My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 45
Grup Yifeng.
A’Tong Mu kembali dari rapat dengan departemen perencanaan dan tubuhnya sudah terkuras gara-gara kerja lembur, yang mana kini telah roboh. Saat orang-orang dari departemen R&D melihat dirinya, mereka tahu bahwa dia pasti telah dibantai lagi di ruang pertemuan.
“Bos, bagaimana?” Para kolega dari departemen R&D mengelilinginya dengan sikap muram dan kemudian, serempak, bertanya.
“Dikeluarkan sesuai jadwal.” Kata-kata ini, A’Tong Mu nyaris meneriakkannya, “Aku akan mengundurkan diri sekarang. Jangan ada yang menghentikanku.”
“Jangan dong, kalau kau mengundurkan diri, aku akan harus pergi ke rapat-rapat itu.” Pang Zi buru-buru memegangi A’Tong Mu mati-matian agar dia tak bisa mengundurkan diri. A’Tong Mu adalah kepala Departemen R&D, dan dia juga adalah sang supervisor. Kalau A’Tong Mu mengundurkan diri ah, maka dialah yang akan menjadi orang yang berada di puncak. Dia juga ingin mengundurkan diri, tapi dia memiliki tekanan besar karena rumah yang telah dibelinya baru beberapa tahun yang lalu dengan KPR, jadi dia tak berani mengundurkan diri ah.
“Tak apa-apa, kau tak harus keluar. Kau bisa meminta Tuan Muda Kedua kerja lembur!” Meski dirinya adalah kepala Departemen R&D, posisi Tuan Muda Kedua tak terlampaui di Departemen R&D. Hanya karena situasinya istimewa dan dia tak bisa melakukan pekerjaan manajemen, posisi tak menguntungkan ini pun diberikan kepada A’Tong Mu.
Gaji bulanannya hanya lima ribu yuan lebih besar daripada Pang Zi, tapi betapa besar dia harus menderita ah.
“Aku tak bisa melakukan itu ah.” Menyuruh Tuan Muda Kedua kerja lembur, hati-hati saja kalau Tuan Muda Kedua sampai kumat.
“Departemen perencanaan bilang kalau permainan itu akan diluncurkan pada Perayaan Qi Xi (T/N: tanggal 7 bulan 7 lunar, merupakan perayaan Valentine ala Tiongkok), bukan hanya kita harus men-debug permainannya seperti yang telah dijadwalkan, tapi juga membuat klip promosi permainan yang indah,” A’Tong Mu berkata.
“Ini berniat membunuh kita ah. Kita belum selesai men-debug permainan itu dan kita sudah diberi lebih banyak pekerjaan.” Mendengar kabar buruk tersebut, seisi kantor berteriak satu demi satu.
“Orang-orang itu bilang, mari kerja keras untuk lembur.”
“Bagaimana kita bisa kerja lembur? Bulan ini, kita bahkan tak punya waktu untuk pulang ke rumah dan ganti baju.”
“Iya nih, ibuku nyaris tak ingat tampangku seperti apa.”
“Bahkan anjingku tak ingat dengan bauku.”
“Kau masih punya waktu untuk anjing?”
“Bos, kau suruh Departemen Perencanaan untuk datang melihat kehidupan macam apa yang kita jalani di sini.”
“Aku sudah bilang, tapi orang-orang di Departemen Perencanaan juga biang kalau hal itu juga berlaku sama untuk Tuan Muda Kedua dari Departemen R&D, yang mana jauh lebih elegan dan tampan daripada kita, jadi kita pun diolok-olok satu demi satu. Alasan intinya adalah bahwa kemampuan kita terlalu rendah,” A’Tong Mu berkata marah. Dalam hal kefasihan bicara, orang-orang di Departemen R&D mereka, mana bisa melawan Departemen Perencanaan. Ini sama saja dengan menipu orang.
