My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 64
Karena insting kuat Bai Chuan soal waktu, Mu Xiaoya hampir selalu tiba di studio sebelum jam setengah sembilan pada beberapa bulan terakhir ini. Tapi hari ini adalah kali pertama Mu Xiaoya terlambat, dan dengan penampilan yang lebih memikat daripada sebelumnya. Tak usah ditanyakan lagi, Fang Hui sudah tahu apa yang terjadi. Yang mengejutkan dirinya adalah bahwa Bai Chuan tampak amat tertegun seakan tak mengerti betapa kuat tindakannya itu!
Fang Hui mengesah, dan maju pada saat bersamaan, untuk bergosip, “Kenapa kau terlambat hari ini?”
Mu Xiaoya menatap seseorang yang tahu apa yang harus ditanyakan. Kalau kau ingin lihat aku malu dan marah, aku takkan membiarkanmu melihatnya.
“Kau adalah anjing lajang, bagaimana kau mengerti urusan kami wanita yang telah menikah?”
“Hei! Lihatlah olokanmu itu, kau itu baru saja mencicipi daging lagi dan menganggap dirimu sendiri sebagai orang berpengalaman.” Fang Hui tak tahan untuk berkata, “Kalau bukan berkat aku, kau akan masih jadi vegetarian sekarang ini.”
Fang Hui tak bilang kalau Mu Xiaoya tak tahu bagaimana caranya meminta bantuannya. Tapi pada saat ini ketika dia mengaku dan bilang kalau Mu Xiaoya kelaparan, Mu Xiaoya pun mencengkeram kerah baju Fang Hui dan berseru, “Omong kosong apa yang kau katakan pada Bai Chuan?!”
“Orang tak lupa untuk menggali sumur demi bisa minum air. Keuntungan yang didapat dengan tak senonoh masih belum kering diseka dari mulutmu. Mendendam sebelumnya, bukankah hal itu sangat tak enak dilihat?” Fang Hui menepuk-nepuk wajah Mu Xiaoya dengan gaya merendahkan, mencengkeram tangan yang ada di kerahnya, kemudian duduk dengan tenang.
“Kau, kelak, jangan bicara sembarangan di depan Bai Chuan,” Mu Xiaoya mengancam.
“Omong kosong apa, apa teknik Bai Chuan nggak bagus?!” Fang Hui memikirkan hal itu. Kemungkinan besar ini adalah kali pertama untuk mereka berdua ah. Bai Chuan seperti itu, jadi mungkin tekniknya tidak bagus. “Nggak apa-apa. Lebih baik melatih hal semacam ini.” Meski ini adalah kata-kata yang menenangkan, nada suara Fang Hui sarat dengan simpati.
“Bukan!” Mana bisa aku tahan bila diberitahu bahwa kemampuan suamiku tidak bagus?
“Jadi lumayan bagus ya? Sepertinya pengalaman dari yang kemarin cukup bagus.” Mata Fang Hui yang penuh semangat berbinar.
“Kau….” Mu Xiaoya mendapati bahwa dirinya tak bisa dibandingkan dengan Fang Hui, karena Fang Hui memiliki wajah yang lebih tebal. Pada akhirnya, dia hanya bisa merona mengolok dirinya sendiri dengan tidak setuju. Dia tak tahu apakah dirinya harus marah atau malu.
“Sudah jadi wanita yang menikah, kenapa malu-malu begitu?” Fang Hui menggoda, “Sebentar lagi, atau… mungkin bahkan sekarang… kau sudah jadi ibu.”
Ibu?!
Pipi Mu Xiaoya yang merona serta merta memucat. Setelah dia terlahir kembali, dia telah membuat banyak perubahan dan jadi lebih berpikiran terbuka daripada di kehidupannya yang lampau, namun masalah menjadi seorang ibu adalah sesuatu yang tak berani dia pikirkan.
Bagaimana bisa seseorang yang hanya punya jangka hidup tiga tahun lebih sedikit menjadi seorang ibu?
“Aku… mungkin akan jadi ibu?” Hanya dengan memikirkannya, Mu Xiaoya merasa jantungnya bergetar.
