My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 55
Bai Chuan berjongkok di lantai, memungut sepatunya satu demi satu, meletakkannya kembali ke dalam kotak dan menyerahkannya kembali pada Mu Xiaoya.
Adegan memberikan hadiah yang indah dan hangat itu berakhir seperti ini gara-gara Bai Chuan, namun mereka juga dipergoki di tengah jalan oleh Paman Li si tukang gosip. Perasaan Mu Xiaoya jadi agak depresi. Namun saat melihat mulut Bai Chuan, berlepotan lipstik, Mu Xiaoya benar-benar tak sanggup marah terlalu lama.
“Riasan yang kukenakan dengan susah payah dihancurkan olehmu dalam sekejap.” Mu Xiaoya merasa lelah saat dia memikirkan tentang harus membersihkannya dan menerapkannya ulang sebentar lagi.
Bai Chuan menatap Mu Xiaoya dengan tampang tak berdosa, memegangi kotaknya. Entah apakah dia memahami hal itu.
Mu Xiaoya menatap kotak sepatu yang berada di hadapannya. Pada saat ini, dia tak bisa ingat kalimat sentimental yang dia pikirkan sebelumnya. Dia hanya bisa memberikannya secara langsung, “Sepatu, untukmu.”
Bai Chuan menundukkan kepalanya dan akhirnya melihat tulisan emas pada kotak sepatunya: Untuk: Bai Chuan, 001 Mu Xiaoya.
Itu namanya dan nama Mu Xiaoya.
Bai Chuan buru-buru membuka kembali kotak sepatu yang baru saja ditutup. Sepatu yang baru saja dia ambil dari lantai itu memiliki makna yang benar-benar berbeda saat dia kembali menatapnya.
“Dibuat khusus, unik.” Bai Chuan menatap Mu Xiaoya untuk mendapatkan konfirmasi.
“Ya.” Mu Xiaoya mengambil tutup kotak sepatunya dan menunjukkannya kepada Bai Chuan. “001, ini adalah sepasang sepatu buatan khususku yang pertama.”
Bai Chuan menyeringai dan tangannya yang kegirangan gemetar. Dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun karena dirinya terlalu bersemangat, dia jadi tak bisa bicara.
“Apa kau ingin mencobanya?” Mu Xiaoya bertanya.
Bai Chuan menganggukkan kepalanya kuat-kuat, namun sekujur tubuhnya masih berdiri diam selama sesaat.
Apakah ini yang disebut begitu gembira hingga jadi bodoh???
Mu Xiaoya mendesah dan meraih tangan Bai Chuan untuk membimbingnya duduk, kemudian berjongkok dan membantu Bai Chuan, yang sudah jadi bodoh, melepaskan sepatu larinya sebelum mengenakan sepatu kulit itu.
“Berdiri dan berjalanlah.” Mu Xiaoya memberi isyarat kepada Bai Chuan untuk berdiri, namun untuk pertama kalinya, Bai Chuan tak mematuhi kata-kata Mu Xiaoya. Pria itu duduk diam dan tak bergerak.
“Xiao Chuan?” Mu Xiaoya menepuk-nepuk Bai Chuan dan melihat Bai Chuan mendongak. Dia mengulang, “Bangun dan berjalanlah dua langkah untuk mencobanya di kakimu?”
“Nggak.” Bai Chuan menatap sepatu di kakinya dan tiba-tiba membungkuk untuk melepaskannya dan meletakkannya kembali ke dalam kotak sepatu.
“Apa yang kau lakukan?” Mu Xiaoya kebingungan.
“Jangan kenakan, sembunyikan.”
“Ini adalah sepatu. Mereka dimaksudkan untuk dikenakan. Kenapa kau menyembunyikannya?” Mu Xiaoya tak bisa menangis maupun tertawa.
Bai Chuan tak menjawab, hanya memegangi kotak sepatunya kuat-kuat, dan menolak mengenakannya lagi.
“Baiklah.” Mu Xiaoya melihat bahwa Bai Chuan bersikeras dan tak mengatakan apa-apa lagi. Ini toh bukan masalah besar, kelak, kalau dia membuat lebih banyak sepatu, dia tak percaya kalau Bai Chuan akan menyembunyikan setiap pasangnya. “Kau sembunyikanlah baik-baik.”
