My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 57
Di sini adalah pekarangan Nenek Bai.
Dari sejak dirinya memasuki bingkai yang baru, Mu Xiaoya merasa sangat familier di sini. Hanya dengan mendengarkan gemerisik angin menghembus lembut dedaunan serta melihat kursi malas di bawah pohon beserta ayunan di sampingnya yang familier itu.
Itu adalah kursi malas Nenek Bai, Nenek benar-benar suka duduk di situ di bawah pohon payung Cina seraya mengipasi dirinya sendiri untuk menikmati hembusan angin yang sejuk. Akan tetapi, Mu Xiaoya dan Bai Chuan paling menyukai ayunan itu.
“Kakak Bai Chuan!” Seorang gadis kecil dengan kuncir dua berlari masuk bagai topan dari belakang halaman dengan membawa tas sekolah. Gadis itu berlari dari rumah Mu Xiaoya di belakang.
Mu Xiaoya tanpa sadar mengikuti.
Si gadis kecil berlari ke dalam ruangan dengan kemampuan yang begitu mumpuni, dan melemparkan tas sekolah di bahunya ke sisi remaja yang sedang membaca buku dengan serius, membuat si remaja ketakutan hingga terlonjak.
“Kakak Bai Chuan, sekarang sudah waktunya pulang sekolah, ayo keluar dan main!” Si remaja tak bicara dan wajahnya tampak agak tidak bersedia, namun si gadis dengan paksa menariknya keluar tanpa memedulikan keinginan si remaja.
“Aku mau main ayunan, kau dorong aku ya? Nanti aku akan dorong kamu.” Si gadis duduk di atas ayunan lebih dulu dan menolehkan kepalanya untuk mendesak si remaja. Si remaja terpaksa maju dan mendorongnya perlahan.
“Lebih keras ah, dorong dengan seluruh tenagamu.” Si remaja akhirnya memahami permintaan si gadis di bawah desakannya, dan kemudian memakai segenap tenaganya untuk mendorong si gadis tinggi-tinggi ke angkasa. Namun si gadis tak memberitahu si remaja apa yang harus dia lakukan selanjutnya, jadi saat si gadis berayun kembali dari titik tertinggi menuju titik terendah dengan tawa sepenuh hati, dirinya langsung menabrak si remaja yang tengah berdiri diam di tempatnya hingga terlontar.
“Kak Bai Chuan!” Si gadis mendorong-dorong si remaja dengan putus asa, dan saat dia melihat mimisan di wajah si remaja, dia menangis karena syok, “Hu hu… nggak, jangan mati!”
Si gadis tak tahu bagaimana caranya melakukan pertolongan pertama, dia hanya tahu menyeka darah di wajah si remaja dengan lengan bajunya. Setelah menyeka darah, dia menyeka keringatnya, dan kemudian, Nenek Bai keluar setelah mendengar ribut-ribut itu. Ada dua orang anak dengan wajah penuh berlumur darah di pekarangan.
Si gadis tahu kalau dirinya telah membuat masalah. Dia takut dan sedih, dirinya tak bisa berhenti menangis sama sekali. Kemudian, di bawah tatapan kaget dari Nenek Bai, si remaja mengangkat tangannya untuk menutupi mata si gadis, “Jangan nangis lagi.”
Mu Xiaoya ingat bahwa ini adalah kalimat pertama yang Bai Chuan ucapkan kepada dirinya.
Melepaskan kacamatanya, Mu Xiaoya langsung berhadapan dengan mata Bai Chuan. Remaja dalam video itu telah tumbuh dewasa dan sudah belajar untuk tersenyum tipis, “Xiaoya, Selamat Qi Xi.”
“Terima kasih, Kakak Bai Chuan.” Mu Xiaoya menggenggam kacamata VR di tangannya erat-erat dan memanggil Bai Chuan seperti yang dia lakukan di masa lalu.
Bai Chuan tersenyum lebih gembira lagi. Dia kemudian mencabut sebuah undangan dari kantongnya dan memberikannya kepada Mu Xiaoya. “Permainan yang kudesain, konferensinya, kau datang untuk ikut serta.”
Mu Xiaoya mengambilnya dengan kedua tangan. Kartu undangan itu membawa semua pencapaian dari karir Bai Chuan hingga sejauh ini, dan dirinya cukup beruntung untuk diberi kesempatan menikmatinya bersama-sama dengan pria itu.
Pada larut malam, Mu Xiaoya berbaring dalam pelukan Bai Chuan dan mengajukan pertanyaan yang ingin dia tanyakan sejak lama berselang, “Waktu itu… bagaimana kau bisa tiba-tiba bicara kepadaku?”
