My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 56
Jam lima.
Mu Xiaoya, yang telah berkemas dan bersiap untuk pulang kerja, tiba-tiba menerima pesan dari Bai Chuan, dan dia mengeluarkan suara terkejut.
“Ada apa?”
“Xiao Chuan bilang dia akan kerja lembur.” Mu Xiaoya tampak kebingungan. Dia tadi telah berencana untuk menjemput Bai Chuan pulang kerja dan mencari tempat untuk menghabiskan Perayaan Qi Xi bersama-sama.
“Nggak mungkin, lembur pada hari ini? Kau belum mengingatkan dia?” Fang Hui bertanya, agak kaget.
“Aku belum… Xiao Chuan tak pernah kerja lembur sebelumnya.” Keunikan terbesar dari orang-orang autis adalah bahwa mereka mengikuti suatu pola kehidupan yang tetap.
“Lantas, ada apa dengan situasi ini?”
“Biar kutanya.” Mu Xiaoya mencari WeChat Bai Zheng dan mengirimkan pesan: “Kak, apa Xiao Chuan akan kerja lembur hari ini?”
Bai Zheng juga merasa kalau hal itu agak aneh, jadi dia menjawab, “Aku akan pergi memeriksanya.”
Lima menit kemudian, Bai Zheng selesai memeriksa dan menjawab: ‘Ya, dia akan kerja lembur hari ini. Jangan khawatir, aku akan atur supir untuk mengantar dia pulang.”
“Tampaknya Perayaan Qi Xi-mu kali ini hanya bisa dihabiskan bersamaku.” Fang Hui meletakkan lengannya pada bahu Mu Xiaoya dan berkata dengan sedikit menyesal.
Mu Xiaoya meletakkan teleponnya dan berbaring di tempat kerjanya dengan raut kecewa.
“Jangan sedih, bukankah ini cuma Perayaan Qi Xi? Kamu toh belum pernah mengalaminya pada dua puluh tahun sebelumnya,” Fang Hui menghibur.
“Memangnya sama?” Dia tak menjalin hubungan dengan siapa pun selama lebih dari dua puluh tahun, tapi sekarang dia sudah punya suami dan masih tak bisa merayakan hari ini? Saat dia memikirkannya, hal itu membuatnya merasa depresi, “Aku bahkan telah memberi dia hadiah di pagi hari, secara khusus aku telah mengingatkan dia kalau hari ini adalah Qi Xi, tapi, tak disangka-sangka, dia masih pergi dan kerja lembur, si kepala balok itu.”
Persis, bukankah dia memang kepala balok? Terlebih lagi, dia bukan kepala balok yang normal ah, aku belum pernah dengar kalau orang autis bisa mendapatkan kemajuan sebelumnya. Fang Hui hanya bisa mengatakan semua ini dalam hatinya, tentu saja, dia masih harus bekerja keras untuk menghibur temannya yang sudah menikah yang merasa kecewa di hadapannya itu.
“Baiklah, kakak ini akan menemanimu pada Perayaan Qi Xi ini, makan, belanja, dan nonton film, aku akan menemanimu sampai akhir ah. Jelas bisa menghiburmu dengan lebih baik daripada suamimu.”
“Ayo pergi! Aku akan gesek kartunya sampai habis!” Mu Xiaoya berujar penuh kekesalan.
“Kau akan harus beli rumah ah, kalau tidak, akan sulit untuk menghabiskan kartunya,” Fang Hui mengolok.
Tentu saja, keduanya tak membeli rumah. Mereka pergi untuk makan malam bersama-sama, berjalan memutari jalanan selama beberapa waktu dan akhirnya pergi tanpa membeli apa pun. Alasannya adalah karena Bai Chuan. Mu Xiaoya berada dalam kondisi melamun di sepanjang perjalanan, menatap ponselnya lagi dan lagi. Fang Hui melihat dirinya seperti ini, jadi Fang Hui pun hanya membiarkan Mu Xiaoya pulang sementara dia pergi sendirian untuk mencari hiburannya. Dalam ‘hari untuk pasangan’ semacam ini, ada lebih banyak pria dan wanita lajang di bar, jadi hari ini adalah hari yang baik untuk berburu satu sama lain tampa perlu mencemaskan kalau orang yang kau buru sudah punya pasangan.
