My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 46
Lu Yang bergegas berlari menuruni tangga dari Departemen Keamanan dan melihat Bai Zheng menatap bolak-balik pada gerbang bangunan. Dia tak berani mengatur napasnya, karena dia tak bisa menunggu untuk melapor, “Pak Presdir, Tuan Muda Kedua keluar dari gedung pada pukul 2:51.”
“Apa dia sudah memanggil mobil?” Bai Zheng serta merta bertanya.
“Belum. Tuan Muda Kedua lari ke arah sana?” Lu Yang menunjuk ke sisi kanan jalan, “Setelah memasuki jalan selatan ketiga, monitor dan sistem kendali kita tak bisa melokasikan dia lagi.”
“Xiao Chuan tak membawa telepon ataupun uangnya.” Bai Zheng gelisah saat dia meninju mobil di depannya, “Apa sebenarnya yang dikerjakan oleh orang-orang di Departemen Keamanan itu?! Mereka bahkan tak bisa menjaga satu orang!”
“Pak Presdir, harap jangan cemas. Tuan Muda Kedua pastilah mencari Nyonya Muda Kedua.” Lu Yang berusaha menghibur, namun hatinya tahu, masalah ini tak bisa disalahkan pada Departemen Keamanan. Dalam beberapa tahun yang telah dihabiskan oleh Tuan Muda Kedua di perusahaan, waktu kerjanya selalu diatur seperti mesin, dan terlebih lagi, semua orang di dalam masih bekerja seperti biasa dan tanpa kejadian yang tak diharapkan seperti ini, tak mungkin pihak keamanan akan terus-terusan memandangi sistem pengawasan tanpa istirahat.
“Kita butuh sekitar setengah jam untuk pergi dari sini ke studio Mu Xiaoya dengan naik mobil, bagaimana bisa Xiao Chuan pergi ke sana dengan jalan kaki?”
“Pak Presdir, Tuan Muda Kedua itu pintar, takkan ada apa pun yang terjadi pada dirinya.”
“Selain keahlian matematikanya yang lebih baik, dia adalah seorang idiot dalam aspek lainnya! Dia bahkan tak bisa bicara dengan orang lain, dan kau masih berani bilang padaku kalau dia takkan dapat masalah?!”
“Pak Presdir, ingatan Tuan Muda Kedua sangat bagus, dia mungkin sudah ingat jalan mana yang perlu diambil untuk pergi ke tempat Nyonya Muda Kedua. Kita sebaiknya mengendarai mobil menyusuri pinggiran jalan untuk mencarinya, dan kita pasti bisa menemukan dia dengan cara ini,” Lu Yang menyarankan.
Bai Zheng perlahan-lahan menjadi tenang. Dia menatap jamnya dan mengatur, “Sekarang ini jam 3:16, Xiao Chuan sudah pergi sejak dua puluh lima menit yang lalu. Kau, suruh para penjaga keamanan dan sipir, semua mengendarai mobil, juga sepeda motor, susuri jalan menuju tempat Mu Xiaoya dan langsung cari dia.”
“Baik, saya akan mengatur semuanya.” Lu Yang berbalik dan berlari dengan cepat untuk mengurus masalah itu.
Bai Zheng menarik pintu mobilnya hingga terbuka, menyalakan mobilnya dengan satu tangan seraya menelepon Mu Xiaoya dengan tangannya yang lain.
“Halo?” Teleponnya langsung tersambung.
“Mu Xiaoya.” Sembari menyetir mobil, mata Bai Zheng tak berhenti memindai kedua sisi jalan. Meski dia jelas-jelas tahu kalau Bai Chuan sudah pergi selama hampir setengah jam sehingga tak mungkin dia akan berada di dekat bangunan kantor, namun dia masih tak berani membiarkan bayangan siapa pun terlolos dari pandangannya.
“Kakak?” Suara Mu Xiaoya kedengaran agak kaget.
“Apa Xiao Chuan meneleponmu?”
“Nggak, bukankah Xiao Chuan sedang kerja saat ini?”
“Dia keluar untuk mencarimu, bilang kalau dia ingin menjemputmu dari tempat kerja.” Tatapan Bai Zheng meredup. Bahkan Mu Xiaoya tak tahu soal ini?
