My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 60
Pada hari pertama Bai Chuan pergi bekerja seorang diri, tampaknya bahkan Tuhan juga mengasihani dirinya, jadi turun hujan gerimis halus dari langit.
Memegangi sebuah payung di tangan kirinya sementara tangan kanannya menggaruk jahitan pada pipa celanannya, terkadang, Bai Chuan akan menatap kembali pada undakan yang mengarah ke rumah. Meski mereka terpisahkan oleh tirai hujan dan undakan sejauh dua meter, Mu Xiaoya masih bisa merasakan kegelisahan Bai Chuan yang berat.
“Dia sudah berdiri di sana selama sepuluh menit.” Fang Hui yang berlari kemari pagi-pagi sekali untuk melihat pertunjukannya, sekarang menyandar pada jendela bergaya Perancis seraya menyesap secangkir kopi, ekspresinya tampak sangat puas.
“Sembilan menit,” Mu Xiaoya mengoreksi.
“Apa bedanya?!” Fang Hui memutar matanya, apa gadis ini sudah kelamaan bersama dengan Bai Chuan sehingga dia meniru pria itu dan menjadi sensitif pada angka? “Lupakan saja, kau lihat betapa mengibakannya dia.”
“Nggak!” Mu Xiaoya menolak dengan tegas dan terus terang.
“Oh, inikah yang namanya mengeraskan hati?” Fang Hui merasa agak kaget.
“Ada hal-hal yang harus dia pelajari.”
“Kalau begitu lihatlah betapa kau memikirkan dia, kukira kau sudah siap untuk mengurus dia seumur hidupmu.”
“Aku juga ingin ah….” Dengan seulas senyum pahit, Mu Xiaoya mengesah pelan. Andai dia bisa, dia tak mau memaksa Bai Chuan sekeras ini.
“Apa katamu?”
“Kataku.. Bai Chuan harus mampu mengatasinya, sama seperti ketika aku meminta dia pergi untuk lari pagi.” Benar juga ah, seperti lari pagi, Bai Chuan telah mengubah hal yang dia tolak menjadi gaya hidup yang dia sukai.
“Tapi, apa kau benar-benar tidak takut kalau Bai Chuan akan mengalami kecelakaan? Meski semua orang di dalam keluarga menyetujuinya, tapi kalau sesuatu benar-benar terjadi pada Bai Chuan, mereka tetap akan menyalahkanmu,” Fang Hui mengingatkan.
“Aku tahu.” Mu Xiaoya sudah siap secara mental, “Bai Zheng memang benar, mereka pasti akan menyalahkan aku kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Bai Chuan.”
“Bai Zheng? Kenapa dia bilang begitu?!” Fang Hui menatapnya, tampak seakan dirinya sudah akan mengamuk, “Kau sudah jadi seperti ini demi Bai Chuan dan mereka masih berani menyalahkanmu? Untuk alasan apa?!”
“Aku tak berpikir kalau dia bermaksud seperti itu.” Mu Xiaoya menjelaskan, “Yang dia maksudkan adalah bahwa tak peduli siapa pun yang membuat keputusan ini, begitu ada sesuatu yang salah dengan Bai Chuan, maka kami semua akan saling menyalahkan satu sama lain. Menyalahkan pihak lain dan menyalahkan diri sendiri. Tapi cinta ah, selain toleransi dan perlindungan, juga memiliki tanggungjawab. Kalau kami ingin membuat Bai Chuan jadi lebih baik, kami harus mengambil risiko, dan karena kami harus mengambil risiko, maka kami ahrus memiliki keberanian untuk menanggung konsekuensinya. Aku menginginkan keberanian itu, dan demikian halnya juga dengan mereka.”
“Jadi, apa itu artinya dia memercayaimu?” Fang Hui mengangkat alisnya.
“Seharusnya, Bai Zheng yang bilang sendiri kalau aku secara hukum dan moral merupakan orang terdekat bagi Xiao Chuan.”
“Dia pantas menjadi presdir dari sebuah perusahaan yang terdaftar. Kata-kata ini ah, bukan kata-kata yang akan dipahami oleh sebagian besar orang.” Fang Hui memutar kepalanya dan menatap ke luar jendela. Sebuah taksi perlahan datang dari persimpangan, “Sudah mobil kelima ah.”
