My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 50
Berkeliling selama separuh siang, kedua orang itu pun beristirahat sebentar di area peristirahatan di pusat perabot itu. Mu Xiaoya telah berjalan hingga kakinya sakit, dia jadi tak bisa menahan diri untuk memukuli kedua kakinya.
“Xiao Chuan, apa kau lelah?” Mu Xiaoya bertanya pada Bai Chuan.
“Nggak lelah.” Bai Chuan menggelengkan kepalanya, menatap sekelilingnya dan berkata, “Cuma agak berisik.”
“Hari ini adalah akhir pekan, terlebih lagi, mall-nya sedang beraktivitas, sehingga mau tak mau di sini jadi ada banyak orang. Apa kau merasa tidak nyaman? Kalau kau tidak nyaman, kita bisa pergi saja.” Pada mulanya, Mu Xiaoya tak berencana berkeliling selama ini. Sebenarnya, dia sudah memilih beberapa perabot, dan kedatangannya kemari hanyalah untuk melihat-lihat beberapa produk. Namun hasilnya, dia tak menyangka kalau barang-barang lainnya akan jadi semenarik itu, jadi dia pun tak bisa menahan diri untuk berkeliling, dibuat kelimpungan oleh sedemikian banyak jenis yang bisa dipilihnya.
“Nggak apa-apa.” Bai Chuan sebenarnya merasa agak tidak nyaman, tapi saat dia berpikir kalau dia bisa pindah rumah setelah membeli barang-barang ini, perasaannya pun langsung kembali jadi baik, merasa kalau kepalanya tidak lagi terlalu sakit.
Mu Xiaoya mengamati Bai Chuan dengan sungguh-sungguh. Meski mulut Bai Chuan berkata tidak apa-apa, namun dahi pria itu selalu tertarik berkerut. Mu Xiaoya mengulurkan tangannya dan dengan lembut membelai dahi Bai Chuan seraya bertanya dengan suara lembut, “Apa kau dapat sakit kepala?”
Keduanya telah membeli dua gelas minuman dingin sebelum duduk. Saat ini tangan Mu Xiaoya cukup dingin setelah memegang gelasnya , membuat Bai Chuan merasa nyaman dengan setiap usapannya.
“Bagaimana kalau kita pulang ke rumah?” Mu Xiaoya berkata saat dia ingin bangkit.
“Nggak mau.” Bai Chuan menarik tangan Mu Xiaoya, menempelkan tangan gadis itu pada dahinya sekali lagi di bawah tatapan bertanya Mu Xiaoya, “Cara ini bagus.”
Mu Xiaoya terpana sesaat, tersenyum, dan kembali duduk, langsung mengusap dahi Bai Chuan hingga dia merasa Bai Chuan telah pulih, kemudian menarik kembali tangannya. Akan tetapi, mengetahui kalau Bai Chuan merasa tidak nyaman, Mu Xiaoya tak mau lama-lama lagi di pusat perabotan. Dia pun memutuskan untuk membereskan semuanya dengan cepat.
“Xiao Chuan, kita akan pilih saja sofa abu-abu yang barusan tadi, oke? Kemudian kita akan beli selusin bantalan lagi dengan warna berbeda-beda, menumpukkannya satu sama lain, dan dengan begitu, maka takkan lagi kelihatan sepi.” Mu Xiaoya membuka pamflet iklannya, menampakkan gambar sofanya pada Bai Chuan.
“Kuning dan hitam.” Bai Chuan baru saja melepaskan headphone-nya, jadi dia pun mendengar suara-suara ribut itu lagi, dan telinganya tanpa sadar bergetar.
“Apa kau bicara tentang warna bantalannya? Cuma mau kuning dan hitam?”
“En.” Bai Chuan mengangguk.
“Oke, kalau begitu kita akan pilih kedua warna ini.” Mu Xiaoya mengerti kalau Bai Chuan punya sedikit OCD, jadi dia tak terlalu banyak bertanya dan langsung setuju, “Kalau begitu, bagaimana dengan rak bukunya? Kau suka yang mana?”