“Ini terlalu licik, bagaimana bisa kita dibandingkan dengan Tuan Muda Kedua? Dengan siapa pun yang punya sindrom cendekia?”
“Makin dan makin tampan lagi, kenapa kita tak punya istri untuk membantu mendandani?”
Semakin banyak orang-orang itu bicara, semakin sedih mereka jadinya, kemudian mereka pun mau tak mau menatap ke arah kantor. Di belakang jendela kaca yang mulus dan tembus pandang, Tuan Muda Kedua tampak segar dan santai. Postur kalem ini benar-benar membuat iri.
Apa yang lebih menjengkelkan adalah bahwa orang autis itu, yang tak suka bicara, memiliki istri yang lemah lembut dan cantik.
Mungkin karena penderitaan semua orang begitu kuat sehingga menyalakan syaraf sensor Bai Chuan dan membuatnya menatap ke arah mereka. Akan tetapi, Bai Chuan hanya menatap dan tak ingin tahu kenapa orang-orang di luar menatap langsung kepada dirinya. Dia kemudian dengan tenang menurunkan pandangannya untuk lanjut bekerja.
“Bos, sebenarnya, bila bukan karena Tuan Muda Kedua pergi berbulan madu dan tidak kembali ke rumah tepat pada waktunya, kita akan punya cukup waktu.” Beberapa orang mendapati bahwa Departemen R&D mereka memiliki beban kerja yang amat besar.
“Itu kan katamu, tapi apa kau berani menyuruh Tuan Muda Kedua bertanggungjawab?” A’Tong Mu bertanya.
“Tentu saja kita tak berani, tapi kita tak berani maka orang-orang di Departemen Perencanaan juga seharusnya tak berani.”
“Maksudmu….” Mata A’Tong Mu berkilat, “Pakai Tuan Muda Kedua untuk melawan Departemen Perencanaan yang menyebalkan itu?”
“Ya.” Pria itu mengangguk kuat-kuat. Itulah yang dia maksudkan. “Tuan Muda Kedua acuh tak acuh dan merupakan sang BOS besar, iya kan? Bahkan orang kantor Presdir juga bisa langsung enyah, dan Departemen Perencanaan itu takkan bisa apa-apa.”
“Benar, tapi bagaimana kita bisa membuat Tuan Muda Kedua bertemu dengan Departemen Perencanaan?”
Iya, bagaimana cara membuat Tuan Muda Kedua muncul? Tuan Muda Kedua adalah orang yang tak peduli kalau orang-orang bicara kepadanya ah. Apalagi, menyuruhnya muncul sendiri untuk mengejek orang-orang menyebalkan itu.
“Aku akan memikirkannya.” Yu Qian yang cerdas dan cerdik dengan penuh semangat berlari menghampirinya dan menyarankan, “Istri Tuan Muda Kedua.”
“Yang spesifik,” A’Tong Mu menanggapi.
“Bos, apa kau ingat kali terakhir mawarmu dirampas, kita….” Yu Qian mengucapkan rencananya dan sebagainya. A’Tong Mu dan Pang Zi sama-sama memasang tampang terpukau saat mendengarkannya.
“Apa itu bisa diandalkan?” Pang Zi bertanya ragu.
“Kali terakhir, kalian lihat kan reaksi Tuan Muda Kedua atas istrinya. Kapan kalian pernah melihat Tuan Muda Kedua seceria itu ah? Kupikir cara ini berguna. Tak masalah kalau ternyata tak bekerja, mari kita coba dulu. Lagipula, sudah diketahui bahwa Tuan Muda Kedua kita takkan bilang apa-apa ke luaran.” Orang-orang dari Departemen R&D bergantung pada Tuan Muda Kedua, yang memiliki kasus autisme langka. Departemen ini telah sering kehujanan makian di perusahaan dan hal ini tersampaikan pada Presdir yang memiliki telinga di kantor. “Bos, kalau Departemen Perencanaan tak menyerah, proyek kita takkan selesai sesuai dengan jadwal dan bonus performa tahun ini akan dikurangi.”
