My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 74
Pada akhir tahun, saat itu merupakan puncak musim penjualan di Taobao. Demi bisa menyesuaikan dengan banjir pesanan yang telah diperkirakan, Fang Hui membatalkan rencana akhir pekan semua orang di studio setengah bulan lebih awal. Bahkan dengan rencana akhir pekan mereka dibatalkan, toko Taobao-nya… bisnisnya tak sebaik yang diharapkan.
Mu Xiaoya membolak-balik laporan penjualan di tangannya dan mengernyit ragu, “Bagaimana bisa kita mendapatkan turnover lebih sedikit daripada bulan lalu? Bukankah seharusnya akhir tahun adalah puncak dari musim penjualan?”
Fang Hui melirik laporan di tangan Mu Xiaoya dan tampak depresi: “Kau punya banyak hal yang terjadi di rumah, jadi aku tak memberitahumu kalau sepatu-sepatu kita telah ditiru.”
“Ditiru?” Mu Xiaoya terkejut.
Fang Hui membalikkan laptop di depannya dan menunjukkannya pada Mu Xiaoya. Dia melihat sehalaman yang padat dengan sepatu-sepatu yang sama, yang merupakan desain terkini dari studio mereka. Untuk desain sepatu mereka sendiri, hasil pencarian di Taobao berperingkat pertama, namun tak satu pun dari hasil-hasil pencarian ini adalah milik mereka.
“Sepatu yang sama, tapi biayanya separuh dari milik kita, siapa yang masih akan membeli milik kita?” Fang Hui berkata dengan muka hitam.
“Apa persis sama?”
“Kecuali bahwa bahan kulitnya tak se-breathable kita, solnya tak senyaman milik kita, namun semua yang lainnya secara mendasar sama saja.” Fang Hui mengesah, “Aku sudah tanya pamanku dan dia bilang bahwa pasar Tiongkok memang seperti ini. Cari gaya apa yang terjual dengan baik di Taobao. Selama kau membeli sepasang sepatunya dan pulang untuk menirunya, kau akan segera bisa menghasilkan imitasi berkualitas tinggi. Orang-orang yang tak memiliki persyaratan tinggi atas sepatu takkan bisa melihat bedanya.”
“Apa kita bisa melaporkannya?” Hati Mu Xiaoya terasa kacau balau.
“Bagaimana kau bisa melaporkan sedemikian banyaknya toko? Selama mereka membuat sedikit perubahan, mereka bisa bilang kalau itu adalah sepatu mereka sendiri.” Fang Hui mengesah, “Merek-merek terkenal di dunia saja tak bisa membereskan mereka, apalagi studio kecil kita.”
“Ini bagus ah. Bagaimana kalau mereka terus-terusan meniru produk baru kita di masa mendatang, apa yang harus kita lakukan?” Meski Mu Xiaoya tak mengharapkan studionya menghasilkan banyak uang, sepatu-sepatunya, yang dia telah berusaha sangat keras untuk mendesainnya, telah ditiru dan diambil keuntungannya oleh orang lain, membuatnya merasa tidak nyaman.
“Apa yang akan kita lakukan?” Fang Hui telah kehilangan rambutnya gara-gara urusan menyebalkan dalam beberapa hari terakhir ini. “Kelompok toko ini benar-benar menjijikkan, aku sungguh ingin membajak mereka.”
“Apa yang ingin kamu bajak?” Bai Chuan yang duduk di samping Mu Xiaoya mendengarkan seluruh percakapannya sebelum dia tiba-tiba menyuarakan pertanyaannya.
Fang Hui dan Mu Xiaoya menolehkan kepala mereka pada saat bersamaan dan melihat mata hitam besar Bai Chuan menatap layar perusahaan selama sesaat. Ketika dia menyadari bahwa kedua wanita itu sama-sama memandangi dirinya, dia tak bisa menahan diri untuk bertanya lagi, “Apa yang ingin kamu bajak?”
“Nggak…. Bukan.” Mu Xiaoya ketakutan dan buru-buru menggelengkan kepalanya. Kalau dia tak menghentikannya, Bai Chuan akan benar-benar membajak Taobao, dan kemudian masalah ini akan jadi urusan besar.
“Oh.” Bai Chuan melihat kalau urusannya tak ada hubungannya dengan dia, jadi dia pun lanjut menunduk membaca bukunya.