“Dia ingin menjemputku dari tempat kerja? Aku akan langsung meneleponnya!”
“Jangan telepon. Dia tak membawa teleponnya.”
“Apa?!” Bersamaan dengan seruan kaget Mu Xiaoya, terdengar juga suara dari suatu benda berat yang jatuh ke lantai. Setelah sunyi lama di telepon, Mu Xiaoya bertanya lagi dengan suara bergetar, “Kakak, Kakak meneleponku, apa itu berarti Kakak belum menemukan Xiao Chuan?”
“… Dia bukan hanya tak membawa teleponnya, tapi dia juga tak menaiki mobil yang sudah kusiapkan untuknya. Dia berjalan keluar seorang diri.” Bai Zheng memutuskan untuk tidak menutupi apa pun.
“Dia… berapa lama dia sudah pergi?” Aku… aku akan pergi dan mencari dia.” Suara gemetar Mu Xiaoya bercampur dengan suara-suara tangis dan ketakutan.
Bai Zheng nyaris tak berhenti pada lampu merah di depan. Hatinya telah lama merasa cemas, tapi dia tak lupa menenangkan Mu Xiaoya, “Jangan cemas, aku sudah mengirim para supir dan penjaga keamanan perusahaan untuk mencari dia di sepanjang jalan. Kau tetap tinggal di studio, aku akan mengantar dia ke sana kalau aku menemukannya. Jangan ke mana-mana, Xiao Chuan mencarimu.”
“Oke.” Mu Xiaoya menarik napas dalam-dalam, “Kak, kirim orang untuk mencari di sepanjang jalan pulang ke rumah juga, ada kemungkinan Xiao Chuan akan pulang ke rumah.”
“Nggak, dia bilang dia ingin mencarimu, jadi dia pasti mencarimu saat ini.” Soal dedikasi Bai Chuan, tak ada seorang pun yang tahu lebih baik ketimbang keluarganya.
“Kalau begitu… kalau begitu kau ikutilah peta untuk mencarinya. Xiao Chuan ingat peta, jadi dia pasti mengikuti peta untuk datang ke tempatku.”
“Aku tahu.” Bai Zheng menutup teleponnya, memasang navigasi teleponnya dan mulai bergerak perlahan di sepanjang jalan pada kecepatan dua puluh kilometer per jam.
“Mumu, ada apa?” Fang Hui baru saja kembali dari perusahaan periklanan, seraya memegangi setumpuk poster, dia melihat Mu Xiaoya sedang berdiri di depan pintu dengan mata memerah.
“Fang Hui, Xiao Chuan, Xiao Chuan hilang.” Melihat Fang Hui, air mata yang telah ditahan oleh Mu Xiaoya selama ini, tiba-tiba mengalir turun seperti hujan deras.
“Apa?!” Fang Hui langsung dibuat syok di tempat.
“Bai Zheng baru saja menelepon dan bilang kalau Xiao Chuan keluar sendirian dari perusahaan tanpa membawa telepon dan dompetnya. Dia bilang dia ingin datang kemari untuk menjemputku dari tempat kerja.” Mu Xiaoya ketakutan setengah mati, “Menurutmu, akankah Xiao Chuan mendapatkan kecelakan di jalan sepanjang itu?”
“Sekarang jangan menangis, kau….” Fang Hui juga merasa tak karuan, dengan gelisah dia berbalik dan memanggil Xiao Xin. Menunggu hingga Xiao Xin berlari menghampiri, dia melemparkan poster-poster yang ada di tangannya untuk memeluk Mu Xiaoya dan menghiburnya, “Tak apa-apa, jangan menakuti dirimu sendiri. Bai Chuan memiliki sindrom cendekia ah, IQ-nya lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Dia bisa mengingat apa pun begitu dia melihatnya, jadi tentu saja dia juga ingat jalan untuk datang ke tempat kita, dia pasti takkan tersesat. Mungkin, dia bahkan akan datang sendiri ke sini tak lama lagi.”