“OKE!” Kalau soal urusan bonus, A’Tong Mu langsung menggertakkan giginya dan menyetujui.
Sepuluh menit kemudian, A’Tong Mu menatap pada surat yang telah diedit dan mengeklik ‘kirim’, kemudian ketiganya pun memutar kepala mereka dan memandangi reaksi Bai Chuan di dalam kantor.
Di dalam kantor, Bai Chuan, yang sedang mengedit sebuah program, menatap pada jendela pop-up yang muncul mendadak. Alih-alih menutupnya sambil lalu seperti biasa, dia menatap surat itu dengan pandangan kosong.
DARI A’Tong Mu: Tuan Muda Kedua, apakah Anda ingin melakukan sesuatu untuk Xiaoya dan membuatnya gembira karena Anda?
Di balik pintu kaca, telapak tangan A’Tong Mu yang gugup basah berkeringat: “Ini nggak akan berhasil, ya?”
“Balik, balik, Tuan Muda Kedua membalas pesannya.” Begitu suara Yu Qian terdengar, komputer A’Tong Mu baru saja menerima surat jawaban dari Bai Chuan.
DARI Tuan Muda Kedua: Bagaimana melakukannya?
“Cepat, buruan dan tanya pada Tuan Muda Kedua,” Pang Zi mendesak penuh semangat.
A’Tong Mu dengan cepat menjawab dengan jemarinya: Saya akan katakan pada Anda, tapi kita harus pergi ke sebuah rapat terlebih dahulu.
DARI Tuan Muda Kedua: Oke.
“Yee!” Ketiganya bersorak. “Cepat, panggil Departemen Perencanaan. Satu jam kemudian, kita akan adakan rapat lainnya.”
Satu jam kemudian, di ruang pertemuan.
Direktur Departemen Perencanaan, Feng Yan, bergaya mendominasi dan berjalan ke dalam ruang pertemuan. Dia ingin melihat alasan apa yang didapatkan oleh Departemen R&D untuk menenda perilisan permainannya. Feng Yan merasa kalau orang-orang di departemen itu terlalu naif. Kalau orang-orang di Departemen R&D tak berhasil menyelesaikan permainannya tepat waktu dan bonus mereka dipotong… maka bukankah Departemen Perencanaan mereka juga akan dipotong bonusnya untuk periode ini bila mereka membiarkan R&D menunda perilisan permainan itu?
Jadi tak peduli apa pun yang mereka katakan, Feng Yan bertekad untuk tidak mengubah jadwalnya di pertemuan itu.
“Manajer Feng, kita sudah sampai,” A’Tong Mu menyapa Feng Yan dengan seulas senyum saat dia memasuki ruang pertemuan.
“Manajer Tong, saya sudah bilang di rapat satu jam yang lalu…. Tuan Muda Kedua!” Feng Yan melihat Bai Chuan sedang duduk di kepala meja rapat dan berseru ketakutan.
Kenapa Tuan Muda Kedua datang?
“Manajer Feng, sebenarnya, rapat ini diadakan oleh Tuan Muda Kedua. Ada sesuatu yang ingin dia katakan kepada Anda.” A’Tong Mu terkekeh dan tersenyum ramah.
“Tuan Muda Kedua, apa Anda mencari saya?” Wajah Feng Yan berselimut kecurigaan. Siapa di Grup Yifeng yang tak tahu bahwa Tuan Muda Kedua mahir dalam pemrograman dan juga bekerja di Departemen R&D? Dia tak pernah peduli.
Bai Chuan menatap Feng Yan, yang melongo, dan menyatakan dengan dingin, “Tanggal perilisannya akan dimundurkan dua minggu.”
“Tuan Muda Kedua, tanggal ini adalah… keputusan Departemen R&D Anda.” Wajah Feng Yan berubah dan dia buru-buru menjelaskan.
