My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 52
Perabot untuk rumah barunya hampir semua telah dibeli. Mereka bisa pergi ke aula bisnis di hari Senin untuk mendapatkan sambungan internet dan bisa masuk kapan saja. Keluarga Bai juga telah bersiap agar Mu Xiaoya dan Bai Chuan bisa keluar kapan saja. Mereka selalu menanyakan apa yang kurang di meja makan.
“Tak ada yang kurang. Aku belum menghabiskan semua yang ada di dalam kartu belanja yang diberikan oleh Kakak,” Mu Xiaoya berkata.
“Begitu murah?” Bahkan nggak mengeluarkan sampai satu juta yuan untuk memoles rumahnya.
Mu Xiaoya: “.…”
Maaf deh, salahku. Aku bahkan nggak bisa menghabiskan satu juta, sungguh luar biasa tak berguna.
“Uhuk… kapan kalian akan pindah?” Li Rong menatap putranya dengan sorot merendahkan. Berapa banyak yang kau habiskan untuk yang lainnya? Bai Zheng, yang ditegur karena memberi uang, harus menundukkan kepalanya dalam diam.
“Minggu depan,” Mu Xiaoya tersenyum. “Meski perabot yang baru dibeli tidak ada baunya, aku masih ingin mengangin-anginkannya.”
“Ya, diangin-anginkan itu lebih aman sehingga takkan ada gas-gas berbahaya yang tertinggal.” Li Rong memulai bisnisnya bersama dengan suaminya. Dia telah mengalami banyak penderitaan dan lebih membumi ketimbang putra pertamanya.
“Nyonya Muda Kedua, saat kalian pindah, saya akan membawa orang-orang keluarga untuk membantu kalian bebersih.” Paman Li datang dengan buah setelah makan malam dan memasukkan kalimat ini seraya tersenyum. ‘Rumah yang baru diberi perabot harus dibersihkan dengan seksama, dan orang-orang muda seperti Tuan Muda Kedua dan Nyonya Muda Kedua jelas takkan bagus dalam hal itu.
“Sudah tak lagi perlu untuk bebersih, dan rumahnya juga tidak besar. Aku bahkan telah membersihkan hampir semuanya dalam dua hari terakhir ini.” Mu Xiaoya tersenyum dan mengundang, “Tapi saat kami pindah, semuanya bisa membantu kami menghangatkan rumah bersama-sama.”
“Ini bagus juga, bagaimana dengan minggu depan? Aku akan suruh Sekretaris untuk meluangkan waktu.” Sebagai seorang Presdir, meski dirinya punya banyak uang, Bai Guoyu sering harus melobi orang pada akhir pekan. Dia tahu bahwa saat kau punya uang, kau biasanya tak punya waktu.
“Kalau begitu… bagaimana kalau Sabtu, aku akan minta orangtuaku untuk datang juga,” Mu Xiaoya menyarankan.
“Bagus, aku akan beritahu ke Sekretaris.” Bai Guoyu mulai mengirimkan pesan kepada Sekretaris dengan ponselnya. Bai Zheng juga tanpa suara berhenti memakai sumpit dan memakai ponselnya untuk membersihkan jadwalnya.
“Jangan!” Tiba-tiba, Bai Chuan, yang sudah diam selama beberapa waktu, angkat bicara sambil menatap semua orang dengan ekspresi serius.
“Xiao Chuan?” Mu Xiaoya menatap Bai Chuan dengan kebingungan.
“Ada apa?”
“Apa yang kau inginkan?” Yang lainnya menoleh.
“Aku nggak mau kalian datang.” Bai Chuan mengernyit, dengan raut enggan. “Itu rumahku dan Xiaoya.”
“.…” Ruang makan pun jadi sunyi selama sesaat.
Bai Guoyu, yang baru saja memberitahu Sekretaris, tanpa suara menyingkirkan ponselnya. Bai Zheng juga tidak membersihkan jadwalnya, dan alih-alih dia memungut sumpitnya kembali dan menjapit sepotong iga ke mulutnya. Li Rong, yang selalu gembira melihat putranya berkomunikasi, berada dalam suasana hati yang rumit. Mungkinkah ini adalah menantu legendaris itu yang melupakan ibunya dan sekarang sang ibu bahkan tak diizinkan pergi ke rumah barunya?
