My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 44
Sudah sangat larut saat keduanya pulang kemarin, namun mereka tak lolos dari pandangan mata 20/20 Paman Li yang bagus. Mereka keluar selama seharian dan pulang dengan baju yang berbeda. Malam itu, hal tersebut dilaporkan kepada orangtua Keluarga Bai.
Ibu Bai bermimpi dengan gembira di tengah malam sambil membolak-balikkan tubuhnya, sehingga Ayah Bai tak bisa tidur dengan nyenyak.
“Kemarin hujan turun dengan deras. Xiaoya dan Xiao Chuan pasti telah kehujanan dan mereka mengganti baju mereka. Apanya yang perlu diributkan?” Ayah Bai tak mengerti kenapa istrinya begitu gembira.
“Dasar kau pria kaku, sama sekali nggak seru.” Li Rong menghadapkan punggungnya ke arah sang suami, mengangkat selimut dan kembali berbaring.
“….” Bagaimana aku jadi pria kaku? Nggak, kenapa aku nggak seru? Bai Guoyu mendesah tanpa daya, takut bicara lagi, gentar bila sebentar lagi diusir ke ruang belajar.
Karena Li Rong tak terlalu banyak bicara pada Bai Chuan semalam, keesokan paginya, Li Rong jadi tak bisa menahan diri untuk mengajukan beberapa pertanyaan lagi.
“Kemarin gunturnya kencang sekali, tapi Xiao Chuan benar-benar nggak takut?” Li Rong bertanya pada Mu Xiaoya.
“Tidak takut, Xiao Chuan tidak takut pada guntur.” Pada hari hujan, bahkan dirinya juga agak takut. Namun Bai Chuan mampu membawanya ke tengah hujan dan tak ada rasa takut sama sekali. Memikirkan hal ini, Mu Xiaoya mau tak mau jadi memikirkan tentang ciuman di tengah hujan yang kemarin. Ketakutan, dia buru-buru meneguk susu dingin untuk mendinginkan dirinya sendiri.
Meski aku tahu tentang hal ini dari telepon kemarin, Bai Chuan membenci badai guntur sejak dia masih kanak-kanak. Sekarang, dia tiba-tiba tidak takut pada guntur, yang mana membuat Keluarga Bai merasa hal ini misterius.
Bagaimana dia bisa tiba-tiba jadi membaik soal guntur?
“Xiao Chuan, kenapa kau tiba-tiba tidak takut pada guntur?” Li Rong bertanya, menatap pada Bai Chuan.
Bai Chuan berhenti makan dan agak mengernyit. Dia mendengar pertanyaan ibunya, tapi tak tahu bagaimana cara mengekspresikan perubahan dalam hatinya.
Dia tiba-tiba jadi tidak takut.
“Xiao Chuan, Mama bertanya sesuatu kepadamu.” Mu Xiaoya mengira kalau Bai Chuan tak mendengar ucapan Li Rong dan membisikkan pengingat.
Bai Chuan menatap ibunya, kemudian menatap pada Mu Xiaoya, yang mengingatkan dirinya. Kemudian dia tiba-tiba mencondongkan diri ke samping, dan sebelum Mu Xiaoya bisa merespon, mencium gadis itu.
“Dengan cara ini, aku takkan takut.” Bai Chuan merasa kalau rentetan tindakan ini jelas adalah cara untuk menjelaskannya.
‘Klang!’
‘Brak, prang!’
Sumpit Bai Zheng jatuh ke atas meja, piring Bai Guoyu pecah ke lantai, dan Li Rong merona lebih parah daripada Mu Xiaoya. Perbedaannya adalah bahwa Mu Xiaoya malu, sementara Li Rong kegirangan.
“Aku… aku sudah selesai.” Tidak masalah bila dicium saat telah menikah, ini tak lebih daripada dicium oleh suami sendiri! Tapi meski dia telah menikah, ada mertua dan kakak ipar yang menatap mereka. Mu Xiaoya tak lagi mampu menahan wajahnya, meninggalkan sumpitnya, dan kabur.
Bai Chuan membeku sejenak, kemudian mengikuti tindakan istrinya dan meletakkan sumpitnya lalu pergi.
Setelah kedua orang itu pergi, ruang keluarga jadi sunyi selama sesaat, hingga pekik kegirangan Li Rong memecah keheningan.
“Apakah Xiao Chuan telah mendapat pencerahan?!” Li Rong mencengkeram lengan baju suaminya dan mengguncangkannya dengan penuh semangat. “Kan sudah kubilang, tebakanku itu benar. Intuisi wanita adalah yang paling tepat.”
