My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 58
“Hahaha!! Jadi kau bilang Bai Chuan mabuk semalam dan memaksamu mengerjakan soal-soal matematika, kemudian kau minta bantuan dari ayahmu lewat telepon sebelum kau akhirnya bisa tidur jam dua belas malam? AHAHAHA!! Aku- aku nggak kuat, aku bakal ketawa sampai mati!” Di dalam studio, suara tawa Fang Hui bisa terdengar menggema pagi-pagi sekali.
Mu Xiaoya memegangi dahunya, berpikir kalau masih terbayang rumus-rumus matematika dalam benaknya. Dia bisa menjamin kalau dia tak pernah mengerjakan sedemikian banyaknya soal matematika bahkan saat dia mempersiapkan diri untuk ujian SMU.
“Kau bisa berterima kasih pada bintang keberuntunganmu karena punya ayah yang mengajar matematika. Kalau ayahmu mengajar Bahasa Mandarin, apa kau masih punya orang yang bisa kau mintai bantuan? Kalau seseorang bertanya kenapa, ayahmu harus menjawab kalau ‘putriku dipaksa oleh menantuku untuk mengerjakan soal matematika’… hahaha!!” Fang Hui merasa lebih geli lagi semakin dia memikirkannya.
“Kau sudah cukup ketawa belum?!” Mu Xiaoya berseru dengan wajah menghitam, perempuan ini sudah tertawa sepagian!
“Nggak… aku cuma merasa… hal ini memang… cukup lucu aaahahahaha!!” Fang Hui tak bisa lagi mengendalikan dirinya sendiri. Dia benar-benar merasa kalau hal ini akan cukup untuk membuatnya tertawa selama setahun. Sesaat kemudian, dia dengan susah payah akhirnya bisa mengendalikan dirinya sendiri, “Kau sebelumnya selalu memberitahuku betapa imutnya Bai Chuan, tapi kurasa tidak begitu, akan tetapi sekarang aku bisa lihat kalau dia memang cukup imut setelah mabuk.”
“Dia nggak mabuk,” Mu Xiaoya menjelaskan, “Profesor Feng bilang kalau alkohol telah menstimulasi sifat latennya.”
“Kepribadian ganda?”
“Bukan kepribadian ganda, tapi….” Mu Xiaoya mengingat-ingat kembali kata-kata Profesor Feng dan menjelaskan, “Karena autisme, sebagian dari sifat Bai Chuan ditekan sendiri, sifat ini hanya bisa dikeluarkan di bawah situasi ketika perasaannya berada di luar kendali. Alkohol membuat otak Xiao Chuan jadi lebih aktif daripada biasanya, sehingga kemungkinan memicu beberapa hal yang ingin dia lakukan tapi tak dilakukannya.”
“Jadi saat sebelumnya kau diajari matematika tapi masih tetap tak bisa mengerti bahkan setelah lewat berkali-kali, Bai Chuan tidak marah, tapi itu bukan karena dia tidak marah, melainkan hanya karena sifatnya ditekan sehingga dia tak punya jalan untuk mengeluarkannya, ahahaha~!!”
Ketawa! Ketawa lagi!
“Aku nggak mau bicara lagi denganmu! Aku mau menggambar desainnya.” Mu Xiaoya tak mau peduli tentang Fang Hui lagi, jadi dia pun kembali ke kursinya dengan kopinya yang belum habis. Dia telah mendesain sepasang sepatu bot musim gugur minggu lalu dan mendapatinya terlalu sederhana, jadi dia ingin menambahkan beberapa aksesoris unik untuk menghiasnya, membuatnya jadi detil dan enak dilihat. Sembari masih mencari inspirasi, teleponnya tiba-tiba berdering.
“Bu?” Melihat ID penelepon, Mu Xiaoya memanggil seraya tersenyum.
“Maaf, apakah ini adalah putri Guru Shen?” Suara yang menjawabnya sama sekali tidak dikenal.
“Benar, Anda adalah?”