Mu Xiaoya pulang ke rumah, tapi Bai Chuan masih belum kembali. Akan tetapi, semua anggota Keluarga Bai lainnya semua ada di ruang keluarga.
“Xiaoya, kau sudah pulang.” Li Rong melihat Mu Xiaoya sendirian dan ada jejak permintaan maaf di matanya. Hari ini adalah Qi Xi, dia dan suaminya sudah menjadi pasangan tua namun Bai Guoyu masih memberinya hadiah. Akan tetapi Bai Chuan malah memilih untuk kerja lembur pada hari sepenting ini. Memikirkan hal ini, Li Rong jadi tak bisa untuk tidak memelototi kedua pria di rumah ini.
“….” Bai Guoyu tersinggung karena dirinya masih saja dipelototi bahkan meski dirinya telah memberi hadiah. Meski dia adalah sang ketua, namun dia tak pernah ikut campur dengan urusan perusahaan permainan. Untuk mengekspresikan ketidakbersalahannya, dia pun bergabung dengan istrinya dan menatap Bai Zheng dengan sorot mengutuki bersama-sama.
Bai Zheng bangkit dengan tenang, meninggalkan satu kalimat tentang kembali ke kamarnya dan meninggalkan tempat itu dengan gaya santai.
“Pa, Ma, aku juga akan naik.” Suasana hati Mu Xiaoya benar-benar tidak bagus, jadi setelah dia memberi salam, dia pun pergi dengan mengikuti contoh Bai Zheng.
“Lihatlah ini… apa yang kau, Pak Chairman ini, lakukan? Membiarkan Xiao Chuan kerja lembur pada hari sepenting ini?” Li Rong menanyai suaminya.
“Mana kutahu? Selama ini aku tak mengurusi masalah permainan ini ah,” Bai Guoyu menjelaskan, “Di samping itu, dengan karakter Xiao Chuan, bahkan bila aku ingin dia berkerja lembur dan memaksa dia bekerja, dia masih takkan mendengarkan sedikit pun ah.”
“… Tak masalah, bagaimanapun juga ini adalah kesalahan kalian.” Li Rong juga tahu kalau yang suaminya katakan masuk akal, tapi sebagai wanita, Li Rong memahami perasaan Mu Xiaoya lebih baik daripada mereka. Terlebih lagi, bagi Mu Xiaoya, satu-satunya poin bagus Bai Chuan mungkin adalah bahwa Bai Chuan menganggap Mu Xiaoya sebagai segalanya. Bila bahkan poin bagus ini lenyap, apa yang harus Bai Chuan andalkan untuk mempertahankan Mu Xiaoya tetap bersamanya?
Kembali ke dalam kamar yang kosong, Mu Xiaoya merasa agak tidak nyaman. Rasanya ini adalah kali pertama baginya untuk kembali ke dalam kamar ini sendirian sejak dirinya dan Bai Chuan menikah. Para pelayan Keluarga Bai sangat berdedikasi dan membersihkan kamar mereka dengan sangat rajin setiap harinya, namun tanpa keberadaan Bai Chuan, kamar yang bersih ini tampak persis seperti hotel.
Mu Xiaoya mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan WeChat kepada Bai Chuan: ‘Xiao Chuan, kapan kau akan pulang?’
Bai Chuan: ‘Aku akan pulang setelah menyelesaikan beberapa hal.’
Mu Xiaoya: ‘Perhatikan tubuhmu, jangan terlalu lelah.’
Seraya mengesah, Mu Xiaoya meletakkan ponselnya, berpaling ke ruang baju dan mengambil piyama dari kloset. Saat dia melihat ke belakang, didapatinya kotak sepatu yang diletakkan di atas rak dengan begitu hati-hati seakan benda itu adalah bayi milik Bai Chuan.
“Kau begitu gembira saat kau menerima hadiah, tapi kenapa kau tak bisa pulang ke rumah lebih cepat?” Mu Xiaoya menatap marah pada kotak sepatu itu, seakan dia sedang menatap Bai Chuan. Meski dirinya agak mengeluh, tapi dia tahu lebih baik daripada yang lainnya bahwa Bai Chuan memang selalu seperti ini ah.
