My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 40
Setiap pagi, saat Bai Chuan kembali setelah berlari, Mu Xiaoya kemudian akan bangun. Setelah Mu Xiaoya mandi, Bai Chuan akan sudah hampir siap saat pria itu menunggunya di dalam kamar agar turun bersama-sama untuk makan malam.
Mu Xiaoya berjalan ke dalam kamar ganti saat dia melihat Bai Chuan duduk di kursi sambil dengan serius mengikat tali sepatunya. Terdapat sebuah kotak sepatu kosong di samping kakinya, logo H&Y sangat besar di atasnya sangat menarik perhatian.
Mu Xiaoya tersenyum, berjalan menghampiri, dan berkata, “Mengenakan sepatu ini, kau harus mencocokkannya dengan baju berwarna cerah.” Kemudian Mu Xiaoya berjalan ke lemari Bai Chuan dan setelah menimbang-nimbang sejenak, dengan cepat memilih sebuah T-shirt abu-abu dan celana jeans pudar berwarna muda sebelum berbalik dan menyerahkannya kepada Bai Chuan.
Bai Chuan menatap baju biru yang dia kenakan dan dengan patuh mengambil baju yang diberikan oleh Mu Xiaoya, meletakkan sepatu yang hendak dia kenakan, dan bangkit untuk bertukar pakaian.
Wajah Bai Chuan tampan, jadi dia takkan kelihatan jelek bila mengenakan baju mana pun, namun Mu Xiaoya suka melihat Bai Chuan mengenakan baju-baju berwarna cerah, khususnya saat pria itu sedang membaca buku di balkon dengan cahaya mentari bersinar di sekelilingnya, seakan waktu telah berhenti dan melembut untuk dirinya.
“Pakaiannya tak dikenakan dengan benar.” T-shirt Bai Chuan tidak mulus dan ada kerutan di sekitar pinggangnya. Mu Xiaoya mengulurkan tangan dan membantu merapikannya, tetapi karena perbedaan tinggi, hidungnya berada tepat pada posisi tulang selangka Bai Chuan, dan ketika dia menarik-narik baju itu, dia bisa mengendus keharuman susu mandi yang menguar darinya.
Bai Chuan baru saja kembali setelah berlari, dan meski dia baru saja mandi, kulit di sekitar leher pria itu masih agak kemerahan.
“Kau baru saja lari, apa kau lelah?” Mu Xiaoya bertanya pelan. Saat dia pertama kali mengajak Bai Chuan berlari, Bai Chuan tampak seakan sudah tak punya nyawa yang tersisa, dan hal itu meninggalkan kesan mendalam kepadanya.
“Nggak lelah.” Bai Chuan menggelengkan kepalanya perlahan. Sebenarnya, sejak sebulan yang lalu, dia telah beradaptasi pada intensitas lari, dan juga menemukan bahwa setelah berlari setiap pagi, kondisi mentalnya jadi jauh lebih baik.
“Kau nggak membenci lari lagi?”
“Nggak benci.”
“Kalau begitu kau harus terus melakukannya loh, berjuanglah untuk memperoleh otot perut.” Mu Xiaoya hanya berkata santai, namun setelah bicara, matanya tanpa sadar bergerak ke bawah, menatap perut Bai Chuan. Otaknya memvisualisasikan gambaran otot perut Bai Chuan setelah pria itu melepaskan bajunya, dan bahkan hanya dengan memikirkannya saja telah membuat matanya berbinar.
“En,” Bai Chuan menjanjikan dengan sungguh-sungguh.
Hanya dengan berlari, mana bisa dia mengembangkan otot perut? Mu Xiaoya juga hanya mengatakan hal itu secara sambil lalu, namun mendengarkan janji serius Bai Chuan tetap membuatnya merasa senang. “Kenakan sepatunya, lalu ayo kita sarapan.”
Keduanya turun dan pergi ke ruang makan. Setelah mereka menyapa pasangan Bai, Mu Xiaoya samar-samar merasa kalau ada sesuatu yang salah di ruang makan hari ini. Saat dia masih bertanya-tanya tentang hal itu, Bai Zheng berjalan masuk dengan mengenakan setelan gaya barat. Mu Xiaoya menatap Bai Zheng, dan matanya langsung berbinar, tiba-tiba menyadari apa yang salah saat ini.
Yang salah dengan hari ini adalah bahwa pasangan Bai berpakaian dengan terlalu santai.
Pada hari kerja, Ayah Bai dan Bai Zheng akan selalu mengenakan setelan dan sepatu kulit, namun Ayah Bai hari ini malah mengenakan baju olahraga yang santai, dan Ibu Bai yang selalu memakai pakaian indah kini hanya mengenakan T-shirt sederhana dan celana jeans.