Mu Xiaoya juga merasa gugup. Dia menahan napasnya dan menunggu reaksi Bai Chuan.
Bai Chuan juga menyadari keberadaan mobil itu. Tanpa sadar dia menatap balik pada Mu Xiaoya. Mu Xiaoya juga menatap dirinya, namun menolak untuk menghampiri dan membantunya.
Benar-benar ingin aku naik taksi sendiri?
Mobil itu semakin dan semakin dekat, dan tampaknya Bai Chuan akhirnya telah memutuskan bahwa Mu Xiaoya takkan keluar dan membantunya hari ini, jadi Bai Chuan pun menarik napas dalam-dalam dan mengangkat tangannya ke depan.
“Pak, Anda ingin naik?” Si supir taksi memarkirkan mobilnya secara akurat di depan Bai Chuan dan bertanya antusias setelah menurunkan jendelanya.
Bai Chuan tanpa sadar melangkah mundur. Dia kembali berbalik tanpa daya dan mendapati Mu Xiaoya masih berdiri di atas undakan yang tinggi tanpa bergerak.
“Xiao Chuan, kau akan naik taksi untuk pergi ke perusahaan besok pagi. Jangan khawatir, sederhana kok. Saat kau melihat taksi, angkat tanganmu, dan taksinya akan berhenti. Saat si supir bertanya padamu apa kau ingin naik taksi, kau kemudian anggukkan kepalamu atau menjawab ya, lalu buka pintu mobilnya dan duduklah di kursi belakang. Tunggu sampai setelah kau masuk ke dalam mobil, si supir akan tanya padamu ke mana kau ingin pergi, dan kau akan memberi dia alamat perusahaannya. Setelah melakukan semua ini, sama seperti sebelumnya, kau cukup tunggu di dalam mobil hingga kau tiba di perusahaan sebelum turun dari mobil.”
Bai Chuan mengingat-ingat dalam diam prosedur yang Mu Xiaoya ajarkan kepadanya semalam. Sikap diamnya membutuhkan waktu lama, untungnya, supir-supir taksi ini semuanya telah diberitahu terlebih dahulu oleh Mu Xiaoya, jadi mereka tak mendesak Bai Chuan.
Sudah merupakan kemajuan besar bila Bai Chuan bisa mengangkat tangannya dan menghentikan mobil, sekarang mereka hanya perlu menunggu dirinya mengumpulkan keberanian untuk naik mobil dan pergi.
“Ya.” Akhirnya, Bai Chuan menjawab pertanyaan si supir.
“Kalau begitu, silakan masuk ke dalam mobil.” Si supir menggumam dalam hati, ‘Akhirnya, ada reaksi’, kemudian buru-buru mengingatkan pihak lainnya untuk masuk ke dalam mobil.
Bai Chuan sangat familier dengan gerakan masuk ke dalam mobil; dia menarik pintu mobilnya hingga terbuka, menutup payung dan kemudian duduk di dalam.
Begitu Bai Chuan duduk, si supir menyalakan mobilnya dan berjalan pergi. Bai Chuan yang ketakutan berbalik dan melihat ke belakangnya, namun sosok Mu Xiaoya telah tertutup oleh pepohonan di tepi jalan dan tak lagi terlihat.
“Pak, Anda mau pergi ke mana?” Si supir mulai menyalakan meteran argonya.
Bai Chuan menjadi kaku, dan tiba-tiba dia menyadari kalau secara mendasar dia memasukkan dirinya sendiri ke dalam ruangan yang sangat kecil bersama dengan orang yang benar-benar asing. Dirinya begitu gugup sehingga tak bisa bicara, dan dia bahkan ingin melompat keluar dari mobil.
“Pak, katakan pada saya Anda mau ke mana ah?” Si supir melihat kalau Bai Chuan masih tak menjawab, jadi dia mendesak dan bertanya kembali.
“Aku… aku….” Ingin turun, jemari Bai Chuan diam-diam meremas gagang pintu. Pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.
“Xiaoya… Xiaoya….” Bai Chuan mengangkat teleponnya dan berteriak panik, persis seperti orang tenggelam yang berpegangan erat-erat pada kayu yang mengapung.