“Xiao Chuan.” Mu Xiaoya melihat kalau suasananya tidak baik, dan buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik-narik ujung baju Bai Chuan dan berbisik, “Rumah dan perabotnya dipersiapkan oleh orangtua kita serta juga Kakak. Sekarang karena kita akan menempatinya, kita harus mengundang mereka sebagai tamu ah.”
Persis! Ketiga anggota Keluarga Bai lainnya merespon bersama-sama dalam hati mereka.
“Aku punya uang juga. Aku akan bayar mereka kembali,” Bai Chuan menjawab.
“.…” Aku tahu kalau aku tak seharusnya memberimu gaji sebesar itu. Bai Zheng menggigiti sepotong iga.
“Uhuk….” Wajah malu Mu Xiaoya menghijau. Bagaimana bisa dia menjelaskannya kepada Bai Chuan? “Xiao Chuan, kita adalah keluarga, dan keluarga sering saling mengunjungi.”
“Kita akan pulang untuk makan malam setiap minggu.” Hal ini telah diputuskan saat mereka memutuskan untuk pindah, dan Mu Xiaoya telah berjanji kepada orangtua Bai. Setiap akhir pekan, dia akan membawa Bai Chuan pulang untuk makan malam. Hari Sabtu akan di rumah Bai, kemudian hari Minggu akan di rumah Mu, perlakuan setara untuk kedua belah pihak.
Mu Xiaoya kena sakit kepala dan memegangi kepalanya. Bagaimana bisa sampai ada situasi semacam ini? Jelas-jelas, aku tahu kalau ini salah, tapi aku tak tahu bagaimana harus mengekspresikannya!
Atmosfernya dalam kondisi buntu, dan akhirnya Li Rong meringankan suasana dan berkata, “Kalau kau tak mau kami pergi, maka kami takkkan pergi. Lagipula, merupakan hal yang sama saat kau pulang di akhir pekan.”
“Sama.” Bai Guoyu juga mengikuti. Baik dia dan istrinya mengerti kalau Bai Chuan telah membuat kesalahan, tapi tak ada seorang pun yang bisa menjealskannya.
“Humph!” Hanya Bai Zheng yang berani mengekspresikan ketidakpuasannya dengan dengusan, tapi tetap saja hanya dengusan. Saat dia mendengus, dia tak berani menatap pada Bai Chuan.
Meski Keluarga Bai telah berkompromi, makan malam yang menyenangkan telah berubah rasa. Dari keseluruhan meja, hanya Bai Chuan yang tak terpengaruh dan terus makan dengan ceria. Setelah makan dengan baik, dia meletakkan sumpitnya dan duduk menunggu di sisi Mu Xiaoya.
“Xiao Chuan, komputerku sepertinya agak bermasalah. Apa kau bisa membantuku dan memeriksanya?” Mu Xiaoya, yang belum selesai makan, tiba-tiba berkata kepada Bai Chuan.
“Oke.” Bai Chuan menyetujui, tapi tak bergerak.
“Apa kau bisa memeriksanya sekarang? Aku mau memakainya setelah aku selesai makan.”
Semua orang mengerti. Begitu kata-kata Mu Xiaoya terlontar, seluruh anggota Keluarga Bai menatap mereka. Semua ini jelas bertujuan untuk membicarakan tentang Bai Chuan secara terbuka ah.
Namun orang yang bersangkutan, Bai Chuan, tak mengerti. Dia memercayai Mu Xiaoya tanpa syarat, mengangguk, dan bangkit untuk pergi tanpa ragu.
“Xiaoya, apa ada sesuatu yang ingin kau katakan kepada kami?” Li Rong menunggu sampai Bai Chuan pergi lalu langsung bertanya kepada Mu Xiaoya.