“Pa, Papa takkan pergi ke perusahaan hari ini?” Bai Zheng menatap orangtuanya dan bertanya seraya mendudukkan diri.
“Aku ada janji main golf dengan Guo Dong hari ini,” Bai Guoyu berkata.
“Bukankah Papa punya janji dengannya di perusahaan jam sepuluh?” Bai Zheng bertanya penasaran.
“Itu bukan pertemuan yang penting, aku bisa mendiskusikannya saja sambil main golf,” Bai Guoyu berkata, dengan mata seolah menyapu ke bawah meja.
Bai Zheng mengikuti pandangan ayahnya dan menatap ke bawah meja. Hanya dengan sekali pandang, dia mengerti apa yang terjadi dan tiba-tiba menampakkan raut muak.
Golf? Tongkat-tongkat golfnya sudah hampir berkarat di rumah, dan orang yang tak pernah pergi keluar untuk main golf tiba-tiba mengubah tempat pertemuannya ke lapangan golf hanya demi mencari kesempatan untuk mengenakan sepatu baru.
Kekanak-kanakan!
Bai Zheng memalingkan pandangannya dengan muak dan dengan ganas menyambar sepotong sandwich sebelum menggigitnya dengan tanpa ampun. Mengabaikan tugas-tugas resmi karena kepentingan pribadi, terlebih lagi, hanya tinggal dua hari sebelum akhir pekan. Tak bisakah dia menunggu hingga akhir pekan ini untuk pamer?
“Xiaoya, sepatu yang kamu desain benar-benar cantik dan mudah dicocokkan dengan baju.” Li Rong berdiri dan langsung menunjukkannya kepada menantunya, “Lihat, bukankah ini cocok dengan bajuku?”
“En.” Mu Xiaoya merasa agak malu karena dipuji. Gaya macam ini sejak awal memang sangat serbaguna sih.
“Bukan cuma gayanya cantik, tetapi juga sangat nyaman untuk dikenakan, solnya empuk dan ringan, juga nyaman untuk dipakai berjalan. Kualitas sepatu ini tidak kalah dari merek-merek terkenal itu.”
“Baguslah kalau Mama menyukainya.”
“Xiao Chuan, lihat, mama memakai sepatu yang sama dengan sepatu yang kau kenakan.” Saat Bai Chuan berjalan masuk, Li Rong telah melihat sepatu yang dikenakan Bai Chuan dalam sekali pandang. Meski sepatu-sepatu itu semuanya diantarkan oleh Xiao Chuan, tapi totalnya ada tiga pasang sepatu. Li Rong bisa mengenakan jenis sepatu yang sama dengan Xiao Chuan pada hari yang sama, ini seperti pemahaman tanpa kata-kata di antara mereka. Suaminya tak memiliki pemahaman tanpa kata semacam itu, dan putra pertamanya bahkan tak mengenakan sepatu Xiaoya.
“En.” Bai Chuan melirik ke arah sepatu ibunya dan mengangguk mengiyakan. Gumaman kecil ini membuat senyum Li Rong tiba-tiba jadi lebih cerah.
Di samping, Mu Xiaoya sudah merasa malu dan hanya bisa menguburkan kepalanya untuk makan dengan fokus. Meski dia memahami kesukacitaan Keluarga Bai karena menerima hadiah dari Bai Chuan, namun pujian dan perhatian kekanak-kanakan semacam ini sungguh memalukan. Khususnya dengan beberapa orang ini, saat mereka keluar, setiap orang dari mereka adalah orang-orang penting di Yunzheng ah.
Meski Mu Xiaoya belum lama berada di dalam Keluarga Bai, dia sudah menemukan bahwa ada sebuah aturan tak tertulis di dalam Keluarga Bai, yaitu, saat keluarga tersebut makan bersama, selama tak ada kondisi khusus, bahkan bila seseorang sudah selesai makan lebih dulu, mereka takkan mengambil inisiatif untuk meninggalkan meja makan. Mereka akan melambatkan kecepatan makan mereka hingga orang terakhir menghabiskan makanan mereka, dan kemudian berdiri serta meninggalkan meja makan bersama-sama. Dan biasanya, orang yang terakhir selesai makan adalah Bai Chuan.
Sepanjang waktu sarapan, Bai Zheng sangat diam. Dia menunggu hingga Bai Chuan telah menyantap hampir semua makanannya sebelum dia berkata, “Rumah, aku sudah membelinya.”
Rumah? Apa Bai Zheng akan pindah keluar? Mu Xiaoya menatap penasaran, kemudian mendapati kalau Bai Zheng tengah memandangi dirinya seraya mengucapkan kalimat ini.