“Ya, ya.” Bai Guoyu juga sangat gembira, namun hal semacam ini tak perlu sedemikian kentara. Tidakkah Li Rong melihat kalau kedua anak itu sudah lari ketakutan?
Setelah Bai Zheng tertegun selama sesaat, dengan tenang dia memungut sumpit yang telah dijatuhkannya dan melanjutkan sarapannya yang belum selesai. Dia adalah seorang pria yang serius, tak seperti orangtuanya yang sudah tua dan tak tahu malu. Mereka malah membicarakan tentang hal-hal tak terkatakan tentang putra dan menantu mereka di belakang punggung yang bersangkutan.
“Suamiku, yang kau bilang memang benar. Kau membiarkan mereka pindah keluar untuk hidup bersama. Ini baru lewat sehari dan kemajuannya begitu pesat.” Li Rong sebelumnya agak mencemaskan tentang Bai Chuan yang pindah keluar, namun kini kecemasannya sudah lenyap.
“Kau takkan cemas sekarang?” Bai Guoyu tersenyum.
“Nggak akan cemas, nggak akan cemas.” Li Rong sudah lebih daripada merasa yakin. Dia ingin menyuruh mereka pindah keluar hari ini juga. “Bai Zheng, rumah itu adalah pilihan yang bagus.”
“….” Bai Zheng tak pernah kekurangan pujian sejak dirinya kanak-kanak dan tak pernah menolak menerima pujian. Namun pujian hari ini, dia benar-benar tak mau menerimanya. Apakah urusan ini memiliki hubungan logis dengan rumah yang telah dia pilih?
“Aku juga sudah selesai.” Bai Zheng tak mau mendengar lebih banyak lagi, jadi dia bahkan tak meminum kopinya dan bangkit untuk meninggalkan ruang makan.
“Xiaoya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Jadi nanti, aku akan minta Paman Li agar membantu mereka langsung mendekorasi rumah, sehingga mereka bisa pindah lebih cepat.”
“Sama sekali jangan, biarkan mereka mendekorasi rumah mereka sendiri. Xiao Chuan memiliki kelainan obsesif kompulsif, dan takkan merasa puas serta mungkin akan jadi tidak nyaman….”
“Menurutmu, kalau mereka pindah dan tinggal bersama dengan mulusnya, apakah kita akan bisa memeluk cucu kita tahun depan?”
“Bukankah perkembangan ini terlalu cepat?”
“….” Bai Zheng pergi dengan tegas sambil meningkatkan kecepatan langkahnya.
****
Sementara itu, Mu Xiaoya kembali ke kamar dengan menutupi wajahnya. Dia hanya merasa kalau dirinya tak punya muka untuk turun bertemu orang.
“Tidak apa-apa, tak masalah. Bai Chuan dan aku adalah suami istri sungguhan. Apa salahnya dengan ciuman di pipi?” Mu Xiaoya terus menghipnotis dirinya sendiri. Namun tak peduli seberapa keras pun dia menghipnotis, begitu dia memikirkan tentang ketiga pasang tatapan kaget di bawah barusan tadi, dia rasanya ingin menggali lubang di tanah.
“Ya!” Mu Xiaoya menghempaskan dirinya ke ranjang kuat-kuat, bergulingan dalam seprai dan membungkus dirinya sendiri seperti kepompong ulat sutra, dan melolong, “Ini salah Xiao Chuan, kenapa dia menciumku.”
Begitu Bai Chuan memasuki kamar, dia mendengar Mu Xiaoya menyalahkan dirinya dan wajahnya langsung memucat. Dia berdiri di kepala ranjang dengan bibir dirapatkan dan menatap seprai yang tergulung lalu menunggu dengan keras kepala. Hingga Mu Xiaoya jadi tenang dan akhirnya keluar dari selimut, dia pun berkata sedih, “Kamu bilang, aku bisa mencium kapan pun aku mau.”
“….” Mu Xiaoya mengerjap, dan menatap sorot mata keras kepala suaminya sendiri selama sesaat. Untuk beberapa waktu, dia kebingungan. Apa yang terjadi?
“Apa kamu lupa lagi?”
“Aku… nggak lah.” Bahkan bila ingatannya tidak bagus, dia takkan lupa apa yang telah dia janjikan kemarin.
“Kalau begitu apa kau mau ingkar?” Suara Bai Chuan bergetar, seakan dia tengah berusaha menekan sesuatu. Dia bisa menerima ingatan buruk Mu Xiaoya, karena dia bisa mengingatkan gadis itu bila dia lupa. Namun bila Mu Xiaoya ingkar, dia tak tahu harus bagaimana.
“Ingkar? Itu….”
