My Husband With Scholar Syndrome - Extra 1
Vila Keluarga Bai.
Begitu Bai Zheng pulang dari perusahaan dan keluar dari mobil, dia menerima telepon dari Asisten Lu Yang.
“Pak Presdir, Grup SAIMEI setuju dengan perjanjian kita, dan manajer regional mereka di Tiongkok akan datang ke Yuncheng minggu depan.”
“Bagaimana dengan Mu Xiaoya?” Bai Zheng bertanya.
“Dia adalah salah satu desainernya.” Lu Yang menambahkan, “Saya sudah memeriksanya, penerbangan Mu Xiaoya akan tiba di Bandara Yuncheng pada jam 11 siang tiga hari lagi. Setelah kembali, dia akan istirahat sebentar, kemudian langsung melapor pada perusahaan setelah lewat tiga hari.”
“Lanjutkan follow up-nya.” Menutup telepon, Bai Zheng memasuki ruang keluarga. Dia sudah bekerja lembur di perusahaan hari ini dan waktu sudah menunjukkan jam tujuh lewat saat dia pulang ke rumah. Pasangan Bai sedang menunggu di ruang keluarga, dan ketika mereka melihat Bai Zheng masuk, mereka meminta Paman Li menyiapkan makan malam.
Keluarga itu duduk di ruang makan dan makanan pun dengan cepat disajikan, namun tempat di samping Bai Zheng selalu kosong.
Li Rong menatapnya dan mengesah secara kebiasaan “Paman Li, Xiao Chuan tidak banyak makan hari ini, siapkan sesuatu yang ringan dan bawakan ke atas.”
“Baik.” Sebenarnya, Paman Li sudah menyiakannya tanpa Li Rong perlu memerintahkan. Karena Tuan Muda Kedua selalu lupa makan, kondisi lambungnya selalu buruk, jadi pihak dapur mempersiapkan makanan khusus untuk sakit perut sepanjang tahun.
Sesaat kemudian, Paman Li membawa semangkuk makanan hambar yang telah dipersiapkan secara seksama ke lantai dua.
Menatap semangkuk makanan yang secara khusus dipersiapkan untuk Bai Chuan itu, Li Rong tiba-tiba kehilangan selera makan. Ada begitu banyak makanan di hadapannya, berapa banyak dari makanan ini yang dimakan oleh Xiao Chuan keluarga mereka?
“Aku kenyang.” Piring di hadapan Li Rong masih bersih dan belum tersentuh sama sekali.
“Kau perlu makan,” Bai Guoyu menghentikan istrinya. Pada beberapa tahun terakhir ini, selama Bai Chuan tidak turun untuk makan bersama mereka, Li Rong tidak makan lagi.
“Aku tak bisa makan lagi.”
“Aku tahu,” Bai Guoyu berkata bahwa dia tahu dan meletakkan sumpit kembali ke tangan istrinya.
Li Rong tak punya pilihan selain menatap meja yang penuh dengan makanan, dan akhirnya mengambil sepotong selada.
Dibandingkan dengan ketidakberminatan orangtuanya terhadap makanan, selera makan Bai Zheng sangat bagus. Dia dengan cepat menyantap semangkuk nasi di hadapannya, mengisi semangkuk sup untuk dirinya sendiri, meminum sup itu, dan menyeka tangannya dengan serbet. Barulah dengan begini aku bisa memperhatikan orangtuaku.
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada kalian,” Bai Zheng berkata.
“Apa itu?” Bai Guoyu bertanya penasaran.
“Aku mendapatkan kembali Mu Xiaoya.”
Kata-kata Bai Zheng baru saja keluar saat dia mendengar ‘klotak’, ibunya terlalu kaget dan menjatuhkan sendok di tangannya.
“Apa yang kau lakukan?” Dibandingkan dengan istrinya, Bai Guoyu relatif tenang.
“Aku menginvestasikan banyak yang, beberapa waktu yang lalu, dan bekerjasama dengan Grup SAIMEI untuk mendirikan merek mandiri SAIMEI yang baru. Kantor pusat mereka mengirim sekelompok desainer untuk datang, Mu Xiaoya adalah salah satu dari mereka,” Bai Zheng menjawab singkat.