“En.” Bai Chuan mengangguk seraya tersenyum, kembali memegangi kotaknya erat-erat.
“Selamat Hari Raya Qi Xi!” Mu Xiaoya tersenyum dan berujar. Ini adalah Qi Xi pertama mereka setelah mereka bersama, dan juga adalah Qi Xi pertamanya.
“Qi Xi?” Bai Chuan mendengar istilah ini untuk kedua kalinya.
“Qi Xi adalah Perayaan Valentine di negara Tiongkok kita. Pasangan kekasih mengirimkan hadiah kepada satu sama lain. Sekarang hadiahmu sudah diterima. Bagaimana dengan hadiahku?” Mu Xiaoya meminta hadiahnya sendiri.
Bai Chuan mengerjap, berpikir sejenak, dan tiba-tiba wajahnya menghijau.
***
Saat sarapan, semua orang mendapati kalau Bai Chuan hari ini tampak luar biasa gelisah. Dia menyantap sarapan dengan kecepatan yang tak pernah terlihat sebelumnya. Setelah makan, juga merupakan hal yang langka kalau dia tak menunggu Mu Xiaoya, melainkan bergegas pergi kerja dengan panik.
Perubahan ini membuat semua orang saling bersitatap satu sama lain. Li Rong bertanya kepada putra pertamanya, “Apa kau menyuruh Xiao Chuan kerja lembur?”
“Nggak.” Mana dia berani, apalagi, memangnya Bai Chuan adalah jenis orang yang bisa kau buat kerja lembur?
Karena ternyata bukan lembur, lantas…. semua orang bersama-sama menatap Mu Xiaoya.
“Ak… aku tak tahu.” Mu Xiaoya tak berani menaikkan kepalanya sepanjang waktu sarapan. Sepagian dia merasa cemas karena Paman Li sudah bergosip soal kejadian dari pagi ini.
****
Hal pertama yang Bai Chuan lakukan saat dia tiba di perusahan adalah bergegas menuju ke kantornya, kemudian mengambil pot lidah buaya di atas meja. Dia memutar kepalanya dan meninggalkan kantor, kemudian dengan penuh tekad meletakkan lidah buaya itu di depan komputer A’Tong Mu.
“Tuan Muda Kedua, kau….” A’Tong Mu tampak kebingungan.
“Kembalikan kepadamu.” Bai Chuan menjawab dalam sekejap, yang mana hampir merupakan respon tercepat yang dia miliki saat berkomunikasi dengan orang lain.
“Kenapa…. Kenapa ah?” A’Tong Mu tak mengerti. Kau bilang, ini adalah hadiah, kau bisa tak menerimanya atau tak mengembalikannya setelah kau menerimanya. Bagaimana bisa Tuan Muda Kedua Mereka tiba-tiba mengembalikan benda ini setelah lewat dua hari, mungkinkah reaksi dari mereka yang autis lebih lamban daripada yang lainnya?
“Aku nggak menginginkannya.”
“Kenapa… kenapa ah?”
“Aku… nggak menerima hadiah orang lain untuk Perayaan Qi Xi.” Bai Chuan sangat jelas. Dia tak sedikit pun memiliki perasaan yang sama untuk A’Tong Mu seperti yang dia rasakan terhadap Mu Xiaoya.
“Mana ada ini ah, ini untuk Perayaan Qi Xi… Qi Xi?” A’Tong Mu teringat kalau dia sepertinya telah berkata pada hari itu… saat dia memberikannya, berkata bahwa ini adalah hadiah untuk Perayaan Qi Xi?
“Uhuk… Tuan Muda Kedua, kau salah paham. Aku memberimu ini, tapi tak berarti yang itu, kau mengerti? Aku hanya membuat alasan sekenanya.” A’Tong Mu berusaha dengan sangat keras untuk menjelaskan, namun Bai Chuan tak mengerti sama sekali. Setelah banyak mengalami kegagalan dan ketidakberdayaan, A’Tong Mu harus mengambil kembali tanaman lidah buaya dalam pot itu dan berjanji, “Aku akan mengambilnya kembali, aku takkan memberikannya lagi padamu.”