“Iya ah, kejadian semalam baru terjadi secara mendadak. Dengan karaktermu yang berusaha mempertahankan pernikahan platonis dengan Bai Chuan, kau tentunya tak mempersiapkan TT* di rumah.” Fang Hui tak menyadari ketidaknormalan Mu Xiaoya, namun dia masih menggoda.
(T/N: TT = Taotao = kondom)
Mu Xiaoya tahu bahwa kata-kata Fang Hui adalah hal yang melebih-lebihkan, namun mereka benar-benar tak melakukan pencegahan apa pun semalam, jadi kemungkinan ini masuk diakal.
“Lihatlah, apa yang menakutimu?” Fang Hui melihat wajah Mu Xiaoya memucat dan mengira kalau Mu Xiaoya menganggapnya secara serius dan buru-buru mengubah nada suaranya. “Maksudku, aku cuma mengatakannya secara sembarangan, mana mungkin itu bisa terjadi ah?”
Mu Xiaoya menatap Fang Hui dan tak bicara, namun ekspresi di wajahnya perlahan menampakkan keputusasaannya. Bagaimana kalau, bagaimana kalau aku hamil?
“Kalau kau benar-benar merasa tidak nyaman, pergi saja ke apotik untuk membeli obat demi mencegahnya?” Gadis ini benar-benar tak berpengalaman, zaman apa sekarang? Kan ada banyak cara kontrasepsi.
“Aku… ada sesuatu yang harus kulakukan.” Mu Xiaoya tak mau melanjutkan topik ini dengan Fang Hui. Dia menopang dirinya sendiri dari meja dengan kedua tangannya sebelum bangkit dari kursi dengan wajah pucat, kemudian dia pun meninggalkan studio dengan linglung.
“Bukanlah kau benar-benar menyukai anak-anak? Bagaimana bisa saat aku bilang kau mungkin bisa hamil kau jadi begitu ketakutan?” Fang Hui menatap punggung Mu Xiaoya dan menggumam bingung pada dirinya sendiri. Tapi dia tak terlalu memikirkannya, karena bila itu adalah dirinya, dia mungkin juga tak mau menjadi seorang ibu dalam usia semuda itu.
****
Mu Xiaoya terlambat, jadi tentu saja Bai Chuan juga terlambat.
Kedatangan Mu Xiaoya yang terlambat hanya menyebabkan Fang Hui bergosip sebentar, sementara kedatangan Bai Chuan yang terlambat telah menunda rapat senior di Grup Yifeng selama setengah jam. Bai Zheng bahkan mengirimkan sebuah pesan khusus untuk bertanya kepada Mu Xiaoya kenapa Bai Chuan terlambat. Jawabannya adalah bahwa mereka terhambat di pagi hari.
Apa yang bisa menghambat Bai Chuan yang konsep waktunya sangat kuat?
Kau tahu, bila orang lain yang menunda waktunya, mereka akan menebusnya. Namun Bai Chuan berbeda. Begitu waktunya terganggu, ritmenya untuk hari itu akan terganggu. Dalam kasus-kasus serius, dia bahkan akan memasuki semacam kepanikan yang tak bisa dijelaskan, kemudian kumat. Mu Xiaoya tahu tentang hal ini, jadi dia telah berkooperasi dengan Bai Chuan dalam hal ini untuk sedemikian lamanya.
Apa yang menyebabkan penundaan hari ini? Meski Bai Zheng penasaran tentang apa yang terjadi, Mu Xiaoya menolak untuk mengatakannya secara spesifik, dan tentu saja Bai Zheng tak bertanya. Dia hanya menyuruh asistennya untuk lebih memerhatikan Bai Chuan dan memberitahu dirinya begitu ada masalah.
“Pak Presdir, ada sesuatu yang salah dengan Tuan Muda Kedua hari ini.” Pada pertengahan hari, Lu Yang datang untuk melaporkan kabar terkini.
“Apa yang salah?” Bai Zheng tercengang.
“A’Tong Mu bilang kalau efisiensi kerja Tuan Muda Kedua pagi ini sangat rendah.”