Nenek Bai terkejut saat Bai Chuan tiba-tiba bicara kepadanya pada hari itu, karena sebelumnya, Bai Chuan hanya akan bicara tidak lebih dari tiga patah kata dalam setahun.
“Aku selalu bicara padamu ah.” Pada kenyataannya, Bai Chuan telah bicara pada Mu Xiaoya, sejak saat gadis itu menariknya keluar dari ruang belajar, hingga dirinya tertabrak ayunan, Bai Chuan telah bicara, namun sepertinya tak ada seorang pun yang memahami apa yang dia ucapkan. Pada saat itu, Bai Chuan juga sudah terbiasa dengan situasi ini, dan dia juga tak mendapati hal tersebut aneh. Namun ketika Mu Xiaoya menangis dan air matanya terus berjatuhan, dia akhirnya menyerukan kegelisahannya.
Sejak saat itu, Bai Chuan tiba-tiba menemukan cara untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Setelah Qi Xi, dua hari berikutnya adalah akhir pekan. Karena Bai Chuan sangat menentang orang lain pergi ke rumah barunya bersama Mu Xiaoya, jadi proses pindahan dari kedua orang itu amatlah sepi, dengan hanya masing-masing orang menyeret sebuah koper.
Mu Xiaoya merasa kalau kondisi ini agak sepi, namun Bai Chuan benar-benar menyukainya.
Sandalnya sepasang, sikat giginya sepasang, sumpitnya sepasang, cangkir tehnya sepasang, handuknya sepasang… tampaknya seluruh dunia terbungkus oleh benda-benda berpasangan, dan hal ini sangat memuaskan OCD dalam hati Bai Chuan.
Melihat Bai Chuan gembira, Mu Xiaoya mengeluarkan sebuah jam dari tasnya. Jam ini diberikan kepadanya oleh Bai Zheng saat mereka meninggalkan kediaman. Terdapat fungsi GPS pada cakramnya. Mu Xiaoya ingin mengenakan jam ini pada Bai Chuan sebagai hadiah, dan tentunya Bai Chuan takkan membuangnya bila begini.
“Xiao Chuan.” Mu Xiaoya memanggil Bai Chuan yang sedang memandangi setiap benda ‘berpasangan’ di dalam kamar.
“Untukmu.” Menunggu hingga Bai Chuan mendekat, Mu Xiaoya kemudian memberikan jamnya kepada Bai Chuan.
Bai Chuan menerimanya, menatap sekali pada cakramnya dan mengernyit setelah mendeteksi sesuatu.
Apa ketahuan? Mu Xiaoya teringat pada jam yang dibuang sebelumnya, dan dia pun bertanya dengan perasaan bersalah, “Kau… tak menyukainya?”
“Jamnya rusak,” Bai Chuan menjawab.
“Rusak? Rusak di mananya?” Nggak mungkin ah, jam ini kan mahal sekali. Aku baru saja membaca bonnya dan harganya ratusan ribu. Benar, Bai Zheng si hartawan itu memberikan jam ini beserta bonnya, pria itu tak peduli bila orang lain dibuat ketakutan oleh harganya.
“Jam ini dua detik lebih lambat pada tiap jamnya,” Bai Chuan menjawab.
“….” Jadi kau bisa melihat sesuatu yang seperti itu?
Mu Xiaoya berpikir kalau dirinya mungkin telah menemukan alasan kenapa Bai Chuan membuang jam yang dulu itu. Bai Chuan mungkin telah mengira kalau jam yang itu juga rusak. “Kalau begitu… kalau begitu aku akan membawanya kembali untuk diperbaiki.”
“En.” Bai Chuan mengangguk dan mengembalikan jam itu pada Mu Xiaoya.
Mu Xiaoya dengan jujur menceritakan kembali semuanya kepada Bai Zheng. Pria itu terdiam selama sesaat sebelum menjawab dengan satu kata, ‘Mengerti’.
Karena tak ada terlalu banyak benda yang dimasukkan, proses membongkar barang-barangnya relatif sederhana. Keduanya mengeluarkan pakaian dari koper dan menggantungkannya, menyambungkan wifi pada ponsel dan komputer mereka, membentangkan seprai dan selimut yang baru saja dicuci dan dijemur pada ranjang yang baru, dan tugas-tugas mereka pun bisa dianggap sudah selesai.