Mu Xiaoya menghembuskan napas lega dan pada saat bersamaan memberi Fang Hui tatapan memperingatkan. Fang Hui membentangkan tangannya untuk mengekspresikan ketidakbersalahannya.
“Jangan sebut-sebut soal membajak toko orang lain.” Mu Xiaoya menarik Fang Hui mendekat dan memberinya peringatan lisan.
“Oke.” Fang Hui tak bisa menyembunyikan penyesalan dalam suaranya. Dia benar-benar ingin melihat bagaimana Bai Chuan akan membajak toko-toko Taobao itu.
Untung saja, studio juga memiliki pendapatan dari toko fisik, jadi meski penghasilan dari toko online mereka terpengaruh hingga taraf tertentu, Tahun Baru Imlek di tahun pertama kewirausahaan toko mereka masih memberi keuntungan. Keduanya juga tidak pelit. Pada liburan Tahun Baru Imlek, mereka memberi bonus yang sangat besar secara tidak biasanya kepada kedua pegawai di toko.
Mu Xiaoya tak menyangka kalau tiga ratus ribu yuan yang dia investasikan akan terbayar kembali hanya dalam setengah tahun. Bukan hanya dia berhasil mendapatkan balik modal atas investasinya namun juga mendapat tambahan dua ratus ribu yuan. Jadi dia pun memakai uang ini untuk memberi tur Tahun Baru Imlek luar biasa mewah untuk orangtuanya.
Seminggu sebelum Tahun Baru Imlek, orangtua Mu dan Mu Xiaoya ingin melakukan perjalanan ke luar negeri untuk melihat dunia, namun Mu Xiaoya tahu bahwa orangtuanya tak ingin mempersulit dirinya tentang di mana harus menghabiskan Malam tahun Baru. Jadi mereka pun secara khusus mempersiapkan perjalanan ke luar negeri ini untuk merayakan Malam Tahun Baru. Mereka akan melakukan perjalanan selama Tahun Baru Imlek, kemudian membiarkan Mu Xiaoya kembali bersama Bai Chuan ke rumah Keluarga Bai untuk Malam Tahun Baru.
(T/N: Di Tiongkok, Tahun Baru Imlek adalah libur seminggu, jadi hari terakhir pada Tahun Baru, mereka akan menghabiskannya bersama Keluarga Bai)
Mu Xiaoya merasa bahwa orangtuanya merasa cemas, namun pada akhirnya, mereka tak membatalkan karena tempat yang akan mereka kunjungi kali ini adalah tempat yang telah dibicarakan oleh orangtuanya selama kira-kira tujuh atau delapan tahun dan masih belum dikunjungi juga. Perjalanan ini adalah perjalanan impian mereka.
Pada Malam Tahun Baru, Mu Xiaoya dan Bai Chuan mengemasi sejumlah pakaian dan pulang ke rumah Keluarga Bai. Tak ada perlunya bangun pagi selama enam hari berturut-turut, dan Mu Xiaoya merasa agak malas pada hari-hari di mana dia tak perlu memasak, dan kemalasan semacam ini bertahan sepanjang musim semi.
Musim semi adalah masa pemulihan untuk segalanya; Mu Xiaoya tidur selama dua jam di sudut bar kopi mereka hampir setiap harinya. Kalau dirinya bukan seorang bos, Fang Hui bukannya kemudian akan membantu, namun sebaliknya akan ingin terang-terangan mengusir orang ini.
“Kalau kau tidak tertidur seperti ini selama beberapa bulan, aku takkan meragukan kalau kau sedang hamil.” Fang Hui melihat Mu Xiaoya terbangun lagi dan mengantarkan kopi yang baru saja diseduh di tangannya, takut kalau Xiaoya akan tertidur lagi.
Mu Xiaoya yang agak linglung menyentuhkan tangannya pada kopi dan dibangunkan oleh Fang Hui. Dia langsung melepaskan pegangannya pada cangkir kopi itu: “Bawakan aku secangkir teh. Aku tak minum kopi.”
“Kau berhenti minum kopi, apa kau yakin kau tidak sedang hamil?” Fang Hui tercengang.