“Kau… apa yang ingin kau lakukan?”
“Jangan khawatir, aku takkan mengacaukannya.” Pandangan Bai Zheng menurun, meski dia sudah merasa kalau dirinya gegabah, “Aku akan mendirikan toko eceran online untuk studio yang baru saja didirikan itu sebagai pemegang saham utama. Aku akan menunjuk Mu Xiaoya sebagai orang yang menanganinya, kemudian… membiarkan Xiao Chuan menangani website-nya. Kalau dia benar-benar jendela kedua Xiao Chuan, maka dia seharusnya tahu bagaimana cara bekerjasama dengan Xiao Chuan.”
Kalau dia tak tahu bagaimana mendekatkan diri dengan Xiao Chuan, maka takkan jadi lebih buruk daripada kondisi sekarang.
“Aku akan mendiskusikan tentang masalah ini denganku di masa mendatang. Kalau kau selalu berinvestasi dengan begitu seenaknya, para pemegang saham akan merasa keberatan.” Urusan ini bahkan tak diketahui olehnya, dan dirinya adalah sang chairman, jadi Bai Zheng jelas tak memberitahu para pemegang saham lainnya.
“Tidak, aku memakai saham Xiao Chuan untuk investasi ini.” Bai Chuan memiliki lima belas persen dari saham Grup Yifeng, tapi setelah lewat bertahun-tahun, dia belum menghabiskan sepeser pun. Sebagai kakaknya, Bai Zheng akan memakai investasinya ini untuk membantu dirinya.
“Apakah….” Li Rong akhirnya jadi tenang dan bertanya penuh harap, “Selama Xiao Chuan dan Mu Xiaoya bertemu kembali, dia akan pulih.
Pulih? Apa itu pulih? Selama Xiao Chuan bisa bicara kembali dan makan tepat waktu, itu sudah bagus.
Pada saat ini, Paman Li turun dengan membawa nampan. Li Rong melihatnya dan menatap nampan di tangannya dan mendapati bahwa yang ada di situ adalah makanan yang diantarkan di siang hari. Mendadak dia merasa tidak nyaman lagi: “Dia tidak makan?”
“Tuan Muda Kedua belum menyentuhnya dan tidak makan seharian.” Paman Li juga merasa tertekan. “Semoga, Tuan Muda Kedua akan makan malam.”
“Aku akan pergi.” Dengan perkataan itu, Bai Zheng menyeka tangannya, bangkit dan meninggalkan ruang makan lalu pergi ke kamar Bai Chuan di lantai dua.
Autisme Bai Chuan telah menjadi semakin parah setelah Nenek meninggal, dan dia seringkali akan menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam dunianya dan mengabaikan semua orang. Rasa lapar, haus, dan bahkan rasa sakit, dia tak tahu bagaimana caranya meminta tolong. Andai dia tahu bagaimana caranya meminta tolong, maka hal itu takkan….
Memikirkan tentang kecelakaan itu, mata Bai Zheng memerah. Dia menarik napas dalam-dalam dan menunggu hingga emosi-emosinya tenang sebelum mendorong pintu hingga terbuka dan masuk.
Bai Chuan sedang duduk di belakang satu-satunya meja di dalam kamar, membaca buku. Dia mengenakan piyama katun berwarna muda. Dia tampak tak tahu kalau seseorang sudah memasuki kamarnya dan masih membaca buku secara serius. Dia membaca buku itu dengan sangat cepat, membalikkan beberapa halaman dalam waktu singkat. Tangannya penuh dengan bekas luka, dan setiap kali dia mengusap di bawah lingkaran cahaya lampu meja, mata Bai Zheng akan tersengat oleh rasa sakit.