“Kita masih kekurangan makanan, kemudian rumah ini akan tercium seperti makanan yang lezat.” Setelah mereka selesai menata semuanya, waktu sudah menunjukkan jam tiga siang. Meski tak ada seorang pun yang datang ke pesta menghangatkan rumahnya, namun Mu Xiaoya masih berharap untuk sedikit merayakannya bersama Bai Chuan. Mereka mulanya berencana untuk hanya membeli satu porsi makanan, tapi tak menyangka kalau mereka akan kembali setelah membeli berbagai barang lainnya yang memenuhi dua koper besar.
“Aku akan masak.” Pulang ke rumah, menatap bumbu-bumbu dan bahan-bahan makanan, Mu Xiaoya menggulung lengan bajunya dengan penuh semangat.
“Kalau begitu aku akan nonton TV.” Bai Chuan dengan patuh duduk di sofa dan menyalakan TV, dengan sempurna merekonstruksi rencana Mu Xiaoya.
“Kalau saja aku tahu akan jadi seperti ini, aku akan sudah menyuruhmu untuk membantuku di dapur.” Mu Xiaoya menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit. Namun hari ini hanyalah acara makan mereka yang pertama, jadi dia akan membiarkan Bai Chuan menikmati kepuasan ini selama beberapa hari, dan kemudian pelan-pelan melatih pria itu agar menjadi bapak rumah tangga yang baik. Hehe~~
Saat Mu Xiaoya memasak, perhatian Bai Chuan sama sekali tidak berada pada TV. Kadang-kadang dia melirik ke arah dapur, dan dengan setiap lirikan, senyum di wajahnya akan semakin mendalam.
Makanan ini disiapkan secara khusus untukku, seorang.
Kemampuan memasak Mu Xiaoya hanya bisa dianggap rata-rata, terlebih lagi, hanya ada dua orang yang makan, jadi dia hanya membuat tiga masakan sederhana dan satu sup. Meski demikian, dia dengan seksama menata meja makan dengan taplak meja yang elegan dan bersih, bunga-bunga mawar berparfum yang indah, selingkaran lilin, serta anggur merah yang Fang Hui berikan sebagai tambahan dari tanaman di teras.
Duduk di meja makan, Bai Chuan tak sabar untuk mengambil sumpitnya.
“Tunggu sebentar, aku akan mengambil gambar untuk dikirim ke grup.” Dia tak bisa membiarkan mereka datang untuk mengadakan pesta menghangatkan rumah, jadi dia pun menemukan cara lain untuk memberitahu mereka bahwa pindahannya ke rumah baru telah tercapai dengan sukses. Panggilan telepon itu terlalu disengaja, dan akan lebih alamiah bila mengirimkannya saja ke grup keluarga.
Seperti yang telah Mu Xiaoya perkirakan, baik orangtua Bai maupun Mu sama-sama cemas tentang pindahan mereka. Bahkan bila mereka tahu kalau tak ada apa-apa yang akan terjadi, mereka hanya ingin tahu apakah anak-anak mereka telah sampai dengan selamat.
Begitu pesan Mu Xiaoya keluar, lima likes muncul nyaris pada saat yang sama, diikuti oleh berbagai komentar.
Li Rong: ‘Makan malamnya tampak sangat lezat, aku tak menyangka kalau Xiaoya memiliki kemampuan memasak sebaik itu.’
Shen Qingyi: ‘Mungkin saja itu makanan bungkusan.’
Gaya meremehkan yang datang dari ibu kandungnya sendiri membuat Mu Xiaoya mau tak mau mengedutkan mulutnya. Dia tidak benar-benar memasak di rumah, jadi dia menjawab serta merta: ‘Aku akan pulang dan memasak untuk kalian lain kali.’
Shen Qingyi: ‘Ternyata memang bukan makanan bungkusan ah, kalau begitu aku akan menunggu dengan sabar di sini.’
Ayah Mu: ‘Ada aku juga.’
Mu Xiaoya terpana setelah melihat dua pesan yang terakhir ini; setelah terlahir kembali, dirinya selalu merindukan masakan yang dibuat oleh ibunya, tapi bagaimana bisa dia tak pernah berpikir untuk membuatkan masakan untuk orangtuanya?
“Xiaoya.” Bai Chuan menaikkan tangannya di depan mata Mu Xiaoya.
“En?” Mu Xiaoya mengangkat kepalanya.
“Ada apa?”
“Nggak ada apa-apa?” Mu Xiaoya membenahi perasaannya dan mengambil anggur merah dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri dan Bai Chuan. “Xiao Chuan, aku ingin bertemu dengan orangtuaku besok dan memasak makanan untuk mereka.”