“Aku tak mau menyingkirkan kemungkinan ini ah.” Sejak dia memutuskan untuk memiliki anak, Mu Xiaoya telah berhenti minum kopi dan menggantikannya dengan teh hijau. Rasa kantuk ini mulai terjadi setelah Tahun Baru Imlek. Pada mulanya, dia berpikir kalau dirinya hamil. Dia membeli beberapa alat tes kehamilan dan pulang ke rumah untuk memakainya. Semua hasilnya negatif. Beberapa hari kemudian, periode menstruasinya yang biasa muncul sesuai dengan jadwal, dan Mu Xiaoya benar-benar kebingungan. Dia yakin bahwa sejak dia dan Bai Chuan tak memakai kontrasepsi, kemungkinan besar anak akan datang kapan saja.
Fang Hui tak mampu berkata-kata dan berbalik kembali ke bar untuk membuat secangkir teh untuk Mu Xiaoya dan membawakannya.
“Terima kasih.” Mu Xiaoya menggeser draft desain yang ternoda oleh liurnya sendiri ke satu sisi. Dia telah tertidur saat dirinya menggambar draft desain itu.
“Memang benar kalau orang jadi mengantuk di musim semi dan lelah di musim gugur, tapi tidakkah kau keterlaluan? Aku belum pernah melihatmu tidur sebanyak itu sebelumnya.” Saat mereka bersekolah, Mu Xiaoya akan tidur siang paling lama dua puluh menit di kelas, dan dia akan terbangun setelah disentuh pelan. Bagaimana dengan Mu Xiaoya yang sekarang? Tidak mudah untuk membangunkan dirinya setelah dia tertidur selama dua jam.
“Aku sudah pergi ke rumah sakit untuk check up. Dokternya bilang tubuhku memiliki banyak kelembaban, sehingga aku mudah tertidur.” Mu Xiaoya menyesap rehnya, yang mana membuat orang merasa lebih bersemangat. Namun dia juga memiliki sejumlah keraguan tentang apakah hal itu terjadi karena dia sudah lama tak minum kopi. Dia dulu biasa membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri setiap siang.
“Kalau begitu mungkin karena kau sudah tidur kelamaan.”
“Mungkin ini karena cuaca di musim semi terlalu nyaman. Aku akan baik-baik saja begitu musim panas tiba.” Suhu udaranya jadi semakin panas setiap hari, takkan lama sebelum musim panas.
“Memperhitungkan waktunya, dalam beberapa bulan lagi, akan sudah setahun sejak kita lulus.”
“En.” Mu Xiaoya mengangguk. Sejak kelahiran kembalinya, dia selalu merasa kalau waktu berlalu dengan cepat.
“Kau dan Bai Chuan sudah menikah selama hampir satu tahun, bukankah kau seharusnya menentukan tanggal resepsi pernikahannya?” Fang Hui selalu merasa kalau Mu Xiaoya tidak benar-benar telah menikah karena dia belum menghadiri pernikahan Mu Xiaoya.
“Sudah hampir setahun sejak Nenek meninggal.”
“Mereka takkan memerhatikan hal itu. Apa itu berarti kau takkan melakukan resepsi pernikahan dalam waktu tiga tahun? Kalau kau tak melakukan resepsi pernikahan dan kemudian aku menikah, aku takkan menjadi pengiring pengantinmu saat akhirnya kau menggelar resepsinya,” Fang Hui memekik.
(T/N: Ini adalah adat kuno di Tiongkok. Bila salah satu anggota keluarga dekat (orangtua, kakek-nenek) meninggal, kau harus menunda acara bahagia seperti pernikahan selama masa berkabung yang bisa berlangsung selama 1-3 tahun untuk menunjukkan bakti kepada yang meninggal itu)
“Apa kau akan menikah?” Mu Xiaoya tersadar sepenuhnya dari tidur siangnya.
“Maksudku, kalau kalian menunggu hingga tiga tahun, kurasa aku akan begitu.”
“Sepertinya tidak, jangan khawatir.” Kau takkan bisa menikah dalam tiga tahun berikutnya.
“Hei, apa maksudmu? Apa kau pikir aku takkan menikah, ya?” Fang Hui tersenyum pada kepercayaan diri Mu Xiaoya.
“Bagaimana bisa kau semudah itu menikah saat kau begitu suka main-main?” Mu Xiaoya bangkit seraya tersenyum. Tiba-tiba, di depan matanya menjadi gelap dan sekujur tubuhnya kembali terjatuh ke belakang. Lengannya menghantam sudut meja, membuat suara yang keras.
