My Husband With Scholar Syndrome - Chapter 76
Setelah tinggal di rumah Keluarga Bai selama seminggu dan memastikan bahwa tak ada masalah dengan kesehatannya, keduanya pun pindah kembali ke rumah mereka. Meski Keluarga Bai bisa membantu dan terlibat, namun seperti pepatah lama, sarang emas atau perak orang lain tetap tak sebaik sarang rumput mereka sendiri. Begitu dia memasuki pintu, Mu Xiaoya merasa kalau rumah dengan dua kamar tidur dan satu ruang keluarga itu jauh lebih nyaman daripada vila Keluarga Bai.
Merosot ke atas sofa, Memeluk bantal di tangannya, Mu Xiaoya mendesah nyaman, “Memang lebih baik memiliki rumah kecil untuk kita berdua.”
“Nggak, untuk tiga orang,”Bai Chuan meralat.
“Ya, untuk tiga orang.” Mu Xiaoya menyentuh perutnya dan meminta maaf. “Maafkan aku sayang, mama hampir melupakanmu.”
Setelah minta maaf, Mu Xiaoya mendongak pada Bai Chuan dan mendapati kalau pria itu ada di dapur lagi. Bai Chuan telah memindahkan semua kuali dan wajan dari konter ke tempat asal mereka bersama dengan gula, garam, kecap, dan cuka.
Inilah episode lain dari OCD.
Mu Xiaoya tak bisa menahan senyumnya. Terkadang dia berpikir kalau OCD juga bisa jadi sangat bagus. Orang-orang yang punya OCD akan membersihkan ruangan dengan sangat sadar diri. Sejak mereka pindah, kecuali untuk memasak, hampir semua pekerjaan rumah lainnya dilakukan oleh Bai Chuan. Dan Bai Chuan juga mendapatkan manfaat sangat besar dengan hal itu. Tak peduli betapa pun berantakannya rumah mereka, Bai Chuan tak pernah mengeluh, namun hanya mengatur kembali tanpa suara.
Setelah bebersih selama satu jam, Bai Chuan pun selesai, jadi Mu Xiaoya memanggilnya. Bai Chuan bahkan tak sempat meneguk air dan berjalan menghampiri.
“Sampai berkeringat begini, apa aku membuat rumanya sangat berantakan?” Mu Xiaoya bertanya.
“Sedikit,” Bai Chuan mengangguk jujur.
“Apa kau memandang rendah diriku?” Mu Xiaoya mengangkat alisnya. Kekacauan itu adalah saat dia memilih pakaiannya pada hari itu, sehingga lemarinya jadi agak berantakan.
“Nggak.” Bai Chuan buru-buru menggelengkan kepalanya dan menjelaskan, “Cuma sedikit lebih berantakan daripada biasanya.”
“Apa yang bisa kita lakukan tentang hal itu nantinya?” Mu Xiaoya dengan sengaja menakuti Bai Chuan, “Saat bayi kita lahir, keluarga ini akan jadi seratus kali lipat lebih berantakan daripada sekarang. Dan anak kecil, bagaimana kau akan mengajari anak kecil yang tidak patuh?”
Bai Chuan membayangkan adegan itu, dan sesaat kemudian, alisnya pun mulai berkerut tanpa suara.
“Apa kau akan membenci anak itu karena hal ini?” Setelah bayinya terlahir, Mu Xiaoya ingin membesarkan anaknya sendiiri. Dia ingin memberi anaknya sebuah keluarga lengkap yang terdiri dari tiga orang selagi dirinya masih sehat. Namun setelah punya anak, kehidupan akan jadi sangat kacau. Bila Bai Chuan tak bisa menoleransinya, dia akan mempertimbangkan untuk kembali ke rumah Keluarga Bai.
Setelah memperoleh kesepakatan tanpa suara dengan Bai Chuan, Mu Xiaoya tak punya keinginan untuk secara paksa mengubah hal yang disebut sebagai kelemahan dari Bai Chuan. Dia hanya ingin keluarga mereka bahagia bersama-sama.
“Nggak!” Bai Chuan menjawab dengan cukup tegas.
“Begitu percaya diri ah?” Mu Xiaoya sedikit terkejut.
“En!” Bai Chuan menatap Mu Xiaoya dan berkata dengan sangat serius, “Saat kamu masih kanak-kanak, kamu selalu melemparkan barang-barang dan aku tak membencimu.” Jadi tentu saja, aku takkan membenci anak kita.
“Mana ada aku melakukannya?” Mu Xiaoya dengan kukuh menolak untuk mengakuinya. Dirinya sangat cerdas saat masih kecil.
“Pernah.” Bai Chuan memberikan contoh, “Setiap kali kau membaca di ruang belajar, kau akan memberantakkan rak buku.”