“Xiao Chuan, jangan takut, tenanglah, tarik napas dalam-dalam….” Suara Mu Xiaoya berulang lagi dan lagi di telepon. Dia menunggu hingga Bai Chuan menjadi tenang sebelum bertanya, “Apa kau sudah memberitahu supirnya tempat yang kau tuju?”
“Belum.” Bai Chuan menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu, apa kau masih ingat?”
“Jalan Sannan nomor 1999, Gedung Yifeng.”
“Kalau begitu kau ulangilah kata-kata itu ke supir di depanmu, dia akan mengantarmu ke sana.” Mu Xiaoya berkata lembut, “Xiao Chuan, jangan tutup teleponnya, aku ada di sisimu.”
Kalimat ini memberi Bai Chuan kekuatan yang tak terbatas. Bai Chuan memaksa dirinya lagi untuk menarik keluar dirinya dari dunia di mana hanya ada dia dan Mu Xiaoya di dalamnya, dan berusaha untuk berkomunikasi dengan supir di depan, “Aku… ingin pergi ke Jalan Sannan nomor 1999, Gedung Yifeng.”
“Oke, kita akan tiba di sana sebentar lagi.” Si supir tak melihat ke belakang dan tak mengatakan yang lainnya, seakan dia tak melihat apa pun yang baru saja terjadi di belakangnya. Dia hanya memeriksa kuncinya sekali lagi dan memastikan kalau pintunya terkunci dengan benar.
Begitu mobilnya mencapai sudut Jalan Sannan, penjaga keamanan di pintu telah melihatnya dari kejauhan. Dia buru-buru berseru ke sisi lain, “Mobil Tuan Muda Kedua sudah tiba!”
Dan kemudian, dia pun dengan siaga melangkah ke depan dan membantu Bai Chuan membukakan pintu.
“Selamat datang, Tuan Muda Kedua.”
Kemunculan dari si penjaga keamanan kecil itu membuat Bai Chuan sepenuhnya menenangkan pikirannya. Dia benar-benar telah tiba di Yifeng, dan orang yang membukakan pintu adalah penjaga keamanan yang telah dia temui setiap paginya untuk membukakan pintu mobilnya.
“Tuan Muda Kedua, apa Anda tidak akan turun dari mobil?” Si penjaga keamanan melihat penampilan tertegun Bai Chuan dan terpaksa membisikkan pengingat.
Tentu saja Bai Chuan harus turun. Saat dia sudah akan mengambil payungnya, tiba-tiba dia ingat sesuatu dan mengulurkan sesuatu dari kantongnya. Dia mengeluarkan seratus yuan dan menyerahkannya kepada supir di depan, “Uang.”
Bai Chuan ingat bahwa setelah tiba di perusahaan, dia harus membayarkan uang pada si supir.
“Tunggu sebentar, aku akan mencarikanmu kembaliannya.” Si supir juga sudah menyiapkan kembaliannya terlebih dahulu, jadi dia langsung mengambilnya dan memberikannya pada Bai Chuan. Setelah Bai Chuan turun dari mobil, dia menyetir pergi dengan terburu-buru, seakan takut kalau Bai Chuan akan kembali duduk di dalamnya.
“Xiaoya, aku sudah sampai.” Bai Chuan masih memegangi ponsel di tangannya.
“Kalau begitu kau bekerjalah, oke? Setelah pulang kerja, aku akan menunggumu di studio untuk pulang bersama-sama.”
“En.” Bai Chuan mengangguk tanpa henti, meski Mu Xiaoya jelas-jelas tak bisa melihatnya. Menutup teleponnya, dia pun memasuki Gedung Yifeng, menatap semua yang ada di sekitarnya, dia berpikir bagaimana dirinya baru saja tiba di tempat ini dengan naik taksi, dan hati Bai Chuan tiba-tiba merasakan suatu kesan pencapaian dan kepercayaan diri yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
“Pak Presdir, Tuan Muda Kedua sudah tiba di Departemen R&D,” Lu Yang menatap telepon dan memberitahukan kabar yang dia dapat dari A’Tong Mu kepada Bai Zheng yang sedang berjalan mondar-mandir di kantor.
“Mengerti, mulai rapatnya!” Bai Zheng mengangkat teleponnya dan memberitahu orangtuanya serta Mu Xiaoya tentang kabar itu.