“Rumah itu berada di area di dekat studiomu, penthouse majemuk, sudah direnovasi, waktu renovasinya sudah sekitar setahun, bisa langsung tinggal di sana.”
“Kenapa… kau membeli di dekat studioku?” Mu Xiaoya bertanya terbengong-bengong.
“Lokasinya bagus, tidak jauh dari Yifeng sehingga juga mudah bagi Xiao Chuan untuk berangkat dari sana.” Bai Zheng berkata, “Pengembang dari distrik ini adalah temanku, dia menyimpan rumah ini untuk dirinya sendiri sehingga interior di dalamnya takkan perlu dibangun ulang. Tapi kau harus mengambil perabotannya sendiri.” Setelah mengatakan hal ini, Bai Zheng mengeluarkan sebuah kartu ungu dari kantongnya dan menyerahkannya kepada Mu Xiaoya.
“Ini adalah kartu belanja di Mall Perabot Meihe. Ada sejuta di dalamnya, kau dan Xiao Chuan bisa pergi ke sana di akhir pekan untuk mengambil perabot.”
“Apakah rumahnya dibeli untuk kami?” Mu Xiaoya terkejut.
“Tentu saja lah. Bukankah kami sudah berjanji padamu sebelumnya? Saat kalian menikah, kami akan membelikan kalian rumah baru sehingga kalian bisa pindah ke sana kalau kalian mau,” Li Rong berkata.
Meski Mu Xiaoya tak pernah menyebutkannya, mereka tahu kalau Mu Xiaoya tidak benar-benar nyaman tinggal di kediaman itu. Setelah dia pulang dari tempat kerja setiap harinya, selain untuk makan, Mu Xiaoya akan menghabiskan sebagian besar waktunya di lantai kedua bersama Bai Chuan. Keluarga Bai tentu saja akan menyadarinya. Terlebih lagi, mereka telah berjanji pada Mu Xiaoya dan Bai Chuan untuk membiarkan tinggal berdua saja ketika mereka menikah. Profesor Feng juga menyarankan kalau mereka seharusnya memberi Bai Chuan lingkungan yang lebih nyaman, dan karenanya, pasangan Bai pun mendiskusikannya dengan Bai Zheng untuk menyiapkan rumah ini.
“Tapi… tak perlu membeli rumah baru ah. Kalau kami akan pindah, kami bisa saja pindah ke dalam halaman keluarga. Rumah nenek juga kosong ah. Terlebih lagi, Xiao Chuan dan aku familier dengan tempat itu,” Mu Xiaoya berkata.
“Tempat itu diberikan untuk kalian, dan kami juga menyisihkan tempat untuk kalian di sini. Tinggallah di mana pun kalian ingin tinggal,” Li Rong berkata seraya tersenyum.
“Benar, kau akan sangat sibuk pada tahap awal bisnismu. Kalau ada rumah di dekatnya, bukankah akan lebih memudahkan?” Bai Guoyu juga adalah orang yang membangun bisnisnya dari nol, jadi dia tahu sulitnya memulai bisnis baru. Meski Keluarga Bai tidak kekurangan uang yang Mu Xiaoya peroleh, tapi dia menghargai tekad serta ambisi Mu Xiaoya untuk membuat mereknya sendiri, khususnya setelah mengenakan sepatu yang didesain oleh Mu Xiaoya.
“Kalau begitu… kartu belanjanya tak dibutuhkan, kami akan membeli sendiri perabotnya.” Mu Xiaoya tahu kalau dia tak bisa menolak rumahnya, jadi dia setidaknya harus mengembalikan kartunya.
“Perabot, anggap saja sebagai hadiah pindah rumah dariku untuk kalian,” Bai Zheng berkata dengan ekspresi datar.
“Tapi, rumahnya…,” Mu Xiaoya berbisik, dia benar-benar malu menerima lebih banyak lagi.
“Rumahnya adalah hadiah orangtuaku, aku hanya memberi beberapa perabot.” Bai Zheng melihat kalau Mu Xiaoya ingin menolaknya, jadi dia langsung mengernyit dan berkata, “Atau, apa kau lebih suka kalau aku memberi kalian rumah lagi?”
“Nggak, bukan… bukan seperti itu… terima kasih, Kak.” Mu Xiaoya takut kalau Bai Zheng akan benar-benar membeli rumah lainnya. Dia ketakutan dan buru-buru menyimpan kartu belanja itu.
Mu Xiaoya mendapati bahwa dengan Keluarga Bai, kau tak bisa bersikap sungkan sama sekali. Semakin sungkan dirimu, semakin banyak hadiah yang akan kau terima.