Setelah mendengar jawaban ini, wajah tegang Bai Chuan menjadi santai dan dia berbalik kembali ke kantornya.
A’Tong Mu menatap Bai Chuan, dan ketika dia melihat Bai Chuan kembali bekerja, dia meletakkan tanaman dalam pot itu di atas ambang jendela. A’Tong Mu tak terlalu memedulikan kejadian kecil ini. Lagipula, ini kan cuma tanaman dalam pot. Bai Chuan tak menginginkannya. Dia akan menerimanya kembali untuk dipelihara, tapi dia tak pernah membayangkan kalau Bai Chuan akan benar-benar jadi marah.
Pagi berlalu. A’Tong Mu mengirimkan tugas kepada Bai Chuan, namun Bai Chuan tak melakukan apa-apa.
Berdasarkan pada efisensi kerja Bai Chuan, bagaimana bisa situasi ini sampai terjadi? Ini jelas-jelas adalah mogok kerja yang disengaja.
“Ada apa ah?” Pang Zi, yang berhubungan dengan tugas Bai Chuan, diam-diam menghampiri dan bertanya pada A’Tong Mu.
“Sepertinya aku telah menyinggung Tuan Muda Kedua.” A’Tong Mu berkata lesu.
“Kau berani sekali. Berani-beraninya kau menyinggung Tuan Muda Kedua?” Pang Zi merasakan kekaguman yang tak terukur.
“Aku… aku akan mengakui kesalahanku!” A’Tong Mu memukul meja, dengan gagah berani berjalan langsung menuju ke kantor. Dia mengetuk pintu, namun tak menatap Bai Chuan, jadi dia pun masuk dengan tebal muka.
Dengan kata lain, ini adalah kali pertama dia memasuki kantor Tuan Muda Kedua. Di masa lalu, mereka berkomunikasi lewat e-mail. Tapi sudah jelas, Tuan Muda Kedua yang sekarang takkan menjawab e-mailnya, jadi dia tak punya pilihan selain datang sendiri ke pintu Bai Chuan dan membiarkan yang bersangkutan menyarangkan serangan mematikan.
“Tuan Muda Kedua, aku bersalah.” A’Tong Mu masuk dan meminta maaf. Dia memutuskan, tak peduli apa pun yang dikatakan Tuan Muda Kedua, dia akan mengaku bersalah.
Bai Chuan menunduk menatap ponselnya dan mengabaikan A’Tong Mu.
“Tuan Muda Kedua, aku takkan pernah mengirimimu lidah buaya lagi?”
Bai Chuan masih memandangi ponselnya.
“Aku bersalah. Aku takkan pernah memberiku hadiah pada Perayaan Qi Xi. Kau percayalah padaku, Tuan Muda Kedua, aku sudah sangat mengenal diriku sendiri….”
Perayaan Qi Xi? Bai Chuan, yang telah mendapatkan kata kuncinya, tersadar dan memberi tatapan kaget pada A’Tong Mu di sampingnya.
“Tuan Muda Kedua, aku minta maaf, maafkan aku.” A’Tong Mu melihat kalau Bai Chuan akhirnya bersedia mendengarkan dirinya, kemudian membungkuk hingga 90 derajat.
“… Aku memaafkanmu.” Meski Bai Chuan tak tahu untuk apa A’Tong Mu meminta maaf kepadanya, tapi karena dia tak mengingatnya, maka hal itu semestinya bukan apa-apa. Karena hal itu adalah sesuatu yang tidak penting, maka harus dimaafkan secara murah hati.
“Kau memaafkanku, itu bagus, kalau begitu mari kita kerjakan semua tugas,” A’Tong Mu berkata penuh semangat.
“Nggak.” Bai Chuan menolak dengan tegas.
“Kenapa? Bukankah kau memaafkanku?” A’Tong Mu sudah akan menangis, “Tuan Muda Kedua, kau ingin aku melakukan apa sehingga kau bisa memaafkanmu, katakanlah, selama kau bersedia bekerja keras.”
A’Tong Mu benar-benar takut ah, kalau dirinya tak disukai oleh Tuan Muda Kedua, dia akan kehilangan pekerjaannya cepat atau lambat.