“Bukankah aku menaruh buku-bukunya kembali ah?” Saat dia masih kecil, dia sering pergi ke rumah Bai Chuan untuk membaca buku, namun setelah membacanya, dia akan memastikan untuk menaruhnya kembali.
“Tapi… kau menaruhnya kembali dalam urutan yang salah.” Di mata Bai Chuan, bila urutannya tidak benar, maka berarti berantakan.
“….” Mu Xiaoya menatap Bai Chuan dan bertanya, “Kau ingat hal ini sedemikian lamanya. Katakan, apa kau merasa marah pada saat itu?”
“Nggak, aku cuma punya ingatan yang bagus.”
Mu Xiaoya dibuat geli oleh jawaban jujur dari Bai Chuan. Setelah tertawa selama beberapa saat, dia menggenggam tangan Bai Chuan dan dengan lembut menekankan tangan itu pada perutnya. Dengan sungguh-sungguh dia meminta, “Berjanjilah padaku kalau kau akan baik kepadanya.”
“En.” Telapak tangan Bai Chuan tak berani bergerak, karena ada sebuah kehidupan baru yang terlahir di dalamnya.
****
Mu Xiaoya tak tahu apakah orang lain merasa seperti ini saat mereka hamil. Dia bisa secara jelas merasakan bahwa nutrisi di tubuhnya diserap sedikit demi sedikit oleh anaknya. Tiba-tiba dirinya jadi rakus. Saat janinnya berusia tiga bulan, rasa laparnya menjadi tiga kali lipat dan entah kenapa dia jadi suka makan makanan manis. Perutnya akan jadi lapar habis-habisan setelah kurang dari dua jam sejak dia terakhir kali makan.
Namun setiap kali pemeriksaan kandungan selesai dijalankan, sang dokter memberi kesimpulan bahwa metabolisme tubuhnya sangat tinggi selama masa kehamilan, dan wanita yang hamil perlu memberi nutrisi yang memadai pada janin, jadi merupakan hal normal untuk merasa mengantuk, lapar, dan suka makan makanan manis. Bahkan Ibu Mu menghibur putrinya bahwa lebih baik makan lebih banyak daripada mengalami morning sickness. Akan tetapi, Mu Xiaoya selalu merasa salah, karena dia makan begitu banyak, tetapi perutnya masih lebih kecil daripada wanita-wanita hamil lainnya di bulan yang sama, dan berat badannya tidak bertambah secara signifikan.
Dokter juga merasa aneh tentang hal ini, namun setelah menjalankan semua pemeriksaan, semuanya disimpulkan sebagai normal.
Tak bisa menemukan alasan atas ketidaknormalannya, Mu Xiaoya membiarkan dirinya sendiri bersantai dan merawat bayinya. Hingga anak itu berusia hampir tujuh bulan, pada hari itu, Bai Chuan baru saja mengantarnya ke pintu studio saat perasaan pusing yang familier tiba-tiba muncul, menariknya ke dalam kegelapan.
Saat dia tersadar kembali, enam hari telah berlalu. Dirinya terbaring di sebuah bangsal pribadi. Di samping wajahnya adalah Bai Chuan yang tampak berantakan.
“Xiaoya.” Saat Mu Xiaoya bergerak, Bai Chuan menyadari. Pria itu langsung mencondongkan diri pada Mu Xiaoya.
“Xiao Chuan….” Mu Xiaoya ingin bangkit untuk duduk, namun begitu tangannya bergerak, Bai Chuan menahannya.
“Jangan bergerak, ada kantong infus yang tersambung dengan punggung tanganmu.”
“Bagaimana dengan anaknya?” Mu Xiaoya berbaring kembali.
“Anaknya baik-baik saja.” Bai Chuan menggenggam tangan Mu Xiaoya dan dengan lembut meletakkannya pada perut Mu Xiaoya yang membengkak, membuatnya merasakan keberadaan anak itu.
Mu Xiaoya tiba-tiba menghembuskan desahan lega. Anak ini baik-baik saja, kemudian dia bertanya, “Berapa lama aku sudah tertidur?”
“Enam hari,” Bai Chuan menjawab.
“Enam hari? Apa aku sakit?” Pada saat dirinya pingsan, jantung Mu Xiaoya sudah terasa agak lemah, rasa pusing semacam ini tidaklah normal. Sebelumnya dia merasa hidup, kemudian tiba-tiba tanpa peringatan apa pun, sekujur tubuhnya kehilangan kekuatannya.
“En.” Bai Chuan tak menyembunyikannya.
“Penyakit yang sama dengan sepupuku?” Mu Xiaoya ingin memastikan.
“Sama, tapi berbeda.”
Jawaban Bai Chuan membuat Mu Xiaoya agak bingung: “Apanya yang sama dan berbeda?”