“Ya,” Mu Xiaoya menjawab, “aku pulang agak terlambat di hari Sabtu dan aku belum sempat bicara kepada kalian tentang situasi Xiao Chuan.”
“Ada apa dengan Xiao Chuan?” Hari Sabtu adalah hari saat Bai Chuan menemui Profesor Feng di rumah perawatan. Mendengar hal ini, Li Rong berpikir kalau kondisi Bai Chuan telah berubah dan hatinya langsung tertarik. Secara serupa, Bai Guoyu dan Bai Zheng juga menoleh.
“Jangan cemas, Profesor Feng bilang kalau Xiao Chuan baik-baik saja, dan emosi-emosinya lebih terungkap daripada sebelumnya,” Mu Xiaoya buru-buru menjelaskan.
“Menakutiku setengah mati saja.” Li Rong menepuk-nepuk dadanya dan menyandarkan punggungnya kembali pada kursi, “Jadi, apa yang akan kau beritahukan kepada kami?”
“Karena hal ini, Profesor Feng bilang kalau Xiao Chuan memproses dengan baik dan bisa didukung lebih jauh lagi. Dia menyarankan agar kita membiarkan Xiao Chuan… pergi kerja sendiri,” Mu Xiaoya menjeda lalu berkata.
“Apa itu artinya kau tak diizinkan untuk mengantarkan dia?” Bai Zheng bertanya.
“Ya. Profesor Feng bilang bahwa untuk permulaan, Bai Chuan bisa naik taksi untuk bekerja sendirian, yang mana akan memberikan lingkungan yang relatif aman dan tak terlalu ramai untuknya. Setelah dia menyesuaikan diri selama beberapa waktu, Profesor Feng akan mempertimbangkan untuk membiarkan Xiao Chuan memakai transportasi umum untuk pulang pergi kerja,” Mu Xiaoya berkata.
“Tidak, bagaimana bisa aku membiarkan Xiao Chuan naik bus untuk pulang pergi kerja? Dia takut pada tempat-tempat ramai, apalagi membiarkan dia keluar sendirian.” Li Rong adalah orang pertama yang menolak.
“Masalah menaiki bus tergantung pada kenyamanan Xiao Chuan. Hanya ketika dia bisa menyesuaikan diri baru dia bisa pergi. Kalau dia tak bisa meyesuaikan diri, maka aku takkan membiarkan dia pergi,” Mu Xiaoya menjelaskan.
“Tidak, aku tak setuju membiarkan Xiao Chuan berangkat kerja sendirian.” Li Rong menolak dengan tegas dan bersikap sangat kukuh untuk pertama kalinya di hadapan Mu Xiaoya.
“Tenanglah dulu dan dengarkan kata-kata Xiaoya.” Bai Guoyu dan Bai Zheng jauh lebih tenang daripada Li Rong.
“Ma, aku tahu kalau Mama mencemaskan Xiao Chuan, dan aku juga khawatir tentang dia. Tapi aku ingin Xiao Chuan mempelajari sedikit kemampuan hidup mendasar setidaknya saat dia keluar sendirian, kita takkan jadi secemas kali terakhir. Aku ingin dia berubah jadi lebih baik,” Mu Xiaoya berkata tulus, “tentu saja, aku takkan melemparkan Xiao Chuan ke keramaian saat itu juga. Kupikir pada awalnya, aku akan membuat perjanjian bulanan dengan perusahaan taksi agar meminta mereka mengirimkan taksi untuk menjemput Xiao Chuan di pagi hari dan mengantarkannya di sore hari. Aku akan terus mengawasi situasi supir dan mobilnya terlebih dahulu, jadi bahkan bila mobil dan pengemudinya berbeda setiap harinya, keselamatan Xiao Chuan tetap terjamin.”
“Ubahlah menjadi supir yang berbeda-beda setiap harinya sehingga Xiao Chuan takkan menemukan kalau mobil-mobil ini telah sengaja diatur olehmu, jadi hal itu akan mendorongnya untuk berkomunikasi sendiri dengan supirnya.” Bai Zheng langsung mengerti niat Mu Xiaoya.