Pria itu memiliki autisme, dan secara alami, EQ-nya rendah. Bai Chuan tak bisa mempertimbangkan dan mengurus banyak hal. Dia takkan memahami permintaanmu, tak bisa mendeteksi makna tersembunyi dalam kata-katamu, dia bahkan tak bisa membalas energi ataupun waktu yang telah kau habiskan untuknya. Mu Xiaoya sebenarnya telah mempersiapkan dirinya sendiri mengenai hal-hal ini sebelum menikah. Namun, sebenarnya, setelah mereka mendapatkan akta nikahnya, Bai Chuan telah memiliki performa yang benar-benar baik.
Bai Chuan akan memeluk dirinya saat dia menangis, memberinya bunga pada keesokan harinya dan berjalan selama tiga jam hanya untuk memberi kejutan dan menjemputnya dari tempat kerja. Semua hal ini jauh melampaui perkiraan Mu Xiaoya, namun hal-hal ini telah mengembangkan rasionalitasnya, membuatnya jadi ingin meminta lebih banyak.
“Tunggu saja sampai kau pulang, kita lihat bagaimana aku akan membereskanmu.” Suasana hati Mu Xiaoya menjadi agak lebih baik setelah mengeluarkan sedikit kekesalan dalam hatinya. Dia telah memikirkannya, saat Bai Chuan pulang, dia harus membacakan keras-keras setiap hari raya di masa mendatang semuanya sekaligus untuk didengarkan Bai Chuan, dan menyuruh pria itu mencamkan dalam hati bahwa tak ada kerja lembur yang diperbolehkan untuk festival-festival tersebut.
Mandi, mengeringkan rambutnya dan nonton film, Mu Xiaoya duduk sendirian di atas ranjang dan menunggu hingga pukul sebelas malam, namun dia masih belum melihat Bai Chuan pulang.
“Kenapa terlambat sekali?” Mu Xiaoya terpaksa menelepon Bai Chuan karena kecemasannya.
Teleponnya dengan cepat tersambung, dan tanpa menunggu Mu Xiaoya bertanya, Bai Chuan sudah berkata, “Masih ada sisa sepuluh menit sebelum aku bisa menyelesaikannya, aku akan pulang sebelum jam dua belas.”
“Tak bisakah kau mengerjakannya besok?” Mu Xiaoya bertanya cemas.
“Tak bisa, harus diselesaikan hari ini. Tunggu aku.” Setelah berkata demikian, Bai Chuan mengambil inisiatif untuk menutup telepon dari Mu Xiaoya untuk pertama kalinya.
Pada saat bersamaan, di balkon di lantai tiga, Bai Zheng juga menelepon Lu Yang si Asisten, “Apa Xiao Chuan masih di perusahaan?”
“Ya, tapi seharusnya akan selesai kapan saja saat ini. A’Tong Mu bilang Tuan Muda Kedua sudah berada pada tahap terakhir, saya perkirakan segera akan selesai.” Lu Yang melapor sambil minum kopi.
“Kau akan mengantar dia pulang sebentar lagi, perhatikan keselamatan.”
“Baik.” Lu Yang menutup teleponnya dan pergi untuk mengambil secangkir kopi dengan wajah berkerut, “Aku perlu minum secangkir lagi untuk menyegarkan diri.”
Bai Chuan masih belum kunjung pulang, Mu Xiaoya tentu saja tak bisa tidur sama sekali, jadi dia membungkus dirinya sendiri dengan selimut dan duduk di balkon sambil memandangi gerbang kediaman. Meski dia tahu kalau Bai Chuan masih di perusahaan pada saat ini, dan bahwa pria itu takkan bisa pulang dalam waktu singkat, tapi dia bisa menenangkan hatinya dengan menatap ke arah situ.
‘Ting!’
Lampu pemberitahuan dari ponselnya menyala dan Mu Xiaoya dengan cepat mengangkatnya. Dia melihat pesan yang dikirimkan oleh Bai Chuan: ‘Aku akan pulang, tunggu aku.’
“Tunggu apa? Aku akan tidur biar kau lihat saja.” Mu Xiaoya berdiri dengan marah, berjalan kembali ke kamar tidur dan bahkan berbaring di ranjang. Akan tetapi, setelah berbolak-balik selama sesaat, dia masih tak bisa untuk tidak kembali ke balkon.
