My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 67
Hari ini adalah hari Sabtu, rencana semula adalah pergi ke rumah Mu untuk makan malam, tapi karena ujian akhir semakin dekat, orangtua Mu jadi begitu sibuk sehingga mereka bahkan tak bisa meninggalkan meja kerja mereka, jadi rencananya pun ditunda untuk sementara.
Mu Xiaoya juga tak punya rencana tambahan, jadi keduanya pun memilih untuk tidak pergi ke mana-mana saja dan hanya nonton TV di rumah. Saat sedang menonton dengan gembira, telepon Mu Xiaoya tiba-tiba berdering, dan saat dia mengangkatnya, dia mendapati bahwa si penelepon adalah sepupunya, Lin Han.
“Sepupu.” Mu Xiaoya buru-buru menjawab teleponnya.
“Xiaoya, hari ini adalah akhir pekan, jadi kau tak perlu bekerja, kan?” Lin Han bertanya.
“Yeah, aku tak perlu bekerja, aku juga sudah bilang kalau aku akan menemuimu dan Leilei siang ini.” Mu Xiaoya akan mengunjungi Lin Han dan putrinya setiap siang untuk memastikan bahwa Lin Han berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Terlebih lagi, akhir-akhir ini Leilei telah banyak membaik, dan karena anak itu ada perawat yang menjaganya di malam hari, Lin Han pun merasa lega dan runa wajahnya jadi lebih baik. Mu Xiaoya pergi menjenguknya kemarin, dan Lin Han bahkan mengenakan riasan tipis.
Dia sempat mengenakan riasan, jadi dia semestinya tak terlalu kelelahan.
“Kalau begitu, datanglah kemari ah, ajak juga suamimu,” Lin Han mengundang, “ayah Leilei datang kemarin malam, dia ingin mentraktir kalian makan.”
“Sepupu ah, kau terlalu sopan. Kita tak usah terburu-buru makan malam bersama, tunggu saja hingga Leilei sembuh baru kita membicarakannya lagi.”
“Demamnya Leilei sudah turun banyak, dokter bilang dia sudah bisa keluar dua hari lagi.” Nada suara Lin Han sarat dengan kebahagiaan yang tak ditutup-tutupi.
“Sungguh? Bagus sekali kalau begitu.”
“Xiaoya, datanglah kemari ah, Leilei beberapa hari ini selalu lesu, dia bahkan tak memanggil bibinya. Tapi pagi ini dia telah meributiku ingin bertemu denganmu,” Lin Han lanjut mengundangnya.
“Oke kalau begitu… aku akan ke sana.” Mu Xiaoya tak menunda-nunda karena setelah dia menutup teleponnya, dia berkata pada Bai Chuan, “Sepupuku mengundang kita makan malam.”
Bai Chuan mengangguk acuh tak acuh.
Keduanya pun berganti pakaian dan berkendara ke rumah sakit. Di perjalanan, berpikir kalau si anak hampir sembuh sepenuhnya, Mu Xiaoya tak membawa keranjang buah seperti biasanya, melainkan membawa sebuah boneka kain yang imut dari toko oleh-oleh sebagai gantinya dan menyuruh Bai Chuan memeluknya.
“Kau tampak sangat serasi memeluk boneka seperti itu, bagaimana kalau kita membeli satu saat kita pulang nanti?” Di dalam rumah sakit, Mu Xiaoya berkata dengan gaya menggoda pada Bai Chuan yang memeluk boneka itu.
“Nggak.” Bai Chuan menolak tanpa berpikir dua kali. Dia tak mau memeluk boneka kain, jelas-jelas Xiaoya rasanya lebih enak dipeluk.
Seraya bercanda, keduanya pun tiba di bangsal anak-anak. Lin Han, yang telah menerima pesan Mu Xiaoya, sudah menunggu di luar pintu. Saat dia melihat Mu Xiaoya datang dari kejauhan, dia menyambut mereka dengan wajah gembira, “Xiaoya, ini… suamimu?”
Lin Han mengamati Bai Chuan dari atas ke bawah.
“Benar, ini adalah suamiku, Bai Chuan.” Mu Xiaoya memperkenalkan, “Xiao Chuan, ini sepupuku.”
“Sepupu.” Bai Chuan mengangguk.
“Halo, cepat, masuklah.” Memasuki bangsal, Lin Han berseru kepada pria yang sedang duduk di ranjang dengan punggung menghadap ke arah mereka, “Zhao Qi, Xiaoya dan suaminya sudah datang.”