“Tanggal perilisannya ditunda dua minggu.” Bai Chuan tak peduli siapa yang telah menentukan waktu ini.
“Tuan Muda Kedua, saya benar-benar tak bisa menundanya. Departemen Perencanaan kami sudah mulai mengiklankan pada publik dan berinvestasi awal….”
“Tanggal perilisannya, tunda dua minggu!” Bai Chuan jadi tak sabar.
“Manajer Feng, Tuan Muda Kedua marah. Kupikir hal ini sudah ditetapkan.” A’Tong Mu berbisik untuk mengingatkan dirinya bahwa dia takut kalau-kalau Tuan Muda Kedua akan kehilangan kesabarannya ah. Kalau sampai kumatnya kambuh, baik dia maupun Feng Yan takkan bisa memakan buah yang baik.
“Kami….” Apa lagi yang bisa Feng Yan katakan? Dia bisa bertarung sekuat tenaga melawan A’Tong Mu, tapi dia tak berani melawan Tuan Muda Kedua.
A’Tong Mu melihat kalau Feng Yan sudah dikalahkan hingga menjadi kacang kusut dan hatinya yang gelap pun menjadi jernih. Dia tak memberi kesempatan pada Feng Yan untuk bicara dan berkata pada Bai Chuan, “Tuan Muda Kedua, sudah selesai. Mari kita kembali.”
Bai Chuan, tanpa keraguan sedikit pun, bangkit dan meninggalkan ruang pertemuan, meninggalkan Feng Yan dari Departemen Perencanaan di tempatnya untuk menangis tanpa air mata.
Keduanya kembali ke Departemen R&D. Begitu mereka memasuki pintu, A’Tong Mu melambai ke angkasa, menunjukkan kesuksesan mereka dan menarik sorakan gegap gempita serempak dari semua orang.
“Kau nggak lihat ah. Tuan Muda Kedua cuma duduk di sana dan bilang kalau tanggal perilisannya harus ditunda selama dua minggu. Feng Yan itu mendengarkan dan tak bisa apa-apa. Apa itu peraturan perusahaan, kerugian ekonomis, penilaian performa? Dia tak berani menyebutkannya sepatah kata pun.” A’Tong Mu hanya mengangkat alisnya dan merasa bangga, “Sungguh menyenangkan sekali, hahaha….”
“Caranya.” Bai Chuan menyela A’Tong Mu. Rapatnya sudah selesai, dan dia ingin tahu bagaimana cara untuk membuat Mu Xiaoya gembira karena dirinya.
“Ah, caranya… caranya….” A’Tong Mu tiba-tiba pulih, berbalik dan menepuk Pang Zi lalu bertanya, “Aku minta kau beli apa?”
“Ini.” Pang Zi buru-buru menuju ke laci dan menarik keluar sekotak coklat dan menyerahkannya pada A’Tong Mu. Ini adalah coklat yang dibungkus dengan cantik yang baru saja dia ambil dari mall perbelanjaan di sebelah.
A’Tong Mu menerimanya dan menaruhnya ke tangan Bai Chuan lalu berkata, “Tuan Muda Kedua, ini adalah coklat kesukaan pacarku. Kabarnya gadis-gadis suka merek coklat ini. Bawalah ini pada istrimu dan dia akan gembira.”
Bai Chuan menatap coklat di tangannya dan mengernyit tidak puas, “Cuma kasih barang?”
Bai Chuan merasa kecewa. Hanya mengirimkan hadiah? Dia belum pernah mengirimkannya sebelumnya. Meski Xiaoya sangat gembira bila menerima barang-barang, kebahagiaan semacam ini hanyalah karena dia menerima pemberian, bukan karena diri Bai Chuan sendiri.
Melihat ekspresi Bai Chuan, hati A’Tong Mu mau tak mau mencelos. Apakah Tuan Muda Kedua tidak puas? Tidak, aku harus cari cara untuk memperbaikinya.