“Aku menunggu. Biar kau melihatku sehingga kau akan merasa bersalah tentang hal itu.” Angin malam musim panas terasa sejuk dan nyaman karena membawa rasa sinar mentari dan memudarkan hati Mu Xiaoya yang galau. Andai saja ada pohon payung China di sini, dia bisa memasang ayunan di bawahnya dan menyejukkan diri.
Sekarang sudah jam 11.45, kalau Bai Chuan belum juga kembali, Qi Xi akan berakhir sebentar lagi.
Tiba-tiba, sorotan cahaya datang tepat dari depan. Mu Xiaoya memicingkan matanya dan melihat sebuah mobil mendekati gerbang kediaman.
“Tuan Muda Kedua, apa Tuan Muda Kedua sudah pulang?” Paman Li yang telah mencemaskan Bai Chuan dan tak tidur sekejap pun, melihat mobil dan bergegas membuka gerbang kediaman.
Mobil itu berjalan masuk, dan pintu depan pun terbuka. Bai Chuan keluar sambil memegang sesuatu di tangannya, buru-buru memasuki kediaman. Paman Li yang bersemangat dan ingin membantu, bahkan tak punya kesempatan untuk melihat Bai Chuan dengan jelas.
“Tuan Muda Kedua….”
“Paman Li, saya akan pulang duluan.” Lu Yang, yang telah menyelesaikan tugas, memberi salam kepada Paman Li seraya tersenyum, dan kemudian kembali ke jalan yang sama yang telah ditempuhnya. Hari ini adalah Qi Xi ah, waktu ketika Pemuda Gembala dan Gadis Penenun bertemu. Dirinya ah, hanya seekor murai.
(T/N: Bagi yang masih bingung legenda Qi Xi, intinya adalah sepasang suami istri, Pemuda Gembala (Niu Lang) dan Gadis Penenun (Zhi Nv), yang karena suatu hal harus hidup terpisah di dua sisi ‘Sungai Langit’ / Milky Way yang berbeda dan hanya bisa bertemu setahun sekali pada hari perayaan Qi Xi, tanggal 7 bulan 7 kalender lunar. Keduanya bisa bertemu dengan melalui jembatan yang terbentuk dari kawanan burung murai yang melintasi Sungai Langit.)
‘Tap tap tap….’ Serangkaian bunyi langkah kaki, berat dan tergesa, terdengar. Mu Xiaoya mengendalikan dorongan hatinya untuk berdiri dan menyambut Bai Chuan ketika dirinya berdiri di tempat, menunggu Bai Chuan masuk.
Pintu terbuka, dan Bai Chuan melihat Mu Xiaoya yang sedang berdiri di balkon dengan sekali lirik.
“Aku pulang.” Bai Chuan tersenyum, tersenyum dengan begitu gembira, seperti seorang pengelana yang pulang dari perjalanan panjang, melihat cahaya yang bersinar hangat di dalam rumah.
“Kamu sudah pulang.” Mu Xiaoya juga tersenyum. Seluruh kesedihannya, semua rencana rendahannya untuk membalas Bai Chuan, semuanya lenyap ketika dia melihat senyum di wajah Bai Chuan.
“Jam sebelas lewat lima puluh menit.” Bai Chuan berjalan menghampiri Mu Xiaoya, masih bernapas berat.
“Kau juga sadar kalau kau terlambat ah.”
“Masih ada sisa sepuluh menit.” Bai Chuan mengangkat tangannya dan mengacungkan sesuatu di depan mata Mu Xiaoya.
“Kaca mata VR? Kenapa kau membawa ini pulang?”
Bai Chuan sedang memegang kacamata VR putih, lampu biru indikatornya berkedip.
“Hadiah Qi Xi.” Bai Chuan menambahkan, “Aku membuatnya sendiri, ini unik dan tak ada duanya.”
“Kau… melakukannya untukku?” Mu Xiaoya tiba-tiba merasa kesulitan bernapas, mungkinkah….
“Cepat lihat, masih ada sisa sembilan menit, videonya bisa diselesaikan dalam waktu tujuh menit.” Bai Chuan gelisah hendak membantu Mu Xiaoya mengenakan kacamata VR itu dan menekan tombol nyalanya.
Cahaya biru memancar dari kacamata itu, dan Mu Xiaoya memasuki sebuah dunia baru di dalam cahaya halo yang benderang ini.
————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-56/