Suami Lin Han tinggi, dengan kulit gelap dan jenggot di wajahnya. Penampilannya yang tangguh serta Lin Han yang lemah lembut benar-benar bertolak belakang. Penampilannya jauh lebih kasar daripada yang Mu Xiaoya bayangkan; dia mengira suami Lin Han akan memiliki temperamen yang serupa dengan Lin Han, seorang pria yang halus dan terpelajar.
Namun bila dia melihat lebih dekat, mata Leilei sangat mirip dengan mata pria itu. Tapi cuma matanya ah, selain mata itu, semua yang lainnya tampak mirip dengan Lin Han.
“Halo, namaku Zhao Qi.” Si pria mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya sendiri dengan ekspresi serius.
“Bukannya kau harus tersenyum saat bertemu dengan seseorang?” Lin Han tiba-tiba meninju punggung pria itu.
Zhao Qi dengan enggan meluruskan punggungnya dan dengan menggerutu tersenyum pada Mu Xiaoya. Senyumannya sangat kaku, seperti sebuah mesin tua yang sudah tak diminyaki selama ratusan tahun.
“Halo, Kakak Ipar, namaku Mu Xiaoya. Ini suamiku, Bai Chuan.” Mu Xiaoya memasang seulas senyum dan lanjut mengenalkan, “Bai Chuan, dia tak suka bicara.”
“Oh, tak apa-apa, aku juga tak suka bicara,” Zhao Qi menjawab.
“….” Bagaimana aku harus menjawab komentar ini? Jadi, karena kalian tak suka bicara, maka kemudian kita tak usah bicara saja?
“Bibi.” Untungnya, Leilei memecahkan suasana canggung itu tepat pada waktunya. Meski si gadis kecil dengan seragam pasien itu telah kehilangan banyak berat badannya karena sakit, pipinya yang putih dan lembut masih tampak halus dan menggemaskan.
“Leilei, kau bangun, apa kau sudah merasa baikan?” Mu Xiaoya secara alami menyukai anak-anak, jadi saat dia mendengar Leilei memanggil dirinya, dia pun dengan santai duduk di sisi ranjang anak itu.
“Jauh lebih baik, kepala Leilei sudah nggak pusing lagi, dan Paman Dokter bilang kalau aku bisa pulang ke rumah dua hari lagi,” si gadis kecil menjawab dengan pintarnya.
“Kalau begitu, setelah ini, Leilei harus memperhatikan tubuhmu sendiri agar jangan sakit lagi.”
“En.” Si gadis kecil yang telah menderita dari penyakit parah, menggumamkan sebuah ‘En’ keras. Setelah itu, sepasang mata besarnya menatap Bai Chuan yang ada di belakang Mu Xiaoya, serta juga boneka kain di tangan pria itu.
“Xiao Chuan, berikan hadiahnya kepada Leilei.” Mu Xiaoya menatap Bai Chuan dan tersenyum, mengisyaratkan pada Bai Chuan untuk memberikan hadiahnya.
Bai Chuan berjalan menghampiri dan menyerahkan boneka kain itu ke hadapan si gadis kecil, berkata pelan, “Untukmu.”
Mungkin karena si gadis kecil memiliki sedikit hubungan darah dengan Mu Xiaoya, si gadis kecil jadi tampak mirip dengan Mu Xiaoya saat dirinya masih kecil. Ketika Bai Chuan maju mendekat, dirinya langsung tertegun, dan secara instingtif menampakkan seulas senyum.
Si gadis kecil tak menyangka kalau paman yang cantiknya tidak manusiawi ini akan tiba-tiba tersenyum kepadanya. Tiba-tiba dia merasa malu dan menguburkan kepalanya di dalam boneka kain itu.
“Leilei, kenapa kau tak berterima kasih kepada Paman?”Lin Han mengingatkan anaknya agar bersikap sopan.
“Makasih, Paman.” Si gadis kecil akhirnya mengangkat kepalanya dan mengucapkan terima kasih dengan suara lirih.
“Zhao Qi, jagalah Leilei di sini, aku akan membawa mereka makan,” Lin Han berkata pada suaminya.
“Oke.” Mereka tadinya berencana untuk pergi bersama-sama, tapi setengah jam yang lalu, perawat memberi anak itu infus lagi, jadi tidak baik bila mereka berdua meninggalkan si anak sendirian, dan karenanya, mereka pun memutuskan untuk membiarkan Lin Han pergi sendiri.