“Jaraknya hampir dua puluh kilometer dari Grup Yifeng ke tempat kita, ada begitu banyak persimpangan di sepanjang jalan, dan juga ada banyak orang asing. Juga, begitu banyak mobil dan motor….” Bersama dengan setiap kondisi jalan yang dia ucapkan, wajah Mu Xiaoya jad semakin dan semakin pucat, “Xiao Chuan tak suka bicara, dia juga tak suka mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain. Aku bahkan tak tahu apakah dia bisa melihat lampu lalu lintas, dia….”
“Mumu, Mumu, Mu Xiaoya!” Fang Hui dengan gugup menekan bahu Mu Xiaoya, nyaris berteriak keras, “Tenang sedikit.”
“Huihui, aku takut.” Suatu rasa ketidakberdayaan memenuhi suara Mu Xiaoya.
“Bukankah Bai Chuan ingin menjemputmu dari kerja? Maka kau harus menunggu dirinya di sini. Dia begitu mencintaimu, tentu saja dia bisa berjalan sampai kemari, percayalah padanya.” Fang Hui berusaha sebaik mungkin untuk menenangkan sahabatnya, namun dia sendiri tahu kalau untuk seorang autis, berjalan melewati jalan sepanjang dua puluh kilometer yang rumit seorang diri, pasti akan ada banyak masalah yang mencemaskan.
“Benar, Kak Mumu, keteraturan publik kita benar-benar bagus, takkan ada masalah apa pun dengan suamimu.” Xiao Xin yang mendengarkan mereka tanpa bersuara di samping juga ikut menghiburnya.
“Xiao Xin, apa kau punya mobil listrik? Kendarai mobilmu dan susuri jalan menuju Grup Yifeng untuk membantu pencarian mereka. Aku akan mengirimkan foto Bai Chuan ke ponselmu, kalau kau dapat kabar, langsung telepon aku.” Fang Hui tak bisa merasa tenang bila melihat bagaimana tampang Mu Xiaoya saat ini, jadi dia hanya bisa menyuruh Xiao Xin pergi dan mencarinya.
“Baiklah, aku akan pergi sekarang juga.” Xiao Xin meletakkan barang-barang di tangannya, mengambil kunci mobilnya, dan pergi ke luar.
“Mumu, ayo kita tunggu di dalam.” Fang Hui ingin mengajak Mu Xiaoya ke dalam studio.
“Nggak, aku akan tunggu di sini.” Mu Xiaoya mendorong Fang Hui, duduk di atas anak tangga di depan studio, memeluk lututnya dan terus menatap persimpangan jalan.
Fang Hui tak punya pilihan lain dan hanya bisa menemani Mu Xiaoya duduk di sana.
Setelah menunggu selama hampir satu jam, mereka masih tak melihat Bai Chuan, masih tak menerima telepon dari Xiao Xin, namun akhirnya mereka bertemu dengan Bai Zheng.
Bai Zheng turun dari mobilnya, menatap pada Xiaoya yang gelisah yang langsung berlari ke arahnya dari undakan tangga, menarik terbuka pintu mobilnya dan mencari ke dalamnya. Dia mulanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada gadis itu, namun mulutnya tak bisa mengutarakan kata-kata apa pun.
Apa masih perlu bertanya? Kalau Xiao Chuan ada di sini, dia takkan tampak seperti ini.
“Masih belum ketemu?” Mu Xiaoya pantang menyerah saat dia menatap Bai Zheng.
“….” Menatap Mu Xiaoya dengan penampilan seperti itu, Bai Zheng hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata menghibur, “Jangan terlalu cemas, ini bukan kali pertama Xiao Chuan pergi ke luar, seharusnya… tak ada masalah.”
Benar, Bai Chuan telah tumbuh hingga sebesar ini, dan ini bukan kali pertama dia keluar. Dan kalau kita membicarakan soal kejadian paling barunya, itu pastilah saat dia melamar Mu Xiaoya. Terlebih lagi, kalau kita menyusuri balik ke masa lalu, Bai Chuan sudah pernah diam-diam pergi keluar sendirian beberapa kali saat dia masih kanak-kanak.