“Tentu saja… bukan cuma mengirimkan barang. Coklat ini hanyalah hiasan pada kuenya. Tidaklah pantas bila pergi dengan tangan kosong.” A’Tong Mu tiba-tiba mendapatkan serbuan ide bagus dan berkata ceria, “Tuan Muda Kedua, Apakah Anda menjemput istri Anda dari tempat kerja?”
Bai Chuan menggelengkan kepalanya dengan jujur.
“Iya lah,” A’Tong Mu memukul pahanya, “Tuan Muda Kedua, istri Anda datang untuk menjemput Anda dari tempat kerja pada kali terakhir, apakah saat itu Anda merasa senang?”
Bai Chuan mengangguk.
“Jadi ya, Anda harus menjemput dia dari tempat kerja ah, yang mana disebut sebagai timbal balik. Dan hal ini tak boleh dikatakan lebih dahulu, harus jadi kejutan,” A’Tong Mu berkata.
Bai Chuan mengingat-ingat dengan seksama. Hari itu Xiaoya tiba-tiba datang. Saat dia melihat keluar dari kantor dan mendapati kalau Xiaoya ada di luar, dia benar-benar sangat gembira. Jadi kalau aku juga menjemput Xiaoya dari tempat kerja, akankah Xiaoya merasa sangat gembira saat dia tiba-tiba melihatku?
Mata Bai Chuan sarat dengan kesukacitaan. Dia memegangi kotak coklatnya dan meninggalkan kantor.
Setelah Bai Chuan pergi, segera keluar kabar bahwa dia tiba-tiba mengadakan rapat dengan yang lainnya. Dan masalah itu mengagetkan Presdir Bai Zheng, yang menerima kabar tersebut. Dia langsung pergi ke Departemen R&D dan sudah akan bertanya kepada Bai Chuan kenapa dia tiba-tiba mengadakan rapat namun mendapati kalau Bai Chuan sama sekali tak ada di kantornya.
“Di mana Bai Chuan?” Setelah tak melihat orangnya, suara Bai Zheng langsung merosot.
“Tuan Muda Kedua, bukankah dia sudah pulang kerja?” A’Tong Mu tak menyangka kalau sang Presdir akan tiba-tiba datang dan menjawab dengan sedikit gentar.
“Pulang kerja, sekarang baru jam tiga. Apa yang dia lakukan sampai pulang kerja sekarang?” Bai Zheng bertanya. Bai Chuan memiliki insting yang kuat soal waktu dan tak pernah pulang kerja lebih awal.
“Tuan Muda Kedua, pergi… untuk menjemput istrinya dari tempat kerja,” A’Tong Mu menjawab.
Bai Zheng mengernyit, berpikir sejenak, dan tangannya langsung menghubungi supir di bawah, “Apa Tuan Muda Kedua memakai mobil?”
“Belum ah, bukankah Tuan Muda Kedua selalu tepat waktu saat pulang kerja?” si orang yang bertugas menjawab.
Begitu dia mendengarnya, rona wajah Bai Zheng berubah dan langsung menutup teleponnya, kemudian langsung menghubungi nomor Bai Chuan. Teleponnya berdering dengan cepat, namun ringtone-nya terdengar dari kantor kecil di belakang Bai Zheng.
Xiao Chuan tak membawa ponselnya?!
————
Catatan Pengarang:
Mu Xiaoya jarang pulang ke rumah setelah masuk universitas dan bahkan tidak pulang pada akhir pekan.
Bai Chuan menunggu hari demi hari, selalu menunggu Mu Xiaoya dengan tidak sabar, dan mengembangkan kebiasaan mencari Mu Xiaoya di depan peta.
“Institut Desain Yuncheng.” Bai Chuan menatap penanda pada peta sekolah, melihatnya lagi dan lagi, lalu perlahan menuliskan keseluruhan petanya.
———–
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-45/