Bukan hanya tangannya, namun juga wajahnya, kulit kepalanya, di sekitar telinganya. Area berbercak-bercak pada kulit kepalanya tak lagi bisa memproduksi rambut, bagian itu tampak botak dan mengejutkan. Tak peduli berapa kali pun dia melihatnya, Bai Zheng tak bisa terbiasa pada hal itu. Ini adalah adiknya. Dia mencintai dan melindungi adiknya ini sejak kecil, namun dalam sekejap mata, sang adik jadi seperti ini.
Bai Zheng telah membenci autisme sejak dirinya kecil. Gara-gara penyakit ini, adiknya menjadi orang asing. Namun dalam kecelakaan itu, dia sangat berterima kasih pada autisme. Karena adiknya seperti tak mengenal rasa sakit, juga tak memiliki bayangan psikologis, karena istrinya meninggalkan dirinya dan melarikan diri ketika kebakarannya melanda. Bai Chuan hanya dengan sepenuh hati hidup dalam dunianya sendiri, dunia indah yang dia ciptakan yang hanya dirinya yang bisa masuk dan keluar dengan bebas.
“Makan.” Bai Zheng meraih buku di tangan adiknya dan dengan paksa meletakkan piringnya di hadapan Bai Chuan.
Bai Chuan tak bergerak. Dia terus membaca dan menatap makanan yang tiba-tiba muncul di depannya. Dia tidak makan atau membuat suara apa pun.
“Mu Xiaoya~~”
Hanya dengan kata-kata itu, Bai Chuan dengan sukses mengangkat kepalanya, ekspresi di wajahnya menampakkan respon untuk pertama kalinya.
“Kau makan makanannya, kemudian aku akan memberitahumu.”
“Makan, Xiaoya?” Bai Chuan tergagap saat dia bicara karena dia sudah tak bicara dalam waktu lama.
“En,” Bai Zheng mengangguk.
Akhirnya, Bai Chuan mengambil sendok dan memakannya sesuap demi sesuap.
Bai Zheng menarik sebuah kursi untuk duduk di depan Bai Chuan. Dia menatap Bai Chuan yang baru saja berkomunikasi dan bicara sebanyak itu. Untuk keseribu kalinya dia menyesali bahwa dia tak bisa menjadi orang jahat untuk sekali saja dan memaksa Mu Xiaoya agar tetap tinggal di rumah Keluarga Bai sejak awal.
Dia benar-benar takut, seperti yang ibu mereka katakan, bila Mu Xiaoya tak mau tinggal: Mu Xiaoya akan menjadi Wang Jing kedua.
“Aku sudah selesai.” Bai Chuan tidak makan dengan cepat, namun dia sangat fokus. Saat orang berfokus dalam mengerjakan sesuatu, mereka selalu selesai dengan cepat dan baik.
Bai Zheng menatap mangkuk yang bersih mengkilap itu, yang hampir sama seperti telah dicuci, dan menatap mata Bai Chuan yang penuh harap. Dia berkata, “Mu Xiaoya akan kembali ke Tiongkok dan akan sampai dalam waktu tiga hari.”
“Aku~ mau ketemu,” Bai Chuan berkata.
“Aku akan mengajakmu untuk menemui dia nanti.”
“Aku ketemu… segera.” Bai Chuan mengira kalau Bai Zheng tak mengert apa yang dia maksudkan.
“… Oke.” Bai Zheng berkompromi. “Aku akan membawamu ke bandara.”
Bai Chuan langsung merasa puas, wajah yang penuh dengan bekas luka itu berupaya untuk berkedut, dan pada akhirnya Bai Zheng melihat ekspresi yang seperti senyuman.
****
Tiga hari kemudian, Bandara Yuncheng.
Bai Zheng menuggu di bandara bersama dengan Bai Chuan yang dibungkus rapat. Dia takut kalau kerumunan orang akan menabrak Bai Chuan, jadi dia bahkan memindahkan beberapa penjaga keamanan dari perusahaan kemari untuk memisahkan kerumunan dari mereka.
Tiba-tiba, Bai Chuan dengan penuh semangat maju dua langkah. Bai Zheng tertegun dan hampir tak bisa menahan dirinya. Saat dia menatap ke belakang, dia melihat seorang gadis muda bergaun putih dengan rambut keriting keluar dari lorong.