“Leilei yang nurut ya, Bibi akan makan dulu dan akan membawakan sesuatu yang enak untukmu.” Setelah mengatakan hal ini, Mu Xiaoya berdiri dan hendak pergi, namun sudut pakaiannya ditarik pelan oleh si gadis kecil. Mu Xiaoya berbalik dengan kebingungan, mengetahui bahwa anak itu mungkin punya sesuatu yang ingin dikatakan kepada dirinya, jadi dia pun mencondongkan diri lebih dekat kepada Leilei.
“Bibi, Paman ganteng banget yah,” Leilei berbisik, dan setelah berkata demikian, diam-diam dia mengintip pada Bai Chuan.
“Bibi pikir juga begitu.” Mu Xiaoya tak bisa menahan diri untuk tersenyum menyetujui. Lagipula, bukankah dirinya telah terpesona oleh kerupawanan Bai Chuan saat dirinya masih kecil?
Ketiganya pun keluar dari rumah sakit dan menuju ke hotel yang telah dipesan Lin Han lebih dahulu.
“Mulanya kami juga ingin menunggu hingga Leilei keluar dari rumah sakit sebelum mengundang kalian, tapi Zhao Qi hanya bisa kemari selama dua hari, dia harus kembali besok malam,” Lin Han menjelaskan.
“Besok? Bukankah Lei baru akan keluar dari rumah sakit dua hari lagi? Kenapa dia tak kembali bersama-sama?” Mu Xiaoya agak penasaran.
“Dia sibuk dengan pekerjaannya.”
“Pekerjaan apa yang sesibuk itu?” Mu Xiaoya tak bisa menahan diri untuk mengernyit. Pria itu tidak ikut saat anaknya masuk rumah sakit, dan sekarang dia juga tak bisa pulang bersama-sama saat anaknya keluar dari rumah sakit.
“Polisi.” Lin Han berkata, “Dia adalah kapten dari departemen kriminal kota kami, dia sedang mengejar seorang pembunuh yang kabur beberapa waktu yang lalu sebelum dia bisa datang kemari dari Kota H.”
“Ternyata kakak iparku seorang polisi ah.” Mu Xiaoya agak terkejut. Dia berpikir bahwa dengan penampilan keras Zhao Qi, pria itu akan lebih meyakinkan sebagai bos mafia.
“Menurutmu dia tak kelihatan seperti seorang polisi?” Seakan mengetahui apa yang Mu Xiaoya pikirkan, Lin Han berkata, “Pada mulanya aku merasa takut padanya, tapi setelah bersama dengannya dalam waktu lama, aku akhirnya tahu kalau dia sebenarnya adalah orang yang sangat lembut.”
“Bagaimana kau kenal dia?” Mu Xiaoya tak bisa menahan diri dari keinginan bergosip.
“Saat aku baru saja lulus dari universitas, aku pergi ke bank untuk suatu urusan dan bertemu dengan perampokan. Dia adalah orang yang menyelamatkan aku.” Kata-kata Lin Han sangat lembut, dan selalu ada seulas senyum samar di sudut mulutnya. Mu Xiaoya tahu bahwa perasan di antara keduanya sangat mendalam hanya dengan sekali tatap.
“‘Pahlawan menyelamatkan wanita cantik’ yang sebenarnya ah,” Mu Xiaoya terkejut dengan senangnya.
“Bagaimana denganmu? Bagaimana awalmu dengan Bai Chuan?” Lin Han tertawa, dan ganti bertanya pada Mu Xiaoya.
“Kami….” Mu Xiaoya melirik pada Bai Chuan dan menjawab, “Kekasih masa kecil, aku berumur lima tahun saat aku mengenal dia.”
“Aku tujuh,” Bai Chuan menambahkan.
“Apa kalian sedang berusaha membuat orang iri?” Lin Han mengesah. Tidak mudah menemukan seseorang yang kau sukai seumur hidup, namun ada beberapa yang sudah saling mengenal satu sama lain sejak kanak-kanak.
Keduanya mengobrol dan tertawa. Setelah satu jam berlalu dan makanannya kurang lebih sudah habis dimakan hingga bersih, Lin Han bangkit dan berjalan ke meja depan untuk menghitung tagihannya.
Mu Xiaoya dan Bai Chuan duduk di meja, menunggu makanan bungkus yang mereka pesan untuk Zhao Qi dan Leilei. Saat mereka sedang menunggu, tiba-tiba suatu suara keras terdengar dari arah pintu, dan seorang pramusaji bergegas menghampiri seraya berseru, “Nona, teman Anda pingsan!”