“Kamu kenapa?” Fang Hui ketakutan, dan buru-buru berjalan menghampirinya, mengabaikan pertengkaran mereka.
“Aku tak apa-apa. Mungkin ini karena aku sudah tidur terlalu lama dan tidak makan siang. Aku merasa pusing.” Mu Xiaoya menggosok pelipisnya.
“Kalau begitu aku akan ambilkan teh dan memanaskan segelas susu untukmu.” Fang Hui mengambil cangkir teh di depan Mu Xiaoya, kemudian berbalik dan berseru pada Xiaoxin, “Xiaoxin, pergilah ke mall dan belikan semangkuk bubur.”
“Oke,” Xiaoxin menjawab, bangkit, dan pergi ke mall.
Aku ingin makan babi saus kental dengan nasi.” Mu Xiaoya, yang perlahan kembali pada kesadarannya, tak lupa untuk memesan lebih banyak lagi.
“Kirim sendiri pesanannya pada Xiaoxin.” Fang Hui sedang tidak dalam suasana hati yang baik.
Setelah makan, Mu Xiaoya merasa jauh lebih baik. Bukan hanya semangatnya telah pulih kembali, namun dia juga mendapat inspirasi. Dia duduk di depan jendela dan mendesain sebuah sepatu gaya musim panas dalam waktu beberapa jam, sementara sebelumnya dia menghabiskan dua hari untuk memikirkannya.
“Baik… Bos Fang, aku tidak menunda pekerjaanku saat tidur.” Mu Xiaoya menyerahkan draft desain yang lengkapnya kepada Fang Hui.
“Iya, iya, iya, aku takkan memanggilmu lagi saat kau tidur.”
‘Tok tok!’
Suara ketukan yang familier terdengar. Mu Xiaoya berbalik seraya tersenyum. Dia melihat Bai Chuan sedang berdiri di luar jendela bergaya Perancis dengan mengenakan sweater camel. Saat Bai Chuan melihat Mu Xiaoya sedang menatap dirinya, dia melambai kemudian berjalan ke arah pintu.
“Gangguan obsesif-kompulsif ini benar-benar keterlaluan. Sudah lebih dari setengah tahun, tapi tetap saja setiap hari Bai Chuan akan mengetuk kaca tak peduli apa pun kondisi cuacanya. Dia takkan memasuki pintu kecuali dia mengetuk, sungguh sulit untuk dihadapi.” Meski dia telah melihat pemandangan ini ratusan kali, Fang Hui masih mengeluhkan tentang hal itu.
Mu Xiaoya tak berdebat dengannya, alih-alih dia bangkit dan mengemasi barang-barangnya ke dalam tas, bersiap untuk meninggalkan tempat kerja.
“Sekarang sudah ganti musim dan kau akan membiarkanku kerja lembur sendirian?” Fang Hui memegangi tas Mu Xiaoya dan mengancam. Wanita ini keterlaluan, dia tidur-tiduran di jam kerja dan menyelinap pergi sehingga dirinya akan ditinggalkan untuk bekerja lembur?
“Besok adalah hari ulang tahun ibu mertuaku. Aku mengajak Xiao Chuan untuk beli hadiah sama-sama.” Mu Xiaoya membuat gestur memohon kepada Fang Hui.
“….” Fang Hui menarik sudut mulutnya dan melepaskan tangan Mu Xiaoya.
Mu Xiaoya ber-‘hehe’ seraya tersenyum saat dia pergi.
Memberi hadiah kepada orang kaya sebenarnya adalah sakit kepala terbesar. Untuk orang yang tak kekurangan apa-apa, tak ada barang yang unik. Mu Xiaoya sudah sakit kepala selama dua atau tiga hari, sebelum dia memutuskan untuk mengambil rute DIY (T/N: Do It Yourself – membuat sendiri) dan menghabiskan seluruh akhir pekan bersama Bai Chuan di sebuah studio keramik untuk membuat satu set lengkap peralatan minum teh. Kemudian menghabiskan akhir minggu lain untuk mewarnainya, dan mereka baru saja selesai kemarin. Mereka akan mengambilnya malam ini, sehingga mereka bisa langsung memberikannya besok.