Saat gadis itu berjalan, tidak diketahui dia sedang bicara pada siapa, namun mata hitamnya sarat dengan kesukacitaan dan langkahnya tergesa, segera dia melewati mereka.
“Xiao… Xiao… ya.” Bai Chuan berjuang maju beberapa langkah, namun dia terbata ketika dia bicara. Saat dia selesai mengucapkan kata Xiaoya, Mu Xiaoya sudah berjalan dua meter jauhnya.
Bai Chuan merasa gelisah. Xiaoya tak melihat dirinya dan dia pun mengibaskan tangan Bai Zheng lalu berseru lagi, “Xiaoya~~”
Gadis itu sepertinya telah mendengarnya karena dia akhirnya menolehkan kepala ke belakang. Mu Xiaoya menatap kosong pada Bai Chuan, kemudian entahi apa yang orang di telepon itu katakan, namun Mu Xiaoya tiba-tiba menampakkan seulas senyum cerah, berbalik dan lanjut berjalan maju.
Bai Zheng tahu kalau Mu Xiaoya tak mengenali Bai Chuan, namun Bai Chuan telah menganggap kalau senyum Mu Xiaoya adalah respon untuknya.
“Xiaoya, Xiaoya… pergi.” Bai Chuan bergegas mengejarnya.
“Jangan khawatir. Dia akan naik taksi di pintu keluar sebentar lagi. Aku akan membawamu ke sana.” Bai Zheng mengisyaratkan pada para penjaga keamanan untuk membuka jalan. Dia mengajak Bai Chuan mengejar Mu Xiaoya, namun, aliran dari orang-orang terlalu padat dan Bai Chuan takut pada orang lain, jadi beberapa orang itu pun mengejar di sepanjang jalan hingga akhirnya mereka melihat Mu Xiaoya menghentikan mobil di gerbang bandara.
Bai Chuan dengan penuh semangat membelalakkan matanya pada Bai Zheng dan ingin berlari maju, saat….
Mu Xiaoya tiba-tiba jatuh tanpa peringatan.
Kerumunan orang pun tiba-tiba meledak, dan tanpa sadar mengelak, mereka pun mengelilingi dirinya dengan penasaran. Pada saat ini, Bai Chuan tampaknya telah mengatasi batasan psikologis rasa takut dan mendorong kerumunan keluar dari jalan dan bahkan mendesakkan dirinya sendiri ke sisi Mu Xiaoya tanpa bantuan dari para penjaga keamanan.
“Xiaoya, Xiaoya~~” Bai Chuan tak tahu apa yang terjadi pada Mu Xiaoya. Kenapa dia tiba-tiba tertidur? Kenapa tubuhnya tiba-tiba jadi begitu panas? Apa dia sakit?
“Kakak~” Bai Chuan dengan tanpa daya menatap Bai Zheng, yang juga mengikuti dirinya. Kepanikan dan rasa takut yang dia tunjukkan tak pernah terlihat ketika dirinya dikepung oleh api.
“Ke rumah sakit.”
Ada terlalu banyak mobil di bandara dan mobil pribadi tak sebebas mobil-mobil bandara. Karenanya, Mu Xiaoya akhirnya dikirim ke rumah sakit oleh pihak bandara. Namun lima menit kemudian, Bai Zheng juga membawa Bai Chuan ke rumah sakit.
Bai Chuan tetap berada di luar ruang gawat darurat, dan sepasang matanya terkunci pada Mu Xiaoya, namun tak mendengar kata-kata dokter.
Tetapi Bai Zheng mendengarnya.
“Kegagalan jantung secara cepat, dia sekarat. Tolong segera hubungi keluarganya.”
“Penyakit apa ini? Kenapa aneh sekali?”
“Beritahu departemen untuk konsultasi.”
Bai Zheng tak peduli dengan hidup dan matinya Mu Xiaoya, namun dia tak tahan melihat kekecewaan Bai Chuan. Meski merasakan emosi-emosi negatif, bukankah adiknya akhirnya menjadi emosional?
