My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 47
“Xiao Chuan, kudengar kau menjemput Xiaoya pulang kerja hari ini?” Saat makan malam, Li Rong berpura-pura tenang untuk menyebutkan soal ini.
Meski Bai Zheng tidak langsung melapor kepadanya tentang masalah Bai Chuan berjalan keluar dari gedung perusahaan dengan tidak membawa teleponnya, namun Li Rong tahu tentang hal ini setelah Bai Chuan ditemukan. Dan meski ini bukan kali pertamanya merasakan ketakutan tentang urusan semacam ini, hatinya mau tak mau masih dibayangi oleh rasa takut.
Sebelumnya, Bai Chuan juga pernah berkeliaran. Sebenarnya tak bisa dibilang kalau dia tersesat, ini hanya Bai Chuan keluar sendirian tanpa ada seorang pun yang tahu ke mana dia telah pergi. Pada saat itu, Li Rong amat gelisah, merasa cemas dan takut sementara menunggu Bai Chuan. Setelah Bai Chuan ditemukan dan kembali, dia memeluk Bai Chuan sambil berlinangan air mata dan memberitahunya agar jangan keluar sendirian di masa mendatang. Akan tetapi, kali ini dia bersikap tenang, seperti halnya bila Bai Chuan adalah orang normal, tidak meributkan tentang apa pun soal Bai Chuan keluar sendirian.
“Ma, sekarang ini jangan mendesak Xiao Chuan tentang masalah ini.” Inilah yang berulang kali Bai Zheng desakkan pada pasangan Bai setelah dia pulang. Li Rong tak mengerti sebabnya, tapi dia tahu kalau Bai Zheng selalu menangani masalah dengan sikap tenang. Apa pun yang dia katakan pasti memiliki alasan logis di baliknya, jadi dia tak banyak bertanya dan hanya membicarakannya dengan santai di meja makan.
“En.” Bai Chuan sepertinya berada dalam suasana hati yang baik, jadi responnya keluar dengan cepat.
“Kenapa kamu tiba-tiba berpikir untuk menjemput Xiaoya pulang kerja?” Li Rong bertanya lagi.
“Xiaoya tiba-tiba melihatku, sangat gembira.” Barusan tadi Xiaoya tiba-tiba memeluk dirinya dengan gembira. Sejak saat mereka kecil hingga dewasa, Xiaoya tak pernah mengambil inisiatif untuk memeluk dirinya, dan sekarang, Xiaoya memeluk dirinya begitu lama.
Mu Xiaoya menatap Bai Chuan seraya tersenyum, mengiyakan ‘kejutan’ yang Bai Chuan buat untuknya ini dengan ekspresi di matanya.
Keluarga Bai melihat interaksi di antara keduanya dan mereka langsung merasakan kelegaan saat mereka mengesah penuh emosi. Mereka dilegakan oleh perubahan Bai Chuan, namun takut kalau hal itu akan membawa lebih banyak ketidakpastian. Bai Chuan, yang telah mengikuti aturannya saja telah membuat lelah hati dan pikiran mereka, apalagi sekarang saat dia telah berubah….
“Xiao Chuan, jalan mana yang kamu ambil?” Bai Zheng bertanya penasaran. Dia telah mengirimkan belasan orang, dan dia sendiri telah mencari bolak-balik dua kali, tapi tak ada seorang pun yang bisa menemukan bayangan Bai Chuan.
“Banyak jalan.” Dua kata sederhana itu telah merangkum tiga jam perjalanan. Sebenarnya, selain Mu Xiaoya, Bai Chuan selalu bicara kepada orang lain dengan gaya tepat sasaran.
“Xiao Chuan, jelaskan sedikit, aku juga penasaran dari mana kamu datang. Apa kau telah berjumpa dengan hal-hal menarik pada tiga jam kau ada di jalan?” Mu Xiaoya ingin memahami jalan yang telah ditempuh Bai Chuan, karena situasi serupa mungkin akan terjadi di masa mendatang, dan kalau mereka bisa mengetahui tentang hal itu terlebih dahulu, akan lebih memudahkan untuk menemukan dirinya kelak.