“Hal ini bisa diperkirakan. Setiap kali ritemenya terganggu, dia akan jadi panik dan tak tahu harus bagaimana, tapi kita tak bisa menyela dia.” Bai Zheng mengernyit, kemudian memerintahkan, “Kau suruh A’Tong Mu lebih memerhatikan Bai Chuan, dan beritahu aku segera kalau dia menyadari suasana hati Bai Chuan tidak benar.”
“Suasana hati Tuan Muda Kedua tidak benar.” Lu Yang mulai melaporkan hal lain yang salah dengan Bai Chuan, “A’Tong Mu bilang suasana hati Tuan Muda Kedua hari ini baik secara mengejutkan. Pagi ini, dia duduk sendirian di kantor dan tersenyum.”
“Tersenyum?” Bai Zheng agak tertegun, berpikir kalau dirinya sudah salah dengar.
“Ah, bukan hanya tersenyum, tapi juga menunjukkan ekspresi ragu-ragu dari waktu ke waktu.” Lu Yang berkata, “Menurut A’Tong Mu, Tuan Muda Kedua tampaknya telah mengalami suatu kecemasan yang manis.” Omong-omong, sesuai dengan ritme ini, kecil kemungkinan Tuan Muda Kedua akan mengalami krisis tentang hal ini, namun sudah jelas kalau dia tidak produktif.
A’Tong Mu mengeluh pada paruh kedua laporannya, namun Lu Yang tak berani melaporkannya. Konyol sekali, apa yang kau maksudkan dengan Tuan Muda Kedua kita tidak produktif? Tidakkah kau tahu bahwa Departemen R&D kalian hanya ada demi Tuan Muda Kedua? Tidakkah kalian berpikir bahwa menakjubkan bahwa kalian telah mencapai tiga besar dalam hal keuntungan di dalam kantor utama grup akhir-akhir ini, dan bila tak ada Tuan Muda Kedua, Yifeng takkan meluas menjadi industri permainan.
Kecemasan yang manis?!
Bai Zheng mengernyit tanpa disadari. Mereka yang tak pernah bertemu dengan kecemasan yang manis semacam itu takkan pernah bisa membayangkannya. Namun Bai Chuan mencemaskan tentang hal ini, jadi saat waktu makan siang, Bai Zheng mengambil inisiatif lagi untuk muncul di kantor Departemen R&D demi menjemputnya.
“Ayo kita makan sama-sama siang ini?” Bai Zheng berusaha mengundangnya. Sesuai dengan pengalamannya yang sebelumnya, Bai Chuan hanya akan menyetujui undangan makan siangnya ketika dirinya bersalah atau bila punya permintaan kepada Bai Zheng.
“Oke.”
Begitu menyegarkan, sepertinya dia ada sesuatu yang ingin ditanyakan kepadaku. Bai Zheng menaikkan alisnya dan memimpin jalan menuju restoran.
Lu Yang, yang menyaksikan seluruh prosesnya di belakang Bai Zheng, mau tak mau mencibir dalam hati: Semuanya sudah tidak mudah lagi bagi Presdir kita ini. Dia harus pergi ke pintu Tuan Muda Kedua untuk mendiskusikan hutangnya, kalau tidak Tuan Muda Kedua takkan membayarnya. Kalau Tuan Muda Kedua punya suatu keraguan, maka Pak Presdir akan mengambil inisiatif untuk mendatanginya, kalau tidak Tuan Muda Kedua takkan bertanya.
*****
Di restoran.
Keduanya memesan empat jenis masakan dan satu sup saat mereka duduk berhadapan. Meski dia telah mengambil inisiatif untuk mendatangi Bai Chuan, Bai Zheng tak terburu-buru untuk bicara, karena dia tahu bahwa bila Bai Chuan bersedia keluar bersamanya, maka Bai Chuan akan bertanya. Yang harus dia lakukan adalah menunggu dengan tenang.
Seperti yang telah diperkirakan oleh Bai Zheng, Bai Chuan makan sambil memikirkan tentang bagaimana harus bicara. Setelah memakan semangkuk nasi, Bai Chuan merasa kalau waktunya telah tiba, jadi dia bertanya blak-blakan, “Menurutmu seberapa sering hal paling intim antara suami istri harus dilakukan?”