“Saya adalah rekan sekerja Guru Shen, marga saya Yang. Guru Shen tiba-tiba jatuh pingsan di kelas barusan ini dan sekarang berada di UKS.”
“Apa?!” Mu Xiaoya langsung berdiri dari kursinya, “Saya… saya akan ke sana sekarang juga, tolong jaga ibu saya untuk sementara ini.”
“Jangan terlalu cemas, dokter sekolah hanya bilang kalau mungkin saja ini hypoglycemia, akan baik-baik saja setelah Guru Shen beristirahat sebentar. Guru Shen sekarang sedang diinfus tapi Guru Mu sedang tidak di sekolah saat ini, jadi saya menelepon Anda untuk memberitahukan hal ini.”
“Saya mengerti, saya akan ke sana, terima kasih.” Mengetahui bahwa ibunya baik-baik saja, Mu Xiaoya akhirnya bisa agak tenang. Dia menutup teleponnya dan keluar dengan membawa tasnya.
“Ada apa dengan Bibi? Aku akan pergi bersamamu.” Fang Hui juga mendengar telepon Mu Xiaoya.
“Tidak apa-apa, cuma gula darah rendah, aku akan baik-baik saja ke sana sendirian.”
“Kalau begitu jangan gugup, hati-hati saat menyetir di jalan,” Fang Hui berkata.
Mu Xiaoya mengangguk, kemudian keluar menuju SMU Qingyuan.
Saat dia tiba di UKS, Shen Qingyi sudah sadar, namun infus masih menggantung di tangannya.
“Bu, apa Ibu baik-baik saja?” Mu Xiaoya mencodongkan diri lebih dekat pada ibunya dan mengangkat tanganya untuk memeriksa suhu tubuh di dahi sang ibu.
“Jangan khawatir, tidak masalah, hanya penyakit lama yang kambuh lagi,” Shen Qingyi tersenyum.
“Penyakit lama apa? Bagaimana bisa aku tak ingat kalau Ibu punya penyakit lama sampai pingsan?” Mu Xiaoya bertanya.
“Sebenarnya, ini cuma hypoglycemia, ditambah sedikit sengatan panas.” Dokter sekolah di sampingnya menjelaskan, “Guru Shen, Anda tak boleh memberikan pelajaran kepada siswa tanpa memakan sarapan Anda lagi.”
“Bu, bagaimana bisa Ibu tidak sarapan?” Wajah Mu Xiaoya tiba-tiba jadi penuh teguran setelah mendengar kalau hal itu terjadi karena sang ibu tidak sarapan.
“Yo, sekarang tiba giliranmu untuk mendisiplinkan aku? Kau tak sarapan tiap hari saat kau di kampus dan kau masih punya muka untuk mengatakan ini kepadaku?” Shen Qingyi menatap curiga pada putrinya.
“Ibu kan guru, bagaimana bisa seorang guru memberi contoh yang buruk ah?” Mu Xiaoya tak bisa berkata-kata.
“Baiklah, aku tahu, aku sedang terburu-buru untuk menilai hasil ujian dan lupa sarapan. Aku takkan melakukannya lagi kelak.” Shen Qingyi menepuk-nepuk punggung tangan putrinya dan berjanji.
“Bagaimana dengan Ayah? Kenapa dia tak ada di sini saat Ibu pingsan?” Mu Xiaoya bertanya.
“Ayahmu membawa para siswa untuk berkompetisi di SMU Chengbei. Dia pergi sendirian, jadi dia tak bisa meninggalkan para siswa. Lagipula, ini bukan masalah besar ah.”
“OH~~” Mu Xiaoya melirik pada infusnya, kemudian berkata kepada dokter sekolah, “Dokter, bukankah ini sudah saatnya untuk mencabut jarumnya?”
Si dokter sekolah menghampiri dan melihat kalau botolnya sudah kosong, jadi dia pun melepaskan jarumnya dari tangan Shen Qingyi dan berkata, “Tak ada masalah besar, pulang dan istirahatlah, jangan lupa untuk sarapan di masa mendatang.”