“Nggak boleh!” Sebelum Mu Xiaoya selesai bicara, Bai Chuan telah meraung marah. Bagaimana bisa Xiaoya ingkar dengan apa yang telah dijanjikannya?
“Apa kau sedang bersikap galak kepadaku?” Mu Xiaoya bukan hanya keheranan pada saat ini, namun juga merasakan hal yang tak biasa.
“Aku….” Aku tak bermaksud galak kepadamu, aku cuma… aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri.
Nggak, aku sudah janji pada Xiaoya kalau aku akan berusaha mengendalikan diriku sendiri saat aku hampir lepas kendali. Bai Chuan bereaksi dengan cepat. Dia buru-buru berbalik, lari ke meja, membuka lemari untuk mengambil headset yang dibelikan Mu Xiaoya untuknya, dan buru-buru membuka wadahnya lalu menutupi telinganya.
Bai Chuan memejamkan matanya dan mengenyakkan diri ke kursi seakan dia telah menemukan penebusan. Dengan mata terpejam, dunianya hanya memiliki nyanyian Mu Xiaoya, dan otaknya membayangkan mereka sedang berada di sisi bukit dalam ingatannya. Dengan cara ini, dia takkan kehilangan kendali.
Itu adalah… marah.
Di seberang meja, Mu Xiaoya menatap Bai Chuan tanpa suara. Dikatakan bahwa suasana hati pasien autis sangat tidak stabil, dan dari waktu ke waktu mereka akan kehilangan kendali diri untuk alasan-alasan yang tak bisa dijelaskan. Namun dia telah bersama dengan Bai Chuan dalam waktu lama dan ini adalah kali pertama dia melihat Bai Chuan kehilangan kesabaran, terlebih lagi – alasan untuk amukan itu cukup imut!
Setelah mendengarkan nyanyian dari headphonenya lagi, emosi Bai Chuan perlahan-lahan menjadi tenang. Dia membuka matanya dan melihat Mu Xiaoya berada di ujung lain dari meja.
“Xiaoya.” Bai Chuan meletakkan headphonenya, namun ekspresinya masih agak nelangsa.
“En?” Mu Xiaoya merespon. Dia penasaran dengan apa yang akan dikatakan Bai Chuan kepadanya kali ini.
“Kamu bilang kalau kau melakukan sesuatu yang membuatku tidak nyaman kelak, kau bisa menjanjikan satu permintaan kepadaku, kan?” Bai Chuan menatap Mu Xiaoya dengan gugup, takut kalau-kalau Mu Xiaoya juga akan lupa tentang masalah ini ataupun ingkar.
“En.” Mu Xiaoya mengangguk.
“Kalau begitu… aku merasa tidak nyaman barusan tadi,” Bai Chuan berkata.’
“Ya.” Tapi kau telah mengendalikan dirimu sendiri dengan baik.
“Aku ingin membuat permintaan,” ujar Bai Chuan tegas.
“Katakanlah.”
“Yang kemarin… jangan menyesalinya.” Nada suara Bai Chuan terdengar memaksa. “Kau tak boleh menarik kembali apa yang telah kau janjikan kepadaku ataupun menyesalinya.”
“Bagus,” Mu Xiaoya terkekeh.
Lupakan saja, aku dikelilingi oleh para penonton. Memangnya kenapa? Paling-paling, aku hanya perlu mengembangkan kulit yang lebih tebal.
Bai Chuan, yang telah diberi janji, begitu gembira hingga dia tertawa bersama dengan Mu Xiaoya. Aura memaksa yang barusan tadi pun lenyap seperti awan yang berarak seiring dengan lesung pipitnya yang dalam.
***
Gara-gara kejadian kecil itu, Mu Xiaoya pun berada dalam suasana hati yang sangat baik sepanjang hari, sehingga inspirasinya pun berlipat ganda. Efisiensi kerjanya telah meningkat tajam, dan gambar-gambar desain sepatu baru untuk musim berikutnya terselesaikan seminggu lebih awal.
“Apa akhir-akhir ini kau telah dapat wangsit? Inspirasimu meledak-ledak ah.” Fang Hui menatap draft desain terakhir Mu Xiaoya yang telah selesai dan berkata, “Dan, aku selalu berpikir kalau draft desainmu jauh lebih baik daripada ketika kau masih di sekolah. Dibandingkan denganmu, desain-desainku tidak patut diperlihatkan.”