Setelah dioperasi selama enam jam berturut-turut, kondisi Mu Xiaoya untuk sementara ini sudah stabil, namun sang dokter tak bisa menentukan penyebabnya, dan tidak yakin apakah Mu Xiaoya akan bangun.
“Maafkan saya, kami telah berusaha sebaik mungkin, namun nyawa putri Anda masih dalam bahaya. Kami telah mengundang para ahli dari seluruh penjuru negeri untuk berkonsultasi, tapi tak tahu apakah mereka akan tiba tepat pada waktunya?”
Bai Zheng menatap pasangan Mu yang disergap oleh kesedihan dan tak berdaya. Bai Zheng mengeluarkan ponselnya dan menelepon teman baiknya dalam bidang pengobatan, meminta para ahli agar datang.
Dua hari kemudian, kedatangan Profesor Rong sepenuhnya menentukan penyebab dari penyakit tersebut. Ini adalah penyakit genetis mendadak dan tak ada penyembuhnya.
Pada saat kabar itu diketahui, Bai Zheng berjalan ke arah Bai Chuan, yang telah duduk di koridor selama dua hari, dengan paksa menariknya bangun, dan ingin langsung membawa Bai Chuan pergi.
“Jangan pergi, jangan pergi….” Bai Chuan melawan mati-matian, memegangi kursi dengan tenaga yang sama seperti ketika dia mengalami serangan, tak bersedia untuk pergi.
“Pulang denganku,” Bai Zheng berseru.
“Aku nggak mau pergi, aku nggak mau pergi~” Bai Chuan menggelengkan kepalanya mati-matian.
“Apa yang telah dia lakukan untukmu, sehingga kau merindukan dia sebanyak itu dan selama itu? Dia bahkan tak tahu kalau kau telah berdiri di sini begitu lama. Bahkan orangtuanya tak menyadari keberadaanmu di sini.” Sebenarnya dalam hati, Bai Zheng tahu jelas tentang mentalitas orangtua Mu; mana bisa mereka memerhatikan orang lain?
Namun dia merasa marah. Kenapa Bai Chuan keluarganya seperti ini? Diam-diam dia menyukai seseorang sedemikian lamanya, dan barulah ketika dia mendengar bahwa Mu Xiaoya sudah pulang, dia jadi makan dengan senang. Tidaklah mudah untuk menjumpai Mu Xiaoya, namun sebelum mengucapkan sepatah kata pun, gadis itu sudah pergi lagi.
Bagaimana kalau Bai Chuan melihat Mu Xiaoya mati dengan mata kepalanya sendiri? Bai Zheng tak berani memikirkan hal itu, jadi dia ingin membawa Bai Chuan pergi.
“Pergi!” Bai Zheng mengisyaratkan pada penjaga keamanan untuk melepaskan cekalan tangan Bai Chuan dari kursi dan dengan paksa membawanya keluar dari rumah sakit.
Bai Chuan meronta mati-matian, namun dia tak bisa melawan tenaga dari dua orang sendirian, dan pada akhirnya dimasukkan ke dalam mobil dan dipaksa untuk meninggalkan rumah sakit.
Bai Chuan, yang dibawa pulang ke rumah secara paksa, merasa ketakutan, gugup, gelisah, menolak. Dia menghancurkan barang-barang di mana-mana dalam amarah dan memekik ‘ahhh’ terus-terusan. Mata merahnya membuat dirinya tampak gila. Keluarga Bai tak punya pilihan selain naik dan menahan Bai Chuan untuk memberinya obat penenang untuk menenangkan dirinya.
Akan tetapi, setelah tidur hanya selama beberapa jam, Bai Chuan terbangun dan pergi ke rumah sakit. Bai Zheng masih tak mau membiarkan dia pergi, jadi Bai Chuan pun kembali mengalami krisis.