“Baik.” Lu Yang berbalik dan memberitahukan kepada para eksekutif yang telah menunggu selama lebih dari dua puluh menit di ruang rapat bahwa Presdir akan datang sekarang.
Meski Mu Xiaoya dan Bai Chuan telah bicara di telepon sepanjang jalan, bila pesan konfirmasi dari Bai Zheng belum terkirim, Mu Xiaoya masih tak bisa merasa tenang. Pada saat ini, dia akhirnya benar-benar tenang. Dia tersenyum dan menatap Fang Hui yang menemani dirinya selama ini dengan penuh semangat, “Dia berhasil! Dia telah belajar untuk naik taksi sendirian!”
“Aku tahu, lihat saja bagaimana kau begitu kegirangan seperti ini.”
“Kau tak mengerti! Ini adalah langkah pertama Bai Chuan ke dunia luar! Dia hanya akan jadi semakin dan semakin baik di masa mendatang.”
“Memang aku tak mengerti, kalau begitu aku akan menonton saja pelan-pelan mulai dari sekarang.” Fang Hui juga berharap Bai Chuan bisa membaik. Yang terbaik adalah bila dia bisa jadi jauh lebih baik lagi.
Pada pukul setengah enam sore, Mu Xiaoya menerima pesan dari Bai Zheng: ‘Xiao Chuan sudah naik mobil.’
Mu Xiaoya langsung mengambil gambar desain yang belum selesai dan memindahkannya dari mejanya ke bar di dekat pintu. Dengan demikian, dia bisa memastikan kalau Bai Chuan bisa melihat dirinya begitu pria itu tiba.
“Ting!”
Pesan lain masuk ke ponsel Mu Xiaoya. Pesan itu dari Bai Chuan: ‘Aku naik mobil, dan juga memberitahukan alamat studionya ke supir.’
Apakah ini maksudnya meminta pujian? Mu Xiaoya tak bisa menahan senyumnya, dia pun langsung menyemangati: ‘Kemajuan besar, patut dipuji oh.’
Dengan supir taksi yang ahli, jalan yang familier dan kecepatan yang tinggi, Bai Chuan tiba di pintu masuk studio lima menit lebih awal daripada yang diperkirakan. Mu Xiaoya sedang menunduk untuk mengganti beberapa desain kecil dan luput melihat taksi yang berhenti di pintu. Tapi Bai Chuan menatap ke jendela dan melihat Mu Xiaoya.
Dia memegang sebuah payung, berjalan dengan langkah-langkah ceria seakan ada sayap di kakinya, menatap ke arah Mu Xiaoya, menunggu Mu Xiaoya menemukan dirinya dari seberang jendela.
Mu Xiaoya menggambar garis terakhirnya dan tanpa sadar mendongak untuk melihat apakah taksinya sudah tiba. Siapa yang tahu bahwa ketika dia menaikkan tatapannya, dia akan disambut oleh senyum berpuas diri dari Bai Chuan.
Bai Chuan tersenyum di luar di tengah hujan, Mu Xiaoya tersenyum di dalam studio, keduanya terpisahkan oleh selapis kaca, dan tak satu pun yang bergerak.
Tiba-tiba, Bai Chuan mengulurkan tangan dan menangkap setitik air di ujung payung, lalu dengan cepat menuliskan sebaris kalimat pada jendela kaca: ‘Xiaoya, aku pulang.’
Tiga kata yang begitu sederhana, Mu Xiaoya amat kegirangan dan bahagia sehingga dia menghambur keluar dari studio langsung menyongsong hujan dan memasuki naungan payung Bai Chuan.
“Indah sekali ah~,” ujar Leng Yi, salah satu dari dua pegawai di studio.
“Romantis sekali ah~,” ujar Fang Hui, salah satu dari dua bos di studio.
“Kenapa kalian tak menyuruh Bai Chuan masuk saja? Kak Mumu lari keluar seperti ini, tidakkah baju kedua orang itu jadi basah sekarang?” ujar Xiaoxin, salah satu dari dua pegawai di studio.
“Tutup mulut!” Cercaan ganda dari Leng Yi dan Fang Hui.
“….”
—————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isohungrytls.com/my-husband-with-scholar-syndrome/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-60/