My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 49
Meski situasi Bai Chuan selalu bagus, namun Mu Xiaoya masih perlu menemui Profesor Feng setidaknya sebulan sekali. Ini adalah pemeriksaan rutin dan tak bisa dibilang sebagai perawatan, hanya percakapan sederhana sehingga Profesor Feng bisa memahami kondisi mental Bai Chuan yang sekarang.
Saat Bai Chuan masih kecil, hal ini diurus oleh Nenek Bai. Belakangan, saat Nenek Bai semakin menua, Keluarga Bai kemudian akan bergiliran membawa Bai Chuan mengikuti sesi-sesi ini. Kini karena Bai Chuan telah menikah, tugas ini tentu saja jatuh pada Mu Xiaoya.
“Aku nggak mau masuk.” Mencapai pintu masuk sanatorium, Bai Chuan mengernyit tidak senang.
“Kita akan masuk dan tetap di sana selama setengah jam, hanya mengobrol sedikit dengan Profesor Feng dan kemudian keluar. Setelah itu, kita bisa pergi untuk makan siang. Siangnya, kita masih harus mencari perabot di pusat perabotan,” Mu Xiaoya membujuk.
“Bisakah kita pindah setelah kita beli perabotannya?” Mendengar tentang perabot, ekspresi Bai Chuan jadi jauh lebih baik.
“Iyalah, setelah kita selesai membeli semua perabotnya, kita bisa pindah ke rumah baru kita.”
“Pada saat itu, kamu bisa memasak untuk kumakan.”
“Aku akan memasak apa pun yang ingin kau makan, kemudian apa yang akan kau lakukan?” Mu Xiaoya meledak tertawa, Bai Chuan begitu bersikeras untuk membuat Mu Xiaoya memasak untuknya.
“Kalau begitu, aku akan mencuci piring, lalu kita bisa nonton TV di ruang keluarga bersama-sama.” Xiaoya ingat semua yang kukatakan kepadanya di rumah baru pada waktu itu.
“Ya, ya….” Mu Xiaoya mengambil kesempatan ketika Bai Chuan sedang bicara dan menipunya hingga masuk ke dalam sanatorium. Di satu sisi, dia tak bisa untuk tidak bertanya-tanya, dia tak melihat Bai Chuan setidak gembira seperti ini saat dia datang pada dua kali sebelumnya, jadi dia tak tahu apa yang terjadi pada pria itu hari ini.
Profesor Feng sudah menunggu di ruang perawatan. Saat dia melihat kedua orang itu masuk, dia pun tersenyum dan bertanya, “Ada apa denganmu? Kau tampak agak tidak senang ah.”
Bai Chuan melirik sekali pada Profesor Feng dan duduk tanpa mengatakan apa-apa. Namun dia tahu bahwa bahkan bila dia tak peduli tentang sang profesor, Profesor Feng masih akan terus bicara kepadanya tanpa henti.
Sudah jelas, dia pun mendengar Profesor Feng lanjut berkata, “Ada apa? Bisakah kau memberitahuku?”
Bai Chuan tetap diam, dia menundukkan kepalanya dan fokus pada bermain-main dengan jemarinya.
Profesor Feng tak punya cara lain. Dia hanya bisa berpaling untuk bertanya pada Mu Xiaoya, “Apa yang telah terjadi sebelum kalian datang kemari?”
“Tak ada apa-apa, hanya…. Xiao Chuan kelihatan seperti kalau dia tidak senang datang kemari,” Mu Xiaoya menjelaskan.
“Tak suka datang kemari? Tak seharusnya begitu ah, dia sudah datang kemari selama lebih dari sepuluh tahun sekarang, bagaimana bisa dia tiba-tiba jadi seperti ini?” Profesor Feng tak bersembunyi dari Bai Chuan saat dia mengucapkan hal ini, mungkin bisa dibilang kalau dia mengatakannya secara sengaja kepada Bai Chuan seraya secara diam-diam mengamati reaksi Bai Chuan.
Namun Bai Chuan masih tak merespon. Dia terus bermain-main dengan jarinya dan kadang-kadang memalingkan kepalanya untuk menatap pada jam di dinding.
Apa dia merasa gelisah ingin pergi?
Profesor Feng mendapati hal ini menarik dan dia terus berusaha menjalin komunikasi dengan Bai Chuan, “Apa kalian masih ada sesuatu yang perlu dilakukan setelah ini?”