“Ya, aku sudah mempertimbangkan masalah soal naik bus.” Mu Xiaoya meneruskan, “Ada bus di bawah studioku yang langsung mengarah ke Grup Yifeng. Aku akan mengantar Xiao Chuan ke pemberhentian bus setiap hari dan menunggu Xiao Chuan tiba di stasiun Yifeng….”
“Aku bisa menyuruh penjaga keamanan menunggu dia setiap hari,” Bai Zheng serta merta menjawab.
“Kau sangat pengertian.” Bai Guoyu mengangguk setelah mendengar hal ini. Mu Xiaoya mengantar Bai Chuan sementara Bai Zheng mengatur orang untuk menjemputnya, jadi selama Bai Chuan tidak turun dari taksi selama masa transit, takkan terjadi masalah.
“Kalau begitu, bagaimana kalau supirnya tak bisa diandalkan, atau bila Xiao Chuan turun di stasiun yang salah saat naik bus, bagaimana kita bisa menemukan Xiao Chuan?” Saat seseorang terlalu cemas, dia akan menemukan semua bahaya yang tersembunyi di dunia. Sebagai seorang ibu, Li Rong dengan mudah memiliki kemampuan itu.
“Ponsel sekarang memiliki fungsi GPS dan aku bisa memeriksa lokasi Xiao Chuan kapan saja.” Mu Xiaoya juga mempertimbangkan hal ini.
“Kalau begitu bagaimana bila ponselnya hilang, juga ada banyak pencuri di luar, dan Xiao Chuan lambat dalam merespon.”
“.…” Mu Xiaoya mengerti kecemasan-kecemasan Li Rong, tapi kalau dia terus mengikuti proses berpikir Li Rong, maka bahkan orang normal di masyarakat juga takkan aman, apalagi Bai Chuan. Di bawah perlindungan yang sedemikian berlebih itu, Bai Chuan takkan pernah memiliki kemampuan untuk hidup secara mandiri. Namun Li Rong adalah seorang tetua dan merupakan ibu mertuanya. Meski Mu Xiaoya tak setuju dengannya, dia tak memiliki keteguhan untuk membantah wanita itu.
“Kalau begitu dia bisa memasang peralatan GPS tambahan.” Pada saat ini, Bai Zheng tiba-tiba berkata, “Aku bisa memasang peralatan GPS di jam tangan Xiao Chuan, tapi Xiao Chuan sensitif dalam aspek ini. Dia sepertinya bisa mengetahui sesuatu di dalam jam tangannya. Aku pernah memasangkan GPS untuknya sebelum ini, tapi dia langsung membuangnya. Apa kau punya cara untuk membuatnya terus mengenakannya?”
“Aku akan mencobanya,” Mu Xiaoya menjawab.
“Bai Zheng, bagaimana kau bisa….”
“Ma, kalau Mama ingin Xiao Chuan jadi lebih baik, jangan terlalu melindungi dia.” Terhadap Li Rong Bai Zheng tak memiliki kesungkanan sebanyak Mu Xiaoya. Tanpa menunggu Li Rong selesai bicara, Bai Zheng sudah langsung menyelanya.
“Aku….”
“Aku setuju.” Bai Guoyu juga mengekspresikan sikapnya pada saat ini.
Empat orang, tiga lawan satu, Li Rong jadi tak mampu berkata-kata dan berhenti bicara.
“Kalau begitu urusan ini akan dimulai saat Bai Chuan dan aku pindah,” Mu Xiaoya mengkofirmasi dengan tegas.
“Oke, dalam waktu dua hari, aku akan memberimu jamnya,” Bai Zheng mengangguk.
“Kalau begitu aku akan naik. Pa, Ma, Kakak, selamat malam.” Mu Xiaoya menatap Li Rong dengan sorot minta maaf. Dia bisa mengerti kegelisahan ibu mertuanya, tapi ada beberapa hal yang masih harus dia lakukan.