Aku tak bisa memberimu obat penenang lagi. Li Rong sangat mencintai putranya sehingga dia menghentikan Bai Zheng dan mengirim seseorang untuk mengundang Profesor Feng kemari. Profesor Feng mengurung dirinya sendiri di dalam kamar bersama Bai Chuan dan setelah mengobrol selama sekitar dua jam, dia pun memberi saran kepada Keluarga Bai: “Tidak baik bila kalian menghentikan dia menemui Mu Xiaoya.”
“Semuanya sudah jadi seperti ini, bahkan bila dia tak menemui Mu Xiaoya. Tapi kalau kau membiarkan dia melihat Mu Xiaoya mati dengan mata kepalanya sendiri….” Bai Zheng ingin bersikukuh pada keputusannya.
“Kalau begitu biarkan dia memahaminya pelan-pelan, sama seperti bagaimana Nenek Bai pergi, biarkan dia menerima kepergian Mu Xiaoya. Biarkan dia memutuskan sesuai dengan keinginannya, semua takkan pernah jadi lebiih buruk daripada sekarang,” Profesor Feng berkata.
Setelah Profesor Feng pergi, Keluarga Bai mendiskusikannya dalam waktu lama, dan akhirnya memutuskan untuk memakai saran Profesor Feng. Bai Zheng membawa Bai Chuan kembali ke rumah sakit, namun kali ini, alih-alih membawa Bai Chuan ke bangsal, mereka pergi ke kantor Profesor Rong.
“Profesor Rong, apa Anda bisa tolong menjelaskan pada kami penyakit Mu Xiaoya?”
“Ya.” Sebelum mereka datang, Bai Zheng sudah bicara padanya sebelumnya. Profesor Rong kemudian mendapatkan salinan dari catatan medis Mu Xiaoya dan meyerahkannya pada Bai Chuan untuk dibaca seraya menjelaskan, “Singkatnya, penyakit genetis ini sangat langka. Meski keterjadiannya tidak tinggi, namun begitu serangannya terjadi, tubuh manusia akan mengalami penurunan dalam waktu singkat. Dengan metode pengobatan saat ini… sangat sulit untuk disembuhkan.”
Meski Bai Chuan memiliki otak yang cerdas, dia tak memahami pengobatan. Dengan penjelasan mendetil dari Profesor Rong, samar-samar dia memahami catatan medisnya, namun dia tak mengerti bagaimana cara merawat Mu Xiaoya.
“Bagaimana menyembuhkannya?” Bai Chuan bertanya pada Profesor Rong.
“Ini….” Profesor Rong tahu tentang autisme Bai Chuan. Sebelum dia datang, bai Zheng telah berulang kali memintanya untuk tidak merangsang Bai Chuan, jadi Profesor Rong pun menjawab dengan sopan, “Kami masih perlu mempelajarinya.”
“Risetnya… kita… belajar bersama… kau… kau bisa ajari aku?”
Profesor Rong menatap Bai Zheng, dan Bai Zheng mengangguk perlahan. Biarkan dia belajar, biarkan dia belajar, biarkan dia tahu bahwa ini adalah hal yang tak bisa dibalikkan.
Profesor Rong memberi Bai Chuan banyak literatur dan informasi mengenai penyakit keturunan. Bai Chuan membaca siang dan malam di kantor, menyerap pengetahuan medis denagn kemampuan dan kecepatan belajar yagn menakjubkan, namun selama periode ini, Mu Xiaoya terbangun dalam periode waktu yang singkat. Saat Bai Chuan mendapatkan kabar itu, dia bergegegas menemuinya, namun Mu Xiaoya kembali jatuh dalam kondisi koma.
Beberapa hari kemudian, Profesor Rong memberitahu Bai Zheng secara pribadi: “Dia takkan bertahan lebih lama lagi. Kali berikutnya dia terbangun, mungkin akan menjadi saat terakhirnya.”
“Kapan dia akan… bangun?” Bai Zheng bertanya.
“Besok lusa.”
“Jangan katakan pada adikku.” Bai Zheng masih takut, takut membiarkan Bai Chuan melihat Mu Xiaoya pergi.