Kali ini Bai Chuan merespon. Dia melirik Profesor Feng, namun masih tak mau mengatakan apa-apa. Akan tetapi, Profesor Feng memahami lirikannya ini. Lirikan ini menunjukkan penolakan dan ketidaksabaran.
Apa dia akan melawanku?
Profesor Feng bertanya-tanya, meski Bai Chuan tak suka bicara seperti biasanya, namun pria itu tak pernah menunjukkan konflik sebesar itu terhadap dirinya seperti ini. Kalau Profesor Feng bicara tentang sebuah topik yang membuat Bai Chuan tertarik saat menjalani perawatan, Bai Chuan terkadang masih akan bicara kepadanya dengan inisiatif sendiri. Namun, barusan ini, topiknya jelas-jelas menarik minat Bai Chuan, namun Bai Chuan malah bersikeras mengabaikan dirinya.
“Kami akan pergi untuk memilih perabot sebentar lagi.” Menerima tatapan Profesor Feng, Mu Xiaoya membantu Bai Chuan menjawab.
“Apa kalian akan pindah?”
“Ya, apa Anda tahu tentang ini?” Mu Xiaoya agak kaget.
“Akulah yang mengusulkan agar kalian pindah, bagaimana bisa aku tak tahu tentang hal itu?” Profesor Feng menyesap tehnya dan tersenyum.
Mendengar hal ini, Bai Chuan pun mengangkat kepalanya untuk menatap Profesor Feng. Ketidakbersediaan di dalam dirinya entah bagaimana telah berkurang.
Profesor Feng jadi semakin dan semakin tertarik pada Bai Chuan hari ini. Sekarang baru sepuluh menit setelah mereka masuk, namun hari ini Bai Chuan telah jadi lebih ekspresif daripada selama sepuluh tahun lebih sang profesor merawatnya.
“Kalau begitu… apa kita masih perlu memerhatikan apa pun sebelum kami pindah?” Mu Xiaoya bertanya. Meski dia telah melakukan banyak persiapan, dia masih cemas kalau dirinya tak mampu mengurus Bai Chuan seorang diri.
“Kau tak perlu memerhatikan apa pun secara khusus, Nenek Bai bisa hidup berdua saja dengan Bai Chuan, tentu saja kau juga bisa,” Profesor Feng menyemangatinya.
“Aku akan berusaha keras.” Mu Xiaoya tak tahu apakah dia bisa melakukannya lebih baik daripada Nenek Bai, namun dia akan berusaha sebaik mungkin.
Setelah itu, Profesor Feng membiarkan Mu Xiaoya pergi keluar sementara dia mengobrol dengan Bai Chuan berdua saja selama dua puluh menit. Dua puluh menit kemudian, Profesor Feng keluar dari ruang perawatan sendirian.
“Profesor Feng, bagaimana dengan Bai Chuan?” Mu Xiaoya buru-buru menyapanya.
“Sstt, ayo kita bicara di sini.” Profesor Feng membuat gestur mendiamkan pada Mu Xiaoya, seakan takut kalau-kalau Bai Chuan bisa mendengarnya dari dalam ruangan. Dia membawa Mu Xiaoya ke koridor di luar sebelum berkata dengan suara normal, “Xiao Chuan tak bersedia bekerja sama dengan perawatanku.”
“Kenapa?” Mu Xiaoya merasa gelisah saat dia berkata, “Akhir-akhir ini kondisinya baik, dan orangtuanya bilang kalau kondisi Xiao Chuan jauh lebih baik daripada sebelumnya.”
“Dia memang sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya, terlebih lagi, ini benar-benar sebuah perubahan besar.”
“Lantas….” Mu Xiaoya tak bisa mengerti.
“Dia telah mengungkapkan semakin dan semakin banyak emosi, namun penolakannya kepadaku bukan berada di dalam dunia terkuncinya sendiri. Justru, dia dengan sengaja tak mau meresponku.” Profesor Feng tersenyum, “Kata ‘sengaja’, aku biasanya tak memakai itu untuk pasien autis.”
Mu Xiaoya akhirnya mengerti. Yang ingin Profesor Feng katakan adalah bahwa penolakan yang disengaja semacam ini adalah sejenis manifestasi dari kepulihan.