‘Pfff!’ Bai Zheng memuncratkan semulut penuh sup secara tiba-tiba dan menatap Bai Chuan dengan sorot curiga.
“Kau sudah pernah menikah, jadi kau seharusnya tahu.” Memang benar, inilah alasan kenapa Bai Chuan bersedia berkonsultasi dengan Bai Zheng. Dia tak mengenal banyak orang dan dia hanya tahu tiga orang yang telah menikah: kakaknya, ayahnya, dan ayah mertuanya. Dari ketiganya, kakaknya adalah yang usianya paling dekat.
“Kau… kau….” Bai Zheng jarang-jarang merasa galau, wajahnya pucat dan hijau dengan pengaturan emosinya yang biasa lepas kendali. Bukannya dia tak ingin tahu tentang urusan pribadi antara adik dan adik iparnya, namun rahasia ini datang dengan begitu tiba-tiba sehingga dia tak tahu bagaimana harus bereaksi.
Hal ini mengingatkan dirinya pada fakta bahwa Bai Chuan baru saja menikah beberapa bulan yang lalu, dan ibunya yang gelisah juga telah menyuruhnya untuk mengajari Bai Chuan. Pada saat itu, dia menolak, tapi tak mengira kalau dirinya akan berakhir dalam situasi ini.
“Kau tak tahu?” Bai Chuan menurunkan pandangannya dengan kecewa. “Ya, kamu sudah bercerai.” Dia akan pergi dan tanya lagi pada Xiaoya sore ini. Kalau Xiaoya masih menolak untuk bicara, maka dia bisa tanya pada dua orang terakhir dalam daftar.
Aku sudah bercerai, aku sudah bercerai dan aku… apa hubungannya hal itu dengan urusan ini?!
Aku bercerai karena ketidakharmonisan, oke!
Wajah Bai Zheng jadi semakin hijau, namun dia tak bisa melakukan apa-apa soal Bai Chuan. Bila ini adalah orang yang berbeda, dia akan membunuhnya delapan ratus kali, tapi ini adalah Bai Chuan, jadi bahkan ketika dirinya marah, ada suatu perasaan lega aneh yang muncul.
“Hal semacam ini… kau harus tanya pada istrimu.” Bai Zheng menjawab dengan wajah kehitaman.
“Xiaoya menolak untuk bicara.” Dia sudah bertanya beberapa kali pagi ini tapi Xiaoya, yang selalu pandai dalam bicara, tiba-tiba menolak untuk menjawabnya. Tapi hal semacam ini yang bisa membuat kedua orang sama-sama gembira tak bisa hanya menunggu hingga Xiaoya sedang dalam suasana hati yang buruk lagi. Di samping itu, dia tak mau Xiaoya berada dalam suasana hati yang buruk.
Kau… sungguhan bertanya?!
Bai Zheng tiba-tiba bersimpati pada Mu Xiaoya.
“Uhuk… hal semacam ini, kau tak harus menunggu jawabannya. Selama dia tak menolak, kau… itu adalah persetujuan.” Setelah Bai Zheng selesai bicara, dia merasa tidak nyaman, dan tak menyantap makanan apa pun. Untuk pertama kalinya, Bai Chuan tak meletakkan sumpitnya dan meninggalkan dirinya terlebih dahulu. Alih-alih Bai Zheng-lah yang meninggalkan adiknya yang matanya berbinar cerah, yang tampak seakan dia telah mengalami pencerahan dalam pertapaannya.
****
Setelah Mu Xiaoya meninggalkan studio, dia pergi ke rumah sakit. Dia selalu memikirkan tentang sepupunya, Lin Han. Meski tidak pasti apakah Lin Han adalah sepupu yang mati mendadak di kehidupannya yang lampau, atau apakah penyebab kematian mendadaknya adalah penyakit genetis, Mu Xiaoya memutuskan untuk menghindari semua faktor yang bisa dihindari.
“Xiaoya, kenapa kau ada di sini?” Lin Han melihat Mu Xiaoya memasuki bangsal dan menyambutnya dengan kaget.