Apa?!
Mu Xiaoya bergegas keluar dan buru-buru menerobos kerumunan. Dia kemudian melihat Lin Han, yang barusan tadi masih bicara dengannya, jatuh pingsan di pintu.
Ini….
Menyadari alasan yang memungkinkan, Mu Xiaoya hanya merasa bahwa dirinya bahkan tak sanggup bernapas. Lututnya menjadi lemas dan dirinya pun roboh. Untung saja, Bai Chuan mengejarnya tepat waktu dan memeluk Mu Xiaoya dari belakang.
“Xiaoya,” Bai Chuan sangat cemas.
“Cepat, panggil 120*!” Seseorang dari kerumunan berseru.
(T/N: 120 = nomor darurat)
“Apa gunanya memanggil 120? Ada rumah sakit tepat di seberang jalan, segeralah cari orang untuk menggendong dia dan pergi ke sana,” orang lainnya menyarankan.
“Aku akan menggendong dia.” Tiba-tiba, seorang kakak yang baik hati maju dan ingin mengangkat Lin Han dari lantai.
“Jangan gerakkan dia, panggil ambulans.” Mu Xiaoya kembali pada kesadarannya dan berdiri dari pelukan Bai Chuan. Dia berjalan dan berjongkok di samping Lin Han, dengan hati-hati mengangkat tangan sepupunya itu dan membelai dahi Lin Han.
“Dengan penyakit ini, begitu kau kambuh, organ-organ akan dengan cepat mengalami penurunan fungsi, tubuh akan menunjukkan temperatur tinggi yang tidak normal. Kalau dia tak dikirimkan ke rumah sakit tepat waktu, dia mungkin akan kehilangan nyawanya dalam satu atau dua jam.”
Sungguh penyakit yang menyusahkan!
Ujung-ujung jari Mu Xiaoya sedikit gemetar. Ditatapnya Lin Han yang pipinya memerah karena suhu tubuh tinggi, dan dia hanya bisa merasakan hawa dingin merayapi sekujur tubuhnya.
Apakah ini benar-benar karena penyakit genetisnya? Mu Xiaoya memejamkan matanya dengan putus asa.
“Dokternya sudah datang, cepat, beri jalan!” Entah siapa yang berteriak dari kerumunan, segera, paramedis yang membawa usungan masuk dan menaruh Lin Han ke atas usungan.
Kembali ke rumah sakit, setelah memberitahu Zhao Qi, Mu Xiaoya duduk terlongong-longong di luar ruang gawat darurat. Dia melihat dokter dan perawat keluar masuk, melihat Zhao Qi mengisi ulang formulir penyakit parah tiga kali, menyaksikan pria itu bertanya kepada dokter apa yang sedang terjadi lagi dan lagi, serta melihat si dokter menggelengkan kepalanya lagi dan lagi.
Di masa lalu… apakah orangtuaku juga mengalami hal-hal ini?
Mu Xiaoya hanya merasa kalau dirinya bagaikan segumpal roh pada saat ini, melayang kembali ke kehidupannya yang sebelumnya ketika dirinya sendirilah yang sedang dirawat di ruang operasi, dan orangtuanya yang sudah tua berdiri di luar dengan keputusasaan pada sekujur tubuh mereka.
“Xiaoya, Xiao Chuan, apa yang terjadi? Bagaimana bisa Lin Han tiba-tiba jatuh sakit?” Di sore hari, orangtua Keluarga Mu yang mendapatkan kabar itu bergegas datang menghampiri.
“Ayah… Ibu….” Begitu dia melihat orangtuanya, realitas Mu Xiaoya melamur dalam sekejap. Dia memikirkan tentang kehidupannya yang lalu, dan kemudian memikirkan tentang masa depan yang dekat. Begitu dia berpikir kalau orangtuanya akan harus melalui gambaran semacam itu lagi, emosi-emosi yang telah ditahannya selama ini pun tak lagi bisa dikendalikan. Dia melemparkan dirinya sendiri ke dalam pelukan ibunya, meratap hingga sekujur tubuhnya terguncang-guncang.
“Maafkan aku… maafkan aku….”
“Jangan menangis ah, ada apa? Kau minta maaf untuk apa?” Shen Qingyi menatap putrinya yang tiba-tiba menangis pilu tanpa henti dalam pelukannya. Dia kemudian menatap Bai Chuan di samping dengan keheranan.