Meski saat dirinya berada di universitas, nilainya tak sebagus nilai Mu Xiaoya, namun tak ada celah sebesar itu. Kalau inspirasi didasarkan pada bakat, dia tak bisa dibandingkan dengan Mu Xiaoya dalam hal itu, bahkan soal waktu penyelesaian draft desainnya, Mu Xiaoya amat melampaui dirinya. Metode Mu Xiaoya dalam menggambar draft desain lebih teliti dan akurat, yang mana cukup berbeda daripada desain-desainnya yang lalu.
“Bukankah aku pernah berencana untuk belajar ke luar negeri sebelumnya? Takutnya aku takkan bisa mengikuti sebelumnya, jadi aku lebih banyak berlatih,” Mu Xiaoya menjelaskan. Kemampuan desainnya saat ini dikembangkan setelah empat tahun memoles dan belajar, tentu saja akan jauh lebih baik daripada ketika di universitas.
“Oke, bagaimanapun juga, semakin hebat dirimu, akan semakin bermanfaat untukku.” Fang Hui hanya terpukau pada kemajuan sahabatnya. Dia iri, namun tak terlalu cemburu. “Omong-omong, laporan penjualan minggu pertama untuk sepatunya sudah dilaporkan, yaitu sepuluh persen lebih tinggi daripada yang kita perkirakan.”
“Sungguh?!” Mu Xiaoya terkejut dan menerima laporan yang diserahkan oleh Fang Hui. Bagian yang lainnya dia tak membaca, namun langsung menuju ke kolom keuntungan dan memandanginya, “Seratus ribu yuan… kita menghasilkan seratus ribu yuan dalam seminggu?”
“Lihatlah dirimu jadi bodoh begini. Di mana kita sekarang ah? Totalnya hanya ada tiga jenis sepatu, dan biayanya perlu dipotongkan. Separuh dari keuntungannya akan diberikan kepada pamanku. Pikirkanlah, kalau semua ini telah dikurangkan, dan seluruh toko mereka menjual sepatu kita, menurutmu berapa yang kita peroleh?” Fang Hui tampak sangat tenang di depan Mu Xiaoya. Sebenarnya, dia tak bereaksi lebih baik daripada Mu Xiaoya saat dia pertama mendapatkan laporannya.
“Aku sangat puas.” Saat bekerja sebagai desainer di kehidupannya yang lampau, Mu Xiaoya juga menghasilkan beberapa sepatu yang sangat populer. Pada saat itu, perusahaan hanya memberinya seratus ribu yuan sebagai bonus. Sekarang dia memiliki studionya sendiri, yang mana bisa menghasilkan seratus ribu yuan seminggu, dan keuntungan ini masih berkelanjutan. Kalau sepatunya terus terjual, mereka akan selalu dapat untung.
“Kalau aku bekerja lebih keras lagi, aku akan bisa menyusul Bai Chuan,” Mu Xiaoya berkata penuh semangat.
“Kenapa, bukankah Bai Chuan keluargamu mendukungmu ah?” Fang Hui memicing.
“Mendukung kok, dia mendukung aku, dan aku mendukung dia ah,” Mu Xiaoya berkata seraya tersenyum, “Suami istri saling mendukung satu sama lain secara keuangan, jadi pernikahan bisa bertahan selamanya ah.”
“Kenapa? Apa ada tekanan saat menikah ke dalam keluarga besar?”
“Nggak….” Mu Xiaoya menjawab, “Hanya saja keluargaku begitu hebat sehingga aku harus bekerja keras ah.”
“Apa kau akan mati bila kalian berdua tidak memamerkan cinta kalian satu sama lain di depan semua orang ah?” Fang Hui tak tahan untuk memutar matanya.
“Kita akan mati tak peduli kita memamerkannya atau tidak, jadi kenapa kita tak menikmatinya saja,” Mu Xiaoya menjawab jahil.
“Hih! Lihatlah bulu kudukku sudah berdiri semua.” Fang Hui langsung mengulurkan lenganya ke arah Mu Xiaoya untuk menunjukkan bulu halus yang berdiri di lengannya.
Mu Xiaoya sedang senang dan memukulnya.
“Kamu nggak takut ya kalau kamu sudah jadi begitu hebat hingga orang lain bilang kalau Bai Chuan tak pantas untukmu,” Fang Hui menyindir.
“Aku nggak takut. Lagipula, Bai Chuan tak mengerti.” Dalam hal ini, Mu Xiaoya tidak cemas sama sekali. Jangankan membicarakan soal Bai Chuan di belakangnya. Kau bicara kepadanya di muka saja, Bai Chuan keluarganya itu sudah terlalu malas untuk menanggapi.
“Bagaimana bisa kau begitu sombong dan merasakan superioritas semacam itu dari kasus autisme yang begitu membuat depresi,” Fang Hui mengesah.
————–
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-44/