“Aku sedang belajar sesuatu,” Bai Chuan menjawab.
“Belajar sesuatu… apa yang kau pelajari?”
Bai Chuan menunjukkan layar ponselnya pada A’Tong Mu.
“Bagaimana cara membuat sepatu buatan tangan?” A’Tong Mu menatap Bai Chuan dengan penuh keraguan. “Tuan Muda Kedua, kenapa kau tiba-tiba tertarik membuat sepatu? Kalau kau suka sepatu, aku akan pergi membelikannya untukmu. Tidak apa-apa bila mau sepatu itu dibuat secara khusus. Aku akan mencari pembuat sepatu berpengalaman untuk membuat pesanan.”
“Aku ingin membuatnya sendiri,” Bai Chuan bersikeras.
“Tuan Muda Kedua, bahkan bila kau memiliki kecerdasan berkat sindrom cendekia, hal ini tak bisa dipelajari dalam waktu beberapa hari ah, kenapa kita tak mempelajarinya pelan-pelan saja?”
Bai Chuan juga tahu tentang hal ini saat dia berusaha mempelajarinya sepagian, tapi tetap tak bisa belajar banyak. Saat ini, dirinya frustrasi dan tak bisa mempelajarinya pelan-pelan.
“Nggak.”
“Kenapa?”
“Aku akan melakukannya hari ini.” Hari ini adalah Qi Xi.
“Itu… kenapa tiba-tiba kau ingin membuat sepatu?” A’Tong Mu menangis pilu.
“Xiaoya memberiku sepatu, dan aku juga akan memberi dia sepatu juga! Aku akan membuatnya sendiri.”
Dan pada akhirnya, A’Tong Mu menemukan akar permasalahannya.
“Tuan Muda Kedua, kau tak perlu memberikan hadiah yang sama, kau mengerti?” A’Tong Mu menasihati, “Xiaoya ini bisa membuat sepatu, jadi dia memberimu sepasang sepatu. Tapi kau tak bisa membuat sepatu, jadi kau tak bisa memberi dia sepatu.”
“Lalu apa yang kuberikan?” Bai Chuan bertanya.
“Apa yang bisa kau lakukan ah?”
“Program.”
“Ya! Tuan Muda Kedua, orang luar bilang kalau kita para programmer tidak romantis, tapi pada kenyataanya, mereka tak memahami romansa dari kita para programmer ini.” Ekspresi A’Tong Mu sangat penuh perasaan, seakan dia tak tahan untuk membayangkan dirinya sendiri berada di puncak dunia hanya supaya dia bisa memperbaiki reputasi dari para kera program.
Bai Chuan tak tahu apa itu romansa, tapi ide A’Tong Mu sepertinya bekerja dengan baik setiap kalinya.
“Kalau begitu… bagaimana melakukannya?”
“Kau bisa membuat sebuah permainan kecil dan memberikannya kepada dia ah. Tapi ini sepertinya tak terlalu romantis, hei, kalau….” A’Tong Mu berkata penuh semangat, “Tuan Muda Kedua, permainan kita, permainan 5D yang akan datang ah. Dalam waktu dua minggu, permainan kita akan dirilis secara mendunia. Tuliskan surat undangan untuk istrimu agar menghadiri konferensinya dan biarkan dia melihat kesuksesanmu tahun ini.”
Permainan 5D?
Bai Chuan tiba-tiba ingat alasan kenapa dia memilih untuk mengerjakan pengembangan permainan 5D. Waktu itu adalah kali pertama Bai Zheng membawanya ke perusahaan.
“Xiao Chuan, yang ini adalah beberapa produk paling canggih dalam industri IT saat ini. Bisakah kau katakan pada kakakmu ini yang mana yang lebih kau sukai?”
Setelah mengalami film asing dalam bentuk AR, Bai Chuan pun memilih mempelajari teknologi AR, kemudian membutuhkan setengah tahun untuk membuat filmnya sendiri.
“Aku punya….” Bai Chuan mengeluarkan sebuah stik USB yang halus dari lagi. “Aku membuatnya sendiri.”
—————–
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-55/