Bai Chuan, yang tak mengetahui hal ini, masih mempelajari datanya dengan seksama. Dia membuat beragam catatan pada laporan medis Mu Xiaoya. Bai Zheng tak memahami catatan-catatan itu, namun dia memahami niat Bai Chuan dan kebutuhan mendesaknya untuk menyembuhkan Mu Xiaoya. Namun semakin Bai Chuan seperti ini, semakin Bai Zhneg tak berani mengambil risiko.
Dua hari kemudian, Mu Xiaoya terbangun. Profesor Rong memberitahu Bai Zheng bahwa ketika Mu Xiaoya terbangun saat ini, gadis itu akan pergi kapan saja.
Bai Zheng meragu. Dia berdiri di luar bangsal Mu Xiaoya dan melihat Mu Xiaoya menanyakan pada perawat tentang keberadaan orangtuanya, melihat gadis itu mencari perawat untuk meminjam power bank untuk mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya. Dia menatap gadis yang sudah hampir mati dengan seulas senyum sopan di wajahnya itu.
Bai Zheng tak tahu harus bagaimana. Haruskah dia memberitahu Bai Chuan? Bai Zheng tiba-tiba ingin merokok untuk menenangkan dirinya sendiri.
Pada saat ini, seorang perawat pergi ke kantor Profesor Rong untuk menyampaikan informasi dan tanpa disengaja melihat catatan medis di tangan Bai Chuan dan tak bisa menahan diri untuk mengesah, “Ai, Mu Xiaoya baru berusia dua puluh enam tahun, dia begitu muda, sesaat yang lalu dia baru tersadar dan meminta untuk pinjam barang kepada kami, sayang sekali….”
“Bangun?” Bai Chuan mendongak.
“Bangun, baru saja bangun, diperkirakan….” Ini akan jadi kali terakhir.
Sebelum si perawat menyelesaikan kata-katanya, Bai Chuan telah menghambur keluar dari kantor dengan setumpuk laporan itu. Dengan cepat dia berlari di sepanjang koridor menuju bangsal Mu Xiaoya.
“Bai Chuan?”
Xiaoya mengenaliku, dan dia mengenaliku dalam sekali lihat saja. Tapi aku sangat tak berguna….
“Aku, aku sudah mempelajari semua catatan medismu, tapi aku tak punya cara untuk menyelamatkanmu.” Wajah berbekas luka Bai Chuan sarat dengan kegelisahan. Lengannya bergetar, bersamaan dengan catatan medis Mu Xiaoya. Dia terbata saat bicara, dan prakatanya tak cocok dengan dialeknya.
Mu Xiaoya agak terkejut, “Apa kau dokter?”
“Bukan.” Bai Chuan menggelengkan kepalanya dengan marah. Untuk pertama kalinya, dia merasakan penyesalan yang kuat. Kenapa dia tidak memelajari pengobatan sejak awal? Nenek bilang dirinya jenius, jadi kalau dia mempelajari pengobatan, pasti akan ada cara untuk menyembuhkan Mu Xiaoya.
Mu Xiaoya tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya, “Kenapa kau ingin menyembuhkan aku?” Dia bertanya pada dirinya sendiri, hubungan antara Bai Chuan dan dirinya tak kelihatan terlalu istimewa.
Bai Chuan: “Aku ingin menikahimu.”
“Kalau kau menikahiku, kau akan segera menjadi duda.” Mu Xiaoya tersenyum dan bercanda.
“Aku ingin menikahimu.” Aku hanya ingin menikahimu, ah.
“Terima kasih.” Selain terima kasih, Mu Xiaoya tak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.
Xiaoya masih tak menyetujuinya, tapi Xiaoya mengucapkan terima kasih kepadanya. Nenek bilang kalau orang yang bilang terima kasih adalah orang yang menyukai dirimu. Jadi, kalau aku berusaha lebih keras lagi, aku akan berhasil.
“Aku….”
“Xiao Chuan?! Apa kau baik-baik saja?” Pada saat ini, Bai Zheng, yang tak menemukan adiknya di kantor, datang mendekat, menyela kata-kata Bai Chuan, dan membawanya pergi.