Meski setiap kalinya dia selalu kembali ke rumah dengan selamat, namun pada akhirnya, Bai Chuan tidak sama dengan orang normal. Bahkan bila dia telah dengan selamat pulang ke rumah sejuta kali, mereka masih tak bisa menurunkan kecemasan mereka pada kali kesejuta satu dia memutuskan untuk keluar.
“Yang Kakak katakan memang benar, Xiao Chuan memang sepintar itu, jadi tentu saja dia bisa
Menemukan jalannya kemari.” Mu Xiaoya menghibur dirinya sendiri, kembali ke tangga, duduk, dan kembali pada penantiannya.
Bai Zheng mengesah. Dia kembali ke mobilnya, berencana untuk memutar dan mencari sekali lagi.
“Huihui, kalau kita butuh waktu setengah jam naik mobil, berapa jam yang kita butuhkan untuk berjalan kaki?” Mu Xiaoya bertanya muram pada Fang Hui.
“Kira-kira tiga jam.” Memperhitungkan pada kecepatan enam kilometer per jam, orang akan butuh sekitar tiga jam untuk menempuh jalan sepanjang dua puluh kilometer.
“Xiao Chuan sudah berjalan satu setengah jam, kalau kita menunggu selama satu setengah jam lagi, maka apa kita bisa melihat Xiao Chuan?” Mu Xiaoya bertanya.
“En.” Selain menganggukkan kepalanya, Fang Hui sudah tak tahu bagaimana memberikan jawaban.
Dua hari yang lalu, saat dia menemani mereka melihat rumah baru, dirinya baru saja merasa lega, lega karena meski Bai Chuan tidak sempurna, namun Mu Xiaoya tampak benar-benar gembira bersama pria itu. Akan tetapi pada saat ini, melihat penampilan ketakutan Mu Xiaoya, Fang Hui hanya merasa benar-benar tidak senang.
Seorang pasangan seharusnya saling mendukung keberadaan satu sama lainnya, namun Bai Chuan ternyata adalah seseorang dengan auisme yang bisa membuat orang lain terbakar oleh kecemasan dan ketidaksabaran begitu dia keluar sendirian. Keluarga Mumu hanya bisa bergantung pada sokongannya seorang. Ada banyak kebahagiaan, tapi juga ada banyak beban.
Waktu berlalu selama setengah jam lagi, Xiao Xin kembali dengan mobil listriknya, namun dia menggelengkan kepalanya dengan tangan kosong. Mengetahui kalau Bai Chuan belum ditemukan, dia hanya bisa kembali melanjutkan pencariannya.
Dua puluh menit berlalu lagi, Bai Zheng yang telah melakukan perjalanan memutar lainnya, telah kembali ke persimpangan jalan itu. Dia menatap Mu Xiaoya yang masih berjongkok di undakan tangga, dan dia merasa dirinya tak mampu mendekat selangkah pun.
“Pak Presdir, orang-orang yang pergi untuk mencari telah kembali tapi tak ada kabar,” Lu Yang menelepon ponselnya, “Bagaimana kalau kita melaporkan hal ini pada polisi?”
“Jangan terburu-buru. Tunggulah satu jam lagi.” Kalau Bai Chuan benar-benar keluar untuk mencari Mu Xiaoya, dia pasti datang kemari setelah satu jam lagi berlalu. Setelah dia memutar dua kali, dia tahu bahwa jalan dari Grup Yifeng kemari tak terhambat, yang menunjukkan bahwa tak ada kecelakaan yang terjadi di mana pun. Selama Xiao Chuan tak mengalami kecelakaan, bahkan bila dia tersesat, dia bisa ditemukan dengan sumber daya keuangan Keluarga Bai.
Menenangkan dirinya sendiri, Bai Zheng menutup teleponnya dan menyalakan rokok dengan perasaan kesal. Dia mengisapnya tanpa jeda, dan persis sebelum ujung rokoknya terbakar habis, matanya tanpa disengaja menyapu kaca srion, dan pupil matanya berkontraksi dalam sekejap.
Xiao Chuan? Apa aku melihat Xiao Chuan?
Bai Zheng mendorong pintu dengan tak percaya, dan di ujung mobilnya, dia melihat Bai Chuan berjalan dari ujung lain mobilnya… lalu melewatinya.