Begitu Mu Xiaoya pergi, Li Rong tak bisa menunggu lagi untuk berkata kepada suami dan putranya, “Ada apa dengan kalian berdua? Bukankah kalian tak setuju saat Xiao Chuan keluar sendirian sebelumnya? Apa kalian sudah lupa kalau Xiao Chuan pernah hilang selama sehari semalam empat tahun yang lalu? Apa yang telah terjadi dalam waktu sehari semalam itu? Saat dia pulang, lutut dan sikunya berlumuran darah dan kita tak tahu siapa yang telah memukul dia….”
Empat tahun yang lalu, Profesor Feng pernah menyarankan bahwa mereka seharusnya membiarkan Bai Chuan bergerak dengan bebas. Akan tetapi, begitu Bai Chuan tiba-tiba menghilang, Keluarga Bai tak bisa menemukanya selama sehari semalam, dan ketika Bai Chuan pulang pada keesokan harinya, terdapat noda-noda darah pada anggota tubuhnya dan lebam-lebamnya cukup parah. Dokter bilang kalau sepertinya dia tertabrak mobil. Sejak kecelakaan ini terjadi, Keluarga Bai tak lagi berani membiarkan Bai Chuan keluar sendirian.
“Situasi Xiao Chuan saat ini jauh lebih baik daripada pada waktu itu.” Bai Guoyu berkata, “Dan, menurutku Xiaoya benar. Kita harus membiarkan Xiao Chuan mengembangkan sejumlah akal sehat di masyarakat.”
“Kalau begitu bila sampai terjadi kecelakaan, kalau sampai terjadi kecelakan, apa kalian sudah memikirkan tentang konsekuensinya?” Li Rong berkata dengan mata terpejam. “Aku juga tahu kalau Xiaoya ingin membantu Xiao Chuan agar jadi lebih mandiri. Bagaimanapun juga, tak ada seorang pun yang mau punya suami autis….”
“Ma!”
“Li Rong!”
Bai Zheng dan Bai Guoyu menghentikan kata-kata Li Rong yang selanjutnya pada saat bersamaan, kalau-kalau dia mengucapkan hal-hal yang tak bisa diperbaiki lagi.
“Ma, aku tahu kalau Mama peduli, tapi Mu Xiaoya melakukannya untuk Xiao Chuan atas kemauannya sendiri. Tak bisakah Mama lihat, kalau dia hanya memikirkan tentang Xiao Chuan sebagai orang autis, kenapa dia setuju menikahi Xiao Chuan? Kalau hanya demi mengabulkan keinginan terakhir Nenek, dia bisa bercerai kapan saja setelah Nenek meninggal,” Bai Zheng mengingatkan.
Bai Guoyu pertama-tama melirik pada puranya, dan kemudian berbalik untuk menghibur istrinya yang tak mampu berkata-kata karena mendengar kenyataannya, “Bukankah kita sudah membicarakannya? Agar menyerahkan Xiao Chuan kepada Xiaoya?”
“Maafkan aku. Lao Bai, aku cuma terlalu takut. Aku tak bisa menerima kecelakaan Xiao Chuan. Bagaimanapun juga, Xiao Chuan, karena aku….” Profesor Feng telah memberitahu mereka penyebab dari ‘sindrom cendekia’. Ada sebuah teori medis yang disebut dengan ’hipotesis cidera otak kiri’. Dengan kata lain, kerusakan yang dialami oleh belahan kiri otak pasien, yaitu, sisi yang ‘bertanggungjawab’ untuk interaksi sosial, akan menyebabkan perkembangan tidak normal dari belahan kanannya, yang adalah sisi yang ‘memproses informasi’. Kerusakan semacam ini kemungkinan besar terjadi pada masa kehamilan dan menyebabkan displasia otak. Jadi, Li Rong, selalu berpikir kalau autisme Bai Xhuan disebabkan oleh dirinya yang terlalu kelelahan selama masa kehamilan.