Setelah sarapan, semua orang pun keluar bersama-sama dengan rapi. Bai Zheng dan Bai Chuan berangkat ke perusahaan. Ayah Bai pergi ke lapangan golf, sementara Ibu Bai mengajak teman-teman wanitanya untuk keluar, dan karenanya keempat anggota Keluarga Bai pun keluar dari pintu bersama-sama.
Paman Li berjalan menghampiri dengan tongkat golf Ayah Bai dan melihat pakaian yang dikenakan keluarga itu. Dengan pandangan yang hebat, dengan ekspresif dia memuji mereka, “Tuan, Nyonya, Tuan Muda Kedua, yang kalian kenakan hari ini, baik itu pakaian maupun sepatu, hanya dengan sekali lihat semua orang akan tahu kalau kalian adalah keluarga ah.”
Ayah dan Ibu Bai serta merta berbinar gembira.
“Humph!”
Dengusan dingin terdengar dari Bai Zheng yang mengenakan setelan.
****
Efisiensi kerja Bai Zheng sangat tinggi. Dia baru menyebutkan tentang rumahnya di pagi hari, dan tak lama setelah dia tiba di kantor, dia sudah menyuruh asistennya untuk mengantarkan sertifikat properti. Mu Xiaoya membacanya dan mendapati kalau sertifikat bangunan itu ditulis dengan namanya dan nama Bai Chuan.
“Jadi ini bukan hanya atas namamu atau nama Bai Chuan saja, melainkan nama kalian berdua.” Fang Hui menatap sertifikat properti itu dan berkata, “Keluarga Bai telah banyak memikirkannya ah.”
Dengan sumber daya keuangan Keluarga Bai, sepenuhnya memungkinkan bila membeli sebuah rumah untuk Mu Xiaoya, namun mereka tak melakukannya. Mereka secara khusus menuliskan nama Mu Xiaoya dan Bai Chuan di sertifikat itu. Dengan demikian, mereka memberitahu Mu Xiaoya bahwa mereka telah meletakkan dirinya dan Bai Chuan di posisi yang sama.
“Benar ah, aku tak menyangkanya.” Hati Mu Xiaoya terasa hangat.
Bila hanya ada namanya yang tertulis di sertifikat itu, Mu Xiaoya akan berbalik dan memindahkan kepemilikan rumah itu pada Bai Chuan, namun karena nama dari mereka berdua dituliskan bersama-sama pada satu sertifikat ini, Mu Xiaoya takkan melakukan apa-apa. Niat keluarga Bai sudah sangat jelas sehingga bila dia melakukan sesuatu yang lebih dari ini, malah akan jadi munafik.
“Ukuran rumah ini lebih dari 130 meter persegi, dan juga punya loteng, pasti ada banyak ruangan di dalamnya. Pulanglah dan sisihkan satu kamar untukku, kalau aku kelak bekerja hingga larut malam, aku tinggal pergi ke rumahmu untuk numpang,” Fang Hui bercanda.
“Kalau kau nggak merasa malu jadi bola lampu (T/N: istilah untuk pihak ketiga, mengganggu saat berkasih-kasihan pasangan. Istilah lainnya ‘obat nyamuk’), maka kau disambut di rumahku,” Mu Xiaoya meliriknya.
“Teman sekelas Mu Xiaoya, aku mendapati kalau sejak kau menikah ke dalam keluarga kaya, kau jadi semakin dan semakin pelit saja. Dahulu, kau jelas-jelas bersedia membagi ranjang berukuran 1,5 meter denganku, tapi sekarang kau tak bersedia menyisihkan sebuah ranjang untukku di dalam rumah berukuran 130 meter persegi itu?”
“Siapa yang membuatku jadi orang berkeluarga? Kalau aku masih lajang, jangankan sebuah ranjang, aku bahkan akan memberimu rumahnya ah,” Mu Xiaoya berkata murah hati.
“Bah!” Setelah bercanda, Fang Hui menyarankan, “Setelah makan siang, bagaimana kalau aku menemanimu melihat rumah barumu?”
“Nggak mungkin… aku mau menunggu hingga akhir pekan dan pergi melihatnya bersama dengan Bai Chuan,” Mu Xiaoya berkata.
“Oke, kalau begitu aku nggak akan mengganggu kalian, aku hanya akan menunggu hingga interiornya beres,” Fang Hui menganggup penuh pemahaman. Rumah pengantin ah, dibandingkan dengan teman wanita, tentu saja harus pergi melihatnya dengan suami lebih dulu.
“Kalau kau tak masalah dengan akhir pekan, kau juga bisa ikut dengan kami,” Mu Xiaoya mengundangnya.
“Kenapa?”
Bukankah kau selalu ingin bertemu dengan Bai Chuan?” Mu Xiaoya tersenyum.
——————
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-40/