“Oke, terima kasih, Dokter Liu,” Shen Qingyi berterima kasih seraya tersenyum.
“Terima kasih.” Mu Xiaoya membawa ibunya kembali rumah, pergi ke dapur dan merebus air, mencampur susu dan kantong teh lalu membuat secangkir teh susu untuk ibunya, “Minum teh susu ini lebih dulu, aku akan segera membuatkan sesuatu.”
“Kalau dipikir-pikir, kau sudah janji untuk pulang malam ini dan memasak untuk kami.” Shen Qingyi tertawa, “Kau benar-benar bisa masak?”
“Tentu saja ah, Ibu akan cicipi kemampuanku sebentar lagi.” Mu Xiaoya berbalik ke kulkas dan mendapati kalau hanya tersisa beberapa butir tomat dan kentang. “Bu, tak ada makanan di kulkas, jadi aku cuma bisa membuat seadanya kali ini. Aku akan keluar dan membeli sayuran di siang hari dan membuatkan sesuatu yang lezat untuk Ibu dan Ayah malam ini.”
“Oke.” Sungguh langka bagi putrinya untuk seberbakti ini, jadi Shen Qingyi juga merespon dengan seulas senyum.
Akan tetapi, orang yang rajin tak bisa menahan diri mereka sendiri. Saat Mu Xiaoya sedang memotong-motong kentang di dapur, Shen Qingyi mengambil tongkat pel dan mulai membersihkan lantai. Melihat hal itu, Mu Xiaoya langsung keluar dari dapur sambil masih memegangi pisau dapur, “Bu, apa yang Ibu lakukan?! bukankah aku sudah bilang agar Ibu istirahat?”
“Nggak apa-apa, aku sudah sehat lagi, ini cuma penyakit lama, sungguh.”
“Penyakit lama apa? Aku tak pernah lihat Ibu pingsan sebelumnya.” Mu Xiaoya tak memercayainya.
“Yang hari ini terjadi karena aku tak sarapan, sehingga penyakitnya jadi cukup serius, tapi biasanya pikiranku kadang jadi kosong selama beberapa waktu.”
“Apa? Pikiran kosong apa yang Ibu bicarakan?” Mu Xiaoya bertanya.
“Kadang-kadang aku tiba-tiba bisa merasa pusing, tapi ini tak serius, dan cuma selama dua atau tiga detik. Ini seperti kalau kau berjongkok di lantai lalu tiba-tiba bangun dan berjalan,” Shen Qingyi menjelaskan.
“Bagaimana bisa aku tak tahu tentang masalah ini?”
“Bukankah aku baru saja mengatakannya? Rasanya seperti kalau aku tiba-tiba seperti kerasukan selama dua hingga tiga detik, kadang-kadang aku bahkan melupakan segalanya, jadi kapan aku punya kesempatan untuk memberitahumu?” Shen Qingyi berkata.
“Kalau begitu… apa ibu pernah pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya?” Mu Xiaoya bertanya.
“Belum.”
“Kenapa Ibu nggak pergi ah? Pasti ada alasan untuk rasa pusing Ibu yang sering itu?”
“Ini keturunan, bibi buyut dan bibimu semua memilikinya. Bibi buyutmu sekarang sudah berumur lebih dari enam puluh tahun, tapi dia tetap baik-baik saja.”
“Keturunan?!” Mu Xiaoya hanya merasakan kerasnya dengingan di dalam kepalanya.
Apakah aku baru saja menemukan tentang tanda-tanda penyakit keturunan? Kalau penyakit genetis ini tidak terjadi secara mendadak, maka apakah bisa dideteksi terlebih dahulu?”
“Omong-omong, apa kau pernah merasa pusing juga? Aku pertama kali merasa pusing saat aku kira-kira seumuranmu,” Shen Qingyi bertanya kepada putrinya.
