerima hadiah itu sambil mendorongnya kembali sekuat tenaga.
“Terima sajalah, kalau tidak aku akan merasa tidak enak….”
“Benar-benar tak usah, sungguh tak usah….”
“….” Mendorong bolak-balik beberapa kali, Mu Xiaoya melihat kalau A’Tong Mu hanya tak mau menerimanya, jadi dia berbalik dan menatap pada Bai Chuan.
Bai Chuan tak mengerti hubungan antarmanussia, tapi dia mengerti niat Mu Xiaoya. Bukankah Xiaoya baru saja meminta A’Tong Mu menerima hadiahnya? Bai Chuan mengambil kotak hadiah itu dan meletakkannya langsung ke meja A’Tong Mu, kemudian berkata kaku, “Untukmu.”
“!” A’Tong Mu yang baru saja menolaknya dengan penuh keteguhan, langsung berhenti bicara dan tak berani lagi mendorongnya. Dia meremas kotak itu selama sesaat, kemudian berkata malu-malu, “Kalau… kalau begitu aku akan menerimanya.”
Mu Xiaoya merasa puas. Dia berbalik dan berkata pada semua orang, “Ini adalah kali pertama aku datang kemari tapi aku tak membawa hadiah apa pun untuk semuanya. Barusan tadi aku melihat irisan ayam yang kelihatan lezat di mall, jadi aku memesannya untuk semuanya dan semestinya akan diantarkan sebentar lagi. Kuharap semuanya bisa menikmatinya bersama-sama pada saat itu.”
“Memesan irisan ayam untuk kami?”
“Aku baru saja memakan permen pernikahan kemarin, dan hari ini aku masih bisa mendapatkan irisan ayam untuk dimakan. Bukankah ini sungguh terlalu beruntung?”
“Istri Tuan Muda Kedua sering-sering datang ah, mulut kami akan sangat terberkahi.” Tidak tahu siapa yang tiba-tiba menyerukan panggilan ini, namun si pelaku menerima pukulan keras tanpa henti dari kolega-kolega lainnya.
“Tidak apa-apa,” Mu Xiaoya tak keberatan, dia bahkan tertawa dan berkata, “Kalau begitu aku harus sering-sering datang.”
Semua orang melihat kalau Mu Xiaoya tampak tak keberatan dengan panggilan ini, bahkan kelihatan menyukainya, jadi suasana pun tiba-tiba kembali jadi ceria.
“Istri Tuan Muda… uhuk, Xiaoya, apa kau mau mencoba permainan yang telah dikembangkan oleh Tuan Muda Kedua?” seseorang tiba-tiba menyarankan.
“Benar ah, benar, apa kau pernah memainkannya sebelumnya?”
“Aku belum pernah, sebenarnya, aku nggak terlalu tahu tentang pekerjaan Bai Chuan. Aku pernah sekali menanyakannya, tapi penjelasannya terlalu profesional dan rasanya aku tak bisa memahaminya.” Mu Xiaoya berkata malu, “Bisa kalian ceritakan padaku tentang itu?”
“Bisa dong, tentu saja kami bisa, sebenarnya kamilah yang mengembangkan permainannya.”
“Ini, ini, kau akan tahu dengan memainkannya sendiri.” Semua orang mengantar Mu Xiaoya ke area percobaan permainan di sudut kantor yang penuh dengan peralatan putih yang ditata pada satu panggung. Kursinya tampak seperti kursi yang ada dalam film fiksi ilmiah. Ada sebuah rangka di samping kursi itu, dan di atas rangka itu tergantung sebuah kaca mata VR (Virtual Reality).
“Apa kau pernah melihat ini sebelumnya?” A’Tong Mu menunjuk pada kaca mata VR-nya.
“Pernah lihat, ada sebuah area percobaan di dalam mall. Apa ini adalah permainan 5D?” Permainan VR saat ini telah memiliki area-area percobaan yang didedikasikan untuknya di mall-mall perbelanjaan besar. Meski MuXiaoya belum pernah memainkannya sebelumnya, tapi dia telah cukup sering melihatnya.
“Kami jauh lebih maju daripada yang ada di luaran itu. Permainan dan video-video VR di luaran hanya bisa mengulang beberapa aksi permainan sederhana atau memasuki layar sebagai penonton. Permainan yang kami kembangkan bisa mengendalikan aksi di dalam permainannya dengan lebih mulus dan alamiah lewat beberapa sambungan, seperti berlari, melompat, berbalik, dan bisa langsung disinkronkan ke dalam permainan lewat gerakan kita sendiri. Tujuan utama kami adalah untuk mempelajari permainan virtual dalam kesan senyatanya. Tentu saja, masih ada beberapa celah, tapi teknologi kami telah melampaui sebagian besar dari permainan sejenis di pasaran. Ayo, kau bisa langsung mencobanya.” Setelah menyombongkan tentang apa yang telah Bai Chuan buat, A’Tong Mu kemudian memberikan kaca matanya kepada Mu Xiaoya untuk membiarkan gadis itu mencoba sendiri permainannya.