“Ini.” Sikap Bai Chuan tentang hal-hal yang dia sukai luar biasa jelas. Dia membuat keputusan nyaris tanpa sedikit pun keraguan.
“Oke, kita akan ambil yang itu.” Mu Xiaoya membuat gestur ‘oke’, kemudian diikuti dengan barang yang terakhir, “Kalau begitu, bagaimana dengan ranjangnya? Kau suka yang mana?”
Bai Chuan, yang terus memilih tanpa jeda, menatap Mu Xiaoya dan tiba-tiba tak mengatakan apa-apa.
“Kenapa? Tak suka yang mana pun?” Mu Xiaoya bertanya.
“Kau tak suka.” Barusan tadi saat mereka mengelilingi kasur-kasur sebanyak itu, ketika dia menyukai sesuatu, Xiaoya selalu menariknya dan berjalan pergi, jadi Bai Chuan pun berhenti memilih saja.
“Kau masih belum memilih apa-apa, kenapa kau tahu kalau aku takkan menyukainya?” Mu Xiaoya bertanya penasaran.
Bai Chuan menggelengkan kepalanya, masih tak memilih apa-apa.
“Kalau seperti itu, maka aku akan memilih tiga macam dan kau bisa pilih satu di antara ketiganya.” Mu Xiaoya memiliki sedikit fobia dalam memilih barang-barang, jadi dia memberikan keputusan terakhir kepada Bai Chuan. Kalau tidak, bila mereka mengandalkan kepadanya untuk membuat keputusan, takutnya hari akan gelap sebelum mereka bisa selesai memilih barangnya.
“Yang ini, yang ini, dan juga yang ini… kupikir ketiganya kelihatan bagus, tapi tak tahu yang mana yang lebih baik.” Mu Xiaoya menemukan pamflet dari beberapa merek itu, dan satu demi satu dia membukanya untuk membiarkan Bai Chuan melihat.
Bai Chuan menatapnya, dan hanya butuh sedetik sebelum dia memutuskan pada yang terakhir.
Karenanya, kasur, sofa, dan rak buku dipilih dengan begitu cepat seperti ini.
Pusat perabotannya menyediakan jasa pengantaran gratis, kecuali untuk rak bukunya, karena para pekerja pemasangannya sedang sibuk, dan karena itu sofa dan ranjang pun langsung diantarkan. Kedua orang itu menunggu para pekerja menaruh barang-barang ke dalam truk dan kemudian mereka pun mengendarai mobil mereka bersama ke rumah baru mereka.
Kecepatan para pekerja benar-benar cepat. Mereka cuma butuh sekitar setengah jam untuk membawa barang-barang mereka dan memasangkannya di tempat pasangan itu dengan baik. Sebelum berangkat, para pekerja masih memberi sebuah kotak biru gelap ke tangan Bai Chuan, berkata, “Ini adalah hadiah pelengkap untuk kasurnya.”
Hadiah pelengkap?
Mu Xiaoya tak terlalu memikirkannya saat dia mendengarnya. Pusat perbelanjaan besar itu akhir-akhir ini mengadakan acara dan seringkali akan memberikan hadiah pelengkap, bantal-bantal yang dia miliki itu diberikan sebagai hadiah dari membeli sofanya. Menunggu hingga para pekerja pergi, Mu Xiaoya dengan gembira berbaring di atas sofa sambil memeluk sebuah bantal kuning. Dia mengesah, “Sofa ini benar-benar nyaman ah, juga sangat cocok dengan ruang keluarga kita, apalagi tak ada baunya.” Saat mereka membeli sofa ini, dia agak ragu, namun setelah membelinya ah, dia merasa gembira sepenuhnya.
Bai Chuan membawa hadiah pelengkapnya dan berjalan di depan sofa, menatap Mu Xiaoya yang sedang bergulingan di atas sofa dengan seulas senyum sayang.