Jangan diingat-ingat, jangan merasa bersalah, cari saja apa yang telah kau lewatkan dan perbaikilah itu secepatnya. Ada beberapa hal yang akan jadi terlambat saat kau tersadar untuk melihat kebenarannya, jadi jangan biarkan terlambat lagi. (T/N: Dia ‘tersadar untuk melihat kebenarannya’ ketika dirinya mati di kehidupannya yang lampau)
“Mereka belum pernah makan masakanmu sebelumnya?” Bai Chuan merasa agak heran. Ayah dan ibu mertua serta Xiaoya sudah tinggal bersama-sama selama lebih dari dua puluh tahun, apa mereka belum pernah makan masakan Xiaoya sebelumnya?
“Belum ah, kau adalah orang pertama yang memakan masakanku.” Bila menurut kehidupan yang ini.
“Oh.” Bai Chuan mengambil sumpit dan makan sesuap. Hal ini membuat dirinya menjadi orang pertama yang mencicipi hasil karya Mu Xiaoya. Dia bertekad bahwa tak ada seorang pun yang bisa mengambil posisi ini sebelum diam-diam menghembuskan napas lega.
“Apakah lezat?”
“Lezat.”
Di pihak lain, Keluarga Bai, setelah membaca grup keluarga, menambahkan pujian dan meninggalkan beberapa pesan sebelum menyantap makanan mereka, dan tiba-tiba mulai mendiskusikan isu yang belum pernah mereka pertimbangkan sebelumnya.
Orang yang pertama kali mengemukakan masalah ini adalah Bai Zheng. Setelah melihat pesan Mu Xiaoya, khususnya pada sebotol anggur merah yang mencolok dalam foto, dia mengemukakan masalah yang telah mereka abaikan selama lebih dari dua puluh tahun.
“Pa, Ma, apa Xiao Chuan bisa minum alkohol?” Bai Zheng bertanya.
Ayah Bai: “….”
Ibu Bai: “….”
“Semestinya tak ada masalah ah, kapasitas anggota keluarga kita terhadap alkohol sepertinya lumayan bagus,” Ayah Bai berkata, tidak yakin dengan apa yang dikatakannya sendiri.
“Tidak apa-apa bila ketahanannya tidak bagus, bila yang terburuk terjadi, paling-paling dia hanya akan langsung ketiduran.” Ibu Bai mau tak mau jadi sedikit membayangkan.
Bai Zheng teringat pada kejadian saat dia minum alkohol untuk pertama kalinya, tampaknya tak terlalu ada reaksi merugikan, dan terlebih lagi, kadar alkohol dalam anggur merah itu rendah, Mu Xiaoya juga takkan membiarkan Bai Chuan minum kebanyakan, jadi dia pun hanya menyingkirkannya ke bagian belakang benaknya.
****
“Xiao Chuan… kau… apa yang kau lakukan?” Di tengah-tengah mereka bersantap, Mu Xiaoya, yang tiba-tiba dibawa ke ruang belajar oleh Bai Chuan, benar-benar kebingungan.
“Menyelesaikan soal.” Bai Chuan menepuk selembar kertas putih, di atasnya tertulis apa yang tampaknya seperti soal matematika untuk siswa kelas 3 SMU. Namun, mana mungkin Mu Xiaoya yang sekarang tahu cara menyelesaikan soal seperti itu? Dirinya tahu bahwa ini adalah soal matematika kelas 3 SMU saja sudah merupakan hal yang bagus.
“Aku… aku tak bisa.”
“Nggak selesaikan, nggak tidur.” Bai Chuan bersikap tegas dengan tidak normal.
“Xiao Chuan… kau, ada apa denganmu ah?”
“Selesaikan soalnya.” Bai Chuan kembali memukul meja, mengagetkan Mu Xiaoya.
“Apa… apa kau mabuk?” Mu Xiaoya menatap wajah Bai Chuan yang cemberut.
“Selesaikan soalnya!”
Dan karenanya, pada malam pertama mereka tinggal di rumah baru, Mu Xiaoya nyaris disiksa sampai mati oleh soal matematika.
———————-
Catatan Pengarang
Ya si gadis kecil telah mempelajarinya tiga kali tapi masih tak mengerti: “Ini sulit ah~”
Chuan remaja yang telah mengajari tiga kali tanpa berhasil: “Bodoh banget oh~”
Nenek Bai: “Kau bilang Xiaoya bodoh, dia takkan datang lagi loh~”
—————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-57/