“Tidak.” Mu Xiaoya menggelengkan kepalanya dan memaksa dirinya untuk tenang.
“Baguslah, kupikir penyakit ini telah separuh ditekan oleh gen dari ayahmu.” Meski ini bukan masalah besar, namun bila putrinya bisa sehat, Shen Qingyi tentu saja merasa lebih gembira.
“Aku akan memasak, dan setelah Ibu selesai makan, kita akan pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan.” Mu Xiaoya tersenyum, memberitahu ibunya agar jangan mengepel lantai lagi dan kemudian kembali ke dapur untuk masak.
Setelah makan siang, meski Shen Qingyi menentang, Mu Xiaoya masih membawanya ke rumah sakit untuk menjalankan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, semua indeks yang ditunjukkan normal, ibunya sangat sehat.
Mu Xiaoya menghembuskan desahan lega, dan pada saat bersamaan merasa agak kehilangan sebelum dia mulai menyalahkan dirinya sendiri: Mu Xiaoya, kau terlalu tidak berbakti, untuk apa kau merasa kehilangan? Apa kau benar-benar berharap ibumu memiliki masalah yang sama dengan dirimu?!
“Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku baik-baik saja. Lihatlah dirimu menghabiskan semua uang itu dan masih membuatku dioper ke mana-mana sesiangan dengan sia-sia. Pihak sekolah telah mengatur pemeriksaan medis setiap tahunnya, dan tiga bulan yang lalu aku sudah mendapatkan laporan medisku. Semuanya normal.” Shen Qingyi yang lelah tak bisa menahan diri untuk mengomeli putrinya.
“Terima sajalah untukku agar aku bisa merasa tenang ah,” Mu Xiaoya membenahi perasaannya.
“Sudah lega sekarang?” Shen Qingyi menyodok kepala putrinya dengan jarinya.
“En.”
“Kalau begitu, ayo pergi, bukankah kau bilang kau ingin masak besar-besaran untukku dan ayahmu?” Shen Qingyi bangkit seraya tersenyum dan keduanya pun meninggalkan rumah sakit bersama-sama.
Saat mereka tiba di rumah, Ayah Mu dan Bai Chuan sudah menunggu di dalam. Mulanya, mereka ingin pergi ke rumah sakit, tapi setelah menelepon, mereka tahu kalau Mu Xiaoya dan Ibu Mu sudah berada dalam perjalanan pulang, jadi mereka pun menunggu dengan patuh di sini.
“Qingyi, bagaimana hasilnya?” Mu Ruozhou bertanya dengan cemas.
“Aku baik-baik saja. Kalau kau tak percaya, kau bisa lihat ke tumpukan laporan pemeriksaan di tangan putrimu itu.” Shen Qingyi tertawa, “Ini cuma penyakit lama yang kambuh lagi, dan hanya secara kebetulan munculnya bersamaan dengan gula darah rendah. Xiaoya merasa cemas sehingga dia memaksaku pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh.”
“Baguslah kalau diperiksa.” Mu Ruozhou jelas tahu tentang masalah istrinya, “Meski rasa pusingmu bukan masalah serius, tapi kalau bisa disembuhkan, maka harus disembuhkan.”
“Masalahnya adalah, tak ada apa-apa yang ditemukan pada pemeriksaannya ah.”
“Kau mungkin kelelahan akhir-akhir ini, jadi bagaimana kalau kau melepaskan posisi sebagai kepala guru?” Mu Ruozhou tak mau istrinya bekerja terlalu keras.
“Pekerjaanku baru saja masuk ke jalur yang tepat, dan anak-anak muridku baru saja mulai terbiasa denganku, aku tak bisa menggantinya,” Shen Qingyi menolak tanpa berpikir.
Bai Chuan tak banyak bicara. Sejak saat ibu mertuanya memasuki pintu, dia hanya berdiri di sisi Mu Xiaoya dan mengekspresikan kepeduliannya lewat sorot matanya.