Bai Chuan juga tak tahu apa yang terjadi. Dia hanya tahu kalau Mu Xiaoya sangat sedih pada saat ini, dan tak ada gunanya apa pun yang dia coba untuk menghiburnya. Dia benar-benar tak punya pilihan, jadi dia pun memanggil ayah dan ibu mertuanya.
“Bu, sepupu… sepupu, dia….”
“Tidak apa-apa, dokter sedang merawat dia, dia pasti akan baik-baik saja.” Shen Qingyi tahu kalau Mu Xiaoya sudah berhubungan dengan baik dengan Lin Han pada masa-masa ini, tapi dia tak menyangka kalau hubungan mereka akan sebaik ini.
Setelah Mu Xiaoya menangis selama sesaat, emosi-emosinya perlahan-lahan menjadi tenang. Bahkan bila dia tahu hasil akhirnya, dia masih bersikeras menunggu hingga operasinya selesai, dan kemudian menunggu hingga Lin Han dipindahkan ke IGD sebelum meninggalkan rumah sakit.
Kembali ke rumah, suasana hati Mu Xiaoya masih rendah. Bai Chuan menuangkan segelas air dan menyerahkannya kepada Mu Xiaoya, tapi yang bersangkutan bahkan tak bergerak.
“Xiaoya, ada apa?” Bai Chuan sudah tak tahan lagi. Dia berjongkok di depan Mu Xiaoya dan memegangi wajah istrinya itu di dalam telapak tanganya, memaksa Mu Xiaoya menatap dirinya.
Dia bisa merasakan keputusasaan dalam diri Mu Xiaoya, tapi dia benar-benar tak tahu harus bagaimana.
“Katakan saja padaku, apa yang harus kulakukan untuk membantumu? Aku tak tahu harus bagaimana sekarang ini, jadi katakan padaku, oke?” Nada suara Bai Chuan sarat dengan pengharapan tulus, ekspresi takut melintas di matanya.
“Xiao Chuan….” Mu Xiaoya menatap Bai Chuan, dan kemudian mengucapkan apa yang tak berani dia ucapkan kepada siapa pun, “Sepupu… tak bisa disembuhkan.”
“Nggak, dokter bilang situasinya sudah distabilkan untuk saat ini,” Bai Chuan menghibur.
“Dia nggak sembuh, para dokter ada di sana, mereka tak bisa menyembuhkan dia.” Dokter yang merawatnya di kehidupannya yang lampau adalah ahli yang memimpin dalam penyakit genetis, tapi dokter itu masih tak mampu menolongnya. Stabil untuk saat ini, persis, bukankah hanya stabil untuk saat ini? Setelah itu, sepupu akan kambuh berulang kali lagi dan lagi hingga pada akhirnya, dia akan mengalami pemulihan sesaat tepat sebelum kematiannya. Setidaknya, dia akan melalui keseluruhan prosesnya dalam kondisi koma, jadi takkan terlalu menyakitkan.
“Kalau begitu… kita akan ganti dokter yang bertanggungjawab pada sepupu.” Asalkan sepupu sembuh, akankah Xiaoya jadi tidak sesedih ini?
Bai Chuan tertegun selama sesaat, kemudian dia mengambil teleponnya dan menelepon Bai Zheng.
“Aku mau mencari dokter terbaik.”
Bai Zheng: “….”
——————–
Catatan Pengarang
Ketika Bai Zheng berusia delapan tahun, Profesor Feng memberitahu Keluarga Bai bahwa sekarang Bai Chuan akan mendengarkan beberapa anggota keluarga secara selektif. Keluarga Bai sangat gembira dan masing-masing dari mereka memutuskan untuk mengucapkan satu kalimat kepada Bai Chuan.
Ayah Bai: “Ayah mencintaimu.”
Ibu Bai: “Ibu mencintaimu.”
Bai Zheng, yang berpikir kalau orangtuanya terlalu cheesy*: “Kalau kau ada masalah di masa depan, katakan pada kakak, kakak akan membantumu menyelesaikannya.”
(T/N: Bagi yang belum paham maksud istilah ‘cheesy’, yaitu adalah sesuatu yang baik tapi terlalu berlebihan sehingga menimbulkan rasa mual. Ini diibaratkan seperti kalau kau memakan makanan dengan keju yang amat sangat banyak sekali, hingga rasanya bukan jadi enak, tapi malah enek.)
—————-
Versi Inggris bisa dibaca di: isotls.com/chapter-67-lin-hans-outbreak/