“Oke.” Bai Chuan meletakkan sumpitnya dan mulai mengulang kembali perjalanannya, “Aku keluar dari perusahaan, belok kanan, masuk ke Jalan Sannan Ketiga, belok kiri di persimpangan Jalan Puhua, dan berjalan menyusuri Jalan Qiufeng, terus lurus ke Jalan Shangde sebelum menuju Jalan Qingyang.”
Bai Chuan menyebutkan satu demi satu jalan, beberapa dari jalan ini diketahui oleh Bai Zheng namun beberapanya tidak. Akan tetapi, hal itu juga membuatnya mengerti kenapa dia tak bisa menemukan Bai Chuan setelah dia mengirim begitu banyak orang untuk mencarinya. Dari Yifeng ke studio Mu Xiaoya, jalannya tidak rumit, orang bisa saja berkendara dengan mobil di sepanjang Jalan Sannan ke Jalan Minghai, kemudian melaju lima kilometer lagi dan memasuki Jalan Guanchao. Satu perjalanan ini jelas-jelas hanya perlu menyusuri tiga jalan, namun Bai Chuan malah memilih untuk melintasi belasan jalan yang berbeda.
“Apa kau mengambil jalan pintas?” Mu Xiaoya bertanya.
“En, kalau kau pergi seperti ini, kau bisa mengurangi jarak lima kilometer.” Setelah sekali pergi ke studio Mu Xiaoya, Bai Chuan diam-diam telah memperhitungkan jarak antara kedua tempat itu pada peta dan tentu saja memilih rute terpendek untuk ditempuh.
Bai Chuan sedikit mendongak, seakan meminta pujian. Mu Xiaoya menyumpit sepotong daging babi tumis kental untuknya.
“Kamu makan juga.” Bai Chuan juga memberi Mu Xiaoya sepotong dari semua jenis makanan.
Setelah makan malam, Mu Xiaoya mengarang alasan dan mengantar Bai Chuan kembali ke kamar mereka. Menunggu hingga Bai Chuan pergi, Mu Xiaoya tiba-tiba berdiri dari kursinya dan membungkuk dalam-dalam kepada orangtua Bai, “Pa, Ma, maafkan aku.”
“Xiaoya, apa yang kau lakukan?” Orangtua Bai berdiri dengan syok.
“Masalah hari ini semuanya adalah karena aku. Xiao Chuan tak memberitahu siapa pun di perusahaan dan berlari keluar sendirian karena dia ingin memberiku kejutan.” Tak ada seorang pun di Keluarga Bai yang menyalahkan dirinya atas masalah ini, namun bahkan bila Keluarga Bai tak menyebutkannya, Mu Xiaoya tak bisa sekedar berpura-pura tidak tahu.
“Anak ini, apa yang kau bicarakan, tak ada seorang pun yang tahu kalau masalah ini akan terjadi ah,” Li Rong menghibur.
“Tapi, bila bukan karena aku, Xiao Chuan takkan bertindak seperti ini.” Kalau bukan karena dirinya, Bai Chuan akan tetap pulang pergi kerja seperti sebelumnya, dan pria itu takkan keluar sendirian tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Menempatkan dirinya sendiri dari sudut pandang orang lain, kalau anaknyalah yang hilang, bahkan bila dalam hati dia tahu bahwa dia tak bisa menyalahkan pihak lain, dia tetap akan memendam amarah selama sesaat. Terlebih lagi, masalah ini memiliki hubungan langsung dengan dirinya.
“Xiaoya, jangan tanggung masalah ini sendirian. Kalau ada yang harus disalahkan, Bai Zheng lah sebenarnya orang pertama yang bertanggungjawab dalam masalah ini,” Bai Guoyu tiba-tiba berkata.
Bai Zheng menatap ayahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Kau lihat apa? Saat jam kerja, bukankah kau yang bertanggungjawab menjaga Xiao Chuan?” Bai Guoyu memelototi putra pertamanya.