Mu Xiaoya mengenakan kaca mata VR itu pada dirinya sendiri.
“Tuan Muda Kedua, Anda harus main bersama-sama.” Beberapa orang menyerahkan kaca mata lainnya kepada Bai Chuan.
Bai Chuan melihat Mu Xiaoya yang telah mengenakan kaca matanya, kemudian tanpa bersuara dia mengambil dan mengenakan kaca matanya juga.
Seseorang menaruh dua pengendali ke dalam tangan mereka dan mengingatkan Mu Xiaoya, “Ini adalah senjata di dalam permainannya, kau tinggal ikuti saja petunjuk operasinya.”
Mu Xiaoya mencoba perasaan genggaman di tangannya, dan mengangguk mengiyakan.
“Nyalakan permainannya,” A’Tong Mu menyuruh seseorang menyalakan mesin permainannya
Saat dia pertama kali mengenakan kaca matanya, Mu Xiaoya hanya bisa melihat sebidang luas layar putih kotak-kotak, tapi dengan dimulainya permainan, sebuah angka hitungan mundur dari lima hingga satu mulai berjalan, dan saat telah selesai, layar putih di depannya berubah menjadi jalanan kota. Tanpa sadar Mu Xiaoya mendongakkan kepalanya, dan pandangannya berubah menyesuaikan. Dia mendapati kalau dirinya tak bisa melakukan apa-apa kecuali memutar kepalanya untuk menyesuaikan perspektifnya dalam permainan.
Apa ini adalah permainan virtual?
‘Tap tap….’ Terdengar suara langkah kaki menghampirinya. Mu Xiaoya memutar kepalanya dan melihat seorang pria muda yang membawa senapan ganda pada gang di belakangnya. Pemuda itu mengenakan sepatu bot Martin, jaket kulit yang keren dengan selingkaran peluru terikat di pinggangnya. Pemuda itu berjalan keluar dari sudut dan melangkah ke arah Mu Xiaoya dua langkah jauhnya sebelum berhenti.
Apa ini adalah permainan menembak? Mu Xiaoya menunduk melihat tangannya dan melihat bahwa, memang, dia memegang sebuah senapan.
“Tuan Muda Kedua, katakan sesuatu ah, ukur efek suaranya.” Semua orang menatap layar komputer, melihat kedua orang di dalam permainan itu dan mau tak mau mengingatkan sang Tuan Muda Kedua yang telah berjalan menghampiri istrinya sendiri tapi tak mengatakan apa-apa.
Apa ini… Bai Chuan?
“Xiao Chuan?” Mu Xiaoya bertanya dan berseru.
“En.” Tak ada ekspresi pada wajah tampan nan dingin pemuda itu, namun suaranya memang suara Bai Chuan.
“Apakah ini benar-benar kamu?” Mu Xiaoya tampak terkejut. Tingkatan simulasi permainan ini benar-benar tinggi, suaranya terasa seakan Bai Chuan benar-benar ada di hadapannya.
“Ini aku.” Si pemuda tampak nan dingin itu bahkan mengangguk.
Tiba-tiba sebuah pesan sistem muncul di sudut kiri bawah pandangan Bai Chuan: ‘Tuan Muda Kedua, saya akan menaruh dua NPC sebentar lagi, Anda harus menembaknya dengan keren di depan istri Anda ah.’
Yu Qian selesai mengirimkan pesan sistem dan tak menunggu jawaban dari Bai Chuan. Setelah mengetuk keyboard beberapa kali, dua musuh yang dipersenjatai oleh senapan mesin diam-diam memulai sergapan mereka pada pasangan itu yang sedang berdiri dan mengobrol di tengah jalan. Karena ini adalah mode manusia lawan mesin, pergerakan NPC-nya jelas tampak cukup canggung. Pada saat ini, selama Bai Chuan mengangkat senapannya dan menembak dua kali, dia bisa langsung menjadi pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik. Akan tetapi, apa yang bisa dilakukan bila semua yang dilakukan oleh Bai Chuan dari awal hingga saat ini hanyalah menatap istrinya dan tak menyadari pesan sistem barusan tadi? Dan karenanya….
Dengan dua suara ‘bruk’, pasangan itu pun langsung terjatuh ke tanah. Kata-kata besar dan tebal ‘GAGAL TOTAL‘ tampak jelas di layar.
“….” Seisi kantor langsung terdiam. Pang Zi memukul kepala bodohnya sendiri yang sudah berani bertindak sendiri dengan tangan besi. Menaruh NPC apaan? Bukankah ini hanya mengacaukan segalanya?
Mu Xiaoya menatap mayat ‘Bai Chuan’ tanpa suara selama sesaat, kemudian melepaskan kaca matanya dan berkata canggung, “Sepertinya… kami diserang.”