“Tidak, hal itu bukan karena kamu.” Bai Guoyu selalu tahu tentang simpul di hati istrinya. Pernyataan Profesor Feng hanyalah dugaan dan tak bisa sepenuhnya dipastikan. Bila memang hal itu terjadi karena istrinya terlalu kelelahan pada masa kehamilan, maka dialah pelakunya. Pada saat itu, Yifeng sedang sibuk melakukan pendanaan dan masuk ke publik. Dirinya begitu sibuk sehingga tidak tinggal di rumah selama tiga hingga empat bulan berturut-turut dan Li Rong tengah hamil enam bulan serta juga harus merawat Bai Zheng yang sedang sakit.
Bai Zheng tahu kalau orangtuanya telah masuk dalam kondisi menyalahkan diri sendiri lagi karena adiknya. Bila pelakunya harus disebutkan, dirinya baru berusia lima tahun pada saat itu dan jatuh sakit pada saat yang buruk, jadi karenanya dia adalah salah seorang pelakunya. Tapi apa gunanya menyesali, bisakah menyalahkan diri menyembuhkan Xiao Chuan?
“Tak ada yang perlu ditakutkan,” Bai Zheng berkata tidak sabar, “Mu Xiaoya, orang itu tak ada hubungan darah dengan Xiao Chuan kita tapi berani mengambil risiko ini. Dan sebagai orangtua kandungnya Mama masih tak bisa mendukung hal ini?”
Alasan Bai Zheng cukup tak masuk akal, tapi semakin dekat seseorang, akan jadi semakin cemaslah mereka. Namun pertanyaannya itu menyadarkan Li Rong, bahwa cinta memiliki tanggungjawab yang melampaui toleransi.
“Ya, kamu benar. Aku tak keberatan, aku mendukungnya.” Li Rong menyeka air matanya dan menegakkan duduknya dari pelukan suaminya. “Aku akan mencuci mukaku.”
Bai Guoyu menunggu istrinya hingga pergi lalu berbalik untuk menatap putra pertamanya yang duduk di seberangnya, kemudian bertanya dengan minat besar, “Kamulah yang paling tidak nyaman tentang Mu Xiaoya dan Xiao Chuan sebelumnya. Bagaimana bisa kau jadi sangat memercayai dia saat ini?”
Bai Zheng melirik ayahnya dan tak menjawab.
“Aku bertanya padamu,” Bai Guoyu mendesak. Bahkan bila putra keduanya telah mengabaikan dirinya, putra pertamanya harus menjawab.
“Aku sudah mulai merasa tidak nyaman karena kalian percaya secara membuta. Tapi sekarang, aku merasa lega, karena aku sudah mengamati orangnya dalam waktu lama.”Meninggalkan kalimat ini, Bai Zheng juga meninggalkan ruang makan.
Bai Guoyu menggelengkan kepalanya seraya tersenyum dan mengambil sepotong semangka dari nampan buah dengan tusuk gigi untuk dimakannya.
“Tuan, Anda memiliki kadar gula darah yang tinggi dan tak boleh makan semangka.” Paman Li menghentikan semangka di tangan Bai Guoyu.
“Aku tak boleh makan… lantas kenapa kau menyiapkannya ah?” Tak bisakah aku menginginkannya?
“Nyonya Muda Kedua suka memakannya,” Paman Li tersenyum.
“.…”
****
Saat Mu Xiaoya kembali ke kamar, Bai Chuan sedang duduk di depan meja sambil main komputer. Dia langsung melapor begitu Mu Xiaoya masuk: “Kartu memori komputernyalah yang menyebabkan programnya jadi tidak stabil. Aku akan menginstalkannya ulang untukmu dan akan segera bisa dipakai.”
“Tak usah mencemaskannya.” Mulanya hal ini cuma alasan, jadi Mu Xiaoya tentu saja tak merasa cemas.
“Setelah pembaharuan sistem, kau bisa memakainya.” Komputer Xiaoya dipasangi sistem bajakan, yang mana bukan cuma tidak stabil tapi juga tidak kompatibel, tak heran kalau tak bisa dipakai.
“Terima kasih.”
Bai Chuan tersenyum. Dia sudah sangat gembira bisa membantu istrinya.