“Tapi aku masih berharap kau bisa bertanya kepadanya nanti kenapa dia menolak perawatanku, kemudian diam-diam katakanlah alasannya padaku.” Inilah sebab kenapa Profesor Feng keluar kemari untuk bicara dengan Mu Xiaoya tanpa diketahui Bai Chuan.
“Oke, aku akan tanya dia saat dia sedang dalam suasana hati yang lebih baik,” Mu Xiaoya berjanji seraya mengangguk.
“Masih ada….” Profesor Feng meneruskan, “Beberapa saat yang lalu, demi memberimu kejutan, Xiao Chuan secara diam-diam meninggalkan perusahaan dan berlari untuk mencarimu, kan?”
“Ya, sebenarnya, saya juga ingin mengkonsultasikan tentang masalah ini kepada Anda.” Mu Xiaoya berkata, “Kalau ada situasi serupa, apa menurut Anda saya harus menghentikan dia? Atau membiarkan dia mengikuti perkembangan alamiah ini?”
“Menurutmu sendiri bagaimana?” Profesor Feng balik bertanya.
“Aku… aku ingin membiarkan dia mengikuti perkembangan alamiahnya sendiri, aku ingin Xiao Chuan melakukan apa pun yang ingin dia lakukan.” Mu Xiaoya berujar, “Tapi aku tak tahu apakah hal ini baik atau tidak.”
Profesor Feng tersenyum penuh syukur dan memujinya, “Idemu itu benar. Sebenarnya, cukup lama sebelumnya, semestinya waktu itu adalah kali kedua Bai Chuan berlari keluar dari rumah, aku telah memberi saran kepada orangtua Bai Chuan agar memberinya sedikit kebebasan. Namun sesuatu terjadi pada saat itu dan membuat rencana ini menghilang.”
“Apa yang terjadi?”
“Karena mereka takut bila mereka tak bisa menemukan Bai Chuan, kakak bai Chuan menemukan sebuah jam dengan fungsi GPS dan memasangnya pada tubuh Bai Chuan. Akan tetapi, Bai Chuan melemparkan jam itu dan tetap tinggal di luar selama sehari semalam sebelum akhirnya kembali ke rumah. Keluarga Bai sangat ketakutan, dan setelah itu, mereka tak berani membiarkan Bai Chuan lari ke mana pun.”
“Sehari semalam, dia pergi ke mana?” Mu Xiaoay bertanya.
Profesor Feng menatap Mu Xiaoya dan bertanya penuh makna, “Apa kau ingin tahu?”
“Bolehkah?”
“Tentu saja boleh.” Profesor Feng tertawa, “Kau pergi dan tanyalah pada Bai Chuan. Kalau dia tak mau mengatakannya padamu, maka aku akan mengirimimu video.”
“Oh, oke.” Mu Xiaoya tak bertanya kenapa Profesor Feng tak langsung saja mengiriminya video itu. Dia hanya berpikir kalau ada alasan bagi sang profesor melakukan hal ini.
“Membiarkan Bai Chuan keluar sendirian adalah cara yang bagus untuk meningkatkan integrasinya kepada masyarakat.” Profesor Feng melanjutkan topik yang barusan, “Sebenarnya, aku selalu berpikir kalau Keluarga Bai terlalu overprotektif kepadanya. Orang-orang dengan autisme bisa dengan mudah menenggelamkan dirinya di dalam dunianya sendiri, jadi kalau kita bisa membiarkan dia keluar dan bergerak lebih banyak, khususnya keluar seorang diri, kita bisa memaksanya untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Ini adalah terapi yang sangat efektif. Tentu saja, metode ini sangat berbahaya. Kita tak bisa membuang kemungkinan dia bertemu dengan sesuatu yang bisa memperburuk kondisinya, namun melihat pada kondisi Bai Chuan sekarang, kupikir tak apa-apa bila mencobanya.”
“Sebenarnya, aku menyarankan agar kau melepaskan lebih banyak kekangan pada Bai Chuan. Contohnya saja, jangan aturkan supir untuknya, biarkan dia naik taksi untuk pulang pergi kerja, dan mungkin menyuruh dia bicara satu atau dua kalimat kepada orang asing setiap harinya.”
“Tidakkah hal itu akan jadi terlalu sulit bagi Xiao Chuan?” Mu Xiaoya merasa cemas.
“Cobalah saja, kalau tidak berhasil, maka kita bisa menyesuaikan rencana kita.”
“…Oke.” Mu Xiaoya menimbang-nimbang hal itu sejenak dan menyetujui.