“Benar, itu adalah kesalahanku.” Bai Zheng tak mendebat dan hanya mengakui kesalahannya secara terang-terangan.
“Tapi….”
“Tapi, apa?” Bai Zheng menyela Mu Xiaoya.
Hari ini, dia telah mencari Bai Chuan bolak-balik dua kali di sepanjang jalan. Meski alasan akal sehat memberitahunya bahwa Mu Xiaoya tak seharusnya disalahkan atas masalah ini, di bawah sadar dia masih merasa tidak puas pada Mu Xiaoya. Seperti yang telah Mu Xiaoya katakan, Xiao Chuan bahkan takkan punya ide pergi sendirian ini. Karena dia saja bisa berpikir seperti ini, dia yakin kalau orangtuanya juga berpikir demikian. Hanya saja mereka semua adalah orang-orang yang rasional, dan bahkan bila mereka tanpa sadar berpikir demikian, mereka masih menekan ketidakpuasan ini.
Untung saja, kali ini Xiao Chuan baik-baik saja dan segera tiba di studio Mu Xiaoya. Namun bila kali ini Xiao Chuan sampai kecelakaan, atau seperti sebelumnya, ditemukan di luar setelah lewat sehari semalam? Bai Zheng berpikir pada dirinya sendiri, kalau sampai seperti itu, dia mungkin akan mendendam kepada Mu Xiaoya, bahkan meski dia tahu kalau urusan ini tak ada hubungannya dengan gadis itu. Namun hati manusia memang seperti ini, tak ada yang namanya ketidakegoisan mutlak.
Tapi saat dia berdiri di belakang Xiao Chuan, menyaksikan bagaimana Xiao Chuan telah berjalan selama tiga jam, dan begitu Xiao Chuan melihat Mu Xiaoya, bagaimana sorot di matanya tiba-tiba berubah jadi begitu jelas, Bai Zheng tiba-tiba merasa, daripada membiarkan adiknya tampak begitu tak berjiwa seperti sebelumnya, bukankah akan lebih baik bila membiarkan dia kadang-kadang bersikap gegabah dan keras kepala?
Jadi saat dia kembali, dia memberitahu orangtuanya agar jangan menyebut-nyebut tentang urusan Xiao Chuan berjalan keluar sendirian di depan yang bersangkutan, jangan buat dia merasa kalau urusan hari ini adalah kesalahan, dan jangan rusak kejutan yang telah dia buat dengan begitu susah payah. Mereka ingin bersikap seperti Mu Xiaoya, berpura-pura mereka tak tahu apa-apa, berpura-pura kalau Xiao Chuan telah menyembunyikan segalanya dengan sangat baik, berpura-pura kaget dengan gembira.
“Aku tahu apa yang kau cemaskan. Kau takut kalau Xiao Chuan akan mengalami kecelakaan gara-gara dirimu, dan kau takut kalau kami akan menyalahkanmu.”
Mu Xiaoya menggertakkan giginya dan tak bicara apa-apa, namun ekspresi di wajahnya telah menjelaskan segalanya. Dia memang berpikir demikian.
“Sebenarnya, pada mulanya, aku tak terlalu setuju denganmu menikahi Xiao Chuan,” Bai Zheng berkata tiba-tiba. “Karena aku tak percaya kalau siapa pun yang tak berhubungan darah akan dengan sepenuh hati bersikap baik kepada Xiao Chuan seperti kami.”
“Bai Zheng?!” Bai Guoyu sudah tak tahan lagi dan berseru untuk menghentikan putra pertamanya. Tak bisakah dia melihat kalau Mu Xiaoya sudah menyalahkan dirinya sendiri? Bagaimana bisa dia masih mengatakan itu?!
“Pa, biarkan aku selesai mengatakan ini.” Bai Zheng mengabaikan wajah pucat Mu Xiaoya dan lanjut berkata, “Aku akan jadi orang yang mengatakan padamu kalau tebakanmu memang benar. Kalau sampai terjadi apa-apa pada Xiao Chuan, kami, sebenarnya, akan benar-benar menyalahkanmu.”