“Aku akan panggil Profesor Rong.” Bai Chuan mengangkat tangannya dan menekan tombol di sisi ranjang. Meski dia sudah mendengar penjelasan dari Profesor Rong, dia tak bisa menjelaskannya sendiri.
Sesaat kemudian, terdengar suara langkah kaki yang tergesa di koridor. Profesor Rong, dengan tiga orang dokter muda dan beberapa orang perawat, berlari memasuki bangsal.
“Kau akhirnya bangun.” Profesor Rong melihat Mu Xiaoya yang sudah bangun, wajahnya agak gembira, namun dia tak terburu-buru untuk bicara dengan Mu Xiaoya, dan alih-alih segera memeriksa semua peralatan di dalam bangsal.
“Profesor, semuanya normal.” Seorang dokter muda yang mengenakan kaca mata melapor pada Profesor Rong setelah berdiskusi dengan yang lainnya.
“Oke, kalau begitu lanjutkan perawatannya sesuai dengan rencana yang telah kita sepakati sebelumnya.”
Setelah Profesor Rong memerintahkan, ketiga dokter yang masuk bersamanya pergi satu persatu. Pada akhirnya, hanya Profesor Rong yang tertinggal di bangsal.
“Profesor Rong, apa aku punya penyakit yang sama dengan sepupuku?” Mu Xiaoya sudah setengah duduk dengan bantuan Bai Chuan pada saat ini.
“Mulanya,” Profesor Rong berkata.
“Apa maksud Anda dengan ‘mulanya’?” Mu Xiaoya tertegun, “Bukankah ini adalah penyakit genetis? Kenapa aku tiba-tiba pingsan?”
“Aku akan menjelaskannya pelan-pelan padamu.” Profesor Rong tahu kalau Grup Yifeng akan mendukung penelitiannya karena pasien yang ada di hadapannya ini, jadi Beliau dengan sabar menjelaskan, “Gen pada tubuhmu membawa penyakit yang sama dengan sepupumu, tapi sesuai dengan data yang telah kami kumpulkan dan kombinasikan dengan analisa dari catatan-catatan medis yang ada, kami mendapati bahwa serangan dari penyakit genetis ini 60% terkonsentrasi pada orang-orang berusia di antara 22 hingga 30 tahun. Mayoritas terbanyak darinya adalah para wanita yang memiliki anak di bawah usia dua puluh lima tahun.”
“Apa maksudnya itu?” Mu Xiaoya bertanya, “Apa penyakitku berhubungan dengan kehamilan?”
“Ya, saat seorang wanita mengandung, sel-sel tubuhnya akan mempercepat proses penuaan. Sejak masa kehamilan hingga melahirkan anak, sel-sel sang ibu akan menua sekitar dua hingga lima tahun. Singkatnya, karena kau hamil, kondisi itu mempercepat proses penuaan sel dan menstimulasi kemajuan gen-gen penyakit genetis dalam tubuhmu,” Profesor Rong menjelaskan.
“Kalau begitu… bagaimana dengan anakku?” Mu Xiaoya, yang sudah siap secara psikologis, tidak takut jatuh sakit lagi. Dia hanya takut bila mengalami serangan lebih awal karena berarti anaknya takkan bisa lahir ke dunia ini dengan mulus.
“Pertama-tama, jangan jadi terlalu panik,” Profesor Rong menenangkan. “Meski kau juga memiliki penyakit genetis ini, tapi situasimu dan sepupumu berbeda.”
“Jangan takut.” Bai Chuan menepuk-nepuk punggung tangan Mu Xiaoya dengan lembut.
Mu Xiaoya menatap Bai Chuan, entah kenapa merasa lega.
“Apa perbedaan antara aku dan sepupuku?” Mu Xiaoya bertanya.
“Gen penyakitmu bermutasi,” Profesor Feng menjelaskan, “Singkatnya, ini adalah mutasi gen.”
“Bagaimana ini mungkin?” Mutasi gen? Ini sunggguh mustahil. Dia kan tak pernah terekspos substansi radioaktif mana pun. Bagaimana bisa dia mendapat mutasi genetis tanpa alasan?
“Tentu saja, ini tak seberlebihan itu. Aku hanya mengatakan padamu dengan kata-kata yang lebih jelas dan mudah untuk dimengerti.” Profesor Rong berkata, “Aku telah melakukan riset pada penyakit genetis selama hampir tiga puluh tahun, dan penyakit genetis yang mendadak adalah yang paling sulit untuk dirawat. Karena tak ada peringatan sebelum mengalami serangan, pada saat ini, penyakitnya hanya bisa dicegah dengan obat-obatan dan tak bisa disembuhkan.”
“Contohnya saja, penyakit genetis dalam tubuhmu ini, aku biasanya merekomendasikan agar keluarga-keluarga yang membawa gen ini melahirkan anak laki-laki pada generasi berikutnya. Kalau yang lahir anak perempuan, ada risiko terjadinya serangan setelah usia dua puluh dua tahun. Hampir tak ada cara untuk merawatnya kecuali mengubah genmu.”