Aku mampir untuk menjenguk. Apa Leilei sudah membaik?” Mu Xiaoya meletakkan keranjang buah di meja samping.
“Jauh lebih baik, pembengkakannya sudah berkurang. Dokter bilang kalau demamnya seharusnya akan turun dalam dua hari ini,” Lin Han berkata gembira.
“Apa kau istirahat dengan baik di hotel semalam?” Mu Xiaoya mencemaskan tubuh Lin Han.
“Sangat baik. Hotel yang telah kau pesankan untukku tidak murah. Beri aku nomormu jadi aku bisa menelepon dan mentraktirmu nanti,” Lin Han berkata.
“Sepupu, saat kau berkata demikian, maka rasanya seperti kalau kita adalah orang asing. Mulanya kau datang ke Yuncheng dan seharusnya aku menjemputmu untuk tinggal di rumahku. Tapi karena Leilei sakit, aku memesankan hotel untukmu dan kau ingin membayarku kembali. Bukankah ini seperti tamparan di wajah?”
“Aku tak bermaksud begitu….” Lin Han ingin mendebat tapi tak tahu apa yang harus dikatakannya. Akan tetapi, kebaikan Mu Xiaoya membuatnya menyadari, “Ya, bagaimanapun juga niat baikmu itu, kakak menerimanya.”
Mu Xiaoya tersenyum dan berkata, “Sekarang sudah waktunya makan siang. Aku akan membantumu menjaga Leilei. Kau pergi dan makanlah sesuatu.”
“Tidak apa-apa, aku baru saja membeli makanan.” Lin Han mencemaskan anaknya. Dia tak beristirahat semalam dan datang kemari pagi-pagi sekali. Bila bukan karena pihak rumah sakit yang tak mengizinkan dia menemani anaknya semalaman, dia takkan mau meninggalkan anaknya sama sekali.
“Sepupu, kau harus menjaga dirimu sendiri sehingga aku bisa menjaga Leilei ah,” Mu Xiaoya membujuk, “kalau tidak, ketika Leilei membaik, kau akan jatuh sakit dan kita tak bisa membiarkan dia menjagamu.”
“Aku tak serapuh itu,” Lin Han tersenyum.
“Kalau begitu kau tak memercayaiku. Kau tak berpikir kalau aku bisa menjaga Leilei.”
“Kau bilang begitu, maka aku akan pergi untuk makan.” Lin Han menjawab demikian karena dia tak punya pilihan selain berkompromi pada Mu Xiaoya. Saat Lin Han kembali setelah makan, Mu Xiaoya telah membayar seorang perawat khusus agar menjaga Leilei di sore hari.
Mulanya Lin Han menolak, tapi akhirnya menerima setelah dibujuk oleh Mu Xiaoya. Seperti yang telah Mu Xiaoya katakan, dia memang takkan bisa tidur nyenyak di hotel di malam hari karena anaknya, tapi sekarang karena Leilei telah dijaga secara profesional, dirinya bisa tenang.
Setelah mengatur semuanya, Mu Xiaoya pun meninggalkan rumah sakit, namun ketika dia melewati departemen kebidanan, langkah kakinya tanpa sadar terhenti.
——————
Catatan Pengarang:
Karena kampanye yang menentang pornografi dan perjuangan melawan kejahatan yang terorganisir, komik-komik hanya bisa digambar dengan sangat samar. Pada saat ini, dua orang sedang membaca komik bersama-sama. Bab pertamanya ada adegan ciuman, kemudian bab keduanya mereka punya anak. Jadi….
“Menyenangkan sekali punya bayi,” Ya si gadis kecil memekik kegirangan.
“Bagaimana bayi dilahirkan?” Chuan remaja keheranan.
“Terlahir antara pria dan wanita ah.”
“Bagaimana?”
“Dari ciuman di sana ah.”
“Kalau begitu, kapan bayi kita lahir?” tanya Chuan remaja.
“!!! Kita kan belum pernah ciuman,” Ya si gadis kecil merona malu.
“Kau menciumku saat kau umur lima tahun.” Wajah Chuan remaja tampak penuh tekad.
“….”
————-
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-64/