“Bai Zheng, jangan katakan lagi.” Li Rong tak sanggup lagi melihatnyaa. Dia menghibur Mu Xiaoya dan berkata, “Xiaoya, jangan dengarkan omong kosong dia.”
Mu Xiaoya tak mengatakan apa-apa. Dia dengan keras kepala menatap Bai Zheng, menunggu pria itu selesai bicara.
“Tapi… akankah kau meninggalkan Xiao Chuan karena takut kami akan menyalahkanmu?” Bai Zheng mengabaikan ibunya, dan dia lanjut bicara tentang masalah yang belum terselesaikan ini.
“Nggak akan,” Mu Xiaoya menjawab tanpa berpikir.
“Kalau begitu, apa yang kau takutkan?” Bai Zheng bertanya, “Kau adalah istri Xiao Chuan, pasangan sah Xiao Chuan, baik di dalam hukum ataupun batasan moral, kau adalah orang terdekat bagi Xiao Chuan. Kalau kau memiliki hubungan yang paling dekat, kau harus menanggung tanggungjawab paling besar. Kalau kau tak punya tanggungjawab ini, maka cepatlah bercerai saja.”
Mu Xiaoya terdiam, orangtua Bai juga terdiam. Pada saat itu, selama sesaat ruang makan menjadi sunyi.
“Aku mengerti.” Mu Xiaoya menegakkan pinggangnya, wajahnya tak lagi bingung dan penuh penyesalan. Dia tersenyum, kemudian berbalik untuk meninggalkan ruang makan.
Setelah Mu Xiaoya pergi, Li Rong menatap Bai Zheng dengan sorot menyalahkan saat dia menghardik, “Yang kau katakan jelas-jelas penuh dengan niat baik, tapi kenapa kau tak bisa bicara dengan lebih baik?”
“Lantas bagaimana cara bicara dengan lebih baik?” Bai Zheng balik bertanya.
“Tak bisakah kau bilang kalau kita takkan menyalahkan dia tak peduli apa pun yang terjadi?”
“Kata-kata ini, apa Mama sendiri bisa memercayainya?”
“Tapi, kalau kau mengatakannya seperti ini, tekanan pada diri Xiaoya sudah besar ah, sudah sulit baginya untuk menikahi Xiao Chuan.” Li Rong takut kalau kata-kata Bai Zheng akan menakuti Mu Xiaoya.
“Ma, Xiaoya… benar-benar menyukai Xiao Chuan. Sedikit percayalah kepadanya.” Setelah berkata demikian, Bai Zheng juga meninggalkan ruang makan.
“….” Li Rong ternganga selama sesaat. Butuh beberapa waktu baginya sebelum pintunya menutup dan dia akhirnya berseru, “Omong kosong apa, di mananya aku tak memercayai Xiaoya?!”
“Sudahlah, sudahlah,”Bai Guoyu menenangkan istrinya yang gelisah, “Bai Zheng mungkin berpikir… Xiaoya telah melakukan lebih baik daripada kita.”
Bai Guoyu sebenarnya lebih penasaran tentang apa yang telah Bai Zheng lihat sehingga putra pertamanya itu tiba-tiba mengalami perubahan sebesar itu terhadap Mu Xiaoya. Dia telah memastikan bahwa Mu Xiaoya takkan menceraikan Bai Chuan sebelum dia memutuskan untuk membicarakan tentang topik ini.
*****
Saat Mu Xiaoya kembali ke kamar, Bai Chuan sedang duduk diam di belakang meja sambil membaca buku. Begitu Bai Chuan mendengar suara Mu Xiaoya masuk, dia langsung meletakkan bukunya dan mendongak.
“Teleponmu.” Mu Xiaoya mengeluarkan telepon Bai Chuan dari tasnya. Benda ini diserahkan oleh Bai Zheng kepadanya di siang hari.