“Hadiah pelengkap apa yang diberikan oleh kasurnya? Bukalah, bungkusnya sama sekali tidak jelek ah.” Kasurnya adalah yang paling mahal dari ketiga perabot yang telah mereka beli hari ini, jadi takkan aneh kalau hadiahnya lebih baik.
“Piyama.” Bai Chuan memberikan bungkusan itu kepada Mu Xiaoya. Dia menjawab bahkan tanpa membukanya.
“Pi… piyama?” Mu Xiaoya membuka penutupnya dengan sedikit rasa tak percaya dan seperti yang telah diduga, dia melihat satu set piyama yang tak senonoh di dalamnya, praktis hanya terdiri dari bahan dengan jumlah yang menyedihkan dan potongan-potongan bahan halus itu semuanya bisa… terlihat tembus pandang.
Piyama seksi!!
Kedua kata itu, ditambah dengan dua tanda seru, ditekankan lebih jauh dengan tulisan tebal, sekarang berenang-renang di dalam otak Mu Xiaoya seperti ikan-ikan paus raksasa.
Dia teringat kembali bahwa di dalam ketiga kasur yang dipilihnya, hanya yang satu ini yang memberikan piyama. Jangan bilang kalau….
Nggak mungkin, nggak mungkin, Bai Chuan keluargaku sangat murni, dia bukan orang semacam itu!
“Kau… kenapa kau memilih kasur ini?” Mu Xiaoya tak bisa mengendalikan dirinya sendiri untuk bertanya. Hatinya tergelitik, tetapi dia bahkan tak tahu jawaban macam apa yang dia sendiri ingin dengar….
“Karena mereka kasih piyama.” Namun, jawaban Bai Chuan luar biasa, amat sangat jujur dan lurus.
Mu Xiaoya menarik sudut mulutnya. Dia tak tahu apakah dirinya ingin tertawa atau menangis. Beneran deh!
Namun, Mu Xiaoya sudah tahu kalau Bai Chuan takkan punya ide buruk apa pun, pria itu hanya benar-benar bersikeras untuk mendapatkan piyama. Tapi… bagaimana dia tiba-tiba bisa begitu bersikeras tentang piyama?
Saat Mu Xiaoya masih kebingungan, tiba-tiba, sebuah bayangan berkelebat. Bai Chuan mengulurkan tangannya dan mengambil piyama di dalam kotak, bukan cuma mengangkatnya tinggi-tinggi di depan wajahnya, dia juga berkata, “Kenapa cuma ada satu?”
“Kau… letakkan barang itu!” Wajah Mu Xiaoya jadi begitu merah. Secara mendasar dia tak sanggup menatap langsung pada Bai Chuan untuk saat ini.
Bahkan bila kau tak punya setitik pun pemikiran yang menggganggu, tapi istrimu, aku ini, hanyalah orang normal, oke? Bisakah kau tolong jangan melakukan hal semacam ini dengan wajah sepolos itu?!!
Hati Mu Xiaoya sedang meraung seperti hewan buas saat ini. Jelas-jelas Bai Chuan tak melakukan apa-apa selain mengambil sepotong baju itu, akan tetapi, dia merasa seluruh darah di tubuhnya mengalir terbalik menuju kepalanya. Persis seperti membuka satu teko air panas, wajahnya mengepul tanpa henti.
“Oh.” Bai Chuan dengan patuh meletakkan kembali piyama itu.
Setelah sepotong pakaian penuh skandal itu dikembalikan ke dalam kotak, Mu Xiaoya memasang kembali penutupnya tanpa kehilangan momentum. Semangat itu, persis seperti bila dirinya tengah menyegel suatu hewan buas yang bisa membawa bencana ke dunia manusia ah.
“Aku mau minum.” Mu Xiaoya menyuruh Bai Chuan pergi ke dapur dan mengambilkan air, kemudian dia menghambur dari sofa, menjejalkan kotak itu ke tempat paling rendah di ruang baju, dan berlari kembali ke sofa dengan kecepatan yang tak tertandingi.