“Tidak apa-apa, kita bisa memulainya lagi,” A’Tong Mu berkata, kali ini dia mengubah programnya dan hanya mempersenjatai para NPC dengan belati. Dia tak percaya kalau mereka bisa kalah.
“Tidak perlu, aku tak terlalu hebat dalam permainan semacam ini.” Mu Xiaoya meletakkan kaca matanya, “Tapi permainan ini benar-benar luar biasa, aku sungguh merasa seakan aku ada di dalam permainan.”
“Tentu saja, inilah efek yang ingin kami kejar. Kami memakai….” Semua orang mulai berebutan menjelaskan kepada Mu Xiaoya tentang karakteristik unik dari permainan itu, mengocehkan tentang masalah-masalah yang mereka temui saat pengembangannya, dan sekarang, penampilan mereka yang ‘berjuang untuk menjadi yang pertama dan takut menjadi yang terakhir’ bahkan lebih hidup daripada para reporter yang mengejar berita yang benar-benar panas. Pada awalnya Mu Xiaoya hanya bisa amat sedikit mengerti, dan belakangan dia hanya mampu tersenyum kebodoh-bodohan pada istilah-istilah profesional yang bermunculan di sini dan di sana. Untungnya pada saat ini, irisan-irisan ayamnya baru saja diantarkan. Semua orang berkerumun untuk membagi-bagi irisan ayamnya, yang mana menyelesaikan kecanggungan barusan tadi.
Mu Xiaoya menghembuskan napas diam-diam, dalam hati berpikir, Kemampuan orang-orang ini untuk mengekspresikan sesuatu tidak jauh lebih kuat daripada Bai Chuan keluargaku ah.
“Tuan Muda Kedua, Xiaoya, ayo ikut makan.” Semua orang sedang memakan irisan ayam gorengnya, tak melupakan keduanya.
“Kalian makanlah, aku dan Bai Chuan akan keluar untuk makan sebentar lagi,” Mu Xiaoya menjawab.
Saat semua orang mendengarnya, mereka pun berpikir bersamaan: Jadi, ini adalah kencan. Kalau begitu tak perlu memberi mereka irisan ayam gorengnya ah.
Bai Chuan mendengar kalau Mu Xiaoya akan membawanya keluar, reaksi pertamanya adalah bahwa sekarang belum waktunya untuk pulang kerja, jadi dia perlahan menarik lengan baju Mu Xiaoya dan mengingatkannya dengan suara rendah, “Belum waktunya untuk pulang kerja.”
“Kalau begitu, kau mau pergi atau tidak?” Mu Xiaoya mengangkat alisnya.
“….” Bai Chuan mengernyit, mana yang lebih penting? Pulang kerja tepat waktu atau istri mengajakku keluar? Setelah berjuang selama sesaat, Bai Chuan berusaha melanjutkan dan membujuk, “Belum waktunya untuk makan.”
“Kalau begitu, apa kau mau pergi? Atau tidak?” Mu Xiaoya masih mengucapkan satu kalimat ini.
Ditanyakan dua kali, apa ini karena Xiaoya merasa kesal? Bai Chuan mengerutkan bibirnya dan memutuskan setelah bersusah payah, “… Pergi.”
“Pfft-” Mu Xiaoya yang mulanya berencana untuk menunggu Bai Chuan pulang kerja bersama-sama, agar jangan mengecewakan pilihan yang sulit dibuat oleh seseorang tertentu, dia hanya bisa secara terbuka dan terus terang membawa orang tertentu ini membolos kerja ah.
———-
Catatan Pengarang:
Teater Kecil:
Di perjalanan pulang sekolah, Mu Xiaoya menemukan restoran KFC di depan sekolah sedang mengadakan promosi: Hamburger beli satu gratis satu. Ya si gadis kecil sangat bersemangat dan mengeluarkan uang sakunya, menunggu selama setengah jam untuk membeli dua hamburger dan sekantong kentang goreng. Dengan penuh semangat dia belari ke sebelah untuk mencari si pemuda kecil yang tak pernah makan KFC sebelumnya dan membagi miliknya.
“Lihat, KFC, Nenek Bai pasti takkan membiarkanmu memakannya ah. Aku menyembunyikannya dalam tas sekolahku, kita harus menutup pintu dan memakannya diam-diam!” Ya si gadis kecil berkata diam-diam.
“Kamu terlambat,” Chuan si pemuda kecil tak menatap KFC-nya.
“Aku mengantri untuk beli hamburger ah.”
“Kamu terlambat.”
“Kau menjengkelkan sekali sih! Mau makan tidak?!” Ya si gadis kecil terengah marah sambil berkacak pinggang, “Kalau kau nggak makan, aku akan pergi.”
Chuan si pemuda kecil menutup mulutnya tanpa suara, tangannya terulur untuk mengambil satu hamburger.
“Aku tahu kalau kau suka memakannya juga, kau mengatakan satu hal tapi memaksudkan yang lainnya, humph!”
—————
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-38/