“Aku lupa kalau telepon ini ada di kantor siang ini.” Bai Chuan mengambilnya dan teringat kalau dia telah melupakan teleponnya.
“Bukankah kau punya ingatan super? Bagaimana bisa kau melupakan teleponmu?” Mu Xiaoya bertanya.
“Aku tak memikirkannya.” Bai Chuan menganggap bahwa ‘melupakan’ yang semacam ini tak ada hubungannya dengan ingatannya yang bagus, tapi dia tak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada Mu Xiaoya, jadi dia sekedar memilih untuk tidak menjelaskannya.
“Kalau begitu, bagaimana bila aku ingin mencarimu kalau-kalau terjadi sesuatu?” Mu Xiaoya menggeser bangku kotak dan duduk di depan Bai Chuan.
“Aku sedang dalam perjalanan untuk menemuimu,” Bai Chuan tersenyum.
“Lantas, bagaimana kalau aku sedang tidak ada di studio karena suatu urusan?”
“….” Bai Chuan mengernyit. Anggap aku berusaha berjalan ke studio Xiaoya tapi dia tak ada di sana dan aku tak bawa teleponku sehingga aku tak bisa menghubungi dia…. Tiba-tiba, semangatnya jadi turun, “Aku tak tahu.”
“Kalau kau tak tahu, maka tunggu saja aku di tempat itu,” Mu Xiaoya meraih tangan Bai Chuan dan berkata lembut, “Aku akan pergi mencarimu.”
“Tapi kau takkan tahu kalau aku akan pergi mencarimu ah.” Logika Bai Chuan sangat kuat, dia ingat bahwa demi membuat kejutan ini, dia tak memberitahu Mu Xiaoya terlebih dahulu.
“Selama aku ingin mencarimu, maka aku bisa menemukanmu.”
“Kalau begitu… aku akan menunggumu.” Bai Chuan menyukai kalimat ini. Dia mengangguk gembira.
“Akan tetapi… untuk mencegahku membuatmu menunggu terlalu lama, jangan lupa untuk membawa ponselmu lain kali, oke?”
“En.” Bai Chuan memegangi teleponnya erat-erat seraya berjanji dengan tulus, “Aku akan selalu membawanya bersamaku kelak.”
“Dan baterainya harus terisi penuh.”
“En.”
“Xiao Chuan… apa kau mau menciumku?”
Bai Chuan mengerjap dan mengerjap dan kemudian mencondongkan tubuhnya, melintasi separuh meja untuk tiba di depan wajah Mu Xiaoya.
Angin di balkon mengangkat sudut tirai, menghembus rambut panjang Mu Xiaoya. Rambut sehalus sutra itu melilit telapak dari dua tangan yang saling bertautan, dengan lembut mengais hati mereka.
——–
Catatan Pengarang:
Sebagai seorang siswi biasa, amatlah mudah untuk dirasuki oleh dewa tidur saat mengerjakan soal-soal sekolah, apalagi ruang belajar Keluarga Bai sangat nyaman.
Ketika Ya si gadis kecil tertidur nyenyak, air liurnya mengalir keluar dan membuat separuh dari kertas soalnya basah.
Chuan remaja mengernyit pada pemandangan itu. Dia telah mengerahkan tenaganya untuk menarik keluar kertas tersebut dari bawah lengan Ya kecil dan mengeringkannya di bawah cahaya matahari.
Saat dia melihat kembali, air liur itu terus mengalir turun dari meja.
Chuan remaja hanya bisa duduk di samping Ya kecil dan membantu gadis itu menyeka liurnya sedikit demi sedikit dengan tisu.
Ya kecil terbangun dan membuka matanya. Melihat kerupawanan yang sedang merekah pada remaja itu dari jarak dekat, mau tak mau dia pun merona.
“Kau… kenapa kau menonton aku tidur?”
“Kau mengiler.”
Si gadis kecil mengikuti arah pandangan si remaja untuk mendapati bak sampah yang penuh berisi tisu.
————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-47/