Bai Chuan ingin melepaskan diri dari kekangan Bai Zheng, namun dia sudah tidak tidur selama beberapa hari berturut-turut dan tak punya tenaga sama sekali. Seraya meronta, dia masih dibawa pergi oleh Bai Zheng, dan catatan-catatan medis yang telah dikerjakannya dengan mati-matian juga berhambur ke lantai.
Hamburkan, toh tak berguna, tapi dia tak mau meninggalkan tempat ini. Dia masih punya banyak hal yang harus dikatakan pada Mu Xiaoya.
“Xiao Chuan, ayo kita kembali dan lanjutkan riset kita,” Bai Zheng membujuk Bai Chuan.
“Aku… aku mau bicara pada Mu Xiaoya… suruh dia menungguku lebih lama lagi, aku masih belum menemukan… cara.” Dengan kata-kata itu, Bai Chuan hendak pergi ke bangsal Mu Xiaoya lagi. Bai Zheng masih ingin menghentikan dirinya, namun pada saat ini, sebuah deringan tajam tiba-tiba terdengar. Kemudian para perawat, dokter, dan pasangan Mu semuanya bergegas memasuki bangsal Mu Xiaoya.
Bai Zheng tahu kalau Mu Xiaoya sudah pergi.
“Xiaoya… ada apa?” Bai Chuan tampaknya merasakan sesuatu dan meronta lebih dan lebih banyak lagi. Namun bagaimana bisa Bai Zheng melonggarkan cengkeramannya. Dia memegangi Bai Chuan erat-erat dan menahan orang itu di luar bangsal.
“Lepaskan, lepaskan!” Bai Chuan pada mulanya sejedar meronta, kemudian dia mendengar suara tangisan. Dia melihat Profesor Rong menggelengkan kepala ke arahnya dan Bai Chuan pun mengerti. Dia mulai meronta hebat dan menghantam dinding dengan kepalanya yang mana memaksa Bai Zheng melepaskan dirinya. Dia pun terhuyung ke dalam bangsal dan memeluk Mu Xiaoya yang tak bergerak.
****
Batu nisan Mu Xiaoya berada di pemakaman yang sama dengan Nenek Bai. Keluarga Bai membawa Bai Chuan ke pemakamannya.
Barulah setelah putri mereka meninggal pasangan Mu tahu kalau Keluarga Bai telah banyak membantu selama masa-masa ini. Saat mereka melihat Keluarga Bai, mereka pun mendekat untuk berterima kasih kepada keluarga itu.
“Kami tak melakukan apa-apa untuk membantu,” Li Rong mengesah saat Mu Xiaoya pada akhirnya meninggal.
“Tidak, tanpa kalian, kami mungkin takkan bertemu dengan Xiaoya untuk yang terakhir kalinya.”
“Kami….” Li Rong berbalik untuk menatap Bai Chuan tetapi tak tahu sejak kapan Bai Chuan berdiri di depan makam Mu Xiaoya. Takut kalau Bai Chuan akan terstimulasi, dia pun bergegas menghampiri.
“Xiao Chuan, kenapa kau ada di sini?” Li Rong bertanya lembut.
“Ke mana Xiaoya pergi?” Bai Chuan bertanya.
“Pergi… pergi ke tempat yang jauh, tempat yang sama dengan Nenek,” Li Rong menjawab.
“Aku ingin pergi juga.”
“Lebih baik… lebih baik jangan pergi dulu, lebih baik pergi nanti saja….” Li Rong maju untuk menarik putranya, “Ayo… ayo pulang ke rumah.”
Bai Chuan tak mendengarkannya ataupun menolak. Dia pulang ke rumah bersama Li Rong dan tak pernah mengucapkan sepatah kata pun lagi. Bai Zheng terkadang melihat dirinya melamun dan sesekali melihat seulas senyum di wajahnya, membayangkan bahwa mungkin dalam dunia Bai Chuan, Nenek dan Mu Xiaoya masih ada di sana.