“Baiklah, masuklah kembali, dia menunggumu.”
Mu Xiaoya mengangguk ke arah Profesor Feng dan berbalik menuju ruang perawatan untuk menjemput Bai Chuan. Profesor Feng berjalan menyusuri koridor dan mengangkat seorang bocah kecil yang sedang makan daun.
*****
Setelah meninggalkan rumah perawatan, suasana hati Bai Chuan jelas-jelas jadi jauh lebih baik, namun Mu Xiaoya tak terburu-buru untuk menanyakan kenapa pria itu tak mau bekerjasama dengan Profesor Feng hari ini. Pertama-tama dia mengajak Bai Chuan untuk makan siang, dan kemudian keduanya pun pergi ke pusat perabot sesuai dengan rencana semula.
Selama periode waktu ini, Mu Xiaoya sudah membeli banyak barang, seperti tirai, karpet, mesin cuci, pengatur suhu udara, TV, peralatan dapur, dan sebagainya. Dia hampir selesai membeli semua yang dibutuhkan, jadi tujuan mereka datang ke pusat perabot hanyalah untuk membeli ranjang dan sofa, serta rak-rak buku yang akan dipakai oleh Bai Chuan.
Karena Festival Qi Xi semakin dekat, pusat perabot dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan promosi. Bagaimanapun juga, ini adalah Qi Xi, jadi ada segala macam barang untuk pasangan, dan barang apa pun juga, selama untuk dipakai oleh pasangan, akan ada diskon sangat besar atasnya.
Mu Xiaoya, yang telah menjadi anjing lajang di sepanjang kehidupannya yang lalu, tak pernah menikmati diskon yang hanya dimaksudkan untuk pasangan semacam itu, karenanya mau tak mau dia akan melihat beberapa kali pada barang-barang diskonan tak peduli apakah dia membutuhkannya atau tidak.
“Tuan, Nyonya, kalau kalian membeli ranjang dobel ini, kami akan memberikan sepasang bantal, sepasang guling, sepasang boneka kekasih dan juga sepasang piyama berpasangan sebagai bonusnya,” para promotor menjual habis-habisan.
“Terima kasih, kami masih melihat-lihat dulu.” Mu Xiaoya telah mencobanya sedikit namun merasa kalau ranjangnya tak terlalu nyaman, jadi dia pun menarik Bai Chuan pergi.
“Kenapa? Apa kau suka ranjang itu?” Mu Xiaoya melihat Bai Chuan sering menatap ke belakang, jadi dia pun tak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Piyama.”
“Apa?”
“Piyama pasangan.” Mata Bai Chuan tampak cerah. Dia ingin mengenakan piyama yang sama dengan Mu Xiaoya.
“Uhuk… di belakang, pasti ada yang begitu di belakang.” Wajah Mu Xioya yang telah digoda merona merah, buru-buru dia menarik Bai Chuan pergi.
“Tuan, Nyonya, kasur kami terbuat dari nanotechnology terkini, empuk dan elastis, kasur ini akan memberi pengalaman tidur yang baik lho.” Si penjual tiba-tiba bergerak mendekati Bai Chuan, melontarkan tatapan yang hanya akan dimengerti oleh laki-laki dan berkata ambigu, “Kasur ini takkan berubah bentuk tak peduli bagaimanapun kalian berjungkir balik.”
“….” Rona panas yang telah Mu Xiaoya redakan dengan susah payah langsung kembali memuncak.
Masih ada gunung yang lebih tinggi, apakah orang Tiongkok zaman sekarang memang seterbuka ini? Belumkah kalian melihat kalau novel-novel online semuanya melarang menuliskan tentang apa pun di bawah leher? Kalian malah bicara seblak-blakan itu soal masalah ini di siang hari bolong, berhati-hatilah kalau tak mau tokomu ditutup!
“Apa kalian memberikan piyama pasangan?” Bai Chuan yang tak menangkap petunjuknya, bersikeras memikirkan tentang piyama.
“Piyama pasangan?” Ekspresi sang kakak penjual jadi misterius. Dia lantas berkata lirih, “Kami bisa memberi kalian piyama-piyama yang seksi.”
“… Nggak, makasih.” Mu Xiaoya tak menunggu Bai Chuan merespon sebelum langsung menarik orangnya untuk kabur dari tempat itu.
—————
Versi Inggris bisa dibaca di: /isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-49/