Keduanya pergi ke studio keramik untuk memeriksa barang jadinya dan mendapati bahwa meski produk jadinya tak sempurna, ternyata jauh lebih baik daripada yang mereka perkirakan. Khususnya, lukisan pada sisi-sisi poci teh dan cangkirnya dilukis sendiri oleh Bai Chuan, yang mana membuat set ini menjadi sebuah hadiah yang berharga.
“Cantik sekali, Mama akan menyukainya.” Mu Xiaoya membungkus set minum tehnya ke dalam kotak, memasang penutupnya dan membungkusnya kembali agar Bai Chuan bisa membawanya.
“En.” Bai Chuan mengambilnya, dan keduanya pun keluar bersama-sama.
“Permisi, permisi….” TIba-tiba, seorang anggota staf yang membawa sebaris tanah liat yang belum dibentuk datang dari arah depan. Jalannya tak terlalu lebar, jadi Mu Xiaoya takut kalau dirinya akan menghalangi orang itu dan bergeser ke samping. Dia tak menyangka kalau dirinya telah bergerak terlalu cepat, namun pandangannya tiba-tiba menggelap.
Bai Chuan terdorong ke sisi lain oleh staf itu, kemudian tentu saja harus menunggu hingga orang lainnya itu lewat sebelum berjalan menghampiri Mu Xiaoya.
“Xiaoya?” Begitu dia tiba, Bai Chuan dengan jeli menyadari ketidaknormalan Mu Xiaoya. Alis Mu Xiaoya berkerut, dan matanya tertutup. Wajahnya pucat dan dirinya sedang bersandar pada sebuah bangku. “Ada apa?”
Bai Chuan ingin memapah Mu XIaoya, namun tangannya belum sempat meraih lengan Mu Xiaoya ketika tiba-tiba gadis itu merosot.
Pupil mata Bai Chuan menyusut. Mengabaikan barang di tangannya, dia berlutut dan memeluk tubuh Mu Xiaoya sebelum Mu Xiaoya sepenuhnya terjatuh ke tanah.
“Xiaoya, Xiaoya?” Bai Chuan berseru panik, namun Mu Xiaoya di dalam pelukannya memejamkan mata rapat-rapat dan tak merespon dirinya. Selama sesaat, Bai Chuan hanya merasa bahwa ada sebuah mantel raksasa tak terlihat yang melingkupi dirinya. Orang-orang di luar terus-terusan menggebrak, membuat suara mendengung keras, namun dia tak bisa melihat atau mendengar apa pun.
*****
Mu Xiaoya tak kehilangan kesadaran terlalu lama, namun saat dia tersadarkan, dia mendapati dirinya tengah terbaring di dalam pelukan Bai Chuan, dikelilingi oleh beberapa orang yang sedang bicara panik namun tak ada seorang pun yang berani mendekat.
“Jangan linglung begitu. Cepat antar istrimu ke rumah sakit ah.”
“Iya ah, kenapa kau tak bicara?”
“Jangan tunda perawatannya.”
Seseorang berusaha mendekat, namun begitu ada yang bergerak, Bai Chuan akan memeluk dirinya lebih erat lagi dengan sikap waspada.
Ini….
Mendongak, Mu Xiaoya melihat sorot mata kosong Bai Chuan, dan hatinya terkejut. Dia mengangkat tangannya dan membelai sisi wajah Bai Chuan, dengan lembut memanggil, “Xiao Chuan.”
Satu suara ini perlahan-lahan membawa cahaya di mata yang hampa itu, dan suara itu memasuki telinga Bai Chuan seperti dentang lonceng raksasa.
“Xiaoya~” Bai Chuan pada akhirnya bisa melihat ke luar dari jendelanya sendiri.
“Antar aku ke rumah sakit.”
——————
Catatan Pengarang:
Setelah Tahun Baru Imlek, model-model baru yang dipajang di rak telah ditiru lagi.
Mu Xiaoya: “Aih, ditiru lagi.”
Bai Chuan melirik dan tak mengatakan apa-apa.
Di tengah malam, saat istrinya sedang tidur, Bai Chuan berkutat dan mengedit sebuah virus Trojan untuk dikirimkan. Dalam semalam, seluruh laman Taobao yang memakai bayi (maksudnya produk) baru dari studio Mu Xiaoya semuanya keracunan dan secara otomatis tersingkir.
————-
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-74/