“Mengubah gen itu lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Pada kenyataannya, hal itu hampir mustahil untuk dicapai. Tak usah disebutkan bahwa hal ini tak diizinkan dalam pengobatan, bahkan bila diizinkan, sulit untuk mengimplementasikan perubahan gen dan bagian tertentu dari gen tersebut.”
Semakin Profesor Feng bicara, semakin misterius hal itu terdengar, dan semakin bingung Mu Xiaoya jadinya. “Anda baru saja bilang kalau gen penyakitnya bermutasi, bagaimana bisa bermutasi?”
“Itu karena gelang kumala di tanganmu.” Penjelasan Profesor Rong membuat Mu Xiaoya terkejut kembali.
“Gelang kumala?” Mu Xiaoya tanpa disadari menatap tangan kirinya. Gelang kumala hijaunya masih dikenakan di tangannya.
“Kumala sebenarnya adalah sejenis bijih bebatuan. Sejak masa kuno, kumala telah dipakai untuk membantu orang-orang, namun semua orang hanya tahu kalau kumala memang membantu, tetapi ada banyak pendapat mengenai bagaimana benda itu membantu mereka. Ada perkataan bahwa karena kumala merupakan semacam bijih, benda itu akan mengeluarkan sejenis radiasi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Radiasi ini serupa dengan substansi radioaktif, namun lebih halus dan lebih tak disadari, jadi tanpa diketahui mampu menutrisi tubuh manusia.” Profesor Rong meneruskan, “Ini seperti dua kacang dalam satu cangkang, kau memiliki gen serupa dengan yang kudeteksi pada sepupumu, tapi respon sel-selmu saat terjadi serangan cukup berbeda dari sepupumu. Gen penyakitmu bermutasi, membuatnya mustahil untuk menyelesaikan tahap terakhir serangan tersebut. Itu berarti, meski kamu sakit, gen-genmu takkan hancur sepenuhnya, yang mana takkan menyebabkan kegagalan organ secara cepat dalam tubuhmu.”
“Kalau begitu aku… apa penyakitku sembuh?” Mu Xiaoya merasa seakan dirinya sedang bermimpi.
“Tidak,” Profesor Rong berkata, “meski gen penyakitmu telah bermutasi, penyakit itu tidak sembuh. Penyakitnya masih dalam kondisi berada dalam risiko, dan begitu serangannya lengkap, kau tetap akan mati.”
“Kalau begitu, apa yang terjadi denganku?” Mu Xiaoya merasa bingung.
“Kau masih berada dalam risiko dan bisa mati kapan saja hingga kau menemukan cara untuk benar-benar memulihkan gen-gen penyakitnya, namun juga mungkin bila gen di dalam tubuhmu telah dijaga dalam kondisi keseimbangan yang aneh ini.”
“Dengan keseimbangan ini, apa aku bisa menjalani kehidupan yang normal?”
“Akan ada beberapa gejala sisa, kau akan mengalami anemia, rasa pusing, dan bahkan jatuh pingsan dalam jangka panjang.” Profesor Rong meneruskan, “Tetapi selama gen penyakitnya tidak benar-benar kambuh, kau takkan berada dalam bahaya. Tapi… kau tak perlu terlalu cemas, karena gen penyakit dalam tubuhmu tak bisa diaktifkan sepenuhnya. Gen penyakit dalam sel-selmu terus-menerus memperbanyak diri dan mengulang proses serangannya, namun dalam kondisi bahwa sel-selmu sendiri terus-menerus beregenerasi. Beri kami sedikit waktu, aku yakin, kami akan dengan sangat cepat menemukan cara untuk mencegah penyakitnya.”
————–
Catatan Pengarang:
Puja kepiting yang baik, karena tak membiarkan tokoh utama wanita mati semudah itu. Lalu untuk detilnya, harap jangan terlalu diselami. Bagaimanapun juga ini adalah novel ah. Nikmati saja membacanya.
Dan… semua orang seharusnya sudah merasakannya, novel ini hampir selesai. Sebenarnya, saat dituliskan kalau si tokoh utama sakit, maka sudah merupakan akhirnya.
Aku takkan menulis teater kecil lagi. Saat menulis ekstra, aku akan menulis satu chapter cerita sampingan tentang tokoh utama pria dan wanita saat mereka masih muda.
—————-
(T/N: Semua penjelasan Profesor Rong tentang kumala dan sebagainya, adalah FIKSI, cara si pengarang agar tokoh utama punya ‘alasan’ untuk tidak mati. Jadi setelah membaca ini, tidak usah buru2 beli perhiasan kumala kalau alasannya demi ‘memutasi gen’.)
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-chapter-76/