Setelah menenggak dua teguk penuh air, Mu Xiaoya perlahan-lahan jadi tenang. Perhatiannya sekali lagi kembali ke sofa yang baru dibeli. Bai Chuan duduk di sisinya, mengamati penampilan Mu Xiaoya yang memeluk bantal di dalam dekapannya seraya dengan tenang menatap penuh perhatian pada TV di depannya.
“Tunggulah sampai besok. Aku akan pergi ke balai bisnis dan memasang internet, kemudian kita bisa menonton TV,” Mu Xiaoya berkata.
“En.” Bai Chuan mengangguk, kemudian kembali melirik ke arah dapur.
“Dapurnya masih kurang satu laci pembersih yang belum diantarkan. Perabot meja dan peralatan dapur yang baru saja dibeli semuanya harus dicuci dan disterilkan dengan benar sebelum bisa dipakai.”
“Aku akan cuci.” Bai Chuan selalu ingat tugasnya.
“Baiklah, kuserahkan semuanya kepadamu.” Memiliki seorang suami yang suka melakukan pekerjaan rumah, Mu Xiaoya merasa gembira oh.
“En.” Bai Chuan juga merasa sangat gembira.
Suasana hati Bai Chuan saat ini bagus. Mu Xiaoya merasa kalau sekarang bukanlah kesempatan yang buruk, jadi dia mulai menanyakan tentang apa yang telah Profesor Feng beritahukan kepadanya pagi ini. Dia berusaha bersikap santai, “Xiao Chuan, kenapa kau tak mau bekerjasama dengan Profesor Feng?”
“….” Bai Chuan terdiam, tak mengucapkan sepatah kata pun.
“Nggak mau bilang ah… kalau kau tak mau bilang, maka tak usah bilang.” Mu Xiaoya melihat ekspresi tersenyum di wajah Bai Chuan tiba-tiba menghulang. Dia pun langsung tak berani bertanya.
“Aku nggak suka di sana, juga nggak mau ketemu Profesor Feng.” Bai Chuan hanya tak bisa menolak menjawab pertanyaan Mu Xiaoya, bahkan bila pertanyaan itu adalah pertanyaan yang benar-benar tak mau dia jawab.
“Kenapa begitu? Profesor Feng adalah dokter yang bertanggungjawab atas dirimu, kau sudah kenal dia selama lebih dari sepuluh tahun ah,” Mu Xiaoya bertanya lagi.
“Aku nggak mau perawatan.” Nada suara Bai Chuan terdengar agak tergesa dan diwarnai oleh kesedihan, mata merahnya menatap Mu Xiaoya saat dia mengulang, “Aku nggak mau perawatan.”
“Oke, nggak ada perawatan, nggak ada perawatan lagi.” Mu Xiaoya takut kalau hal itu bisa membuat Bai Chuan terpantik, jadi dia buru-buru duduk dan menarik yang bersangkutan ke dalam pelukannya, membujuk lembut.
Di dalam pelukannya, Bai Chuan perlahan-lahan menjadi tenang, namun Mu Xiaoya tak berani bertanya lagi karena takut dia akan membuat Bai Chuan gelisah, jadi dia hanya bisa diam-diam mengambil ponselnya dan meneruskan percakapan barusan tadi kepada Profesor Feng. Segera, jawaban Profesor Feng datang: ‘Seperti yang telah kuduga, Bai Chuan menolak perawatan karena dia tak mau orang lain berpikir kalau dirinya memiliki kondisi khusus.’
Mu Xiaoya: ‘Profesor Feng, kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?’
Profesor Feng: ‘Ini adalah fenomena yang bagus, jangan khawatir. Sebenarnya, semua pasien autis jelas tahu kalau diri mereka berbeda dari orang lain, jadi saat aku memberi mereka perawatan, mereka takkan bekerjasama secara aktif, namun mereka juga takkan menolak dengan penuh kebencian, mereka hanya akan secara alami menampakkan diri mereka sendiri di hadapanku. Tetapi sekarang Bai Chuan mulai peduli, dia tak mau kau berpikir kalau dia memiliki kondisi yang aneh. Datang menemuiku, atau datang ke rumah perawatan, hal ini mengingatkan dia kalau dia bukan orang normal, jadi dia akan menunjukkan penolakan.’