“Xiao Chuan, barusan tadi di bawah, saat kau menolak membiarkan orangtuamu datang ke acara menghangatkan rumah kita, mereka merasa tidak senang.” Mu Xiaoya masih ingin mendiskusikan masalah terakhir ini dengan Bai Chuan, tapi tadi ada begitu banyak orang di ruang makan sehingga dia tak bisa mengucapkan berbagai hal dengan terus terang.
Bai Chuan tertegun, bibirnya merapat, dan dia berhenti berbicara. Akan tetapi, Mu Xiaoya bisa merasakan kalau suasana hatinya jadi lebih buruk. Dari sudut pandang ini, bisa terlihat kalau Bai Chuan masih peduli dengan Keluarga Bai.
“Bolehkah kita membiarkan mereka datang pada acara menghangatkan rumah di akhir pekan?” Mu Xiaoya menyarankan lagi, “Acara ini hanya tentang semua orang makan-makan bersama dan pergi tak lama setelahnya.”
Bai Chuan menatap layar komputer, jemarinya tanpa sadar menancap pada sudut meja, wajahnya tak berubah dengan ketidakrelaan.
“Kau masih tak mau mereka datang?”
“Itu… rumah kita, kamu cuma masak untukku.” Bai Chuan menyukai rumah yang Mu Xiaoya gambarkan kepadanya. Dia tak menginginkan perbedaan apa pun dengan deskripsi itu. Dia tahu kalau idenya telah membuat orangtua dan kakaknya tidak senang, tapi dia hanya tak menginginkannya. Dia berusaha menerimanya, tapi pada akhirnya dia tak bisa.
“Nenek bilang, kalau aku tak menginginkan sesuatu, aku bisa menolak.” Bai Chuan telah membuat beberapa perubahan untuk Mu Xiaoya, tapi ada hal-hal yang masih tak ingin diubahnya.
Suara Bai Chuan terdengar keras kepala, tapi wajahnya sarat dengan penderitaan.
Mu Xiaoya langsung merasa tertekan dan berharap dirinya bisa menarik kembali kata-kata yang baru saja dia ucapkan. Dia jelas tahu kalau Bai Chuan tak memiliki keluwesan dalam hal ini, pria itu tak mengerti bagaimana mengalah dan berkompromi. Namun Mu Xiaoya malah bergantung pada perlakuan istimewa Bai Chuan kepada dirinya dan meminta pria itu berubah.
“Nenek memang benar.” Mu Xiaoya langsung mengubah nada bicaranya.
Bai Chuan yang bersedih mengangkat kepalanya dengan kaget, kaget atas perubahan Mu Xiaoya.
“Kalau orangtua marah, maka kita minta maaf. Kita tak membiarkan mereka pergi kalau kita tak menginginkannya.” Mu Xiaoya berkata tegas, seakan dialah orang yang tak membiarkan Keluarga Bai datang ke acara menghangatkan rumah mereka.
“Apa kamu marah?”
“Aku nggak marah.” Mu Xiaoya merasa kalau dia seharusnya mawas diri, “Xiao Chuan, yang kukatakan belum tentu benar. Kalau kau ada sesuatu yang tak ingin kau lakukan di masa mendatang, kau bisa mengekspresikannya setegas sebelumnya. Saat aku mendengarnya, aku akan langsung mendukungmu.”
“Kalau begitu… aku akan minta maaf besok.”
“Aku akan bersamamu.”
Bai Chuan merasa kalau kata-kata Nenek memang sungguh benar. Mereka yang benar-benar mencintai dirinya takkan begitu saja membencinya, namun juga memahami dan mendukungnya. Bahkan bila dia tak melakukan hal dengan baik, atau bahkan membuat kesalahan, orang itu akan berdiri di sisinya dan menemaninya untuk bersama-sama mempertanggungjawabkannya.
“Komputernya sudah siap.” Pada saat ini, pembaharuan komputernya sudah lengkap.
“Oh, ayo kita mandi dan tidur.”
“Bukankah kau membutuhkannya segera?”
“.…”