Shen Qingyi menyadari tatapan Bai Chuan dan menenangkan, “Jangan cemas, aku baik-baik saja.”
“En.” Bai Chuan merasa lega.
“Ayah, Ibu, tak ada makanan yang tersisa di kulkas, aku akan pergi bersama Bai Chuan untuk membeli beberapa bahan makanan, lalu kami akan kembali dan memasak makan malam untuk kalian nanti.” Mu Xiaoya meletakkan laporan pemeriksaan di tangannya pada meja kopi di ruang keluarga dan mengajak Bai Chuan keluar.
Ada pasar sayuran tidak jauh dari gerbang komunitas perumahan kecil itu, tapi mempertimbangkan lingkungan berantakan pasar tersebut, Mu Xiaoya akhirnya memilih untuk pergi ke supermarket. Hanya saja sejak saat mereka berangkat hingga mereka tiba di rumah, Mu Xiaoya telah dibebani oleh kecemasan, dan Bai Chuan yang ada di sisinya merasa agak kebingungan. Pria itu bahkan berusaha untuk memulai percakapan, namun Mu Xiaoya hanya mengabaikan dirinya dengan kata ‘en’ atau ‘ah’.
Bai Chuan tidak bagus dalam berbicara, dan pada saat ini, Mu Xiaoya jelas-jelas menolak untuk berkomunikasi. Hal ini membuat Bai Chuan agak takut. Saat mereka tiba di gerbang area perumahan, Bai Chuan akhirnya tak tahan lagi dan menghentikan langkahnya. Pada saat bersamaan, dia mengulurkan tangan pada Mu Xiaoya yang sedang berjalan maju sendirian.
“Ah? Apa?” ujar Mu Xiaoya yang akhirnya kembali pada kesadarannya.
“Aku sedang bicara padamu, tapi kau nggak memerhatikan,” Bai Chuan memprotes.
“Maaf, aku cuma sedang mencemaskan tentang penyakit ibuku sehingga aku tak dengar apa yang kau katakan. Kau barusan bilang apa?” Mu Xiaoya bertanya.
“Aku mengerti, ayo kembali.” Bai Chuan melepaskan Mu Xiaoya, membawa sayuran dan lanjut berjalan. Dia hanya ingin tahu apa yang sedang Mu Xiaoya pikirkan.
“….” Mengerti apa? Mu Xiaoya agak kebingungan.
Kembali ke rumah, Mu Xiaoya membawa bahan-bahannya langsung ke dapur, sementara Bai Chuan tetap tinggal di ruang keluarga dan menunggu makan malam bersama kedua mertuanya.
“Xiao Chuan, apa masakan Xiaoya enak?” Ini adalah pertanyaan dari ayah kandung Mu Xiaoya sendiri. Bagaimanapun juga Xiaoya sudah tumbuh sampai sebesar ini, tapi Mu Ruozhou tak pernah melihat putrinya sendiri memasak.
“Enak,” Bai Chuan mengangguk.
“Kau tanya pada Xiao Chuan, tentu saja dia akan bilang enak,” Shen Qingyi tertawa. Pikiran-pikiran Bai Chuan semuanya ada pada putrinya, siapa pun yang punya mata bisa melihatnya. Tapi tampaknya setelah menikah, kondisi Bai Chuan jadi jauh lebih baik daripada sebelumnya, ucapan dan reaksinya jauh lebih cepat dan tepat.
“Ah, benar juga,” Mu Ruozhou juga tertawa.
Bai Chuan menatap kedua orang tetua yang bicara dan tertawa dengan santainya, dan tiba-tiba berdiri dengan sangat serius dan membungkuk.
“Xiao Chuan, apa yang kau lakukan?” Kedua orang itu terlompat kaget.
“Aku ingin minta satu hal kepada kalian,” Bai Chuan berkata.
“Hal apa? Kau bicaralah.” Keduanya saling berpandangan, wajah mereka tampak penasaran.
“Bisakah kalian berhenti sakit di masa mendatang…?”
———————
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-58/