Mu Xiaoya: ‘Takut aku memikirkan hal itu?’
Profesor Feng: ‘Ya. Perubahan ini hanya terjadi sejak dia menikah denganmu. Aku bisa samar-samar merasakannya pada kali terakhir dia datang. Apa kau melakukan sesuatu yang membuat dia jadi sensitif setiap kali kau meninggalkan rumah perawatan?’
Mu Xiaoya: ‘Aku… aku tak tahu.’
Profesor Feng: ‘Apa sebelumnya kau pernah menunjukkan kalau kau berada dalam suasana hati yang buruk?’
Mu Xiaoya terpana. Dalam waktu kurang dari tiga bulan dia bersama dengan Bai Chuan, totalnya dia hanya bertemu dengan Profesor Feng empat kali, dan total pergi ke rumah perawatan tiga kali, namun tampaknya setiap kali dia keluar dari rumah perawatan, perasaannya entah bagaimana jadi tertekan. Bukan hanya karena kondisi Bai Chuan, tetapi juga karena setiap kali dia melihat anak-anak lain di rumah perawatan, tanpa sadar suasana hatinya jadi buruk.
Mu Xiaoya menatap Bai Chuan yang sedang mencuci barang-barang secara serius di dapur, benaknya mulai berdengung tanpa henti.
‘Xiaoya, kali berikutnya aku mengamuk, jangan dekati aku, jangan pedulikan aku. Dengan begini, aku takkan melukaimu.’
‘Jangan benci aku, ya?’
‘Aku bisa mengendalikan diriku sendiri.’
‘Jangan marah, aku takkan mengatakan hal itu terus-terusan lagi.’
‘Aku akan berubah….’
Tiba-tiba, mata Mu Xiaoya jadi buram, hidungnya masam, dadanya sesak dan jadi sedikit kehabisan napas. Mu Xiaoya mendekap bantalnya erat-erat di tangannya dan menguburkan wajahnya kuat-kuat.
Ternyata… Bai Chuan telah membuat begitu banyak perubahan atas kemauannya sendiri.
Ternyata… pasang surut emosionalku akan menaruh begitu banyak tekanan pada diri Bai Chuan.
Ternyata… Bai Chuan menaruh jauh lebih banyak perhatian kepadaku daripada kepada dirinya sendiri.
“Xiaoya, Xiaoya,” suara Bai Chuan tiba-tiba terdengar di depannya.
“Matamu merah,” Bai Chuan mengernyit.
“Bukan apa-apa… aku… aku agak mengantuk barusan.”
“Kalau begitu, kau tidur sebentar. Aku baru saja selesai mencuci piring, aku akan cuci peralatan dapurnya lagi.” Bai Chuan mengulurkan tangan dan membelai rambut liar yang ada di depan dahi Mu Xiaoya, “Ini bisa mengganggu matamu.”
“Jangan cuci lagi, tidurlah bersamaku.”
Mu Xiaoya mengalungkan tangannya pada pinggang Bai Chuan, dan keduanya pun berbaring meringkuk di atas ranjang besar yang baru saja mereka beli dan tak sempat memasang perlengkapan tidur apa pun, lalu terjatuh ke dalam tidur nyenyak.
—–
Catatan Pengarang:
Si pramuniaga kasur melihat pasangan itu kembali dan tersenyum penuh makna pada Bai Chuan.
Pramuniaga: “Aku tahu Anda akan kembali. Tenang saja, aku akan menyuruh tukangnya mengantarkan barang itu ke tangan Anda diam-diam.”
Bai Chuan: “….”
Pramuniaga: Selamat Qi Xi, kalian berdua! Manis banget deh ah.”
Mu Xiaoya: “….”
—————
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-50/