Pada saat ini, tubuh Bai Chuan penuh dengan keringat, pipinya merona, langkahnya tergesa sembari tangannya membawa sekotak coklat yang berhiaskan pita-pita ungu. Saat matanya melihat Mu Xiaoya sedang duduk di atas anak tangga, tiba-tiba mata itu memancarkan cahaya yang hangat.
Pancaran cahaya ini menghentikan Bai Zheng yang sudah hampir berseru. Dia pun hanya mengikuti Bai Chuan dan menatap tanpa suara di samping.
Mu Xiaoya juga melihat Bai Chuan. Dia berdiri penuh semangat dari tangga dan berjalan terhuyung ke arah Bai Chuan.
“Xiao Chuan!” Mu Xiaoya melemparkan dirinya kuat-kuat ke dalam pelukan Bai Chuan, menabraknya hingga pria itu terjajar mundur, dan keduanya nyaris terjatuh ke tanah bersama-sama.
“Xiaoya, aku kemari untuk menjemputmu pulang kerja.” Bai Chuan menatap jamnya, saat ini pukul 5:20, dia berhasil tiba sebelum Xiaoya pulang kerja ah.
Mu Xiaoya menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak membiarkan rintihan keluar dari giginya. Dia memegangi Bai Chuan erat-erat sehingga pria itu tak bisa melihat tampang menangisnya.
“Aku tiba-tiba menjemputmu pulang kerja, apa kau senang?” Demi membuat kejutan, dia tak memberitahu Xiaoya terlebih dahulu.
“Senang, kenapa kau tiba-tiba kemari?” Mu Xiaoya terus-terusan menyeka air matanya, berusaha untuk membuat tampangnya kelihatan kaget dengan gembiranya.
“Aku juga bawa coklat, kau lihat.” Bai Chuan bergerak, berusaha menunjukkan kepada Mu Xiaoya kotak coklatnya.
“Jangan bergerak, biarkan aku memelukmu sebentar lagi.” Air mata Mu Xiaoya belum mengering, dan matanya masih merah. Mu Xiaoya tak mau membiarkan Bai Chuan melihat dirinya dalam penampilan seperti ini.
Bai Chuan telah dengan sengaja berjalan kemari sendirian, kalau pria itu tahu dirinya menangis, maka bukankah itu berarti bahwa upaya Bai Chuan untuk memberi kejutan kepadanya akan sia-sia? Kerja keras Bai Chuan, Mu Xiaoya tak sanggup menghancurkannya. Dia hanya bisa memeluk Bai Chuan erat-erat, menangis habis-habisan di tempat di mana pria itu tak bisa melihatnya. Dia menunggu hingga dirinya sudah cukup menangis dan perasaannya jadi tenang sebelum melepaskan dirinya sendiri.
Bai Chuan berdiri di tempatnya dengan patuh, memeluk Mu Xiaoya hingga Mu Xiaoya sudah merasa cukup. Dia kemudian melihat senyum di wajah Mu Xiaoya dan kemudian menawarkan coklatnya seperti menyerahkan harta karun, “Kata A’Tong Mu, kau pasti akan sangat suka memakan ini.”
Mu Xiaoya menarik lepas pita cantiknya dan mengangkat tutupnya yang halus, menampakkan genangan saus coklat kehitaman di dalamnya.
“Sudah meleleh semua,” Mu Xiaoya berkata seraya tersenyum.
“Kenapa bisa jadi seperti ini….”
“Tidak masalah, kita bisa membawanya pulang, menaruhnya ke dalam kulkas dan memakannya saat sudah membeku.”
“En,” Bai Chuan mengangguk.
“Kau lihatlah sendiri, sekujur tubuhmu sudah basah kuyup oleh keringat, wajahmu juga merah seperti ini.”
“Aku jalan selama tiga jam, di jalan benar-benar panas.”
“Kau sudah bekerja berat.”
“Nggak berat.” Bai Chuan menyeringai kebodoh-bodohan, tenggelam dalam kepuasan sempurna dari keberhasilannya sendiri dalam membuat kejutan.
————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-46/